Rabu, 02 Januari 2019

Marja’ dan Sejarahnya



Seri tanya jawab Sang Pencinta dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, April 2, 2013 at 8:10 am

Sang Pencinta: Minggu (24-2-2013), Salam, sekiranya ustadz bisa menjelaskan sejak kapan sistem ke-marja-an digunakan dalam AB? Apakah dimulai ketika Imam Mahdi ghaib? Terima kasih ustadz. 


— bersama Sinar Agama. 

Alia Yaman, Damai Slaluww, Muslimah Ad Deen dan 13 lainnya menyukai ini. 

Armeen Nurzam: Nyimak. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: Kan sudah sering saya katakan bahwa mengikuti marja’ itu sudah sejak jaman Nabi saww karena tidak semua orang hidup dalam satu lingkungan (kota) dengan Nabi saww. 

Adam Syarif: Siapakah marja pertamakalinya selain nabi dan imam ma’sum? 

Sinar Agama: Adam: Nabi saww dan imam as itu bukan marja’ dalam peristilahan kita ini, tapi mereka as itu adalah sumber syariat itu sendiri. Nah, merujuk kepada yang dirujuk (marja’) untuk mengetahui syariat kepada orang-orang yang mengerti dari sumbernya itu banyak sekali dan tidak bisa dihitung. Karena semua shahabat senior adalah marja’ bagi yang yunior. Artinya, Nabi saww dan para imam makshum as, bukan hanya membolehkan umat mereka as, tapi bahkan menyuruh umat mereka as untuk bertanya dan meruju’/merujuk kepada yang tahu. Jadi, marja’ di jaman Nabi saww dan imam makshum as itu banyak sekali dan tidak bisa dihitung. 

Marja’-Marja’ itu, dalam berbagai hal. Ada yang hanya dalam satu masalah dan ada yang lebih atau bahkan yang semi lengkap. 


Menjadi marja’ di jaman itu, sangat mudah, karena mereka langsung bertanya kepada Nabi saww dan imam makshum as secara langsung untuk memahami berbagai hal yang kemudian akan dipraktekkan dirinya sendiri dan akan dijadikan rujukan oleh yunior-yuniornya. 

Akan tetapi menjadi marja’ di jaman sekarang, sudah tidak seperti dulu. Karena harus tahu arti ayat dari berbagai perbandingan, harus tahu hadits shahih dan tidak, harus tahu ini dan itu dimana sudah dibahas dan dikemas dalam satu ilmu yang bernama Ushulfiqih. Ushulfiqih inilah yang berusaha menjabarkan maksud Nabi saww dan maksud para imam makshum as ketika menjawab para shahabat-shahabat yang langsung bertanya kepada mereka as itu. 

Adam Syarif: Terima kasih ustadz. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar