Minggu, 25 April 2021

Sekelumit Bantahan Atas Ayat Yang Dianggap Sebagai Ayat Pluralisme


seri tanya jawab Tony Kohar dengan Sinar Agama. http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326161304095339/ by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, December 20, 2011 at 10:13pm


Tony Kohar: Salam ya ustadz.., mohon penjelasan Al-Baqarah ayat 62 yang terjemahannya sebagai berikut : ”Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. 2:62). Ayat ini benar- benar membingungkan saya.. sekali lagi mohon penjelasan tafsir ayat tersebut.. syukron.

Siti Handayatini menyukai ini.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Ayat tersebut sering dipakai orang Pluralisme (semua agama dan aliran benar, bukan toleransi). Karena ayat tersebut menerima siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta beramal shaleh dari semua agama Islam, Yahudi, Nashrani dan Shabiiyyah, akan diterima oleh Allah swt.

(2). Sekali lagi Pluralisme bukanlah saling toleran dalam kemajemukan agama-agama dan aliran- aliran, tapi membenarkan semua agama dan aliran-aliran itu. Salah satu dalilnya, adalah ayat di atas.

(3). Sebenarnya, untuk memahami ayat di atas itu, bisa dengan merujuk pada sebab turunnya ayat (asbabunnuzul). Dalam beberapa tafsir dikatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah ketika Salman ra yang tadinya beragama Majusi, lalu pindah ke Masehi, lalu guru/ pendeta di Masehinya itu mengabarkan kepadanya bahwa akan turun nabi yang memiliki sifat ini dan itu, lalu iapun demi melihat yang mengaku nabi di Jazirah Arab datang ke Jazirah Arab dan akhirnya memeluk Islam, ia ra bertanya kepada Nabi saww tentang hal ihwal orang-orang yang beriman di masa sebelum Nabi saww -seperti gurunya itu- atau yang jauh dari Nabi saww sementara mereka adalah orang-orang shalih tapi tidak sempat bertemu Nabi saww dan masuk Islam. Lalu turunlah ayat tersebut.

Jadi, ayat tersebut adalah untuk orang-orang yang belum masuk Islam dari orang-orang yang beriman kepada Allah dan akhirat serta beramal shalih, dimana sebab tidak masuk Islamnya itu adalah karena mereka hidup di masa lalu sebelum datangnya Nabi saww.

(4). Kalau mau diperluas dengan keluasan yang tidak keluar dari al-Qur'an dan akal serta riwayat- riwayat, maka dapat juga dipahami bahwa siapapun yang beragama selain Islam, karena Islam belum sampai kepadanya, sementara ia baik dalam agamanya itu (taqwa sesuai agamanya).

Dan ketidaksampaian Islam ini, bisa berbagai sebab, misalnya karena belum ada yang bisa menyampaikan padanya, atau tidak terjangkau untuk ditanyakannya, atau yang menyampaikan atau yang menjawab pertanyaannya tidak bisa menjawab dengan baik hingga ia belum bisa memahami kelebihan Islam dari agamanya ...dan seterusnya.

Tentu saja, kalau ia beriman pada Tuhan dan akhirat serta taqwa sesuai dengan agamanya, semua iman dan ketaqwaannya itu akan diterima dan ketidaksesuaiannya dengan agama Islam itu akan dimaafkan.

Begitu pula bagi yang tidak beriman karena agama apapun tidak sampai pada mereka, tapi ia adalah orang-orang baik sesuai dengan akal umum pada masyarakat yang ia hidup, maka kebaikannya akan dipahalai dan ketidaksesuaiannya akan dimaafkan. Tentu saja, bisa saja golongan ini akan ada hitungan tersendiri di akhirat. Misalnya, diuji dulu. Misalnya diletakkan di hadapan surga dan neraka dan dikatakan bahwa kalau kalian didatangi nabi, maka kalian akan diwajibkan untuk beriman dan taat dimana kalau taat akan masuk surga dan kalau tidak, maka akan dimasukkan neraka. Lalu -misalnya- apakah kalian mau taat? Kalau mereka mengatakan mau, maka misalnya diperintah untuk masuk neraka. Nah, yang masuk ke neraka itu akan dimasukkan ke surga dan yang sebaliknya akan dimasukkan ke neraka. Walhasil, yang penting adalah bahwa tidak semua kekafiran itu masuk neraka. Karena bisa saja karena tidak sampainya agama kepada mereka.

(5). Ayat itu juga bisa dipahami bahwa ia sadang memberikan ukuran sebenarnya masuk surga dan neraka pada kaum muslimin. Artinya, kamu jangan karena sudah muslim, lalu mentang- mentang merasa masuk surga dan tidak akan masuk neraka dan kamu mengira bahwa agama lain sudah pasti masuk neraka. Karena agama apapun bisa masuk surga kalau ia beriman pada Allah, akhirat dan taqwa (aplikatif).

(6). Kalau dilihat dari syarat diterimanya amal di ayat tersebut, maka ada tiga syarat, iman pada Allah, hari kiamat dan amal shalih.

- Iman pada Allah adalah harus yang sebenarnya, seperti tidak punya anak, tidak disekutui, ... dan lain-lainnya. Begitu pula harus mencakup semua konsekuensinya, seperti iman pada Nabi saww juga. Karena di QS: : 150-151 dikatakan:

”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan menginginkan pemisahan -dalam iman- antara Allah dan rasul-rasulNya, dan mereka berkata: ’Kami beriman pada sebagian dan ingkar pada sebagian yang lainnya.’ dan mereka menginginkan jalan tengah diantara keduanya, maka mereka itulah sebenar-benarnya orang kafir, dan Kami janjikan kepada orang-orang kafir itu adzab yang menghinakan.”

- Amal shalih juga seperti itu. Yakni keshalihan amal itu harus mengikuti ukuran Tuhan lewat agamaNya di setiap turunnya agama tersebut. Kalau di jaman Nabi saww, maka ia harus sesuai dengan agama Nabi saww. Kalau tidak, maka amal-amal shalih apapun akan dianggap sebagai fata morgana (QS: 24: 39), sebagai kegelapan dalam lautan (QS: 24: 40), sebagai debu arang yang dihantam topan besar (QS: 14: 8). Yakni sia-sia dan tidak ada gunanya.

(7). Sebagaimana maklum ayat-ayat Qur'an saling menjelaskan. Dalam ayat yang banyak, dapat diketahui bahwa siapapun yang dengan sengaja tidak mengikuti Islam, maka semua iman dan amal-amal baiknya akan sia-sia, seperti yang sudah disebutkan sebagiannya di atas itu.

- Dalam QS: 5: 48 dijelaskan bahwa Nabi saww harus menerapkan hukum Qur'an dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu orang-orang ahulukitab yang menginginkan menghukumi perkara dengan kitab-kitab mereka. Di sini, jelas, bahwa agama sebelumnya sudah dinasikh/ dihapus dengan agama yang baru.

- Dalam QS: 5: 68:
”Katakanlah: ’Hai orang-orang ahlulkitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.’ Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu -Muhammad- dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekufuran kepada kebanyakan dari mereka, maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.”

Nah, baru setelah ayat ini, dilanjutkan dengan ayat yang antum tanyakan itu. Karena itu, maka maknanya jelas, bahwa orang-orang ahlulkitab yang diterima Allah itu adalah orang- orang yang belum bertemu Nabi saww atau ajaran Islam, karena bagi yang sudah bertemu dengan Nabi saww atau islam, maka jelas harus mengamalkan Qur'an.

- Dalam QS: 3: 19:
”Sesungguhnya agama di sisi Tuhan itu hanyalah Islam.”

Tidak ada yang tidak tahu bahwa agama sebelum Islam itu sudah dihapus dengan islam. Karena itulah dikatakan bahwa agama di sisi Allah hanyalah Islam ini. Tentu saja, bagi yang belum bertemu Nabi saww atau agama Islam, maka akan dihitung sesuai dengan agamanya dan kebaikan perbuatannya di dalam agama itu sebagaimana sudah dirinci di atas.

Wassalam.


Tony Kohar: Secara menyeluruh sangat jelas sekali penjelasan ustadz, syukron..syukron, tetapi untuk angka (4) paragraf terakhir saya masih belum memahami.. mohon penjelasannya..

Sinar Agama: Tonny: Senang membaca tulisan antum yang menggabarkan kepahamannya itu, karena hal itu saya yakin adalah anugerah Tuhan kepada antum dan kita-kita semua hingga tidak keluar dari apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan.

Tentang poin 4 paragraf terakhir itu, maka yang kafir yang karena tidak bertemu Nabi saww atau ajaran Islam, maka bisa saja langsung dihisab dengan Adil dalam arti kebaikannya diterima dan kekurangannya atau kesalahannya yang tidak disengaja karena tidak sampainya kebenaran kepadanya itu, dimaafkanNya. Tapi bisa saja dites dulu di akhirat dengan cara yang sudah ditulis di atas itu.

Yaitu ketika mereka di makhsyar di hadapan surga dan neraka dikumpulkan dan dikatakan kepada mereka bahwa kalau mereka bertemu Nabi saww atau agama Islam, maka harus taat pada Allah dan agama. Lalu mereka ditanya, apakah kalian kalau bertemu Nabi saww atau agama Islam akan mengimaninya dan menaatinya. Mereka akan menjawab ”Iya”. Nah, kala itu Allah memerintahkan mereka untuk masuk neraka. Karena itu, yang taat dan masuk neraka akan diselamatkan dan dimasukkan ke surga sedang yang tidak taat, akan dimasukkan ke neraka.

Ujian seperti ini sebenarnya untuk para bayi orang kafir yang mati masih kecil (belum taklif). Tapi seandainya diterapkan juga untuk kafir yang tidak ketemu Nabi sawa atau agama Islam itu, juga tidak bertentangan dengan akal dan agama itu sendiri.

Penutup: Bagi yang tidak bertemu Islam bagi yang kafir, atau yang tidak bertemu Syi’ah yang muslim, maka kesalahan atau ketidakbenaran mereka akan dimaafkan Allah swt. Akan tetapi hal ini beda dengan Pluralisme. Karena pengampunan dimana berarti menyalahkan tapi memaafkan salahnya, beda jauh dengan Pluralisme yang menganggap semua kesalahan itu benar adanya. Terlebih lagi, Pluralisme bisa terjadi pada yang menyimpang dari Islam dan Syi’ah walaupun sudah bertemu dengannya. Yakni bisa juga mencakupi yang sengaja sekalipun. Sementara konsep maaf dan pengampunan tidak seperti itu.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar