Minggu, 25 April 2021

Melaknat Dikarenakan Peristiwa Sejarah


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326164850761651/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:08


Firman Asyhari: Kalau para ustadz, ulama syiah masih dipenuhi kebencian dan membawa kayu Bakar (obong-obong) dengan membuka sejarah kelam perkembangan Islam jaman dahulu serta menyimpan bara api dendam di dalam dadanya, bagaimanakah dengan umatnya ? Ustad.

Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan syiah ataupun yang lainnya dari segi syariat atau khilafiah, yang penting Bertauhid sama sama menyembah Alloh dan mengakui Nabi Muhammad sebagai Rosululloh. Kalaupun saya bertanya hanya ingin tahu duduk perkaranya, hingga mengambil pendapat demikian.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih sharenya:

(1). Sebenarnya, pelakau sesuatu, maka ialah penanggung jawabnya. Jadi, saya tidak berkewajiban untuk menjawab kalau ada orang malakukan ini dan itu yang diatas namakan madzhab Syi’ah atau dari orang Syi’ah. Apalagi memang ada beberapa umat Syi’ah yang liberal yang bukan hanya tidak menyetujui Negara islam, akan tetapi malah memeranginya, seperti Bani Sadr (presiden pertama Iran), bekas raja Iran, terorist partai ini dan itu yang dulu ada di Iran yang sempat merenggut puluhan ulama dan umat Syi’ah itu sendiri. Nah, golongan-golongan anti pemerintahan Islam dan wilayatulfakih ini, memang mencuat-cuatkan dan menghembus- hembuskan perpecahan di dunia ini, untuk merongrong negara Islam yang tidak mereka yakini kebenarannya, baik karena memang mereka itu nasionalist, rajais, liberalis atau ulama hasud yang anti wilayatulfakih. Jadi, kalau kerjaan mereka menyakiti sesama muslimin, sudah merupakan tanggung jawab mereka sendiri. Namun demikian ada beberapa point yang perlu diketahui dari masalah laknat ini, seperti di poin-poin berikut ini.

(2). Saya sudah sering menjelaskan bahwa laknat dalam bahasa Indonesianya, adalah protes atau demo ketidakrelaan dan ketidaksetujuan. Persis seperti kata-kata semacam, “sebel”, “sialan”, “celaka”, “busyet deh”, “astaga” dan semacamnya.

(3). Menganai obyeknya, terserah kepada setiap orang yang melakukan kecaman itu. Misalnya tentang ‘Aisyah. Dia telah keluar rumah memimpin puluhan ribu lelaki untuk memerangi khalifah yang syah (bagi Sunni) dan imam yang makshum (bagi Syi’ah). Padahal Tuhan sudah mengancam dalam Qur'an dan memerintahkan istri-istri Nabi saww untuk tidak keluar rumah dan tidak bertingkah seperti tingkahnya wanita-wanita jahiliyyah, QS: 33: 32-33:

“Wahai istri-istri Nabi, kalian tidak seperti wanita-wanita yang lain kalau kalian bertaqwa. Maka janganlah kalian melembut-lembutkan ucapan hingga membuat orang yang hatinya tama’ (ada penyakit) menjadi tamak (terangsang) dan katakanlah kata-kata yang wajar. Dan diamlah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias/bertingkah seperti orang-orang jahiliyyah.”

(4). Dalam sejarah Sunni, dalam perang itu, yang dikenal dengan Prang Jamal, telah jatuh korban yang terbunuh dari shahabat dan tabi›iin sebanyak 110.000 orang. Paling sedikit di sejarah Sunni jatuh korban 70.000 orang dari shahabat dan tabi›iin.

(5). Nah, orang ketika melihat kenyataannya seperti ini, maka apakah tidak boleh mengucapkan kata-kata protes??.

(6). Nabi saww saja sudah melakukan protes keras dimasa hidupnya, karena beliau saww bersabda di hadits-hadits Sunni yang banyak sekali yang mengatakan kepada istri-istri beliau saww, +/- bahwa diantara istri-istri beliau saww akan digonggongi anjing di Hau›ab dalam kesesatan memerangi imam Ali as. ‹Aisyah kala itu tersenyum mengejek, lalu Nabi saww bersabda: «Jangan-jangan wanita itu adalah kamu wahai ‹Aisyah.»

Karena itu, maka kalau ada orang protes terhadap ‹Aisyah, maka sudah wajar, karena lebih dari seratus ribu korban yang jatuh di medan perang Jamal itu yang terdiri dari para shahabat dan tabi›iin.

(7). Antum tidak mau ambil pusing tentang sejarah masa lalu, itu ma terserah antum saja.

Tetapi kalau ada orang mau memusingi urusan-urusan itu, maka itu juga hak orang lain.

(8). Memusingi urusan terdahulu Islam itu adalah jalan satu-satunya mencari Islam yang benar. Kalau para shahabat, puluhan ribu lawan puluhan ribu, saling mencaci, mengafirkan dan menghalalkan darahnya bahkan benar-benar telah sering kali berperang sejak di jaman Abu Bakar (sampai jenderal Abu Bakar yang bernama Khalid bin Walid berani membakar hidup- hidup beberapa shahabat di depan umum), sampai ke jaman imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain as. , maka sudah tentu akan saling menyalahkan ajaran dan pendapatnya.

(9). Di jaman Abu Bakar saja, sesuai dengan riwayat yang banyak sekali di Sunni, kitab-kitab hadits yang ditulis di jaman Nabi saww dimana ditulisnya itu atas ijin dan perintah Nabi saww sendiri, semua dan semua kitab-kitab berharga itu dibakari. Dan alasannya jelas dibuat-buat, seperti supaya tidak campur dengan Qur'an. Emangnya Nabi saww tidak tahu waktu mengijinkan dan memerintahkan? Emangnya mereka tidak beriman pada mukjizat Qur'an yang tidak mungkin bisa disamai satu ayatpun dari sisi sastrarnya? Emangnya kalau dihafal lebih terjaga dari percampuran dari ditulis? Emangnya sama kitab Qur'an dan hadits? Emangnya umat Islam seperti Bukhari dan Muslim mengikuti Abu Bakar dan juga takut bercampurnya Qur'an dan hadits?

(10). Jadi, dengan semua data-data yang ada berserakan di riwayat-riwayat dan sejarah Sunni (begitu pula di Syi’ah) itu, maka bagaimana mungkin ada orang tidak perduli dengan apa yang terjadi di masa lalu?

(11). Lah terus Islam kita ini diambil dari siapa? Kalau para penulis hadits itu mementingkan perawi, maka mengapa tidak mementingkan perawi tingkat awal itu yang bernama shahabat itu? Kalau Bukhari melemahkan haditsnya orang masuk masjid dengan kaki kiri, lalu mengapa menshahihkan semua shabahat yang saling berbunuhan beberapa kali dan jatuh korban sampai puluhan dan ratusan ribu?

(12). Nah, orang Syi’ah ketika memusingi sejarah masa lalu itu, karena ingin menyisir ajaran Islam supaya tidak keliru ambil. Artinya jangan sampai mengambil ajaran Islam dari shahabat yang pembunuh shahabat atau pembakar shahabat. Nah, ketika mempelajari itulah, maka kadang muncul kata-kata seperti “busyet deh”, “hancur habis deh” ... dan seterusnya maka hal itu wajar-wajar saja.

Penutup:

Dan Ahlulbait Nabi saww yang kita shalawati dalam shalat itu, ada dalam sejarah itu juga dan dianiaya sejak dari jaman Abu Bakar sampai ke pemerintahan kerajaan-kerajaan Bani Umayyah dan Bani Abbas. Imam-imam makshum Ahlulbait as itu tidak ada yang mati biasa, semua dibunuhi oleh para shahabat atau para khalifah itu. Sementara ayat dan hadits-hadits Sunni benyak menyatakan kemakshuman mereka dan kewajiban umat Islam untuk mengikuti mereka, karena mereka adalah pintu ilmu Nabi saww, ibarat perahu nabi Nuh as, bagai bintang petunjuk ...dan seterusnya.

Sejarah hitam itu, tidak bisa menutupi kebeningan dan kebercahayaan Ahlulbait as sebagai penjaga jalan lurus yang tidak salah sedikitpun (wa laa al-Dhaalliin) dimana tanpa makshum setelah Nabi saww maka jalan lurus ini tidak mungkin ada dan kalau tidak ada berarti Tuhan telah mempermainkan kita dengan mewajibkan kita memintanya di setiap shalat tapi kenyataannya tidak ada lantaran tidak ada orang makshumnya yang ilmu dan amal Islamnya lengkap 100% dan benar 100%.

Karena itu ya akhi, belajar sejarah itu penting karena dapat menemukan jalan lurus tersebut. Btw itu, bagi logika orang Syi’ah. Perkara ada golongan yang tidak mau ambil perduli dan mengambil Islam dari mana juga tidak mau perduli, maka itu adalah hak dia, tetapi mengapa harus ada hak orang lain yang dicegah melakukannya?

Wassalam.

Yoez Rusnika dan 2 orang lainnya menyukai ini.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar