﷽
Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326168164094653/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 4 Februari 2012 pukul 23:14
Muhammad Dudi Hari Saputra: Salam ustadz,, mohon dijelaskan ustad mengenai perbedaan pandangan Tauhid antara Asyari’ah, muta’zilah dan Syi’ah 12 imam?? Saya pernah membaca pandangan tauhid menurut ayatollah shaheed muthahhari,, bahwaa Syi’ah memiliki pandangannya sendiri mengenai Tauhid (zat, Sifat, Af’al dan Ibadah)... syukron.
Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:
(1). Beda tauhid Syi’ah dan Sunni itu terletak dalam bagaimana menjabarkan Tuhan, seperti:
- (a). Di Sunni dikatakan bahwa Tuhan memiliki Sifat-sifat, baik zatiyah atau fi’liyyah, yang berbeda dengan ZatNya. Sifat zatiyahNya atau Sifat DasarNya ada 20 dan Sifat-sifat lainnya bersumber kepada sifat ini. Atau Sunni yang tidak terlalu alim dan pandai mengitab, sering menganggap bahwa semua sifat-sifat yang 99 itu berposisi sama (tanpa pembagian). Intinya, Sifat-sifat Tuhan itu berbeda dengan ZatNya.
Tapi kalau di Syi’ah, Sifat-sifat Zat itu Sama persis dengan ZatNya dan tidak ada perbedaan kecuali dia kepahaman kita saja. Tapi di hakikat nyataNya, Zat dan SifatNya itu adalah sama. Jadi, HidupNya itu adalah Allah itu sendiri. Begitu pula IlmuNya, KuasaNya, ...dan seterusnya dari sifat-sifat ZatNya.
Tapi Sifat-sifat Fi’liyyahNya itu, bukan ZatNya, tetapi bersumber pada Sifat ZatNya. Dan ketika sudah dikembalikan pada Sifat ZatNya, barulah disamakan dengan ZatNya.
Jadi, Tuhan di Sunni memiliki rangkapan, yaitu rangkapan dari Zat dan Sifat, tetapi di Syi’ah tidak memiliki rangkapan apapun, baik dari Zat dan SifatNya.
- (b). Tuhan di Sunni bisa dilihat dengan mata di surga atau akhirat. Tetapi di Syi’ah, Tuhan itu tidak bisa dilihat dengan mata dimanapun saja. Karena kalau dilihat dengan mata, maka Tuhan akan menjadi materi (karena materi yang bisa dilihat dengan mata), dan akan menjadi bertempat (seperti surga atau depan mata), dan akan menjadi terikat (dengan surga dan depan mata), dan memerlukan sinar (baik dari dalam DiriNya atau dari luas seperti lampu surga), dan menyalahi Qur'an-Nya (yang berkata kepada nabi Musa as bahwa beliau as “tidak akan pernah melihatNya.”), ..... dan seterusnya ,... dari konsekwensi melihat itu hingga akan menjadikanNya benda yang terbatas dan memerlukan kepada makhlukNya sendiri seperti surga, depan, sinar ... dan lain-lain.
- (c). Tuhan di Sunni, telah menentukan takdir nasib manusia yang bermakna nasib, bukan yang bermakna seperti memiliki dua tangan dan kaki, dan dua mata, kepala di atas, berjalan dengan dua kaki, memiliki perut, kepala, telinga ...dan seterusnya dari ketentuan-ketentuan bentuk manusia. Tetapi berupa ketentuan nasibnya seperti muslim tidaknya, taqwa tidaknya, kaya tidaknya, kawin tidaknya, kawin dengan si fulanah tidaknya, mati tidaknya, mati umur sekiannya, dan seterusnya. Karena itu dalam akidah Sunni ada point “iman pada takdir baik atau buruk”.
Tapi Tuhan di Syi’ah tidak menentukan semua itu. Karena itu dalam akidah Syi’ah apa point keAdilan Tuhan.
- (d). Tuhan di Sunni, tidak menentukan pengganti Nabi saww dari orang makshum, tetapi di Syi’ah mesti (baca: seyogyanya) menentukan karena kalau tidak ada makshum, maka jalan lurus tidak bakalan terwujud, karena jalan lurus itu adalah jalan Islam yang tidak salah sedikitpun (wa laa al-dhaallin), baik secara ilmu dan amal. Jadi, jalan lurus itu adalah ilmu Islam yang lengkap 100% dan benar 100% serta diamalkan 100%.
- (e). Kalau Tuhan di wahabi (bukan Sunni yang mengikuti Asy’ari dan Mu’tazilah), maka lebih parah lagi. Karena kalau di Sunni menjabarkan Tuhan dengan yang memiliki konsekwensi kebendaan dan materi, tetapi kalau di wahabi jelas dikatakan sebagai materi dan dilarang keras mengatakan bahwa Tuhan itu bukan materi. Di wahabi dilarang keras mengatakan bahwa Tuhan itu bukan non materi sekalipun juga melarang mengatakan materi. Tetapi dalam banyak penjelasan mereka maka jelas itu materi sekalipun tidak mengatakan materi. Seperti bahwa Tuhan turun dari langit ke langit-langit bumi setiap sepertiga akhir malam, seperti turunnya dirinya -Ibnu Taimiyyah- yang turun dari mimbarnya. Karena Ibnu Timiyyah mencontohkan turunya Tuhan dari langit itu dengan turunnya dirinya dari mimbar. Dan mereka jelas juga mengatakan bahwa Tuhan itu lebih besar empat dari dari ‘Arsy yang didudukinya. Walhasil, ajaran wahabi ini yang paling kacau di dunia Islam, tentu saja disamping haus pembid’ahan, pemusyrikan dan darah kaum muslimin. Walasil, mereka sudah merasa ada di akhirat dan yang lainnya di neraga dan tiang gantungan atau ledakan bom-bom mereka.
- (f). Tuhan di Sunni menurunkan agama yang tidak bisa dilaksanakan oleh manusia manapun kecuali Nabi saww. Karena itu yang makshum di Sunni hanya Nabi saww. Kalau di wahabi lebih parah lagi, karena kemakshuman Nabi saww itu hanya dalam menyampaikan agama. Lah ... kalau begitu rubah makna hadits itu dong. Kan hadits itu ukuran agama setelaeh Qur'an, sementara hadits itu adalah semua pembicaraan Nabi saww dan perbuatan beliau saww serta taqrir (persetujuan beliau saww). Karena kalau Nabi saww itu hanya makshum di penyampaian agama seperti ceramah agama, maka sudah jelas tidak termasuk semua pembicaraan apalagi perbuatan dan taqrir beliau saww. Karena itu, karena selain penyampaian agama beliau saww itu tidak makshum, maka tidak boleh dijadikan sandaran setelah Qur'an.
Tetapi kalau Tuhan di Syi’ah menurunkan agama yang pasti bisa dilakukan oleh manusia manapun, hingga karena itu, maka siapapun bisa makshum. Karena makshum itu adalah melakuakan semua perintah dan tidak melakukan dosa apapun. Nah, ketika agama Tuhan itu bisa dilakukan, dan manusia melakukannya, maka sudah pasti tidak ada dosa baginya dan, karena itulah ia akan mencapai derajat makshum itu. Tetapi kalau manusianya yang tidak mau, maka sudah pasti ia tidak akan sampai ke makshum.
Karena pengganti Nabi saww itu yang menjaga jalan Islam 100% itu, maka ia harus makshum. Karena itulah Tuhan memilih pengganti NabiNya saww dari orang yang Ia ketahui suci dari dosa, yaitu yang dikenal dengan Ahlulbait as.
(2). Tentu saja disamping perbedaan yang ada itu, ada jug kesamaan-kesamaan tentang penjaran Tuhan di Syi’ah dan Sunni itu.
Penutup: Rinciannya bisa merujuk ke catatan-catatan yang berserak alfakir, atau buku-buku yang sudah tersedia. Wassalam.
Endro Grantung: @dian asmoro: anda akan menjumpai hal-hal yang menyakitkan dari ustadz yang lebih kejam dari pada syaithan ini... pikiran anda akan di cuci sebersih-bersihnya dari kepala anda, sehingga kepala anda jadi tak punya otak.. taubatlah wahai pak ustadz.
Sinar Agama: Endro: Kalau kamu hanya main tuduh dan ngaku-ngaku, ya .. enak betul. Tetapi hasilnya, kebenaranmu itu hanya kebenaran ngaku-ngaku, bukan kebenaran agama. Nah, kalau aku salah menukil Sunni itu, monggo silahkan gugat dengan bukti, jangan dengan dakwaan. Kalau cuma mendakwa ma ... semua orang bisa. Tetapi kalau kamu minta ke saya berapa tafsir dan apa saja di Sunni yang telah mengatakan bahwa yang bermuka masam itu adalah Nabi saww, maka in'syaa Allah akan saya berikan.
Maaf, koment saya ke Endro itu salah pilih contoh. Karena campur aduk dengan diskusi tentang bermuka masamnya Nabi di pertanyaan sebelum ini yang ditanyakanoleh Beni Aris.
Tetapi intinya sama saja, yakni selain contoh bermuka masamnya Nabi saww di Sunni itu. Walhasil, semua yang ditulis tentang perbedaan tentang penjabaran tentang Tuhan di Syi’ah dan Sunni itu sudah sesuai dengan kenyataannya. Dan kalau si Endro ini ingin tahu sumbernya, maka saya akan memberikannya dengan mudah in syaa Allah.
Wassalam.
Ammar Dalil Gisting dan 4 orang lainnya menyukai ini.
Ammar Dalil Gisting: @Endro: Tolong di cek dulu kebenarannya apa-apa yang dikatakan oleh ustad Sinar Agama, sebelum menilai apalagi sampe menuduh tanpa dasar. Ajukan saja argumen- argumen anda kalau memang punya bukti kebenaran anda...
Hendy Laisa: Endro ini orang goblok sekali..!!!.. Gak tau dia siapa ustadz Sinar Agama.
Khommar Rudin:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
11 Mei 2014 pukul 14:07
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar