﷽
Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=224761994235271 Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juli 2011 pukul 16:23
Muna Zahro: Setiap satu sebab menghasilkan satu akibat, tapi pada realitasnya kok beragam ya? Jadi bingung sungguh? Gimana penyebab satu menghasilkan hal yang beragam.
Sinar Agama: Kalau satunya itu hakiki, maka akibatnya juga satu seperti Tuhan. Tapi kalau satunya itu kesatuan, seperti api, maka panasnya bisamembuat hangat dan membakar, sinarnya bisa membuat cahaya dan seterusnya. Dan semua materi, biar kelihatan satu seperti api, air, padi, jagung, pohon, batu an seterusnya adalah memiliki ribuan rangkapan yang, bisa saja masing- masing rangkapannya menghasilkan satu akibat.
Hukum seperti itu karena keharusan adanya kesamaan atau kesenyawaan atau kemiripan antara sebab dan akibatnya. Karena tidak mungkin biji padi menumbuhkan pohon jagung dan semacamnya. Jadi karena adanya kemestian kesamaan itulah maka kalau sebabnya satu hakiki dan tidak berangkap seperti Tuhan, maka akibatnya juga pasti satu. Dan kalau dua, maka akan membuat Tuhan terbagi pada dua bagian. Dan kalau berjuta akibat maka akan menjadi berjuta rangkapan, dan ini akan lebih keji dari trinitas yang sekedar mengatakan tiga dalam satu.
Tentu saja, satunya akibat bagi Tuhan itu adalah akibat yang langsung. Sedang yang tidak langsung adalah semua makhluk. Dan akibat perantara seperti mani ke darah, dan darah ke daging, dan daging ke tulang dan bayi...dan seterusnya adalah perantara Tuhan. Karena akibatnya akibat itu adalah akibat pula bagi sebabnya. Jadi secara hakiki, semua akibat, baik langsung atau tidak langsung, adalah makhlukNya semata.
Muna Zahro: Terima kasih penjelasannya, karena memikirkan rangkapan jadi tujuan awal mencari Tuhan jadi menjebak.
D-Gooh Teguh: Masih kurang paham (sudah lama berpikir seperti Zahra juga): Dengan demikian bukankah seluruhnya berawal dari-Nya. Alamyang penuh rangkapan ini pun berasal dariNya. Jika kita memandang hukum ini dari arah Tuhan:
Tuhan --' Makhluk Pertama --' Makhluk Kedua --' dan seterusnya. bisa juga:
Tuhan --' Semesta (sebagai satu kesatuan rangkapan).
Makhluk selalu bersifat rangkapan? Jadi dari satu hakiki bisa menjadi sebab dari mengadanya satu "yang rangkapan"? Bukankah ini menyalahi konsep dimaksud? Karena setiap bagian dari rangkapan itu memerlukan satu sebab untuk mengada.
Maafkan kebodohan saya yang masih belum memahami.
Setiap bagian dari rangkapan memerlukan satu sebab dan sebabnya itu-itu juga dalam kaitan dengan-Nya?
Kurang paham saya. Tambahkan penjelasannya.
"Tentu saja, satunya akibat bagi Tuhan itu adalah akibat yang langsung. Sedang yang tidak langsung adalah semua makhluk."
Tuhan --'(1) Akibat Langsung --'(2) Makhluk.
(1) Karena akibat langsung maka satu sebab satu akibat hakiki yang tidak terangkap pula?
(2) Karena akibat tidak langsung maka memiliki rangkapan. How can?
Bahasan yang sulit, jadi sekali lagi: maafkan kebodohan ini dan doakan segera pergi menjauh dariku.
Sinar Agama: D-G-T dan yang lainnya yang masih menyimak status dan koment-koment di sini:
(1) Tuhan tidak terbatas, karenanya tidak mungkin memiliki rangkapan.
(2) Ketika kita tahu bahwa Tuhan tidak memiliki rangkapan, berarti akibat Tuhan atau makhluk- Nya mesti satu pula. Makhluk pertama inilah yang dikenal dalam filsafat sebagai Akal-Satu atau Akal-Pertama.
(3) Ketika Akal-Satu tercipta, maka ia adalah satu, tapi sudah tentu terbatas. Karena ia sebelum- nya, ia tidak ada dan sekarang menjadi ada.
(4) Akal-Satu yang terbatas ini, juga masih tetap satu. Akan tetapi dalam akal kita, ia sudah memiliki rangkapan karena keterbatasannya itu. Dan keterbatasan ini adalah konsekuensi zatnya yang tidak selalu jadi seperti Tuhan. Namun demikian, rangkapan ini dikenal dengan rangkapan i'tibari, yakni non materi mutlak yang akal kita mengertinya memiliki batasan dan karenanya memiliki rangkapan. Yakni dalam akal kita ia adalah pasti terangkap. Yakni ragkapan akal kita dan di akal kita, yakni akal kita memastikannya.
(5) Akal-Satu ini membuat Akal-dua dengan ijin dan kehendakNya. Akal-dua sebagai makhluk tidak langsungNya, pasti akan lebih terbatas dari Akal-Satu dan, karenanya akal memahami bahwa ia memiliki rangkapan lebih banyak dari Akal-pertama. Katakanlah dia terangkap dengan bahwa ia adalah dirinya, bukan Akal-satu dan bukan Tuhan. Jadi anggap telah memiliki tiga rangkapan akal atau i'tibari. Sedang Akal-satu, katakanlah memiliki dua rang- kapan i'tibari.
(6) Begitu seterusnya, penciptaan demi penciptaan, sampai kepada Akal-Akhir dimana Akal- akhir ini menurut Filsafat Perepatetik adalah Akalyang ke 10, sedang Mulla Shadra ra sudah menolak dengan argumentasi. Jadi, yang kuat argumentasinya adalah tidak ketahuan Akal ke berapa, akan tetapi sebegitu sempitnya dibanding Akal-satu, hingga ia memiliki rangkapan i'tibari yang banyak.
(7) Banyaknya rangkapan yang diakibatkan oleh banyaknya batasan i'tibari Akal-akhir itulah yang melahirkan Makhluk Barzakh atau Malaikat pengatur semesta.
(8) Akal adalah non materi mutlak, yang tidak memiliki ragam-ragam dan warna warni alias macam-macam. Jadi bentuk, warna, rasa dan apapun dari sifat materi, di sana, tidak ada. Memang karena mereka adalah sebab bagi yang di bawahnya dan karena sebab pasti memiliki apapun yang dimiliki oleh akibatnya, maka mereka juga memiliki kesempurnaan makhluk barzakh dan materi. Akan tetapi karena sebab itu lebih sempurna dari akibatnya, maka keberadaan kebendaan dan kesifatbendaan di sana tidak dalam bentuk hina dan keterikatannya kepada bentuk (barzakh) atau tempat dan waktu (materi).
Akal-akal ini dikenal dalam Qur'an sebagai 'Aaliin, Yang Tinggi, atau Malaikat Tinggi dan dalam filsafat atau irfan juga dikenal dengan Jabarut.
Dan Akal-akhir dikenal sebagai 'Arsy dan al-Lauhu al-Mahfuzh.
(9) Barzakh adalah non materi yang sudah memiliki bentuk-bentuk dan rasa dan seterusnya dari kekonsekuensian materi selain kebendaannya (matter) dan keterikatannya dengan waktu.
Barzakh ini dikenal dengan tuhan-spesies dan dalam Qur'an dengan Mudabbirati amran (Malaikat Pengatur Semesta).
(10) Barzakh adalah sebab materi. Jadi semua spesies apapun di alam materi ini, muncul dari Barzakh itu. Jadi makhluk Barzakh sebanyak spesies yang ada di alam materi ini. Dan bisa dikatakan persis dengan spesies yang ada di alam materi ini selain kebendaan dan kewaktuannya.
Jadi mereka adalah non materi yang tidak semutlak Akal. Yakni Barzakh, sekalipun tidak memiliki kebendaan dan kewaktuan, karena keduanyaitu adalah kehinaan karena keterikatan pada keduanya, akan tetapi mereka memiliki semua bentuk-bentuk, warna-warna, rasa-rasa dan seterusnya dari kesifatan yang ada pada materi selain keduanya itu.
Chi Sakuradandelion dan Komarudin Tamyis menyukai ini.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar