Sabtu, 29 Agustus 2020

Makna Muharram dan Asyura



seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/486559701388831/ by Sinar Agama on Tuesday, January 8, 2013 at 2:10pm ·


Muhammad Dudi Hari Saputra mengirim ke Sinar Agama: 14 November 2012

Salam ustadz. Apa makna kata Asyura dan Muharram? Mengapa ada dua nama untuk bulan awal hijriah ini? Syukron wa afwan.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- ‘Asyuuraa artinya “Hari Ke Sepuluh”.

2- Muharram adalah “Yang diharamkan”. Sejak nabi Ismail bin Ibrahim as, sudah diwariskan istilah “Asyhuru al-Hurum” (bulan-bulan yang diharamkan atau dilarang perang di dalamnya, tafsir Majma’u al-Bayaan, 3/381; dan lain-lainnya). Karena itu, di jaman Jahiliyyah (sebelum Islam), bulan-bulan Haram ini sudah ada. Yaitu empat bulan yang dilarang perang dan penumpahan darah: Rajab, Dzulqe’dah, Dzulhijjah dan Muharram.

Untuk sejarah bulan dan penamaannya serta sebab penamaannya sebelum Islam, banyak versi walaupun banyak yang mengandung kesamaan walau sebagiannya. Akan tetapi, bisa dikatakan bahwa 4 bulan sebagai bulan Haram itu, bisa dikatakan kebanyakannya sama. Mungkin satu dua sejarah yang menyebut bulan lain seperti Syawwal. Tapi mayoritasnya, bisa dikatakan 4 bulan di atas itu dan karenanya Islam juga menyetujuinya sebagai “Bulan Haram” yang bermakna diharamkan pertumpahan darah hingga karenanya bisa dimaknai sebagai “Bulan Damai”.

Tentu saja, persetujuan Islam itu karena memang hal tersebut sudah digariskan sejak jaman nabi Ismail as. Artinya, ditentukan Tuhan sebagai suatu rahmat dariNya.

Nah, penamaan bulan Muharram dengan Muharram, walaupun ia sudah termasuk dari salah satu bulan Muharram/Hurum/Haraam yang empat itu, disebabkan karena penekanan terhadap keharamannya. Yakni di bulan Muharram ini, keharaman dan pelarangan peperangan atau pertumpahan darah itu, sangat ditekankan.

Akan tetapi, tidak warisan agama nabi Ismail as, tidak warisan Jahiliyyah yang mewarisi dari nabi Ismail as, tidak pula pengesahan Islam terhadap keharaman itu yang dapat menghentikan kaum muslimin yang dipimpin Yazid bin Mu’awiyyah dari kaum shahabat dan tabi’in untuk mencegah tangan-tangan mereka hingga tidak membantai cucu kesayangan Rasul (saww) mereka sendiri di padang Karbala.

Sejarah Duka ini, sudah diketahui olehNya, Nabi saww dan para Ahlulbait as yang lain. Karena itu, telah menangisi imam Husain as sejak awal dilahirkan dan berlanjut sampai wafat beliau saww, terutama ketika beliau saww menerima tanah Karbala dari malaikat Jibril as dan menyimpannya di istri yang dikasihinya, Ummu Salamah, yang beliau saww sendiri mengatakan bahwa ia adalah orang baik sekalipun bukan dari Ahlulbait as (Turmudzi, 5/31 dan 5/361, semuanya ada 5 hadits; Syawaahidu al Tanziil karya al Haskaanii, 2/24, semuanya ada 33 hadits; Tafsiir Ibnu Katsiir, 3/384- 385; Al Siiratu al Nabawii, karya Zainii Dahlaan, 3/330; Dzakhaairu al ‘Uqbaa karya Thabarii, 21-22; Usdu al Ghaabah, karya Ibnu Atsiir, 2/12, 3/413 dan 4/29; Tafsiir Thabari, 22/7-8; Tafsiir al Durru al Mantsuur, karya Suyuuthii, 5/198; Fathu al Qadiir, karya al Syaukaanii, 4/279; dan lain-lain).

Allah melalui malaikat Jibril as, telah memberitahukan kepada Nabi saww atas terbunuhnya cucu beliau saww itu di tangan umatnya sendiri.

Kitab Tahdziibu al Tahdziib, karya Ibnu Hajar, 2/347) meriwayatkan:

Dari Umar bin Tsaabit, dari al A’masy, dari Syaqiiq, dari Ummu Salamah, berkata:

“Suatu hari Hasan dan Husain bermain dengan Rasulullah saww di rumahku, kemudian Jibril as datang kepada beliau saww (maksudnya Ummu Salamah diberi tahu Nabi saww setelah itu) dan berkata: ‘Wahai Muhammad umatmu -shahabat dan tabi’in- akan membunuh anakmu ini setelah wafatmu (sambil menunjuk kepada Husain as).’ Karena itu Nabi saww menangis sembari merangkulnya -Husain- ke dadanya. Kemudian Nabi saww berkata: ‘Kuserahkan kepadamu -Ummu Salamah- tanah ini.’ Nabi saww mencium tanah itu dan berkata: ‘Berbau karbun wa balaa’ (derita dan bencana).’ Dan beliau saww menambahkan: ‘Wahai Ummu Salamah, kalau tanah ini telah berubah menjadi darah, maka ketahuilah bahwa anakku ini, telah terbunuh.’.”

Kemudian -kata Syaqiiq- Ummu Salamah meletakkan tanah itu di botol dan menengoknya tiap hari. Ummu Salamah berkata: “Suatu hari iapun berubah, yaitu di hari yang agung (musibah yang agung).”

Ibnu Hajar berkata:

“Hadits seperti ini yang melalui shahabat-shahabat seperti: ‘Aisyah, Zainab bintu Jahasy’ Ummu al-Fadhl bintu al-Haaritsah, Abi Umaamah, Anas bin al Haaritsah dan lain-lainnya.”

Bisa juga dilihat di kitab Majma’, karnya Haitsamii, 9/189, dimana ia juga berkata bahwa riwayat di atas juga diriwayatkan oleh Thabrani.

Hadits-hadits semacam itu juga dapat dijumpai di: Dzakhaairu al ‘Uqbaa, 147; Shawaa’iqu al Muhriqah, 115; dan lain-lain).

Akan tetapi, sekali lagi, tidak warisan nabi Ismail as (tentang bulan-bulan haram itu), tidak warisan para tokoh arab yang mewarisi dari nabi Ismail as itu, tidak taqriir/pengesahan Islam terhadap semua itu, tidak pula hadits-hadits Nabi saww yang mengabarkan tentang terbunuhnya imam Husain as itu, tidak pula tangisan-tangisan Nabi saww untuk imam Husain as itu, tidak pula tanah Karbala yang dititipkan Nabi saww kepada Ummu Salamah ra itu, tidak dan tidak, yang dapat menghentikan shahabat dan tabi’in Nabi saww itu sendiri untuk tidak membantai cucu kesangan beliau saww yang makshum itu, imam Husain as.

Assalamu ‘Alaika Yaa Abaa ‘Abdillah al-Husain warahmatullaahi wa barakatuhu, dan salam pula atas para syuhadaa’ yang menyertaimu di Karbala, terutama dari keluargamu, cucu-cucu kanjeng Nabi saww yang berjumlah 23 orang di mana semua kepalanya dipenggal untuk ditukar dengan hadiah kepada raja zhalim mereka, Yazid bin Mu’awiyyah yang juga merupakan shahabat Nabi saww.

Ya Allah, kami berlepas diri dari semua kezhaliman-kedzaliman mereka itu terhadap kenjeng Nabi saww (hingga membuat beliau saww menangis sejak imam Husain as masih sangat kecil) melalui imam Husain as dan cucu-cucu lainnya beliau saww.

Wassalam.



Muhammad Dudi Hari Saputra: hiksss labbaika ya Hussain syukron ustadz, ,

Ade Pb ya hussainn:...... ((((

Sundari Sastrareja: Assalamu’alaika Ya Aba Abdillah Wassalam.

19 people like this.



Illa Meilasari: Salam ‘alaik Ÿ‎̣̣̣‎ªªª Husein.

Illa Meilasari: Salam wa rahmah bib Sinar Agama, Mohon penjelasan mengenai Millah dan Din. Syukron.

Muhammad Dudi Hari Saputra: @Illa Meilasari : Kayaknya saya kenal deh ama anda, hihihi


Sinar Agama: Illa: Kalau bukan kemarin, mungkin kemarin lusa saya sudah bertanya kepada antum ketika menjawab pertanyaan yang sama di inbox yang antum kirimkan, yaitu pertanyaan yang ana katakan “mengapa antum menanyakan hal ini, yakni apa yang ingin diketahui supaya saya bisa langsung fokus pada maksud pertanyaan antum”. Akan tetapi karena gangguan internet, maka ternyata pertanyaan saya itu tidak terkirim. Jadi saya jawab disini saja dengan apa adanya tanpa tahu maksud pertanyaan antum yang sesungguhnya:

Millah itu memiliki makna “Jalan”. Yaitu suatu sunnah atau kebiasaan atau aturan kehidupan yang ada pada masyarakat. Agama juga disebut sebagai millah.

Din itu memiliki makna “Balasan”. Yaitu apapun yang bersifat balasan dikatakan din. Agama juga dikatakan sebagai “din”, karena ia mengajarkan kita tentang balasan akhirat atau bisa juga karena ia memiliki resiko balasan, bagi yang menaatinya akan dibalas surga, dan bagi yang menentangnya akan dibalas dengan neraka.


Illa Meilasari: Syukron bib penjelasannya.

Millah kan selalu identik dengan ajaran yang dibawa Ibrahim as, sementara din itu yang dibawa oleh Rasulullah saww, dan dinamai Islam. Apa yang membedakan kedua istilah itu? Lalu hikmah apa dari berbedanya istilah yang dipakai? Apa pula istilah untuk ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelum Ibrahim as?

Satu lagi bib, saya jadi teringat ayat Qul inna sholati wa nusuki WA ANA AWWALUL MUSLIM, sekilas saya pahami bahwa pernyataan yang pertama berislam itu ya Muhammad saww, karna ada amar QUL sebelumnya (maaf QS berapa lupa lagi), jadi dhomir mukhotobnya ya beliau.......................................................................................................................................... jadi nama Islam ini ada hanya pada masa Muhammad saww, begitukah? Mohon penjelasan. #afwan ya bib bawel.


Sinar Agama: Illa: Antum di inbox sempat membaca pertanyaan balikku itu dan antum sempat menjawab seperti ini:

Illa Meilasari: Afwan bib ana hanya ingin memahami lebih dalam apa maksud dari millah dan din mengapa istilahnya millah dipakai untuk yang dibawa oleh Ibrahim as, sementara untuk yang dibawa Muhammad saww adalah din Afwan bib di dinding mana?

**************
Dan ini jawabanku di inbox ana nukilkan di sini mengharap adanya manfaat bagi yang lainnya, semoga:

Sinar Agama: Oh itu, dalam pengertian millah itu adalah jalan dan biasanya dipakai untuk yang baik dan yang buruk. Dua-duanya dipakai di Qur'an:

1- QS: 2: 135: 

بَْلِ ملَّةَ إِبْراهيَم َحنيفاً 

“Bahkan millah/ajaran/agama Ibrahim yang hanif/murni.”

Ayat di atas ini adalah yang dipakai kepada yang baik. Sedang yang buruk adalah ayat berikut ini: 

2- QS: 12: 37, yang menukil kata-kata nabi Yusuf as untuk teman sepenjaranya:

إِنّي تـََرْكت ِملّةَ قَوم لا يـُْؤِمنُوَن بِاللِّه 

“Sesungguhnya aku meninggalkan millah/ajaran suatu kaum yang tidak beriman kepada Allah.”


Sinar Agama: Illa: Kalau tentang Islam itu justru hanya bahasa Arab dan istilah ini dipakai dari sejak nabi Islmaa’iil as sebagai pencetus bahasa Arab. Tapi kalau dari sisi makna, maka semua agama Tuhan itu adalah agama Islam. Karena artinya adalah “menerima” ajaran Tuhan.

Sinar Agama; Jadi, millah bisa dipakai ke agama nabi Ibrahim as dan agama nabi Muhammad saww, alias tidak khusus untuk agama nabi Ibrahim as. Sedang Islam bisa dipakai ke agama Tuhan yang manapapun juga dan tidak khusus agama nabi Muhammad saww.

Khommar Rudinاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Illa Meilasari: Syukron tadz... Saya sedang coba memahami ungkapan imam Ja’far as : addin kama syara’a wal Islam kama washofa, berdasarkan uraian Bib tadi, jadi ini hanya masalah bahasa saja ya? Karena millah Ibrahim itu dalam al Qur'an kan disifati hanif. Apakah hanif sama dengan Islam?

Sinar Agama: Hanif yakni lurus, benar, lurus dan semacamnya. Asal katanya Hanafa, yakni cenderung kepada kebenaran dan menjauh dari kebatilan.

MukElho Jauhاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar