Senin, 10 Agustus 2020

Penjelasan Para Imam Dari Keturunan Imam Husein



Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/252590638119073/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 24 September 2011 pukul 15:09


Abdul GHofur: Assalamualaikum ..
Mau tanya ya ustd .. kenapa imam setelah imam Husein itu adalah keturunan imam Husein ? Kenapa bukan keturunan imam Hasan ? Mohon pencerahanya.


Mohamad Bagir:
Kenapa Rasulullah saww. keturunan Ismail as. bukan Ishaq as.? Kenapa kota suci itu Makah dan Madinah bukan Solo dan Jogja? Kenapa bulan suci itu Ramadhan bukan yang lain?

Banyak pilihan-pilihan Allah swt. Apakah perlu juga dipertanyakan?


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Kalau pilihan-pilihan Tuhan tentang tempat-tempat, maka bisa karena Tuhan melihat tempat itu memang tempat yang layak dipilih tanpa keikutsertaan ikhtiar manusia, seperti Makkah. Tetapi ada juga yang kelayakan dipilihnya suatu tempat itu karena bersangkutan dengan ikhtiar manusia, seperti Madinah dan kota-kota dimana para maksumin, baik para nabi atau para imam, dilahirkan atau dikuburkan.

(2). Kalau pilihan Tuhan itu pada orang-orang untuk dijadikan nabi utusan atau imam, maka sudah tentu karena ikhtiar manusianya alias potensi dan kelayakannya. Karena itu, mengapa nabi itu Fulan dan bukan fulan, atau mengapa imam itu Fulan dan bukan Fulan, atau mengapa imam itu dari keturunan imam Husain as dan bukan dari imam Hasan as ...dan seterusnya… semua itu tidak ada hubungannya dengan ayah atau apa-apa yang lain selain ikhtiar dari yang dipilihnya itu sendiri.

(3). Jadi, para imam 12 as itu mengapa dari keturunan Nabi saww, atau mengapa keturunan imam Husain as , atau mengapa dari sekian anak dari imam Husain as itu pilihannya jatuh pada imam Ali al-Sajjadi, atau mengapa dari putra-putra imam-imam maksum as itu hanya imam Fuldan dan bukan Fulan yang dipilih, semua itu, tidak ada hubungannya dengan keturunan dan tidak pula ada hubungannya dengan ikhtiar Mutlaknya Tuhan (yakni semena-mena atau diundi), akan benar-benar hanya berhubungan dengan yang dilihatnya itu sendiri, yakni potensi dan kelayakannya.

(4). Memang, secara kaidah, dipilihnya seseorang itu menjadi nabi atau imam, adala beberapa hal, bukan hanya tergantung kepada ikhtiarinya kepada kemaksumannya sendiri. Seperti keturunan yang baik, berbadan normal (tidak cebol dan cacat misalnya) dan seterusnya. Akan tetapi yang mendasar sekali itu adalah keinsan-kamilannya atau kekarakter-maksumannya. Karena dasar dari pemilihan Tuhan itu pada potensi dan kelayakannya.

Namun demikian, demi menunjang dakwahnya, yakni supaya lebih mudah dan tidak memancing hal-hal yang tidak perlu seperti pelecehan dan cemohan, maka karena Tuhan memiliki sifat Lembut (Lathiif) dimana artinya memudahkan hambaNya untuk taat dan mempersulitnya untuk maksiat, maka Tuhan hanya akan memilih orang-orang yang standar dari sisi badan dan keluarganya. Karena kalau badannya tidak normal, akan memancing cemoohan umat yang justru akan dihidayahinya itu, begitu pula kalau keturunannya tidak baik seperti ayahnya kafir, ibunya pelacur ..dan setrusnya.

(5). Untuk imam-imam maksum Islam as karena yang maksum itu hanya 12 orang, maka dipilihlah 12 orang tersebut. Andaikata ada lebih dari itu, maka akan diangkat jadi imam tanpa perlu memanjangkan umur imam Mahdi as yang tentu lebih menyulitan keimanan umat pada imamnya.

Dan karena keturunan-keturunan yang baik dari cucu-cucu Nabi saww itu banyak dan semuanya baik karena menyambung pada beliau saww, maka dipilihnya 12 di antara mereka, yakni tidak semuanya, atau tidak dari fulan dan bukan fulan, menandakan hanya karena kamaksumannya tersebut, bukan hal-hal lainnya.

Karena itu dapat dipastikan bahwa yang berhasil menjadi maksum dengan ikhtiarinya sendiri dalam umat Islam ini hanya 12 imam dan, mereka itulah yang dipilih Tuhan menjadi imam.

(6). Karena itu, ketika jalan lurus (shiratalmustaqim) itu adalah jalan yang tidak salah sedikitpun (wa laa al-dhaalliin) dimana tanpa imam maksum jalan Islam yang lengkap secara ilmu seratus persen dan benar secara keseluruhan seratus persen serta diamalkan juga secara seratus persen, dan ketika kemaksuman itu hanya Tuhan yang tahu, maka sangat aneh dan sangat ajaib, ketika pemimpin umat itu tidak dari imam maksum dan tidak kalah aneh dan ajaibnya ketika dikatakan bahwa pemimpin umat itu harus dipilih, diundi atau dipemilukan.

Karena itulah, sesuai dengan keLathiifan atau keMaha Lembutan Tuhan, sudah selayaknya bahwa imam-imam itu diumumkan siapa-siapanya sejak jaman Nabi saww, baik mereka itu sudah lahir atau belum. Karena kalau hal itu tidak dilakukan, maka umat manusia tak mungkin bisa dapat tahu siapa-siapa yang maksum dan menjadi jalan lurus (shiratalmustaqim) hingga menunjuknya jadi imamnya. Wassalam.

Chi Sakuradandelion dan 2 orang lainnya menyukai ini.


Fatimah Zahra: iya, masuk akal sekali... 


24 September 2011 pukul 15:11 · Suka · 1



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar