Sabtu, 29 Agustus 2020

Penjelasan “Disunahkan berpuasa sembilan hari dari awal Muharam"



Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/324614074250062/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Februari 2012 pukul 17:55


Yulis Sutisna: Salam. Semoga sehat.

Di Mafatihul Jinan edisi Indonesia, pada keterangan hari pertama, ada kutipan dari Syekh Thusi yang berkata, “Disunahkan berpuasa sembilan hari dari awal Muharam, namun pada hari kesepuluh harus imsak sampai waktu salat asar...” Tetapi, dalam buku yang sama, ada keterangan yang berbeda dari Allamah Majlisi, khususnya puasa hari ke-9 dan ke-10 Muharam. Menurut Allamah Majlisi, hadis puasa hari puasa hari ke-9 dan 10 Muharam adalah palsu, buatan dinasti Umayah.”Menurut ustadz, bagaimana menyikapi perbedaan pendapat antara Syekh Thusi dan Allamah Majlisi ini? Apakah boleh kami puasa pada hari ke-9 Muharam? Syukran.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya.

Puasa itu, kalaulah benar, maka ia adalah sunnah. Karena itu, tidak salah kalau meninggalkannya di hari ke 9 dan 10. Tetapi tidak dosa juga melakukannya. Karena dalam fatwa adalah makruh puasa di hari ke 10 Muharram. Tetapi mengenai sunnah yang ada di fatwa adalah hari pertama dan ke tiga dari Muharram.


Endro Grantung: Kok saya pikir syiah itu nyeleh sich.... ,ada yang maksum setelah rosul, padahal wahyu sudah tidak turun lagi, puasa muharram 10 hari, cape’ dech..takut ach, nanti kesesat makin jauuuh..hi ngeri..bisa-bisa saya dikira orang gila sama sekampung kalau ngamalin amalan syiah,... cukuplah bagi saya, ahlussunnah waljam’ah. sorry, good bye.

Asdedpn Ferskadn: @EG: Rasul juga dulu dibilang orang gila… kok ngaku islam gini ndro, kan orang islam berakhlak gak pernah ajaran islam ngatain-ngatain dengan kata-kata gila… (orang gila itu sudah gak punya dosa sudah aman dia ).

Endro Grantung
: Rosul dibilang orang gila karena menyuruh para kaum kafir mentauhidkan Allah dan untuk memeluk agama Islam yang selamat, tetapi kalau saya ngamalin amalan orang syiah, saya bener-benar bisa gila, by the way bukannya orang gila masih bertanggung jawab atas amalnya waktu dia masih waras dulu kalee,...

Asdedpn Ferskadn: Ya ente jalanin dong sebagai muslim yang sejati bukan menghina-hina atau meledek seperti itu tunjukkan kalau kamu berakhlak dan jangan merasa sudah merasa benar.


Sinar Agama: Endro: Kalau kamu merasa adanya kegilaan kepada adanya orang maksum setelah Nabi saww, maka berarti antum main-main dalam shalat kamu dan Tuhan berarti juga main-main ketika memerintahkan shalat. Karena salah satu yang ada dalam shalat adalah meminta jalan lurus yang tidak ada salahnya sedikitpun (wa laa al-dhaalliin). Kalau jalan lurus itu adalah jalan Islam -dimana memang seperti itu- maka berarti ilmunya seratus persen lengkap dan benar serta amalannya juga benar seratus persen. Nah, ini adalah makna maksum itu. Jadi, sebenarnya ketika kamu meminta jalan lurus, maka meminta jalan maksum tersebut. Nah, kalau orang maksumnya tidak ada, maka berarti kamu memintanya main-main dan Tuhan juga menyuruhnya main-main (n’udzubillaah). Jadi, terus siapa yang gila dunk??!!!

Kemudian, kalau kamu memustahilkan adanya maksum, berarti mengejek Tuhan karena telah memerintah dengan yang mustahil dikerjakan manusia dan telah menuduh Tuhan bohong ketika Ia berkata: “Allah tidak memerintah manusia kecuali sesuai kemampuannya.”.

Kemudian, kalau kamu mengikuti dirimu, gurumu, dan dan seterusnya sampai ke shahabat yang tidak ada yang maksum, lalu bagaimana kamu bisa yakin bahwa ajaranmu adalah ajaran Nabi saww yang maksum???

Kemudian, ketahuilah bahwa maksum itu adalah jalan Islam seratus persen, baik ilmu atau amal. Jadi, pentingnya maksum ini tidak hanya menyangkut turunnya agama yang menuntut nabinya maksum, akan tetapi keberterusan jalan lurusnya (shiraatu al-mustaqiim), juga demikian. Renungkan hal ini baik-baik, selagi ada waktu untuk berenung dan berubah.


Endro Grantung: Betul, ajaran Islam yang murni itu 100% benar, namun manusia yang maksum itu Rosullullah, setelah rosul tak ada yang maksum, alias pernah melakukan dosa, tak terkecuali imam syiah.Kami meneladani orang-orang sholeh yang mengamalkan dan memahami islam sesuai dengan al Qur'an, sunnah yang telah dikabarkan kepada islam oleh rosul, sahabat yang lurus akidahnya, tabi’in dan orang-orang sholeh seterusnya.


Sinar Agama: Endro: Kasihan banget kamu ini. Bagaimana mungkin kamu bisa memberi gelar shaleh pada orang dan mengikutinya lagi, sementara Tuhan tidak mengatakan mereka shalih??!!! Sementara sebanyak-banyak ayat dan hadits yang mengatakan bahwa Ahlulbait as itu maksum sementara kamu tidak menshalihkan dan mengikuti mereka?

Lagi pula, para shahabat Nabi saww itu saling berperang dalam beberapa kali peperangan. Nah, kok bisa yang membunuh dan yang dibunuh sama-sama dianggap shalih dan menjadi rujukanmu? Bukankah imam Ali as memerangi kudeta ‘Aisyah yang memimpin ribuan shahabat dan tabi’iin hingga jatuh korban kurang lebih 70 ribu (semoga tidak salah ingat)? Sementara dari kedua belah pihak dari semua pertempuran-pertempuran yang dilakukan oleh shahabat yang memerangi shahabat lainnya itu, saling meriwayatkan riwayat dan menafsirkan Qur'an. Nah, ajaran yang mana yang akan kamu ambil? Kalau kamu memilih riwayat-riwayat imam Ali as, maka kamu harus menolak seluruh hadits Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyyah, Abu Hurairah dan seterusnya.

Kalau sebaliknya, maka juga sebaliknya.

Kalau kamu terima riwayat Umar, maka kamu harus tolak semua riwayat Abu Hurairah karena Umar membencinya dan telah pernah mencambuknya sebagai gubernur yang korup sewaktu menjadi gubernur Umar untuk Bahrain. Begitu pula yang lainnya, karena mereka saling berperang dan saling bunuh. Nah, dalam kekacauan seperti itu apa yang harus kamu lakukan dan ajaran siapa yang harus kamu pilih?

Kalau kamu mengatakan harus mengambil dari yang shalih, dan mengatakan bahwa mencela shahabat tidak boleh, berarti kamu harus meninggalkan semua shahabat karena mereka bukan hanya saling cela, tetapi bahkan saling mengkafirkan dan saling bunuh. Bahkan sewaktu Abu Bakar megutus pasukan yang dikepalai Khalid Bin Walid untuk menyerang Bani Tamiim, sampai- sampai Khalid Bin Walid berani membakar beberapa shahabat hidup-hidup di depan umum. Nah, kamu mau ikut yang dibakar atau yang membakar. Karena mereka sama-sama shahabat dan saling mengkafirkan. Walhasil ....

Untuk QS: 33: 33 itu, kamu ngedhen kayak apa, tidak akan pernah mendapatkan apa-apa yang kamu inginkan, yaitu ketidak adaan orang maksum setelah Nabi saww. Karena ayat itu jelas menunjukkan kemaksuman Ahlulbait Nabi saww dimana minimal pastinya mereka itu adalah Siti Faathimah as, imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain as (karena hanya mereka yang ada sewaktu turunnya ayat). Sedang imam-imam yang lain, diketahui melalui hadits lainnya (selain sebab turunnya ayat tersebut) dan dari imam maksum sebelumnya. Dan untuk kelima Ahlulbait yang maksum itu, secara mutawatir diriwayatkan di sunni, sampai kedua istri Nabi saww (‘Aisyah dan Ummu Salamah as), juga menyaksikannya seperti diriwayatkan di shahih Muslim.

Lagi pula lucu banget, bagaimana mungkin Tuhan yang telah menurunkan Islam dengan sempurna dan lengkap, lalu juga mengatakannya bahwa “Allah tidak menurunkan perintah/agama pada manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya.” tetapi di pihak lain, kamu, mengatakan bahwa tidak mungkin ada orang maksum setelah Nabi saww. Ini kan berarti kamu secara terang-terangan telah menuduh Tuhan bohong dengan ayatNya itu??!!! Karena arti perkataanmu itu adalah bahwa agama Islam ini tidak bisa dilaksanakan oleh siapapun secara seratus persen. Itu kan namanya berarti agama yang sudah lengkap dan sempurna tersebut tidak sesuai dengan kemampuan manusia manapun selain Nabi saww???!!!! Coba renungkan ya akhi, dan bagaimana kalau nanti sudah sampai di akhirat, karena pasti kamu akan ditanya Tuhan tentang tulisan-tulisanmu ini (begitu pula tulisan-tulisan kita semua).

Wassalam.

Agoest Irawan dan Dicky Jalinus menyukai ini.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar