Rabu, 29 Juli 2020

Penjelasan Qs. Al-Baqarah:159


Oleh ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/250779311633539/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 20 September 2011 pukul 16:47


Al Louna: Afwan ustadz..

Tolong jelaskan maksud dari Qs.Al-Baqarah:159 (sesungguhnya, orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu di la’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua makhluk yang dapat mela’nati.

Ustadz yang menjadi pertanyaan ialah:

  1.  Menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas).
  2. Mereka itu di la’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Apapun yang jelas diturunkan Tuhan dalam Qur'an, maka ia adalah hal-hal yang jelas. Tetapi hal-hal yang berkenaan dengan tauhid, kenabian, kepemimpinan (taat pada pemimpin) dan hukum-hukum fikih dan pelajaran-pelajaran yang dituang dalam bentuk sejarah. Jadi, intinya Islam itu sendiri.

Memang, dalam Islam memiliki tingkatan atau gradasi dari sisi posisi ajarannya. Karena itu tauhid adalah pondasi pertamanya, kemudian keAdilan Tuhan, lalu kenabian, lalu kepemimpinan dan kemudian akhirat dan seterusnya. Karena itu kelima hal tersebut disebut sebagai DASAR AGAMA/USHULULUDDIIN.

Setelah hukum-hukum fikih. Dalam hukum fikih ini juga bertingkat, katakanlah dimulai dari syahadatain, lalu shalat, lalu puasa, lalu zakat, lalu haji, lalu khumus dan seterusnya.

Nah, semua itu sudah diturunkan oleh Tuhan dalam Qur'an dan sangat jelas. Misalnya, mana mungkin Tuhan mewajibkan kita taat pada pemimpin tetapi pemimpinnya itu tidak ada dan Islam juga tidak mengatur cara memilih dan mengetahui pemimpinnya itu. Atau misalnya, bagaimana tidak jelas ketika Tuhan menyuruh kita mengikuti jalan lurus yang berarti jalan Islam seteratus persen dan benar seratus persen (karena Tuhan mengatakan jalan yang tidak ada salahnya sedikitpun = wa laa al-dhaalliin), tetapi Tuhan tidak memberikan orang maksum kepada kita untuk jadi ikutan dan/atau tidak memberitakan kepada kita siapa-siapa yang maksum itu.

Nah, semua jalan Islam itu sangat jelas. Ia akan terlihat sejelas matahari kalau seseorang mencarinya -Islam- dan bukan mau mendefinisikannya. Karena kalau mencarinya akan mengosongkan dirinya dan mencarinya sesuai adanya, tetapi kalau ingin mendefinisikannya, maka ia akan memaksakan informasi miliknya dan kesukaannya atau kecenderungannya ke atasnya -Islam. Karena itulah maka banyak Islam ‘ala ini dan itu.

Ketika orang telah melihat kejelasan masalah Islam itu, tetapi ia menutupinya, yakni tidak mengikutinya dan tidak pula memberitahukan kepada yang lainnya, maka orang-orang inilah yang akan dilaknat itu.

Tetapi kalau kejelasan Qur'an itu tertutupi mendung sejarah dan pengalamannya atau informasi-informasi sebelumnya yang didapat dari bukan orang-orang maksum, maka ia tidak akan dilaknati asal hatinya memiliki kejujuran, ketawadhuan, dan tidak memusuhi yang benar.

Jadi, ketidak ikutannya itu benar-benar karena ia belum mendapatkan informasi dan dalil yang benar tentang ajaran Qur'an tersebut. Orang-orang seperti ini insyaAllah masih akan terlindungi dari laknat. Namun, demikian, kalau ia melakukan permusuhan, maka sangat mungkin akan mendapat laknat itu. Karena permusuhan itu tidak akan dimaafkan kecuali ia memiliki dalil yang kuat. Dan dalil yang kuat itu hanya bisa didapat dengan bertanding dalil dengan yang dimusuhinya tersebut.

Jadi, kalau ia belum adu dalil dengan yang dimusuhinya itu, lalu ternyata yang dimusuhinya tersebut benar, maka ia juga akan mendapatkan laknat tersebut. Karena ia akan tergolong kepada orang yang menutupi kebenaran dengan sengaja. Memang, ia belum mendapatkan dalil kenenaran dari yang benar itu, tetapi ia tidak punya hak untuk memusuhinya. Karena memusuhi sesuatu harus tahu dengan yakin kebatilan sesuatu itu. Dan keyakinan ini, tidak akan didapat kecuali adu argumentasi dengan yang dimusuhinya itu.

Nah, kalau dia ngumpet saja, dan mencemooh saja dan tidak berani adu dalil, lalu memusuhi yang benar, maka ia telah memerangi kebenaran dengan dihukumi seperti sengaja. Yakni walaupun ia tidak tahu, tetapi karena tidak menandingkan dalilnya terlebih dahulu, maka ia dihukumi sengaja.
Kesimpulan:

Jadi, yang akan mendapat laknat adalah orang-orang yang menyembunyikan kebenaran apa saja yang ada di Qur'an, kalau kebenarannya itu sudah sampai dan jelas padanya. Begitu pula orang-orang yang belum jelas tetapi berani memusuhinya.

Sedang laknat itu bisa bertingkat. Dimulai dari urusan-urusan keimanan sampai kepada fikih dan akhlak. Dan dalam iman itu dimulai dari keTuhanan sampai hari akhir. Dan dalam fikih itu dimulai dari shalat sampai lain-lainnya. Dan begitu seterusnya.


(2). Tentang pelaknatnya itu adalah Allah dan selain Allah, seperti malaikat, manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Ayat ini juga memberikan kepastian kepada kita, bahwa manusia itu bisa melakukan laknat, tidak seperti sebagian orang yang mengatakan bahwa kita tidak boleh melaknat.

Laknat ini sangat penting dalam kehiduan kita. Dalam agama, ia diistilahkan juga dengan Tabarri atau berlepas diri. Artinya tidak meridhai orang yang dilaknat itu. Nabi saww pernah bersabda bahwa kalau ada orang membunuh orang lain dengan batil di ujung barat dunia, dan ada yang mendengarnya di ujung timur dunia dan ia -yang mendengar- rela terhadap perbuatan pembunuh itu, maka ia telah mendapatkan pula dosa si pembunuh tersebut. Jadi, laknat ini merupakan salah satu demonstrasi terhadap kebatilan, dan teriakan ketidaksetujuan terhadap kebatilan yang diperintahkan agama. Rinciannya bisa dilihat di catatan saya -kalau tidak salah saya pernah menulisnya- yang berjudul filsafat laknat.


Tambahan:

(1). Jangan mengira bahwa yang dilaknati itu hanya kafir. Begitu pula jangan mengira bahwa kalau syi’ah tidak dilaknati. Karena yang akan dilaknati itu adalah orang yang tahu kebenaran tetapi ia tidak mengikutinya dan menutupinya dari orang lain. Disinilah bahayanya ego kalau bercampur dalam diskusi-diskusi agama. Karena kalau sampai menyembunyikan kebenaran yang sudah jelas di akal dan hatinya, maka ia akan mendapatkan laknat tersebut. Mari kita berusaha meleburkan diri kita dan ego kita ke dalam Islam secara hakiki dan dengan menumpahkan darah kotor kita ini, dan menjauhi peleburan yang hanya melalui puisi-puisi bergaya akhlak dan irfan atau dengan kata-kata indah yang bergaya akhlak atau irfan. Dan mari kita saling menyayangi secara hakiki dengan pegangan kebenaran gamblang.

(2). Walaupun laknat itu dibolehkan, tetapi berhati-hatilah. Artinya jangan lakukan kalau tidak jelas penentangan seseorang itu terhadap kebenaran tersebut. Atau tidak jelas tentang sengaja atau tidaknya orang tersebut dalam menolak kebenaran itu. Atau mungkin lebih bagus -dengan niat hati-hati- untuk menghindari laknat pada penentang-penentang kebenaran Islam yang tidak telalu mendasar dan pokok, atau yang masih dalam perbedaan.

(3). Laknat itu tidak mesti demonstratif dan terang-terangan. Karena intinya ia adalah ibadah orang yang menyintai ajaran Tuhan. Jadi, karena tidak setujunya dan mungkin kesalnya pada para penentang ajaran Tuhan itulah ia melaknatnya.

(4). Laknat yang memancing perpecahan kaum muslimin, jelas diharamakaan oleh Islam (melalui fatwa para marja’). Karena kemudharatan yang akan dihasilkannya dari kemudharatan yang akan ditepisnya, jauh lebih besar.

(5). Usahakan dalam melakukan laknat, disamping ilmu gamblang dan sudah ditandingkan tadi, hendaknya dilakukan dengan ikhlash karena Allah. Jangan karena emosi. Karena yang karena Allah itulah yang jelas akan mendapatkan pahala. Dan, juga akan melahirkan rasa santun manakala yang dilaknatinya itu kembali ke jalan Allah.

INGAT: Sekali lagi berhati-hatilah, untuk tidak melaknat sembarangan, yakni yang tidak jelas masalahnya dan tidak jelas obyek penentangannya -karena biasanya obyek ini urusan hati dan akal seseorang yang kita tidak tahu secara detail!!!

Wassalam.


Chi Sakuradandelion menyukai ini.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar