Jumat, 01 November 2019

Makna Paragraf Puisi “Keredupan Maulid Tahun 2015”

2. Makna Paragraf Puisi “Keredupan Maulid Tahun 2015”

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/makna-paragraf-puisi-keredupan-maulid- tahun-2015/790007941049114

Sinar Agama: Karena ada yang bertanya di inbox tentang makna beberpa puisi terakhir yang saya tulis, maka walaupun tidak bisa menjelaskan semuanyalantaran tidak adanya waktu, setidaknya, saya akan mencoba memberikan penjelasan pada paragraf pertama dari puisi paling akhir yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”. Seperti biasanya, karena takut penanya tidak rela dimuat di dinding/ status, maka saya akan menginisialkan namanya sebagaimana biasanya:

10/01/2015M: Ass wr wb, afwan ustadz, saya kurang banyak mengerti puisi dan sastra, sudikah ustadz menjelaskan puisi-puisi yang pernah antum tulis demi membantu pemahaman saya? Syukran.

11/01/2015 Sinar Agama

Salam, afwan banget saya tidak bisa melakukannya sekarang-sekarang ini karena lonjakan kesibukan di akhir-akhir ini. Semoga saya bisa menjelaskannya di lain kesempatan, amin. Akan tetapi sekedar untuk arahan saja, maka saya akan mencoba menerangkan satupraagraf secara ringkas dari puisi sederhana kemarin yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”.

Wiladahmu yang mestinya cerah Tertaburi bunga-bunga merah Semerbak wewangian ‘audah Lantunan syair-syair burdah Tahun ini Indonesia bermusibah

Bait Pertama: Wiladah Nabi saww sudah semestinya diperingati dengan meriah dan cerah. Cerah dalam memperingati beliau saww itu, adalah berbahagia dan gembira serta syukur kepada Allah swt yang telah mengutus beliau saww kepada kita semua. Cerah juga bermakna jelas dan gamblang. Yakni dalam peringatan maulid) beliau saww, di sampiang keceriaan penuh kesyukuran itu, juga harus dibarengi dengan penjelasan tentang beliau secara gamblang (cerah), baik ajaran akidah, fikih atau akhlak karimah beliau saww yang telah dicontohkan kepada umat. Jadi, ajaran beliau saww harus diterangkan secara jelas dan gamblang.

Bait Ke Dua: Tertaburi bunga-bunga merah. Dalam bait ini, tidak dipakai kata “indah” untuk mensifati bunga. Mengapa? Karena maksudnya adalah jelas. Yakniwarna merah adalah tanda dan maksud dari kejelasan warna atau warna yang paling jelas. Lalu apa maksud bait itu seutuhnya, mengapa maulid yang cerah itu mesti tertaburi bunga-bunga merah?

Dalam makna cerah di atas, sudah diterangkan sebagai bahagia, ceria, penuh syuukur dan kecerahan atau kegamblangan ajaran yang meliputi akidah, fikih dan akhlak karimah beliau saww. Nah, dalam penyampaian ajaran secara cerah, jelas dan gamblang itulah maka harus dengan disertai penaburan bunga-bunga merah. Bunga artinya indah, lembut dan enak dilihat. Jadi, apapun ceramah, tulisan dan sapaan yang dalam rangka menjelaskan agama dengan gamblang itu, harus disampaikan dengan bahasa yang indah seperti bunga. Karena tabiat atau natural bunga itu adalah indah. Itulah mengapa di bait itu tidak dipakai kata “Bunga-bunga indah” tapi “bunga- bunga merah”, sekalipun sama-sama berakhiran kata “ah”. Jadi, di bait ini, pemakaian kata bunga, sudah dicukupkan untuk menerangkan keindahannya.

Bunga di bait itu, ditulis dalam bentuk jamak. Itu artinya, penyampaian tersebut, tidak bisa hanya melibatkan satu dua orang penceramah atau penulis, melainkan harus melibatkan semua umat. Jadi, umat harus beramai-ramai secara jamak, untuk melakukan penerangan agama dengan gamblang itu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, apakah sebagai penyampai langsung, atau penyampai dari apa-apa yang disampaikan penyampai yang, biasanyaulama.

Membungai maulid, juga tidak bisa cukup dengan kata-kata, akan tetapi harus pula dengan aplikasi. Jadi, kegamblangan ajaran Islam itu, di samping harusdisampaikan melalui kata dan tulisan, juga mesti disampaikan melalui perbuatan taqwa. Karena itu, kalaulah kita mengharumkan maulid dengan kata akantetapi bermaksiat, maka kita telah mengotorinya dengan perbuatan. Mana lebih kuat, keharuman kata atau kebusukan amalan? Sudah tentu bau tidak enaknya amalan yang lebih kuat. Karena itu, akan menjadi tertawaan orang, manakala kita menyampaikan ajaran Nabi saww tentang haramnya minuman keras, akan tetapi sambil meminumnya.

Sedang pensifatan keindahan penyampaian dan amal itu dengan warna merah, maksudnya adalah dengan warna ajaran yang jelas hingga bisa dibedakan darikafirin (kalau memang beda) dan dibedakan dari selain Syi’ah (dalam hal yang berbeda).

Maksudnya, dalam penyampaian dan amalan yang indah itu, tidak boleh hanya menitikbesarkan kepada keindahannya saja, akan tetapi harus tetap menjaga warna yang ada. Jangan karena ingin dikata indah, lalu ajaran Islamnya atau ajaran Syi’ahnya, dikebiri-kebiri hingga sama warna dengan yang mestinya beda. Keindahan seperti ini, tidak diinginkan akal sehat dan apalagi agama.

Karena itu, menerangkan dan mengamalkan yang beda, sama sekali tidak menyalahi prinsip bermasyarakat dan persatuan atau bernegara sekalipun bukan di negara Islam. Indah harus indah, akan tetapi tidak boleh mengorbankan warna yang beda (kalau memang beda). Karena itulah, maka keindahan itu penyampaian dan amalan itu, yang disifati dengan bunga yang bermakna indah itu, harus pula disifati dengan merah, yakni warna yang jelas, tidak boleh abu-abu atau berubab-berubah seperti bunglon.

Bait Ke Tiga: Semerbak wewangian ‘audah. Wangi sebagai pelengkap dari penyampaian dan amalan gamblang dari ajaran Islam yang sudah disifati denganindah dan tegas (merah) itu. Artinya, kalau kita melakukan hal tersebut, maka sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman dihuni dan ditempati. Jadi, bukan hanya dilihat, tapi enak dihuni dan ditinggali. Makna ini, juga yang dijanjikan Tuhan manakala

manusia mau mengamalkan perintahNya, yakni akan diturunkan ramhat dariNya, QS: 41:30-31:


َوأَبْ ِشُروا بِالْ َجنَِّة الَّتِي ُكْنتُ ْم

َوَال تَ ْحَزنُوا

َعلَْي ِه ُم الْ َمَالئِ َكةُ أََّال تَ َخافُوا

َربـُّنَا اللَّهُ ثُ َّم ا ْستـََقاُموا تـَتـَنـََّزُل

إِ َّن الَّ ِذي َن قَالُوا
ِ

تُو َع ُدونـَنَ ْح ُن أَْوليَاُؤُك ْم فِي الْ َحيَاِة ال ُّدنـْيَا َوفِي اْل ِخَرِة

“Sesungguhnya barang siapa berkata Tuhan (ikutan dalam segala aspek kehidupan) kami adalah Allah, lalu istiqamah (terus menerus dalam pernyataan dan aplikasinya itu) maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka -untuk memberikan berita- untuk tidak takut dan bersedih, dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami pemimpin/penguasa/penolong kamu di dunia dan di akhirat......”


Karena itu, ketika Allah sudah menjanjikan pertolongan dunia-akhirat bagi yang bertaqwa dan apalagi yang bersifat jamak itu, maka sudah tentu kehidupan sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman. Itulah mengapa saya heran mengapa Islam jadi momok sosial di benak muslimin. Emangnya kalau sosial Islam lalu yang bukan Islam dibantai? Emangnya kalau sosial Syi’ah, lalu yang Sunni di bantai? Kalau demikian, mana kewangiannya? Emangnya hal seperti itu diajarkan Nabi saww? Itulah mengapa saya lebih heran manakala kebodohan ditutupi dengan kata “taqiah” atau keIndonesiaan. Emangnya Islam dan Syi’ah tidak bisa hidup mewangikan Indonesia sekalipun bukan negara Islam? Emangnya, muslimin di jaman Nabi saww yang hidup di negara lain, diwajibkan jihaddan perang demi memaksakan Islam pada mereka?

Itulah mengapa saya katakan mesti decerahkan dengan gamblang, diindahi seindah-indahnya tapi tetap dengan menjaga warnanya lalu diwangi-i dengansemerbak wewangian yang memang diajarkan di Islam yang gamblang itu. Sebab kalau Islam dan Syi’ah ini tidak digamblang, lalu diserahkan pada orang yangbukan spesialis belajar agama (awam agama) maka akan banyak pengaku Syi’ah yang akan menoreh Islam dan Syi’ah itu sendiri walau dengan niat membantuIslam dan Syi’ah serta pengikutnya. Misalnya dengan menghilangkan warnanya apalagi warna intinya lagi. Apa gunanya membela Islam kalau menerima trinitas? Apa gunanya Syi’ah kalau menerima khilafah bukan dari imam Makshum? Apa artinya Syi’ah kalau taqlid sudah tidak wajib, wali faqih sudahditendang?....dan seterusnya?

Islam yang hakiki dan Syi’ah yang hakiki dan berkwalitas, bisa hidup dimana saja. Karena prinsipnya, Islam dan Syi’ah itu anti terhadap paksaan walau, anti terhadap penghilangan warna. Prinsip Islam dan Syi’ah justru bukan hanya tidak memaksakan kehendak, akan tetapi saling tolong menolong sesama muslim dan bahkan sesama manusia. Saya sudah berulang kali menyampaikan kepada teman-teman bahwa ketika imam Ali as mengutus Malik Asytar untuk menjadi gubernur di Mesir, imam Ali as memerintahkan supaya lembut dan menyantuni sesama muslim atau kalau kafir juga sesama manusia. Itu Syi’ah yang sudah berkuasa lho. Apalagi yang tidak berkuasa. Bayangin, imam Ali as memerintahkan Malik Asytar untuk berbuat adil pada muslimin karena sama-sama muslim, dan tidak menzhalimi kafirin karena sama-sama manusia. Ajib kan ajaran Islam dan Syi’ah yang hakiki? Ini jelas tidak sama dengan Syi’ah yang hanya diaku-aku itu.

Itulah mengapa para ulama dengan meniru imam Makshum as, tetap menjelaskan Islam dan Syi’ah secara gamblang dimana bagi pensombong (sms) dikatakan sebagai gontok-gontokan dan tidak mengklarifikasi kesalahan. Heh....sungguh durhaka pada Nabi saww yang mengasaskan Syi’ah, dan durhaka pada Makshumin as yang meneruskan dan mengemban ajaran imamah yang meliputi agama dan sosial/pemerintahan, dan durhaka pada seluruh ulama Syi’ah yang tidak satupun berpendapat seperti sms itu. Sudah begitu, masih sanggup dengan pongah menamakan diri Syi’ah menurut Syi’ah. Menurut Syi’ah yang mana kalau tidak satu ulamapun dan bahkan tidak satu awampun yang berkata sepertiperkataannya? Bukankah ini kebohongan di siang bolong dan kecongkakan di muka bumi yang tidak pernah terjadi dalam sepanjang sejarah manusia?

‘Audah adalah minyak wangi yang masih asli. Yakni cairan wewangian yang dihasilkan dari penyulingan pertama sebelum dicampur dengan zat-zat lainnya. Misalnya, wewangian yang diambil dari bunga mawar, bunga sedap malam, apel, ....dan seterusnya. Ketika masih berupa cairan pertama dan belum diolah lagi menjadi minyak wangi yang beraneka merek itu, maka cairan wangi yang asli itu, dikatakan ‘audah.

Nah, wewangian kehidupan sosial manakal berpijak pada ajaran Islam dan Syi’ah yang semestinya, sekalipun bukan di negara Islam seperti jaman-jaman para Makshumin as sendiri, baik di kota Makshumin atau di jaman Nabi saww bagi yang hidup di negara lainnya itu, adalah wewangian yang asli dan murni dari Tuhan, bukan dari pengaku-aku membawa agama.

Ketika wanginya asli dari Tuhan, Nabi saww dan Ahlulbait as serta akal gamblang, maka sudah pasti semuanya hidup tentram sentosa, tidak ada keburukan, tidak ada penghapusan ajaran dan semacamnya. Inilah yang dimaksukan bahwa Nabi saww, Islam dan Syi’ah serta imam Makshum as itu, adalah rahmat bagi semua bangsa dan bahkan semua makhluk Tuhan, baik bagi yang mau mensyukurinya dan mengikutinya, atau bahkan tidak mensyukurinya. Inilah makna rahmatan li al- ’aalamin, bukan rahmat bagi pengikutnya saja.

KARENA SUDAH LELAH MAKA DUA BAIT TERKAHIR SAYA AKAN TERANGKAN DENGAN SANGAT RINGKAS SAJA

Bait Ke Empat: Lantunan syair-syair burdah. Burdah, in syaa Allah masih merupakan musik yang halal karena tidak bisa dibuat joget dan semacamnya. Yakni tidak muthrib. Maknanya, ajaran gamblang Nabi saww dan Syi’ah itu, tidak bertentangan dengan budaya manapun. Tentu setelah ada pembenahannya. Budaya yang membawa manusia kepada kesia-siaan hingga tidak bisa menggapai nilai kemanusiaan yang ditargetkan Tuhan dalam mencipta manusia, diharamkan Islam. Itupun tidak dipaksakan manakala manusia memang memilih maksiat.

Jadi, Islam dan Syi’ah tidak anti terhadap keindahan seperti sya’ir dan burdah. Apapun keindahan yang halal, dapat dijadikan instrumen bagi penjelasangamblang tentang Islam dan Syi’ah.

Dan juga memiliki makna bahwa kalau sosial kita sudah berkwalitas seperti yang diterangkan di atas itu, maka semua berposisi di posisinya masing-masingdengan indahnya seperti alat-alat musik burdah itu dimana masing-masingnya berposisi jelas dan memiliki tugas khusus. Yang alim menerangkan agama, yangsarjana bangunan membangun kota, yang tidak tahu jangan sok tahu, yang tida ktahu Syi’ah jangan sok tahu, ...dan seterusnya. Begitulah bahwa sosial yang Islami yang sekalipun tidak di negara Islam ini, akan indah dan rapi seperti rapinya alat-alat musik itu.

Kalau tidak, maka dapat dibayangin. Kalau gitar bas difungsikan sebagai gitar melodi, maka jangankan indah, tidak muntah saja pendengarnya sudah untung. Nah, begitu pula dengan hal-hal keIslaman dan kesosialan ini. Kalau agama yang mesti diterangkan ulama, diterangkan oleh pangku ulama (gadungan), maka jangankan indah, tidak muntah saja sudah untung. Kalau para malaikat di langit tidak pingsan saja, sudah untung. Bayangin, menerangkan Islam dan Syi’ah dengan apa-apa yang tidak diajarkan Tuhan, Nabi saww, imam Makshum as dan para ulama serta bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah DAN DIKATAKANNYA SENDIRI BAHWA YANG DIKATAKAN ITU MEMANG BEDA DAN BAHKAN MENGATAKAN BAHWA TOKOH-TOKOH AGAMA SELAMA INI GONTOK-GONTOKAN DAN TIDAK MENGKLARIFIKASI DENGAN PANDANGANNYA, YAITU DENGAN TIDAK MENGAJARKAN APA-APA YANG TELAH DIAJARKAN MEREKA DALAM SEPANJANG SEJARAH ISLAM DAN SYI’AH MERERKA. YAKNI MEREKA SALAH SEMUA DAN YANG BENAR ADALAH DIRINYA. YAKNI SEMUA AJARAN SYI’AH ITU SALAH, BAIK YANG DIAJARKAN NABI saww DI GHADIR KHUM DAN BERBAGAI TEMPAT, BAIK YANG DIPAHAMI PARA MAKSHUMIN as BAHWA GHADIR KHUM ITU MAKNANYA MELIPUTI VERTIKAL DAN HORISONTAL, BAIK YANG DIPAHAMI SEMUA ULAMA SYI’AH DALAM SEPANJANG SEJARAHNYA, SEMUA DAN SEMUA SALAH MEMAHAMI IMAMAH. KARENA IMAMAH, HANYA VERTIKAL DAN AGAMA, BUKAN HORISONTAL DANNEGARA.

JADI TUHAN YANG MENGAJARKAN IMAMAH VERTIKAL DAN HORISONTAL DI QUR AN; NABI saww YANG MENGAJARKAN IMAMAH DI BERBAGAI TEMPAT TERMASUK DI GHADIR KHUM DAN AKAN MENULISKANNYA DI HARI KAMIS TERAKHIR SUPAYA UMAT TIDAK SESAT DIMANA DICEGAH OLEH SEBAGIAN SHAHABAT DAN DIKATAKAN MENGIGAU; PARA IMAM YANG TIDAK BISA HIDUP ENAK KARENA TERUS MENERUS MENGAJARKAN WARNA MERAH YAKNI IMAMAH ITU MESTI VERTIKAL DAN HORISONTAL HINGGA SELALU DIPENJARA PARA KHALIFAH DAN PENGUASA DI JAMAN MEREKA as, SEMUA DAN SEMUAADALAH PENGGONTOK-GONTOK DAN TIDAK MENJELASKAN YANG SEBENARNYA, YAITU YANG ADA DI BUKU SMS.

Bait Ke Lima: Tahun ini Indonesia bermusibah. Ringkasnya, musibah kesalahan memahami Islam dan Syi’ah dan terbesarnya, fitnah yang telah ditaburkan sms. Semoga musibah ini, segera diangkat oleh Allah dengan doa-doa kita dan penerangan amar makruf semampunya yang disampaikan dengan gamlbang, jelas, indah, merah, wangi dan asli, amin. Wassalam.

Uswatun Azzahra: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad .

Anfal Alaydrus:.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas jempol dan komentarnya. Tolong baca lagi, karena ada penambahan sedikit, setidaknya yang bertuliskan balok afwan.

Hendy Laisa salam...istirahat ustad...

Bande Husein Kalisatti: Syukron..

Siti Rabia Aidia: Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad.

Dadan Gochir: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.

Subiono Ono: Syukron USTADZ.......semoga selalu diberi Kesehatan oleh ALLAH SWT agar tetap Mencerahkan UMAT.

Fahmi Alkaff: Kenapa dalam masyarakat Islam, saat mulai berkembang sering terjadi perbedaan yang menjurus ke perpecahan pada tokoh-tokohnya justru ketika persatuan disebarkan, didengungkan dan dibutuhkan.....??...bahkan bila kritik ini disampaikan.....oooh tidak ....tidak.....tidak ada perpecahan..... cuma perbedaan pendapat itu biasa.....ya...memang dari dulu umat islam suka berapologi kalau dikritik......persoalan pembahasan jadi pelik, seolah agama itu dibutuhkan pemahaman yang sangat detil untuk bisa benar dan masuk surga......padahal ketika pertama mengenal islam diajarkan, siapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat dijamin surga......siapa yang mencintai Nabi dan keluarga sucinya dijamin surga....siapa yang mengakui kewilayahan Ali dijamin surga....dan seterusnya.... sederhana dan tidak rumit....namun kenyataanya, bahkan orang yang sudah banyak baca buku bahkan mengarangbukupun masih terancam dikeluarkan dari surga..??...bukankah agama itu akhlaq, etika, dan moral bertindak..?...dan moral atau ahlaq itu mempunyai tahapan untuk pemahaman dan pelaksanaannya....ada tingkatan....ada proses pemahaman....seperti tahapan perkembangan manusia dari bayi, balita, dewasa...dan sampai tua.....begitu juga sistem moral.....Kadang terfikir......lebih enak agama kristen atau katholik....cukup mempercayai yesus itu juru selamat, kita sudah dijamin masuk surga dan kebutuhan dunia akan terbantu.....begitulah mereka dalam dakwahnya.......dan tetap konsisten sampai sekarang

Bintang Ali: Salam ustadz, lama tak menyapa.
Kalimat ini sungguh nusuk > Bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah.

Sinar Agama: Bintang, iya apa kabar, semoga selalu dalam lindunganNya, amin.

Sinar Agama: Fahmi A, kalau Islam seperti yang antum gambarkan yaitu hanya terdiri dari beberapa ayat dan hadits seperti tentang syahadatain dan iman pada imam Makshum as saja, maka selesai Islam ini dan tidak perlu ruwet-ruwet ada Syi’ah dan jihad. Akan tetapi Islam itu memiliki lebih dari enam ribu ayat dan puluhan ribu hadits. Karena itu, Islam itu mudah, tapi tidak sesederhana itu. Karena itu, belajarlah terus dan jangan mengandalkan keringkasan-keringkasan yang menipu.

Misalnya hadits Nabi saww mengatakan bahwa yang mencintai Ahlulbait as masuk surga. Nah, kalau kita hanya mencukupkan hadits ini, maka tinggal cinta dan sudah masuk surga. Akan tetapi karena Islam itu adalah ribuan ayat dan puluhan ribu hadits, maka tidak bisa hanya mencukupkan hal tersebut.

Karena itulah, kita harus melihat di ayat dan hadits-hadits lain, apa makna cinta itu dan seterusnya.

Nah, para ulama yang tekun puluhan tahun belajar ilmu keIslaman, membantu umat dengan merangkum berbagai hal tentang semua ajaran Islam, seperti tentang cinta, tentang makna Syi’ah..... dan seterusnya. Karena itulah ajaran Islam itu dikatakan ajaran terlengkap. Hal itu karena tidak menyisakan apapun tanpa penjelasan.

Antum mau hidup seperti apa, itu merupakan hak sepenuhnya antum. Saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa kita tidak boleh putus asa. Masuk kristen juga berat, karena harus mengakui dosa- dosanya ke pastur sebelum diyakini diampuni. Harus cerita pernah nyuri ayam misanlnya, zina misalnya ...dan seterusnya. Btw, tidak ada yang gratisan masuk surga dalam pandangan agama manapun.

Lagi pula, semua keterangan Islam itu, yang katakanlah jlimet itu, dibuat oleh Allah untuk meninggikan derajat manusia itu sendiri, bukan untuk menambah kesempurnaanNya, sebab Dia Maha Tidak Terbatas.

Didan Husein Chicharito: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.

Fahmi Alkaff: Syukron ustadz....hanya janganlah sesama ustadz saling berdebat masalah yang pada level tertentu dibolehkan ada perbedaan...karena bisa menambah kebingungan awam terhadap kebenaran yang harus dipegang atau keraguan akan arah kemana tujuan agama diarahkan..... berbicara sesuai dengan tingkatan iman dan pikir kaum awam lebih bermanfaat ketimbang berdebat sengit demi mempertahankan kebenaran karena takut salah....dalam tradisi berguru ada kaidah menarik murid ke tingkatan yang lebih tinggi tanpa menyeretnya dengan paksa itu hasilnya lebih baik....tapi bila hukum yang dipakai untuk mendidik maka ....hitam putih yang dikedepankan....dosa, murtad, haram, kafir....dan seterusnya walaupun di bumbui dengan keterserahan padaseseorang mau menerima atau tidak...itu hak anda....itulah ciri pendekatan hukum tidak mau berusaha menampilkan yang bisa membawa atau menuntun atau membimbing orang ke jalan yang dimaui.....tapi cenderung menghukumi.....apalagi bila terjadi sesama ustadz, bisa-bisa debat yang sengit terjadi......saya hanya ingin melihat islam yang merupakan jalan lurus yang bisa menjadi alternatif terbaik bagi semua jalan- jalan, ideologi yang ada bukan menolak yang laintapi menyodorkan alternatif dengan etika dan akhlaq yang mengunguli, bukan menghukumi....afwan ustadz, ana masykur...!



Artikel sebelumnya, ...
=====================




Kandungan Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

Kandungan Buku Syi’ah Menurut Syi’ah (oleh Tim ABI)

1. Maulid Nabi saww dan imam Ja’far as Mubaarak

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/maulid-nabi-saww-dan-imam-jafar-as- mubaarak/790007681049140

Sinar Agama: Walau kesedihan meraup jiwa dengan petaka lahir seperti di Iraq dan Suriah atau dengan petaka batin seperti di Indonesia kita belakangan ini, namun kami tetap berhagia dengan kelahiran Nabi saww dan imam Ja’far as dan ingin mengucapkan selamat bahagia dan penuh keberkahan kepada kanjeng Nabi saww sendiri, kepada Ahlulbait as terutama imam Ali as, hdh Faathimah as dan imam Mahdi as, kepada para ulama dan marja’ terutama Rahbar hf tercinta yang sangat mazhluum, kepada seluruh mukminin dan mukminat terutama teman-teman fb.

Semoga kita semua dapat mengaplikasikan bahagia dan cinta kepada mereka as ini, dalam kehidupan sehari-hari demi menjemput kebaikan diri dan akhirat di kemudian hari. Dan semoga mereka as sudi kiranya mensyafaati kita semua, amin.

Sisipan Puisi Sederhana:

“Keredupan Maulid Tahun 2015”

Wiladahmu yang mestinya cerah 
Tertaburi bunga-bunga merah 
Semerbak wewangian ‘audah 
Lantunan syair-syair burdah 
Tahun ini Indonesia bermusibah

Senyum yang mesti menghias 
Ceria yang mesti terkanvas 
Di sanubari para mukhlash 
Berganti keluhan nan melas 
Hadapi para pemberantas

Allah yang t’lah sempurnakan agama
Kau yang tak berkata dengan hawa 
Ghadir yang kau jadikan saksinya 
Dikata tak ajarkan horinsontalia 
Dikata tak tentukan khaalifa

Kalaulah bukti berkata 
Bahwa engkau ajarkan semua 
Dipatri para imam Makshuma 
Hingga mereka s’lalu dipenjara

Kadang dibantai di Karbala 
Malah dikata tak tahu Indonesia
Agama yang diturunkan tuk dunia 
Engkau yang rahmat semua bangsa 
Dikata tak layak untuk Indonesia 
Dikata tak mengerti sikon dan masa 
Terutama Indonesia yang heterogenia

Buta tak melihat Ka’baa 
Bergelantungan sejuta arca 
Engkau di utus dari sana 
Masih lebihkah arca dunia 
Terlalu agungkah arca ta’

Pembawa dua sunnah s’bagai hujjah 
Tuk sinari akal dan fitrah
Dikata berhati kotor dan kayu rapuh 
Sebegitu congkakkah si serakah
Tak pernah kenyang dengan ummah

Dulu, ajaranmu asing di sunnah 
Kini, lebih asing lagi di Syi’ah
Hasan dan Husain kau kata imamah 
Baik berkuasa atau dijarah
Tapi kini mereka menfitnah 
Maksudmu tak mesti jadi khalifah

Oh Nabi saww, maafkan redupku 
Di tahun ini mauludmu
Tak mampu tepikan dukaku 
Lihat ajaranmu disapu
Ya Tuhan, tolonglah negeriku

Kini di maulid Nabi saww 
Tuhan Senyuman berganti tangisan
Kini maulid Nabi saww Tuhan 
Berdarah bagai Karbala Husain 
Semburat darah jantung Hasan

Oh Nabi saww 
Oh Itrah suci 
Oh Faathimatiy
Asingnya antum di sini 
Asingnya antum di syi’ii

Ketahuilah hai para angkara 
Yang lebih suci dari anbiyaa 
Yang lebih tahu dari marja’
Di sini Indonesia bukan Yamania 
Hormati kami punya budaya

Kilah kiluh dihambur-hambur 
Hingga berkata demi lebur
Demi lebur kok menyembur-nyembur
Hingga lebur hilang melebur 
Puak sendiri jadi hancur

Bermain kata bagai Dwi Pangga 
Argumentasi jadi mantra-mantra 
Emangnya umat bodoh semua 
Emangnya Tuhan tidur di sana 
Emangnya Nabi saww tak berwibawa

Zahraa’ suci as dibawa-bawa 
Tutupi hati penuh angkara 
Hingga umat tertipu daya 
Tanggalkan dalil jauh di sana 
Lecehkan tinta-tinta ulama

Ingat dua imam di dunia (QS: 2:257) 
Keluarkan gelap ke cahaya 
Keluarkan cahya ke gulita 
Keluarkan rasa ke hujjah nyata 
Keluarkan hujjah ke istana rasa

Waspadai penjaja surga 
Kalau hanya bermain rasa 
Kalau hanya bengkak mata 
Kalau hanya menangis ria 
Karena sejarah sudah nyata 
Neraka sering berwajah surga
Si papa pakai baju ulama

Oh Nabi saww maulidmu redup tahun ini 
Umatmu dibantai di sana sini
Kini ajaranmu dihujat di sini
Bahkan oleh umat sendiri 
Bahkan oleh pengaku Syi’ii

Kami kelak kan bersaksi 
Di hadapan Ilahi Rabbii 
Kala dalil mulai beraksi
Menjelma dalam jiwa barzakhi 
Dikala tipuan jadi basi
Dan pepongahpun sesali diri

Mungkin kami terbakar api 
Karena dosa-dosa sendiri 
Tapi kesaksian ini, kami terusi 
Demi bela Itrah Nabi saww
Demi harap syafaat Nabi saww 

Wassalam


Nure Beheshti: Bagian, Terlalu agungkah “arca ta’ “ bacanya dengan logat sulawesi ya ustadz? hehe

ALito Alfian Mehmud: Pak Ustadz, antum kabarkan kepada kami bahwa Rahbar hf yang sangat kami cintai keadaannya sangat mazhluum. Bertambahlahkecintaan kami kepada beliau, sebagaimana begitu cintanya kami kepada Rasulullah saww, Imam Ali as & Makshumin as lainnya yang kesemuanya sangat mazhluum. Yang tiada hati kami apabila mengingat kisah-kisah mereka kecuali bersedih. Ya ALLAH, jagalah dan jayakanlah rahbar kami, hingga ENGKAU berkehendak mendzahirkan Imam zaman kami dengan kejayaannya. Amien....ALLAHumma sholli ala Muhammad wa ali Muhammad wa ajjil farajahum.



Artikel sebelumnya, ..
====================

Senin, 28 Oktober 2019

Iman Mutlak dan Iman Relatif (2)

11. Iman Mutlak dan Iman Relatif (2)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/iman-mutlak-dan-iman-relatif-2-serikomentar/74 8839735199436/?refid=21

Sinar Agama: Salam untuk semua:

Ya Allah...hanya Engkau yang tahu, bahwa aku tidak suka bertikai. Bahwa aku sering bingung harus berbuat dan menulis apa. Engkau melihat air mataku bercucuran karena rasa takut.

Ya Allah... hanya Engkau yang tahu keadaanku. Yang bingung harus menanggapi atau tidak sebuah fenomena, atau bingung harus menanggapi seperti apa menanggapinya. Hanya Engkau yang tahu, betapa aku tidak bergegas dalam melakukan sesuatu.

Ya Allah...hanya Engkau yang tahu kebingunganku dalam memilih sebuah pilihan, apakah harga diri seseorang dan sebuah kelompok, atau agama dan ajaranMu.

Ya Allah...hanya Engkau yang tahu bahwa aku memutuskan menulisnya di media karena bukunya sudah terbuka sendiri dan sangat berbahaya bagi Syi’ah yang relatif muda di tanah air tercintaku. Begitu pula bahkan bagi saudara-saudara Sunniku.

Ya Allah....hanya Engkau yang tahu dikala aku tidak enak tidur, makan dan bernafas, dikala aku dalam kebingungan yang nyata dalam mengambil sikap di antara saudara-saudariku di fb ini atau di alam nyata.

Ya Allah...sudah kuputuskan untuk membukanya semampu Engkau berikan ijin padaKu secara takwiniah dan syar’iyyah yang kupahami secara relatif.

Ya Allah...telah kujaminkan segala yang kupunya demi agamaMu. Aku yang dulu lahir dengan telanjang, kini aku siap untuk menjadi sedia kala, hanya demiagamaMu dan ajaran Nabi saww serta Ahlulbait as. Itupun secara relatif pahamanku mengenalMu, agamaMu dan jalanMu.

Ya Allah...kumohon padaMu, sudilah melindungi semua ikhwan dan akhwatku, dan segenap teman dan kolega, dari mudharat-mudharat yang dinyanyikan hawa nafsu dan dibuat-buat sendiri, dan agar pilihanku ini, memang sesuai dengan ridhaMu, bukan karena hawa nafsu hinaku, amin. Wassalam.

Sinar Agama: Saya terlalu keheranan melihat teman-teman menyarankan untuk datang pada penulis. Aneh banget, wallaahi. Ngeritiki buku yang tersebar kok ke penulis. Saya tidak mengingkari bahwa mengkritik itu juga bisa ke penulis langsung. Akan tetapi, seperti yang sudah saya katakan berulang-ulang, TIDAK HARUS.

Dan akhlak Islam dan Ahlulbait as itu, tidak mengharuskan hal itu. Karena mengeritik buku, atau tulisan, bisa dengan tulisan. Emangnya antum-antum kalau mau mengkriti bukan lain madzhab mendatangi orangnya, atau kalau pengarangnya sudah mati, lalu tidak mengkritiknya juga.

Kok ajib, kalau penulisnya selain Syi’ah, diobok-obok, tapi kalau Syi’ah, disuruh ke penulisnya. Wallahi aturan mana itu, fatwa siapa itu atau anjuran akhlak di kitab mana dan oleh para arif yang mana?

Sinar Agama: Akhlak dalam tulis menulis itu adalah berdalil, memahami tulisan orang dengan sebaik-baiknya dan menulis dengan bahasa yang ilmiahdan tidak kasar yang diluar batas keumuman penulisan. Itulah mengapa sebelum kita mengatakan akhlak itu, ini dan itu, tidak akhlak itu, ini dan itu, mesti mengerti Islam dulu dengan maksimal kemampuan yang ada di pendidikan yang ada yang dibuka untuk semua. Kalau kita malas mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh dan istiqamah, maka tolong jangan buru-buru memberikan cara kerja akhlak. Karena bisa jadi akhlak yang diinginkan, justru tidak diinginkan oleh akhlak Islam itu sendiri.

Sinar Agama: Ra’syi banget, antum sesama fb ini, emangnya mendatangi dulu orang yang mau dikomentari sebelum menulisnya di kolom-kolom yang tersedia ini? Wallaahi ra’syih. Bayangin, kalau datang dulu, sebelum kemudian menulis di kolom, betapa akan kacaunya dunia ini.

Satu lagi, apakah antum yang mendukung kitab itu, sudah mendatangi penulisnya untuk klarifikasi maksudnya hingga antum setujui dan antum bela di fb ini? Kalau antum belum datang ke penulis, lah...kok kami yang disuruh datang ke penulis dan kalau kami tidak datang lalu disemprot dengan tidak akhlaki lah, tidak jentel lah, membuat kekacauan dan perpecahan lah...dan seterusnya. Wallaahi ra’syih.

Jadi, kewajiban dan keakhlakan serta ketidakmembuatan perpecahan, untuk mendatangi penulis itu, kalau hanya mau mengkritiknya di media sosial, bukan menyetujui dan membelanya di media sosial yang sama???!!!!

Abdul Malik: Sinar Agama kenapa nggak pake nama asli? Ini fb kayak pasar goib. Anak SD pun bisa dianggap ustadz....

Abdul Malik: Tapi perlu diucapkan terimakasih kepada Sinar Agama berkat antum memberikan statmen kontroversi yang membuat buku SMS makin laris. Makin dipersoalkan makin laris.

Sinar Agama: Abdul, nah...kan kamu pasti jauh di atas SD toh, silahkan buat hal yang sama kan kalau profesional, benar, ilmiah dan ikhlash kan akan dapat pahala banyak tuh. Nah, silahkan kamu buat yang sama dengan yang kita buat. Sebab semakin banyak teman-teman mengabdi, apalagi kan cukup dengan ilmu SD, maka saya dan teman-teman seperti saya lainnya, akan jauh tambah ringan. Semoga antum bisa melakukannya dan baik dan diterima Allah, amin.

Sinar Agama: Teman-teman, silahkan antum berpendapat dalam teori dakwah atau komunikasi atau diskusi di medsos atau di mana saja, akan tetapikami, hanya takluk pada fatwa marja atau setidaknya, argumentasi yang gamblang secara akal, Qur an dan hadits. Tapi intinya, kami hanya mengikuti fatwa marja’ terhadap boleh dan tidaknya menulis atau berkata-kata dalam kertas atau medsos. Jadi, jangan sembarang memberi teori, karena hal itu, kelak akan ditanyakan Tuhan tentang dalil-dalinya satu persatu di akhirat. Afwan saya istirahat dulu, wassalam.

Nur Imam Nur: larangan berhujjah karena kalian bukan imam Makshumin https://m.facebook. com/story.php?story_fbid=405773939581178&id=100004457255254&refid=17&_ft_& tn =%2As

https://m.facebook.com/story.php...

Sinar Agama: @Nur ..nur, kok nggak pandai-pandai kamu ini dari dulu.

• Hujjah itu banyak derajatnya, yang dunia tidak mungkin sepi dari padanya adalah yang makshum. Nah imam-imam Ahlulbait as itu adalah hujjah yangmakshum.

• Hadits pertama mengatakan bahwa tidak taat atau beribadah kepada Allah kecuali melalui Makshum. Maksudnya, bahwa siapapun orang yang mau mengamalkan syariat, maka harus sesuai dengan ajaran Allah. Nah sesuai atau tidaknya itu, harus dengan merujuk ke Makshum. JADI JANGAN BERDALIL DENGAN DIRI SENDIRI, SEPERTI PARA MUJTAHID YANG TIDAK MERUJUK KE IMAM MAKSHUM, TAPI MERUJUKLAH DALAM BERDALIL KEPADA MAKSHUM. Itu maksudnya Nur.

• Begitu juga dengan maksud hadits ke dua.

• Hadits ke tiga seperti yang sudah disinggung di atas. Bahwa dunia ini tidak akan sepi dari Makshum. Sebab kalau tidak ada Makshum, maka jalan lurus itu tidak ada. Karena jalan lurus adalah jalan Islam yang lengkap dan tidak ada salahnya sedikitpun (wa laa al-dhaalliin). Dan kalau tidak jalan lurus, terus buat apa Tuhan mewajibkan kita shalat yang ada kewajiban di dalamnya untuk membaca surat fatihah yang ada permintaan tentang jalan lurus itu?

Karena itu, maka maksud hadits itu, adalah mengajak bicara orang yang tidak mengerti seperti kamu yang salalu minta jalan lurus tapi mengingkariMakshum setelah Nabi saww. Bukan kami yang berdalil dengan ajaran Makshum.

Sinar Agama: Kok bisa kamu tidak paham. Dengan sedikit saja merenungi hadits itu, maka jelas bahwa maksud dari pada kehujjahan mereka para Makshum itu, adalah untuk dijadikan hujjah. Lah, kalau mereka hujjah Allah, lalu tidak dijadikan hujjah oleh umat, lah terus buat apa mereka dijadikan hujjah Allah? Persis seperti Qur an yang juga hujjah Tuhan. Nah, kalau Qur an yang merupakan hujjah Tuhan itu tidak dijadikan hujjah oleh kita, lah terus buat apa diturunkan untuk kita mas.....?

Lagi pula, kalau kamu mau beriman dengan pengertian kamu itu, maka kamu tidak berhujjah, karena kamu bukan Makshum.

Ali Alk: Kenapa buku akidah Syi’ah seri tauhid tidak di kritik apa buku itu sudah mewakili akidah Syi’ah om abu amar

Sinar Agama: Ali, kenapa antum tidak membacanya dan mengkritikinya dimana saja dan di media mana saja. Wong buku itu sudah ada di masyarakat kok. Nanti, biar penulisnya yang memberikan tanggapan. Apalagi di hal. 36 buku itu, penulis sudah mengatakan bahwa ia akan menerima kritikan berdalil,karena ia tidak ngeri pada ilmu. Di halaaman tersebut dan sehalaman sebelumnya, jelas sekali penulis mengatakan bahwa buku itu ditulis SEMAMPU PENULIS, artinya ia yang bertanggung jawab dan dia juga tidak mengatasnamakan siapa-siapa bahkan justru mengatakan bisa banyak kekurangan danmengajak pembaca untuk bersama-sama mencari kebenaran dan saling mengisi. Btw. Nah, kalau menurut saya sudah ok. Kalau menurut antum tidak ok, maka silahkan antum yang mengkritiknya. Ra’syih.

Kalau antum masih mau berteman, jangan menghubungkan atau memberi aku nama lain selain Sinar Agama. Sekali lagi antum lakukan dan aku mengetahuinya setelah ini, maka ana aka delete pertemanan kita. afwan.

Ali Alk: Kok SA hawas.

Siti Rabia Aidia: Kata Hendy Laisa buku itu belum beredar tapi sudah dibocorkan.

Meyo Yogurt: Bagian pengantarnya aja. Di muat di status atau notes di facebook, tapi diberi tulisan “Mohon jangan disebarkan.” tapi isi pengantarnya sudah dibahas orang orang.

Sinar Agama: Siti, buku itu, dinukil oleh penulisnya sendiri di fb sebelum buku itu terbit, dan kita sudah ribut waktu itu. Tapi buku itu jalan terus dan sampailah seperti sekarang ini. Kita ini tidak memaksa siapapun. Tapi terlalu merasa dirugikan karena mengatasnamakan Syi’ah. Yang ke dua, banyak sekali penyimpangannya. Rujuklah pada diskusi yang sudah dimulai sejak bagian babnya diterbitkan (bukan dibocorkan) di fb yaitu tentang imamah dan khilafah, lalu setelah itu, rujuk tanggapan kami pada masalah Mutlak dan Relatif, lalu pada komentar tentang marja’ yang dinyatakan tidak wajib ditaati, lalu komentar kami tentang penolakan sms terhadap kesistem-Islaman negara Iran. Kalau semua itu sudah dirujuknya, maka antum akan mengerti jalan cerita kehebohan ini. Semoga saja selalu dalam lindunganNya, amin.

Siti Rabia Aidia: Ameen, kenapa tidak dibuat forum diskusi dengan penulis, jadi semua bisa jelas antara anda yang mengkritik buku itu, dan tanggapan dari penulis buku itu, maka ada terasa indah di dalam diskusinya..salam.

Siti Rabia Aidia: Kemugkinan si penulis seorang ijtihadi, jadi menurutnya tidak wajib bertaqlid, kepada marja, bukankah tulisan tergantung karakter akal dan pendidikannya ustadz..?

Sinar Agama: Siti, tidak ada yang lebih jelas dari pada tulisan di medsos, karena terbuka untuk semua dan tertulis hingga memberikan kesempatan pada masing-masing untuk tidak tergesa-gesa dan merujuk kitab. Kalau tulisannya sudah jelas, maka buat apa ada konfirmasi?

Meyo Yogurt: Ya tinggal dihubungi aja tim penyusunnya untuk mengadakan bedah buku. Kalau perlu yayasan-yayasan Syi’ah Indonesia membuat suratpermintaan kajian buku ke ABI. Yang jelas kalau ABI sudah menerbitkan buku tersebut berarti saya yakin mereka sudah siap mempertanggung jawabkan isinya kepada Allah swt.

Sinar Agama: Siti, ijtihadi itu harus mujtahid. Nah, ketika ia sampai pada ijtihad, maka ia taqlid sebelum dan bebas taqlid setelahnya. Artinya, orang yang masuk dalam kesepakan tentang mujtahid ini, maka adalah pendukung taqlid. Kamu karena tidak tahu Syi’ah, maka tidak tahu hal ini. Lawan ijtihad ituadalah akhbari, bukan anti taqlid. Kalau akhbari memang tidak mewajibkan taqlid, kerena itu tidak ada mujtahid dan ijtihad.

Siti Rabia Aidia:Tapi tidak disangkal bahwa sistem kemarjaan masih jadi perdebatan di kaum intelektual Iran juga, satu contoh: apakah Ali Shariatisosiologi dan Husain an nasr seorang budayawan iya bermarja...? Tapi iya semua mendukung ayatullah khomenei.

Deddy Prihambudi: Tuan Sinar Agama, ini semua sebenarnya hanya masalah, bahwa betapa kita di sini, hatta yang Syi’i sekalipun, masih belum akrab dengan kajian kajian Hukum islam, dan semua cabang pengetahuannya. Tidak semua kaum Imamiyah di sini memahami benar apa itu AKHBARI, apa pula itu USHULI. Masih terlalu “awam” kita. Cobalah kita terbitkan buku bermutu tentang hal hal ini. Demikian. Salam hormat.

Sinar Agama: Siti, belajar dulu ushuluddin Syi’ah dan tentang marja’iyyah, lalu saya akan mengomentarimu. Yang tidak taqlid itu amalnya batal, baik ibadah atau politik. Dan orang yang mengaku Syi’ah sama dengan yang mengaku Islam, mau apa saja silahkan dan tanggung jawab sendiri-sendiri.

Siti Rabia Aidia: Lho kok saya disuruh belajar lagi tentang ushuludin, bukan berarti saya tidak bermarja, kalau gitu anda terlalu emosi dalam memandang sebuah tulisan, yang berbeda dengan pendapat anda..anda harus juga mengerti bahwa setiap tulisan membawa karakter sosiologis setempat, bukan berarti saya setuju dengan buku itu, apalagi saya memvonis bahwa buku itu harus haram dan ditinggalkan oleh Syi’ah..berarti buku itu harus dibawa kepada fatwa Rahbar, atau marja lainnya agar di nilai, haram atau tidak buku itu.. agar anda tidak dilecehkan kecuali anda seorang mujtahid.

Siti Rabia Aidia: Saya kasih pertanyaan mohon dijawab, apakah anda seorang mujtahid, sehingga anda bisa berijtihad mengenai buku itu, haram dan tidaknya...?

Siti Rabia Aidia:Ustad@ maaf bukan saya memerintahkan anda, bukannya manusia yang bijak itu adalah manusia yang tidak gampang memvonis sesuatu, “kenapa anda tidak bicara secara analisa saya buku ini kurang baik untuk di baca” bukan anda berfatwa haram tentang buku itu, bukannya fatwa haram hanya bisa di lakukan oleh marja.. anda terlalu ceroboh..????

Satria Pmlg: Mengkritik atau mmbedah buku tidak harus ketemu penulisnya,,,,kalau ada fb yang murah dan gampang,,ngapain pakai jalan yang mahal,,,contoh,,,kita orang Indonesia mengkritik bukunya ilmuan Jepang,,, apa iya harus ke Jepang? Waduh repot kalau gitu,,,, berapa waktu bearpa energi berapa ongkos yang harus dikluarkan,,,?, kita juga kan pekerja ada, kesibukkan,,@@jare gusdur alamarhum gitu aja kok repot,,@@,,lewat fb lebih mudah murah dan gamblang,,,malah lebih cerdas,,,,jadi banyak diikuti ikhwan-ikhwan yang awam juga sperti saya,,,syukron aziz kami ucpkan kepada ustadz SA,,,,kami dukung terus usahnya ,,,,,

Siti Rabia Aidia: Satria@ lihat tulisan saya, saya tidak melarang mengkritik, tapi saya pertanyakan vonis ustadz SA tentang buku itu, bahwa buku itu sesat dan haram..itu saja.

Siti Rabia Aidia: Sebagai Syi’ah yang meyakini ushul, maka setiap vonis haram dan halal harus melalui mujtahid yang di rujuk.. kecuali iya seorang ijtihadi itu sendiri.

Satria Pmlg: Mbak Siti komen saya juga bukan buat dirimu,,,buat semua yang sok repot dan ngrepotin,,,,,tolong jangan salah pasang,,,perasaan,,,jarewong tegal @@@,,kalem tolih,@@@hehehe,,, jangan sewot saudariku,,,tenang,,,,

Siti Rabia Aidia: Saya tidak tersinggung, tenang saja.

Satria Pmlg: Yo wis pangampurane sing katah ,,mba,,mugo-mugo kito sedoyo diparingi ilmu kang manfaat,,,,,,,,amiinn ya robbal alamiin,,,,ojo ribed-ribed,,,slow woles

https://www.facebook.com/notes/hendy-laisa/analisis-kritis-atas-buku-syiah-menurut-syiah-halaman- 16-17-iman-mutlak-iman-rel/814552518586197


Bersambung ... 
=================

Isyariatkannya Perdamaian Tidak Memerlukan Dalil ?

10. Isyariatkannya Perdamaian Tidak Memerlukan Dalil ?

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/disyariatkannya-perdamaian-tidak- memerlukan-dalil-/790003091049599


Zaranggi Kafir: Sinar Agama,

(sementara hampir semua Ulama fiqh juga mengatakan bahwa “disyariatkannya perdamaian tidak memerlukan DALIL sebab hal itu adalah URGENSIAGAMA , URGENSI AGAMA adalah DALIL itu sendiri dan SEJAK KAPAN KEBAIKAN serta KEMASLAHATAN memerlukan Dalil Khusus?”

DAMAI ITU INDAH, DAMAILAH DENGAN SAUDARAMU SE WILAAYAH SEBELUM BERTERIAK UKHUWAH & TOLERANSI UMMAT BERAGAMA)

Salam ustadz ane yang ajib hehehe, ane mau nanye nih pernyataan yang ane kurung, bisa dijelasin ke ane maksudnye apa? Hehehe afwan ganggu stad. Colek Sang Pencinta lagi deh untuk tukilannye yang di status sebelomnye hehehe.

Abdurrahman Shahab: Damai dan ukhuwah itu seolah hanya kebajikan dalam ucapan dan nasehat serta KEWAJIBAN UTAMA DALAM AGAMA tapi sayang nilai itu jauh/tidak pernah berwujud inplementasi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat sehari-hari. Hal itu hanya bisa kita lihat dalam kisah- kisah kehidupan para Makshumin, yang mendahulukan ukhuwah demi kepentingan agama/umat yang lebih besar jauh diatas kewajiban-kewajiban pribadi dan politik lainnya.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: Ane tidak tahu maksudnye, tergantung pada yang bicara. he he....

Kalau boleh saya menerangkan:

1- Damai sesama itu jelas fitrah dan badihi. Karena itu, tidak perlu dalil. Mungkin sama dengan shalat.

2- Akan tetapi bentuk damainya begaimana? Maka sama dengan bentuk dan cara shalatnya.

YAKNI PERLU KEPADA ULAMA MUJTAHID.

3- Damainya saja mudah, akan tetapi dengan siapa, bagaimana caranya dan apa yang harus dilakukan....dan seterusnya...maka jelas perlu kepada mujtahjid dan marja’.

4- Contoh yang sangat gamblang di hari-hari belakangan ini. Kita membahas buku sms. Lah, sebagian berkata bahwa mengkritikinya dapat memecah persatuan. Ada yang berkata mengkritiknya di medsos dapat memecah persatuan.

Padahal semua itu tidak ada hubungannya. Jadi, persatuannya mudah dimengerti. Akan tetapi detail- detailnya, hanya mujtahid dan marja’ yang tahu dan berwenang menentukannya.

Sinar Agama: Kalau orang yang mengira bahwa persatuan itu adalah seindah khayalan para pengkhayal-pengkhayal itu, maka mereka tidak akan pernah menerima imam Ja’far as yang tidak mengijinkan Abu Hanifah untuk menjadi muridnya. Dan ketika memaksapun, ditegur keras dalam kelas karena telah melakukan perbuatan syaithan, yaitu mengqiyas.

Lah, kalau persatuan itu seperti yang dikhayalkan para pengkhayal itu, maka sungguh mereka tidak akan pernah beriman kepada Ahlulbait as yang Makshum sekalipun itu.

Sinar Agama: Karena mereka mengira bahwa damai itu dalam segala bentuknya. Mereka lupa perintah Makshumin as untuk mengatakan yang benar, sekalipun ia pahit.

Berkata benar sekalipun pahit, bukan berarti memutus persaudaraan dan membuat permusuhan. Hanya pengkhayal yang mengira dan melakukan hal seperti itu.

Zaranggi Kafir: Ane colek lagi nih Sang Pencinta hehehehe, minta tukilan yang antum janji ke ane nih.

Sang Pencinta: Kalau soalan yang ini, ane rasa belum ade.

Zaranggi Kafir: Hehehe belom ada yee, ok lah kalo gitu.


Bersambung, ....
====================

Jumat, 25 Oktober 2019

Tentang Olok Mengolok di Media Sosial

9. Tentang Olok Mengolok di Media Sosial

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/tentang-olok-mengolok-di-media- sosial/790003391049569


Sang Pencinta: Salam, titipan lagi ustadz.

Saat ini via fb ini pengaku dirinya Syi’ah banyak sekali tanpa bisa dibendung, tapi disayangkan Syi’ah yang ada kok jadi begini ya ? Saling bales status dengan cara mereka saling menjatuhkan. Kalau adu argumen sudah biasa, tapi ini malahan saling memperolok olok dan sebagainya. Ana pribadi sedih dan malu dengan keadaan ini, susah juga jadi Syi’ah militan idealis padahal keinginan hanya 1 menjadi Syi’ah Ali as yang sesuai dengan aturanNya. Dengan kesedihan dan rasa malu ana minta ustadz mmberikan petunjuk, apakah pengikut Syi’ah Ali as yang saling mmperolok orang-orang yang mengeritik sesuatu yang dianggap salah fatal? Atau pengikut Syi’ah Ali as yang mmbenarkan ketidakbaikan dalam menajalankan aturan Tuhan dianggap bener? Atau pengikut Syi’ah yang hanya berpangku tangan diam membisu hanya memantau keadaan tanpa berbuat apa-apa? Mohon ustadz Sinar Agama memberikan petunjuk. Afwan.

Zainab Naynawaa: Afwan nyimak.

Agus Susmoro: .

Meyo Yogurt: Salam ijin nyimak sekaligus beropini. Menurut saya dalam bidang-bidang yang amat mengandalkan rasionalitas, seperti dalam dunia ilmu pengetahuan dan juga agama khususnya madzhab Syi’ah yang rasional , sangat wajar terjadi perdebatan sengit hingga saling menjatuhkan. Seperti perdebatan antara sir huxley vs pendeta wiburforce yang menyebabkan seorang wanita pingsan, boltzman dan para fisikawan di jamannya yang menyebabkan dia bunuh diri dan lain-lain. Karena itu tidak usah terlalu dipermasalahkan dan biarlah masing-masing mendapat manfaat dari hal tersebut. Sambil menunggu jawaban ustadz.

Putra Rafidah: Salam.

Ahmad Yunus Prasetyo: Salam ijin nyimak.

Akuy Junior: Hese jeung anu baroga kepentingan mah,,, jadi lain ilmu nu di polemikeun teh tapi pengikut, saha nu loba pengikut na eta nu paling bener di banding jeung nu sakola taunan di qom....

Zainab Naynawaa: Sumuhun kitu Akuy@

Razai Razak: Salam.

Yudhas Kopula: Salam.

Dhan Pakaya: Salam...

Fizzie Al Hurr: Salam.

Sasando Zet A: Afwan brow...Persepsi itu terbentuk dari ilmu-ilmu yang masuk ke dalam pemikiran seseorang. Ilmu-ilmu itu akan membentuk warnakarakter tiap orang.. nah karena lahir, tumbuh, besar, berkembang, bergaul, didikan dan sebagainya, yang beda-beda,, maka pasti karakter yang terbentuk juga beda... Karena beda maka persepsi tiap orang tentang masalah yang sama sekalipun pasti ada bedanya.. Beda dikit-dikit sampai pada beda banyak bahkan bertolak belakang...Yah,,kalau sanggup hadapi, biarkan saja berjalan seperti itu. Kalau terasa ribet ya tinggalkan... Tapi kalau mau belajar dikit- dikitsabar,, ya senyum-senyum saja ngadapi nya.. ,hmmmm Itulah dinamika.... Pertanggungjawabannya sendiri-sendiri nanti... Asal niat dan cara kita sudah benarsebatas yang kita mampu.. Maka Bismillaah... Jalan, aja brow.. Saling doakan biar tambah kuat jalani hidup ini.... Hmmmmm.

Fitri Ar: Ikut nyimak.

Yuyun Karawang: Salam. Mau ikut juga.

Nur Fajarial: Salam semuanya, ijin menyimak...

Nazriel Adam Ygselalucyangkkakninna: Bagian tersulit bukanlah menjdikan orang itu Syi’ah tapi paling sulit mensyi’ah kan orang Syi’ah.

Irawati Vera: Salam.

Bobsha Ikhsan: Yang paling sulit men-Syi’ahkan diri sendiri.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Pengaku Syi’ah di media umum ini, tidak mesti orang Syi’ah, bisa saja wahabi yang berkedok Syi’ah. Saya sempat mengunjungi satu orang diantaranya yang bisa dikatagorikan pencela imam Makshum as secara lahiriahnya.

2- Jangankan di medsos, di lapangan juga demikian.

3- Di medsos ini, ada yang pakai nama samaran seperti saya dan ada yang memakai nama betulan. Akan tetapi, yang betulan itu, juga belum tentu nama dia yang di KTP.

4- Apapun itu, menjadi Syi’ah, bukan ditentukan pengakuan dan nama KTP atau tidaknya, melainkan dari kebenaran ilmu dan perbuatannya.

5- Siapa yang benar dan taqwa, maka dialah yang Syi’ah. Dan yang selainnya, yakni yang salah dan tidak taqwa, kalaulah tidak mau dikatakanMuhibbiin seperti yang disabdakan Nabi saww seperti yang sudah saya nukil haditsnya beberapa hari yang lalu, dan tetap mau dikatakan Syi’ah, maka bukan Syi’ah yang hakiki. Karena itulah, sering saya katakan mari kita sama- sama berusaha untuk mencapai Syi’ah yang hakiki ini. Karena kita tidak punya dalil apapun terhadap kehakikian kesyi’ahan kita ini. Semua hanya dakwaan diri kita saja. Di hadapan Allah, Nabi saww dan imam-imam Makshum as, belum tentu diakui sebagai Syi’ah. Semoga saya dan antum semua, bisa menjadi Syi’ah yang hakiki ini.

6- Olok mengolok, tidak boleh. Dan kalau boleh tetap harus ada batasnya supaya sekalipun mungkin tidak dianjurkan, tidak masuk ke dalam yang diharamkan.

Mengolok itu, tidak dilarang agama asal tepat dan karena Allah. Karena olok itu, kadang merupakan cambuk bagi yang diolok. Tapi tetap harus memiliki batasan yang ketat.

Misalnya, orang yang layak diolok adalah kalau dia tidak mau mengajukan argumentasi dan hanya main tolak atau dukung saja dalammembantah orang lain. Kalau diperingati satu dua kali tidak mau, maka ia layak diolok. Akan tetapi, olokannya juga tidak boleh terlalu besar dan tidak boleh keluar dari bahasan. Misalnya, kalau kamu diskusinya seperti itu, maka itu namana mau benar sendiri. Atau lebih kerasnya, maka diskusi dengan kamu ini, seperti berdiskusi dengan anak-anak. Dan semacamnya.

Saya selama ini, berusaha untuk tidak mengolok kecuali sangat halus atau lumayan nampak terasa, tapi bagi yang keterlaluan. Saya masih ingat orangnya, seperti yang bernama Nur, sering saya hozak atau sedikit gojlok dia, seperti “nggak pintar-pintar”. Atau ada Hasan yang orang Pamekasan Madura itu. Tapi, sepertinya, saya masih menjaga untuk tidak menaikkannnya.

7- Menjadi Syi’ah, tidak cukup dengan keinginan terucap dan tertulis. Mana ada mau jadi Syi’ah tapi tidak mau teliti dalam ilmu. Mana ada mau jadi Syi’ah, tapi tidak taqwa dan berlidah kasar.

Jadi, kalau ada orang mengaku bahwa dia adalah Syi’ah atau ingin menjadi Syi’ah, maka pengakuannya itu, mesti diamalkan dalam setiap kehidupannya.

Satu lagi, mana ada mau menjadi Syi’ah, tapi sok tahu. Melarang ini dan itu, menyuruh ini dan itu, sementara dia bukan marja’. Belajar agama saja kagak/nggak.

Mana ada orang mau jadi Syi’ah, sementara ia memasukkan selera suka tidak sukanya pada agama dan umat Islam, hingga berkata inimaslahat dan itu tidak maslahat. Yakni yang sesuai dengan dirinya adalah maslahat, tapi kalau tidak sesuai, maka tidak maslahat.

Mana ada orang mau jadi Syi’ah dan mengatasnamakan Syi’ah, akan tetapi menampik taqlid pada marja’, baik keseluruhan atau dimensi politisnya.

Mana ada orang mau jadi Syi’ah, tapi group-groupan dalam melihat masalah keilmuan hingga membenarkan kalau satu group dan menyalahkan kalau tidak satu group.

Kita semua bisa salah dan itu wajar. Karena itu, kita mesti mengamalkan perintah imam Ali as yang bersabda (nukilan makna):

“Belalah saudaramu itu, baik dia dalam keadaan benar atau salah. Kalau benar, maka dukunglah dan kalau salah, maka nasihatilah!”

Lah, mana ada mau jadi Syi’ah, kalau hanya mau dan mitan didukung? Mana ada ....mana ada.....dan mana ada .................dan seterusnya.

8- Kalau ingin menjadi Syi’ah, harus ikut marja’ dalam segala hal. Yang menjadi penyakit kita, adalah mengira bahwa ikut marja’ itu hanya dalam bab shalat, puasa dan semacacmnya. Padahal, marja’ sudah merinci, bagaimana KEWAJIBAN DAN LARANGAN, dalam berdakwah, Apa itu sesat, apa itu lurus. Bagaiman cara menanggapi masalah pribadi, dan bagaimana yang sosial.

Contoh kecil seperti SMS ini. Kan lucu kalau ada yang mengatakan harus diskusi di forum tertutup dan tidak boleh di medsos. Lah, wong bukunya sudah di sosial kok. Lagi pula, klarifikasi itu, kan kalau tidak jelas dan belum ada bukti. Lah, wong sudah ditulis kok masih mau klarifikasi lagi? Pembaca tidak wajib klarifikasi walau pahamannya tidak mesti benar.

Coba perhatikan ilustrasi berikut ini, tanpa memaksudkan penulis SMS: 

Penulis:

“Saya sudah menulis buku dan sudah saya sebarkan di masyarakat, baik dengan dijual atau hadiah.”

Pembaca:

“Apakah Anda menulis buku itu, untuk dipajang atau dibaca dan dipahami?”

Penulis:

“Jelas untuk dibaca dan dipahami.”

Pembaca:

“Apakah Anda menulis buku itu dengan bahasa yang bagus hingga jelas bagi pembaca?”

Penulis:

“Benar, sudah tentu dengan bahasa yang jelas. Mana ada menulis buku dengan bahasa yang tidak jelas.”

Pembaca:

“Kalau begitu, maka siapapun akan paham secara umumnya dan tidak perlu klarifikasi lagi tentunya?”

Penulis:

“Sudah tentu. Mana ada penulisan buku masih diklarifikasi lagi. Karena sudah ditulis dengan jelas, sudah diedit sebelum terbit dan bahkan sudah disebarkan kepada beberapa koliga untuk melihatnya.”

Catatan Ilustrasi terdahulu: Dari islustrasi ini, jelas bahwa memahami buku itu, sesuai dengan pembaca dan sudah tidak logis mengadakan klarifikasi. Yang ada adalah memahami dengan benar atau salah. Itu saja. Karena itu, kalau mendiskusikan suatu buku, maka boleh-boleh saja danadu argumentasi sesuai dengan bahasa dan bahasan yang dimuat di buku tersebut.

Lanjutan Ilustrasi: Pembaca:

“Apakah Anda memaksudkan tanpa perlu klarifikasi itu, hanya pada pendukung saja, atau yang tidak mendukung isi tulisan Anda?”

Penulis:

“Sudah tentu, bagi keduanya. Mana ada keberpihakan hingga memestikan klafirikasi pada yang berbeda pendapat? Kalau tidak mau dikritik di media atau dimana saja, maka tidak selayaknya saya menulis suatu buku.”

Pembaca:

“Apakah buku yang sudah menyebar di sosial itu, harus dibahas secara tertutup supaya kalau ada kesalahan, Anda tidak menjadi tercemar?”

Penulis:

“Kalau saya tidak mau tercemar, maka mengapa saya menuliskannya. Kan tidak logis kalau seseorang menulis yang membuat dirinya tercemar, akan tetapi tidak mau tercemar. Tentu saja harus dengan pembuktian, bukan dengan dakwaan saja.”

Pembaca:

“Apakah kalau mengkritiki buku Anda, lalu Anda memaknai orang itu benci pada Anda. Atau kalau tulisan Anda dikatakan sudah mendekati kekufuran, apakah Anda memaknai bahwa Anda yang dikafirkan?”

Penulis:

“Tentang niat seseorang, itu rahasia masing-masing. Akan tetapi, membahas karya saya, apa hubungannya dengan suka bencinya kepada saya? Kalau tulisan saya memuat kekufuran atau setidaknya dianggap oleh orang sebagai suatu kekurufan atau mendekatinya, maka sudah tentu hal itu berkenaan dengan tulisan saya saja. Apa hubungannya dengan saya, wong kafir dan iman itu ada di dada. Karena semua orangtahu bahwa iman dan kafir itu ada di dada, maka apapun bahasa tentang ke duanya di sebuah buku atau medsos, otomatis terbatasi dengansebuah tulisan saja. Emangnya kalau seorang itu bertauhid, lalu ucapannya dan tulisannya, sudah pasti sesuai dengan tauhid? Betapa banyaknya orang bertauhid tapi syirik, seperti melakukan dosa, mengumpat, makan korupsi, zina, tidak shalat...dan seterusnya. Bukankah pada hakikatnya yang bermaksiat itu syirik dan menyukutukan Tuhan dalam perintahNya walaupun yang bermaksiat itu mentauhidkannya dalam Dzat dan Sifat- sifatNya?

Pembaca: “Syukran, semoga Anda selalu dalam hidayah, rahmat dan ridhaNya, amin.”

Catatan Ilustrasi: Karena saya sudah berkali-kali menerangkan hakikat ilustrasi di atas itu, akan tetapi tetap saja tidak mau dimengerti, maka saya tulis dalam bentuk di atas itu. Barangkali lebih mudah dimengerti bagi teman-teman yang agak sulit menerima perbedaan, agak sulit meredam perasaan, agak sulit meredam cela, agak sulit memahami bahwa urusan ilmu itu tidak ada hubungannya dengan orang dan apalagi perpecahan umat....dan seterusnya. Wassalam.

Tambahan: Seingatku, saya sudah pernah mengatakan wejangan guru arifku dan para ulama yang lain, yang menyuruh taqwa dan berdoasupaya kalau imam Mahdi as keluar, bisa dapat mengenali beliau as dan membantu beliau as.

Sungguh, saya tercengang ketika mendengar itu. Karena bagi saya, sekitar 30 th lalu itu, bahwa kalau kita sudah beriman pada imam 12 dan imam Mahdi as, maka akan mudah mengenal beliau as.

Tapi kata guru, nanti akan timbul fitnah yang bisa menyulitkan pilihan sikap.

Ingat dengan semua itu, lalu melihat yang kita hadapi sekarang, seperti dalam masalah buku SMS ini, sudah jelas mengatakan bahwa taqlid marja’ itu tidap wajib, dan menaati wali faqih dalam politik itu juga demikian, apalagi imamah yang sudah dihabisi tidak tersisa sama sekali itu,olok-olok pada ulama sepanjang sejarahnya....dan seterusnya..., masih juga ada dualisme pandangan tentang isinya, dan banyak-isme dalam bersikap pada buku tersebut.

Wallaahi, apa yang dikatakan guruku itu, tampak banget dalam peristiwa kita sekarang ini. Yang kita kira mudah, tidak mudah. Yang kita kira jelas, super rumit.

Apapun itu, saya hanya bisa mengajurkan ketelitian dan taqwa. Itu saja.

Zainab Naynawaa: Subhanaallah,,,

Sinar Agama: TAMBAHAN SANGAT PENTING TENTANG OLOK MENGOLOK:

Karena takut salah dan salah dipahami, maka perlu penambahan berikut ini, yaitu:

Secara global, olok mengolok itu, dalam fatwa-fatwa ulama, termasuk dosa besar. Dan diolok orang, tidak bisa dijadikan penghalal olokan balasannya. Ini yang umum difatwakan ulama. Yakni dosa besar.

Dan taubatnya, di samping harus berhenti dan menyesali, juga harus meminta keridhaan yang dicela.

Ilustrasi: Saya ingat sebuah hadits yang kurang lebihnya mengatakan bahwa menyakiti hati seorang mukmin, dosanya lebih besar dari menghancurkan ka’bah.

Jadi, maksud saya boleh mengolok di sebelum tulisan ini, yakni di jawaban sebelumnya, adalah semacam olokan yang mendidik dan tidak menjatuhkan harga diri seseorang dan tidak menyakiti hatinya tanpa hak.

Mandala Langit: Salam Ya Sang Pencinta dan Sinar Agama

Sinar Agama: Mandala, alaikum salam.

Bima Wisambudi: Semoga kami bisa mengambil pelajaran dari ini semua, dari ulasan ustadz, dari responsifnya pihak lain, dan dari kerenggangan yang ada. Salam ustadz.

Sang Pencinta: Mandala, salam.

Sridi Yanti: Siip...ustadz SA.

Juliant Very: Menurut saya petuah-petuah ustadz SA ibarat obat pencahar yang sangat mudah diterima & berguna sepanjang seseorang itu jujur & ikhlas hanya untuk mencari kebenaran dengan memaksimalkan potensi akal, tapi bagi orang yang keberagamaannya itu modus,, ada kepentingan/ pamrih duniawi yaa bisa dipastikan masuk angin & kejet-kejet badannya.

Daris Asgar: Allohuma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum.



Bersambung, .....
=====================