Senin, 11 November 2019

Rupanya Wahabi Jengkel Juga Dengan Kritikan Kita Pada Buku SMS

6. Rupanya Wahabi Jengkel Juga Dengan Kritikan Kita Pada Buku SMS

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/rupanya-wahabi-jengkel-juga-dengan- kritikan-kita-pada-buku-sms/788824807834094

Bismillaah

Sinar Agama: Bismillaah: Rupanya Wahabi Jengkel Juga Dengan Kritikan Kita Pada Buku SMS

Tadinya wahabi sudah merasa sukses besar dengan penyebaran buku-buku dan buletin-buletin serta ceramah-ceramahnya. Kesuksesannya itu karena sudah dapat menekan “konon” ormas Syi’ah di Indonesia. Karena bagi wahabi, siapa bisa yang mengalahkan suksesnya menyimpangkan orang Syi’ah dari ajarannya kalau bukan dari orang dalam sendiri dan, apalagi dari ormas dalam sendiri. Mereka sudah berpesta dengan meluncurnya buku SMS itu seraya mensyukuri Tuhan yang dikhayalkan mereka.

Akan tetapi, lagi-lagi mereka geram karena kita ikutan usilan dalam hal ini hingga kesuksesannya itu, yaitu menjauhkan orang Syi’ah dari imamah horisontal, taqlid dan wali faqih mutlak dan pengejekan pada seluruh ulama Syi’ah dan para imam Syi’ah (dengan diolok sebagai penggontok-gontokanlantaran mengajarkan kehorisontalan imamah juga dimana bagi mereka/wahabi, sudah jelas tidak mungkin ada orang Syi’ah menjelekkan ulama dan imamnya sendiri, dan bagi pelakunya -kata wahabi-wahabi ini- sudah bisa dikatakan keluar dari Syi’ah dan inilah kemenangan besar mereka), telah menjadigagal total. Padahal dana untuk penulisan buku penyerangan dan buletin-buletin serta ceramah-ceramah itu, tidak kepalang tanggung banyaknya. Wongdi Malaysia saja buku yang diatasnamakan MUI itu saja dicetak sekitar 2 jutaan. Dan kata mereka “Jutaan kitab kita terbitkan, tidak akan dapat mengalahkan satu kitab SMS ini, tapi dasar si Gelap Agama itu, merusaknya lagi.”

Kita bersyukur kepada Allah swt bahwa telah menggagalkan keberhasilan mereka. Kita tidak perlu ngoyoh. Cukup mengatakan bahwa yang ditulis di SMS itu bukan dari ajaran Syi’ah dan mengajukan dalilnya seperti selama ini. Itu sudah cukup. Siapa yang mau ambil maka ambillah, siapa yang mau menolak maka tolaklah. Yang penting, siapa yang mau ambil, mengambil dengan jelas dan yang menolak, menolak dengan jelas.

Teman-teman tidak perlu kehilangan fokus. Bahasan sampingan di selain materi isiannya, tidak perlu terlalu dilayani. Dan jangan sampai keluar dari akhlak Islam dan Ahlulbaiti as.

Saking sedihnya saya karena melihat orang yang sepertinya sangat sulit memahami masalahnya hingga terlihat keluarnya kata-kata kotor yang apalagi tidak bersentuhan dengan materi bahasan, saya sempat menelpon seorang ulama besar dan arif billaah. Karena takut jangan sampai saya telah memperburuk mereka dan saya sudah dianggap peluka hati umat serta membantu syaithan dalam menambah ketidaktahuan kalaulah tidak bisa dikatakaan menambah kesesatan.

Betapa bahagia dan demi Allah swt saya sampai menangis. Ini hasil telponan saya dengan beliau hf:

“Tuan, di Indonesia ada kitab yang menerangkan Syi’ah dengan mengaku sebagai dari Syi’ah. Tapi hal-hal ini seperti imamah, taqlid dan wali faqih mutlak dihancurkan. Karena ditulis bahwa imamah itu tidak mesti diimani sebagai pemimpin politik dan kenegaraan. Taqlid juga tidak diwajibkan terlebih wali faqih. Sayapun menjawab seperlunya secara ilmiah. Sebagian orang sakit hati dan tidak rela. Apakah saya telah melukai perasaan mereka hingga bisa dianggap telah melukai hati mereka yang dilarang Tuhan sebagaimana antum sering terangkan bahwa kita tidak boleh melukai hati umat?”

Beliau hf menjawab: “Hal itu tidak termasuk melukai yang tidak disukai Tuhan. Karena itu, kamu wajib menjawabnya dan menjelaskan yang sebenarnya.”

Saya biasanya tidak melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih darhulu dan tanpa melihat fatwa-fatwa marja’ terlebih dahulu serta tanpa melihat situasi terlebih dahulu. Karena saya sudah sampai ke tingkat yakin dengan berbagai pertimbangan itulah, maka saya mencoba menerangkan walau sudah saya prediksi semua kemungkinan efek-efeknya di medsos ini. Benar, saja beberapa orang (mungkin tidak sampai sepuluhan atau dua puluhan atau mungkinlebih) orang selalu membuat keributan akan tetapi membahas hal-hal yang tidak berkenaan dengan isi.

Karena itu, walaupun saya sudah yakin dan kalau ada hal yang sulit saya pecahkan selalu merujuk dengan menelpon kantor Rahbar hf, akan tetapi, karena bimbang juga, maka akhirnya saya bertanya melalui telpon kepada maha guru arif tersebut. Dan jawaban beliaupun hf, menenangkan hati ini dan memantapkannya disertai kucuran air mata kesyukuran kepada Allah swt.

Demi Allah swt, saya tidak ingin ada hal seperti ini seperti yang sudah sering saya jelaskan. Akan tetapi sungguh karena keterpaksaan saja. Dan tugas kitahanya memberitahukannya. Siapa yang mau, maka ambil dan siapa yang tidak, maka tolaklah. Toh akhirnya kelak akan menjadi jelas semua di sahara makhsyar. Semoga kita semua, baik yang pro dan yang kontra, bisa mendapatkan kebenaran dan ketentraman hakiki di dunia, di kuburan dan di akhirat kelak, amin.

Semoga wahabi tidak terus-terusan menekan Syi’ah hingga nanti muncul lagi kitab yang seiring dengan tujuan-tujuan mereka, yaitu dengan mengeluarkan Syi’ah dari Syi’ah itu sendiri, baik sedikit atau banyak. Sebab bagi mereka, yang penting Syi’ah tidak tambah maju. Kalau mandek saja sudah bagus. Apalagi mundur selangkah, dua langkah dan, apalagi seribu langkah seperti menolak imamah di pemerintahan horisontal dan mengejek mereka paraMakshumin as dan para ulamanya itu. Sungguh mereka sudah berpesta kesyukuran sebelum ini walau akhirnya, menjadi kandas lagi.

Hanya kepada Allah swt, kita wajib menyerahkan diri secara profesional dan tulus tanpa berbatasan.

Wassalam.

DQ Mevius: Yang penting SHIAA-SUNNI BERSATU...

Sinar Agama: DQ, sudah tentu Syi’ah Sunni bersatu seperti selama ini di Iran dan di dunia lainnya, baik sebelum revolusi Iran dan apalagi setelahnya. Kita ini hanya ngeributi buku sms itu karena dia mau bersatu dengan jurus menghancurkan sendi-sendi Syi’ah supaya kradho (diterima) Sunni. Nah, ini yangtidak bisa kita terima. Itu saja. Ra’syih, wallaahi. Lebih ra’syih ketika keritikan kita diplentir sampai bengkok-bengkok tidak karuan supaya dihalalkan untuk dikatai sebagai pemecah. Btw. Semoga kita tetap rileks saja tapi tetap waspada dan argumentatis serta tetap menjaga persaudaraan baik Syi’ah dan Syi’ah atau Syi’ah dan Sunnah.

https://www.facebook.com/sinar.agama/posts/760075564046358?comment_id=761814710539110 &offset=0&total_comments=109

Iwan Mettuala: Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad. Semoga Allah senantiasa memberkahi ustadz.

Jawara Kidul: Aamiin ya ALLAH, bihaqqi Muhammad wa Aali Muhammad.


Baca juga artikel berikutnya:
=====================

Minggu, 10 November 2019

Fb dan Parabola di Iran


by Sinar Agama (Notes) on Monday, May 20, 2013 at 3:32am
seri tanya jawab Irsavone Sabit dengan Sinar Agama 


Irsavone Sabit: (13-3-2013) Salam Ustadz, hanya ingin tahu saja, apa motivasi Iran memblokir fb, google dan media global lainnya bahkan melarang penggunaan 3G? 

Menurut hemat saya, kalau ditakuti provokasi dari media tersebut, saya kira masyarakat Iran adalah masyarakat yang sudah tercerahkan dan tidak akan mudah terpengaruh dengan berita-berita luar yang sifatnya profokatif, apalagi kehidupan masyarakat Iran sudah mapan, ditambah lagi Iran mempunyai tokoh besar sekaliber Ayatullah Sayyed Ali Khamenei hf yang merupakan pemimpin tertinggi Iran, sang inspirator mereka, jangankan masyarakat Iran , masyrakat di luar Iran pun yang bermarja pada beliau hf saya kira juga tidak akan mudah diprofokasi oleh media barat — bersama Sinar Agama.  

Corgas Niesta: lebih pada alasan politis aja bang..bukan pada alasan profokatif...tapi lebih pada menghindari terlalu banyaknya informasi tentang Iran yang jadi konsumsi publik dunia.  

Irsavone Sabit: CN, mungkin juga bro.  

Faisol Farid: Tapi kok temen-temen kita di Iran masih bisa berfesbuk ria. Update-update Statusnya masih bisa kita lihat.  

Irsavone Sabit: FF, ini menurut info TV, apa info itu palsu ya?  

Faisol Farid: @Irasavone, iya tadi pagi juga ane liat d running text TV One, ”Pertama Mengaburkan”.  

Rudianto Rosneng: Ismail amin masih buat status..... 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:  Hal ini sudah dibahas di catatan yang membahas fikih Fb. Silahkan rujuk ke sana. 

Ringkasnya, sangat tidak masuk akal kalau ada negara Islam mengijinkan import majalah misalnya, yang semua halamannya membahas Qur'an, tapi satu halaman ada foto pornonya.  Iran kalau takut berdebat dengan orang, maka tidak mungkin jadi yang seperti sekarang ini dan tidak mungkin rakyatnya begitu setia membelanya sampai sekarang dengan sepenuh raga dan jiwa.  

Kalau majalah yang perlu pengeluaran uang jauh lebih banyak dari sekedar pulsa fb-kan, dan walau hanya satu halaman saja terdapat satu pornonya sudah tidak masuk akal dan tidak lucu negara Islam melakukan seperti itu, apalagi kalau seperti fb yang ratusan atau ribuan porno dan lain-lain-nya apalagi kalau ditambah bisa masuknya link fb ke link-link yang memuat foto dan film porno.  

Kalau antum bayangkan negara Islam itu tetap dengan semua kebebasan seperti itu, maka sudah mesti membersihkan diri dulu dari semua informasi Islam itu, dan mulai menyusun dari baru apa 
itu Islam dan negara islam.  

Khommar Rudin: Allahumma sholli 'Ala Muhammad wa Aali Muhammad Wa ajjil farajahum 

Aep Fadhlurrahman: mencegah lebih baik daripada mengobati. 

Sinar Agama: Aep: Pencegahan itu masalah ke dua atau ke tiga atau ke berapa. Tapi ketika negara Islam mengimpor satu foto porno saja, sudah haram dan sudah keluar dari agama dan negara Islam, sekalipun foto itu tidak ada yang melihatnya lantaran semua rakyatnya sudah seperti malaikat semua. 

Nah, kalau ditambah dengan keyakinan akan ada yang melihat dan apalagi akan membuat keharaman seperti pacaran, zina dan seterusnya, maka haramnya jadi berlipat.

Pertama keharaman mengimpor barang haram itu, ke dua membantu orang-orang yang akan menjadikan alat maksiat baik dengan dilihat atau dijadikan batu loncatan atau sebab bagi kemaksiatannya yang lain.

Ikhwan Abduh: Ustadz: Apakah ini hampir sama dengan masalah antena Parabola? Saya baca di buku fatwa Ali Khamenei ra bahwa Parabola tidak boleh di pasang / di simpan di rumah, karena channelnya tidak bisa di kontrol dan bisa menangkap siaran yang tidak baik dari negara lain. 

Kemudian saya tanya ke ustadz AB yang tempo hari saya temui. Katanya pelarangan itu hanya ada di Iran sebagai negara Islam. Jadi kalau di Indonesia ya boleh-boleh aja. 

Coz saat kita gak pake Parabola, kalau niat kita emang kotor, kita gampang aja buka konten porno d internet (misalnya). Bagaimana ustadz? Terimkasih.  

Sinar Agama: Ikhwan A: Saya sudah pernah menjelaskan tentang  hukum Fb ini, silahkan simak rinciannya di sana. Ringkasnya, kalau di Iran, harus disesuaikan dengan negara Islam, jadi tidak bisa mengimport sembarang alat atau teknologi. 

Seperti parabola yang memang haram di Iran, karena orang setidaknya bisa menonton joget-joget atau tarian-tarian dimana menonton hal seperti itu adalah haram, apalagi porno.

Sedang di negara lain seperti di Indonesia, maka kalau suatu alat itu digunakan kepada yang halal, maka halal dan kalau tidak, maka sebaliknya. Jadi, tergantung niat dan amal dari si pemakai. Tapi hukum menjual alat-alat seperti itu, yakni yang lebih banyak ke haram, seperti lagu-lagu, tariantarian...dan seterusnya...maka menjualnya haram kecuali kalau dijual kepada orang yang diyakini seratus persen tidak akan menggunakannya kepada yang haram.

Jadi, hukum menjualnya beda dengan pemakaiannya. Kalau untuk 3G itu bukan hanya boleh di Iran, tapi bahkan Hp buatan Iran pun sudah 3G. Dan kartu telponnya sudah lebih beberapa bulan ini pemancarnya sudah jalan dan sudah dinikmati oleh para pelanggannya (di tahun editing catatan ini, yakni tahun 2015, Iran sudah memakai 4G).

Tapi mungkin di Iran tidak akan terlalu laku, karena ngobrol sambil bertatap wajah di tv hp itu, kalau bukan muhrim, orang Iran pada umumnya tidak suka, apalagi bisa direkam dan semacamnya. Btw sudah beberapa bulan ini kartu hp seperti itu, sudah dinikmati masyarakat Iran yang menjadi pelanggannya. Wassalam.


Tangan Tertangkap, Wahabi Mengecap


by Sinar Agama (Notes) on Monday, May 20, 2013 at 3:27am
seri tanya jawab Mata Jiwa dengan Sinar Agama 

Mata Jiwa mengirim ke Sinar Agama: (12-3-2013)

Salam, Pak ustadz, sebenarnya bagaimana Islam mengatur adab kita dengan non muslim berkaitan dengan ungkapan bela sungkawa kita, ketika diantara mereka yang non muslim ada yang meninggal? 

Misalnya saja ketika kita berta’ziah kepada mereka dan tanpa disangka-sangka mereka menyambut bela sungkawa kita dengan memeluk kita yang muslim? 

Apakah harus serta merta kita hardik atau gimana jika yang memeluk itu lawan jenis yang lebih tua, sebaya atau mungkin lebih muda atau jauh usianya di bawah kita yang seorang muslim? 

Mohon penjelasannya pak ustad....mana tahu besok-besok ketemu kejadian seperti ini, biar gak bingung....terima kasih untuk nasehatnya.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Kalau disergap oleh yang bukan muhrim, maka jelas wajib dihindari sambil berkata ”maaf agama kami membatasi sentuhan”. Kalau penyampaiannya itu tidak kasar dan dengan lembut sambil simpatik pada dukanya itu, maka tidak akan menyinggung perasaannya.

Tapi kalau maksud antum itu adalah kejadian Ahmadi Nejat yang disergap ibunya Hugo Chaves itu, maka bisa saja agama memberikan jalan keluar yang lain. Tergantung situasi yang dihadapi dan tidak bisa disamakan hukumnya.

Misalnya, ketika ibu negara sedang sedih dan tak sadar diri menyergap tangan kita, dan hal itu terjadi di depan umum dan tamu-tamu negara sekutu, dan yang bukan muhrim itu sudah sangat tua, dan kalau dilepaskan akan membuat negara dan rakyatnya tersinggung hingga merenggangkan hubungan kedua negara yang lagi-lagi genting-gentingnya diperlukan untuk berperang bersama melawan tirani zionist, Amerika dan terorist, dan ini dan itu....., maka bisa saja hal itu tidak dilakukan, yakni menarik tangan.

Tapi kalau salah satu kondisi di atas itu tidak terpenuhi, maka bisa saja hukumnya lain. Dan kalaulah hal itu tetap salah dan maksiat di hadapan Tuhan, maka siapapun pelakunya, akan tetap salah dan dosa dan harus ditaubati dan diistighfari. Tapi kita, selama masih ada acuan yang logis dan agamis, sebaiknya mencari jalan yang bijak dan argumentatif dan tidak mengedepankan emosi dan kepekaan diri.

Mata Jiwa: waah pak ustadz memang mantaaap...bisa membaca kegalau-an hati...akhirnya terjawab juga polemik ini dengan gamblang...legaaaaa rasanya....terimakasih banyak pak ustaaaadz..... BARAKALLAH...!!! Wassalam.

-
>> Baca juga: 



Cara Menyikapi Perbedaan Informasi Fikih


by Sinar Agama (Notes) on Monday, May 20, 2013 at 3:25am
seri tanya jawab Andri Kusmayadi dengan Sinar Agama

Andri Kusmayadi mengirim ke Sinar Agama: (12-3-2013) Salam. Ustadz, ada beberapa pertanyaan baru lagi nih...

Afwan ya jangan bosen-bosen dengan pertanyaan ana....:)

1.  Dalam sebuah buku ana baca bahwa imam itu akan selalu ada dalam setiap zaman, dan selalu yang jadi imam adalah keturunan Nabi Ibrahim as. Nah, pertanyaannya siapakah imam-imam tersebut apakah sama dengan nabi-nabi keturunan nabi Ibrahim atau tidak? Kemudian, sebelum zaman Nabi Ibrahim berarti tidak ada imam?

2.  Antum berpendapat ketika ada menjawab pertanyaan salah satu teman, bahwa kemungkinan Hugo Chavez masuk neraka, tapi ana pernah juga dapat penjelasan dari antum kalau orang Kristen juga mendapat syafaat, nah apa mungkin juga Hugo itu dapat syafaat?

3.  Ustadz, kita kan dalam melaksanakan fatwa marja itu salah satunya merujuk langsung kepada buku fatwa marja tersebut. Nah, terkadang kita tidak bisa memahaminya secara langsung, jadi kita bertanya pada ustadz. Tapi, terkadang kita sudah benar-benar jelas dan paham dengan yang dimaksud dalam buku fatwa itu. Nah, tapi ternyata ada perbedaan dengan pendapat Ustadz, baik itu ustadz lain atau antum sendiri. Bagaimana kita harus bersikap ketika menghadapi kasus seperti itu? Apakah kita harus mengikuti pendapat ustadz itu atau pendapat kita sendiri terhadap pemahaman di buku fatwa itu? Terimakasih. Wassalam.

Sang Pencinta: Salam, jawab no 1: Makna Kalimat Imam ( ےاًامَ مِ إ ) dalam Ayat-Ayat Al-quran Oleh Ustad Sinar Agama = http://www. facebook.com/groups/210570692321068/doc/437410649637070/

510. Keharusan Pemimpin/Imam Setiap Zaman Oleh Ustadz Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/331112203600249/

553. Para Imam Harus Dari Keturunan Rasul Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/331127286932074/

71. Penjelasan Para Imam Dari Keturunan Imam Husein Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/252590638119073/

Beberapa link sedikit melebar dari soalan antum, tapi in'syaa Allah esensi link-nya bisa menjawabnya.

Sang Pencinta: Untuk no 3, ijin komen, justru saya melihat dan membandingkan fatwa marja dan
penjelasan ustadz Sinar sejalan dan konsisten.

Beberapa minggu lalu saya mencoba mengkhatamkan tanya jawab Rahbar dengan mukalidnya yang diposting di leader.ir, sejauh ini yang saya amati dan pelajari tidak ada kontradiksi esensi.

Ada fatwa yang pengamalan dan penafsirannya dikembalikan kepada mukalaf, misal masalah waktu buka puasa, yakni hilangnya mega merah, di mana dalam fatwa tidak ditentukan secara pasti berapa menitnya, yang menurut ustadz adalah 45 menit berdasarkan pengamatan di berbagai titik di Indonesia selama bertahun-tahun. Dan bukan barang baru hal ini menjadi polemik (seharusnya tidak perlu dan memang tidak perlu menjadi polemik) di kalangan asatidz kita.

Jika melihat ada dua kontradiksi seperti ini (dalam hal penafsiran fatwa), yang kita lihat argumentasi yang dibawanya, mana yang tepat sesuai dengan apa yang dimaui fatwa tersebut. Tentang hal ini ustadz sudah pernah menyampaikan, kalau ketemu linknya akan saya bawakan. In'syaa Allah

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: Sekedar menambah sedikit dari nukilan Pencinta:

1-  Untuk no. 1 ini, karena panjang, maka silahkan rujuk ke nukilan di atas.

2-  Ana sudah menjawab teman kita tentang Chaves itu dengan alasannya, silahkan merujuk lagi dengan seksama.

3-  Untuk fikih itu harus diadu argumennya untuk memicu pada pemahaman yang benar. Tapi kalau bedanya antara yang spesialis dengan yang tidak, maka kalau tidak mampu memilih yang paling berat, maka bisa mengambil dari yang spesialis itu asal dia adil atau setidaknya jujur secara aklamasi alias bagi semua orang (belum ada yang membuktikan kebohongannya).

Tapi kalau perbedaan itu antara para ahli/spesialis agama itu, maka kalau tidak bisa melakukan yang lebih berat, harus ikut kepada yang paling alim dan paling senior dalam ilmu (bukan dalam umur) yang keseniorannya itu terbukti di pendidikan agamanya. Kalau sama-sama senior, maka pilih yang lebih taqwa. Kalau juga sama dari sisi semuanya itu, maka kewajibannya adalah ikut yang paling berat. Ini juga perintah fikih itu sendiri.

Sang Pencinta: 1020. Syarat Penafsir Hukum Fiqih dari Marja oleh Ustad Sinar Agama = http:// www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/464413876936747/

Sang Pencinta: Kupilih Baju Kecaman dan Kebencian Siapapun (kalau itu harus), Ketimbang aku dilaknatiNya Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/524482297596571/

Andri Kusmayadi: Terimakasih banyak buat Ustadz Sinar Agama dan Sang Pencinta atas link, penjelasan, dan jawabannya. Mungkin saya perlu memberikan contoh mengenai perbedaan ini.

Di dalam salah satu jawaban, ust. Sinar Agama pernah menjawab bahwa mencuci najis dengan mesin cuci, belum bisa memutuskan boleh tidaknya, tapi di fatwa Rahbar jilid pertama versi terjemahannya, soal no 283 disebutkan bahwa ”Setelah benda najis (’ain an-najasah) lenyap, bila air yang bersambung dengan keran sampai ke pakaian dan semua bagian dalam mesin kemudian terpisah darinya dan keluar, maka ia dihukumi sebagai suci.”

Andri Kusmayadi: Contoh yang lainnya. Ustadz pernah menjawab pertanyaan kepada saya, bahwa sisa obat-obatan yang masih ada dalam akhir tahun khumus, harus dibayarkan khumusnya. Tapi, berdasarkan fatwa Rahbar di buku Daras Fikih versi terjemahan, disebutkan sebagai berikut. ”Obat-obatan yang dibeli dengan uang penghasilan pada pertengahan tahun-khumus dan hingga awal tahun-khumus masih tersisa tanpa mengalami kerusakan, bila pembeliannya adalah untuk dipergunakan pada saat-saat dibutuhkan dan memang dibutuhkan, maka tidak dikenai wajib khumus. (Awjibah al-Istiftaat, no. 908). Afwan....

Andri Kusmayadi: kemudian satu lagi untuk Sang Pencinta link-link yang antum berikan itu hanya memberikan jawaban para imam setelah zaman rasul, yaitu 12 imam...padahal yang ana tanyakan itu para imam sebelum Rasul, bahkan sebelum Nabi Ibrahim as. Syukron...

Sang Pencinta: Untuk komen antum yang pertama, tidak ada kontradiksi sama sekali dengan pernyataan ustadz yang antum nukil. Menurut antum terkesan kontradiksi karena antum mengambil/memaknai kalimat ustadz sepotong saja. Silahkan di sini, http://www.facebook.com/ groups/210570692321068/doc/464408436937291/.

Sang Pencinta: Untuk komen ketiga, coba saya cari dulu di arsip, kalau gak salah mas Orlando Banderas pernah menanyakannya.

Sinar Agama: Andri,

1-  Untuk komentar pertama antum itu tidak ada kontradiksinya sama sekali. Karena syarat kesucian itu seperti yang  sudah diterangkan di fatwa Rahbar hf itu. Tapi kalau mesin cucinya, dengan alat pemasok air yang otomatis itu dimana baru separuh saja sudah mati secara otomatis, lalu setelah itu mesinnya berputar, maka bukan hanya bersih, tapi justru memindahkan najisnya ke seluruh mesin cuci bagian dalamnya. Apalagi disertai dengan masuknya sabun cuci secara otomatis dimana airnya akan menjadi mudhaf.

2-  Untuk hal yang ke dua itu, antum tidak pernah adu argument dengan saya. Kan kalau argumentasinya diadukan, maka bisa dipadukan atau yang satu diluruskan. Itulah mengapa saya dari awal mengatakan bahwa harus diadu argumentasikan. Tapi antum adu argumentasi dengan saya dan hanya bertanya lalu pusing sendiri. Padahal, kalau antum ajukan, dan pas kebetulan saya salah dalam menukil fatwa atau menukil fatwa imam Khumaini ra yang kebetulan tidak sama dengan fatwa Rahbar hf, maka sangat-sangat bisa diluruskan. Artinya, saya akan segera meluruskannya kalau ternyata antum yang benar. Dan hal ini, sangat-sangat wajar dalam bahasan agama.

Untuk masalah yang antum tulis itu, maka asal fatwanya seperti ini:

س908:داروهايىكهازدرآمدوسطسالخريدهشدهوپولآنتوسطسازمانتأميناجتماعىپرداخت

مىشود، اگر بدون فاسد شدن تا سر سال خمسى باقى بماند، خمس به آن تعلّق مىگيرد يا خير؟

ج:اگرخريدداروهاجهتاستفادهازآندرمواقعنيازباشدودرمعرضاحتياجهمباشد،خمسندارد.


Soal: Obat-obatan yang dibeli di pertengahan tahun dan uangnya dari Badan Bantuan Kesejahteraan Masyarakat Negara, kalau ternyata belum rusak sampai akhir tahun khumus, apakah harus dikhumusi?  

Jawab: Kalau pembelian obat-obatan itu dibeli untuk digunakan kala diperlukan dan memang memerlukannya, maka tidak perlu membayar khumus.  

Keterangan: Sangat mungkin ketidakwajiban khumusnya itu dilihat dari dua sisi:  

a-  Karena uangnya dari Badan Kesejahteraan Negara. Jadi, bukan penghasilan keseharian.  

b-  Karena hal itu darurat. Karena obat itu diperlukan dan dalam pemakaian dimana kalau tidak mencukupi bisa tambah sakit atau mati.  Jadi, kalau dibeli dari hasil kerja dan, apalagi sudah tidak diperlukan lagi, yakni tidak dalam pemakaian kontinyu sampai tahun khumus itu, maka kalaulah ragu terhadap kewajiban khumusnya, maka sangat masuk akal dan dianjurkan agama, kalau kita berhati-hati supaya tidak masuk ke dalam haram dan dengan itu, maka mengeluarkan khumusnya. 

3-  Yang poin tiga itu juga sudah ana tulis sebelumnya. Ana tadinya mengira bahwa Pencinta sudah menukilkan hal itu. Afwan.  

Tambahan: 
Lain kali, kalau secara lahiriah terlihat jawaban saya tidak sesuai dengan fatwa Rahbar hf, maka langsung ditanyakan ke saya, supaya saya kalau keliru segera meralatnya dan kalau ada hal yang perlu dijelaskan, maka saya bisa membantu menjelaskannya. Jangan mikir selain kebenaran. Jadi, tidak usah ragu mengatakan saya salah, karena hal itu, kalau benar, merupakan kenikmatan buat alfakir hingga terlepas dari adzab Tuhan akibat keteledoran. Afwan dan terimakasih. 

Andri Kusmayadi: oh jadi jelas sekarang, afwan Ustadz. Sinar Agama jadi maksud ana gitu, kalau secara lahir ana memaknainya sudah jelas, nah kalau menurut antum jadi berbeda, oh kalau gitu nanti harus ana adu lagi ya ustad dengan argumen lagi..iya baik ustadz...tapi, seandainya sudah dijelaskan seperti ini, tapi ana misalnya lebih bisa menerima pemahaman yang dari yang lain gapapa ustad? 

Jadi, misalnya mesin cuci yang ana pakai itu kan ga otomatis, jadi airnya bisa penuh, luber gitu ustad. Kalau seperti itu gapapa? Jadi, ana masih tetap ngambil pendapat bahwa kalau benda najisnya sudah ana bersihkan, ana boleh tetap mencuci dengan mesin cuci ana itu? Atau contoh lain, dalam masalah maghrib, ana tetap tidak mengambil pendapat antum yang harus 45 menit, tapi yang 15 menit saja, itu gapapa kang Ustad?  

Sang Pencinta: AK: sebenarnya, kalau lebih teliti, jawabannya sudah ada di atas mas. afwan. 

Sinar Agama: Andri, 

1-  Antum bebas mengambil pendapat siapapun bagi ana. Tapi bagi agama, sudah dijelaskan di atas itu, yakni di jawaban awal. Karena itu perhatikan, karena agama sudah memberikan jalan keluarnya, bukan antum atau saya. Seperti diambil yang paling pandai, yang paling taqwa dan yang paling berat.  

2-  Kalau mesin cuci yang tidak otomatis itu justru yang bagus. Karena bisa sambil menghidupkan mesinnya, airnya dari pam atau sanyo yang hidupnya itu, bisa tidak dimatikan walaupun kecil sehingga kalau sudah yakin dengan sekian putaran mesin cuci itu benda najisnya sudah hilang, maka sudah menjadi bersih selama tiga sifat airnya itu tidak berubah. Karena berputar-putarnya baju itu sudah sama dengan diperas (ini di fikih juga diterangkan). Jadi, tidak perlu meluber dan kalau meluber antum bisa kena setrom listrik mesin cuci itu dan sangat bahaya. 

Jadi, ketika baju itu sudah diisi air dan bisa diputar maka hidupkan mesinnya dan kecilkan airnya yang dimasukkan supaya tidak cepat penuh. Begitu yakin benda najisnya sudah lepas dari baju dan sudah menyatu dengan airnya, maka semuanya sudah bersih dan kalau mau lebih hati-hati lagi, maka kosongkan mesin cucinya sambil air pipanya yang kecil tadi itu tetap hidup dan tetap diarahkan ke dalam mesin cucinya itu sampai air di dalamnya sudah menjadi sat/habis. 

Ingat, kita bukan Sunni hingga tidak ada urusan luber dalam pencucian. Kalau Sunni memang kalau luber dihitung mengalir. Padahal kalau di Syi’ah tidak seperti itu dan yang pentingnya adalah tetap menyambungnya air di dalam bak atau mesin cuci itu dengan air yang banyak seperti pam, sanyo yang hidup mesinnya, atau menyambung dengan air kur yaitu kurang lebih 378 liter. 

3-  Dalam masalah maghrib, kalau 15 menit itu antum ambil dari orang yang masih melakukan dosa, dan kalau salah, maka antum dosa dan shalatnya diqadhaa’ dan puasanya, selain qadhaa’ wajib membayar kaffarah juga. Tapi kalau benar, maka oke-oke saja. 

Tapi kalau antum mengambil informasi 15 menit itu dari orang adil (yang tidak melakukan dosa), maka kalau ternyata salah, maka antum tdk dosa, tapi shalat dan puasanya wajib diqadhaa’ tapi tidak perlu kaffarah.  

Tapi kalau 15 menit itu dari diri antum sendiri, maka kalau antum sudah mengeceknya dengan ru’yat yang benar yang disesuaikan dengan arahan fikih, maka kalau benar sudah oke. Tapi kalau salah, maka selain qadhaa’, maka dilihat apa sebab kesalahannya. 

Kalau salahnya karena mendung, yakni antum sudah tahu dengan benar bahwa maghrib itu sekian menit setelah adzan Sunni dengan profesional dan benar menurut agama dan Tuhan, lalu karena mendung, antum mengira seperti kemarin-kemarin itu, yakni sudah merasa sudah gelap (mega merah sebelah timur sudah hilang), maka tidak wajib qadhaa’. Tapi ingat, hal itu didahului dengan pengetahuan tentang  gelap yang benar sebelumnya. Bukan dari awal tidak tahu masalah ru’yat lalu hanya melihat langit yang gelap terus berbuka. 

Tapi kalau kesalahannya itu bukan mendung, tapi gelapnya langit, maka hanya wajib qadhaa’.  Kalau ada waktu, coba baca lagi catatan-catatan yang sudah pernah ditulis tentang hal ini, insya Allah akan dapat dipaham hingga tidak perlu bertanya ke saya apakah boleh beda dengan saya atau tidak. Karena saya ini siapa? Kalau saya bisa selamatkan diri sendiri saja, sudah sangat bagus. Jadi, beda saya tidak ada masalah. Tapi beda dengan marja’-nya jelas haram dan membatalkan ibadah.  Jadi, kalau antum beda dengan saya dan merasa lebih benar dalam memahami fatwa marja’ antum, dan ada dalil untuk pemahaman antum itu, maka hal itu sudah bisa dilakukan dan tidak dosa. Tapi kalau salah, ya...berbagai hukum. 

Kalau masalah najis, maka harus mencuci semua baju dan alat-alat dapur dan rumah (semua yang kena tularan najis itu) selain mengqadhaa’ shalatnya. Kalau wudhu dan mandi yang salah, wajib mengqadhaa’ shalatnya. 

Kalau masalah puasa yang salah, maka seperti yang sudah dijelaskan di atas itu yang mana sekurang-kurangnya wajib qadhaa’ selain satu masalah yang sudah dijelaskan itu. Dan hati-hatilah pada yang keharusan kaffarah itu.  Wassalam.  

Khommar Rudin:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Andri Kusmayadi: iya ustadz Sinar Agama sekarang tambah paham....afwan, boleh ga ana simpulkan seperti ini...dan ini ana pikir penting, karena akan menjadi dasar ana untuk mengamalkan suatu fatwa...mohon luruskan kalau salah... 

Jadi, pertama kita beramal sesuai dengan fatwa marja dengan mengacu kepada buku fatwanya... jika tidak ada keraguan di dalam memahami makna lahir dari fatwa tersebut, ana sudah benar melaksanakan fatwa tersebut. Jadi, ana tidak ada kewajiban untuk meminta kejelasan dari setiap fatwa yang sudah ana anggap jelas pemahamannya. 

Kedua, jika ada keraguan tentang fatwa tersebut, ana harus mempertanyakan ke orang yang lebih tepat (dalam hal ini ustad)...dan jika ana masih ragu, ana berhak untuk menanyakan ke ustad yang lainnya lagi,...dan setelah itu kalau ana masih belum yakin, ana bisa konfrontasi dengan ustad tersebut berdasarkan argumen yang mungkin bertentangan. Nah, setelah dikonfrontasikan pemahaman ana dengan ustad itu, dan ana mendapat penjelasan baru, baru ana yakin, dan bisa mengamalkan keyakinan itu. Ana pikir kalau seperti itu gimana ustad? 

Kalau harus membandingkan yang paling pintar, yang paling taqwa, itu gimana caranya, sedangkan ana pada umumnya tidak mengenal ustad-ustad itu dengan baik, kalau yang lebih berat, bisa jadi bisa dilakukan. Kalau dilihat otoritas lembaga bisa ga ustad? Maksudnya, kalau kita anggap ICC itu sebagai lembaga resmi perwakilan rahbar, bisa ga kita berpatokan karena itu? Mereka juga sudah mempunyai tim rukyat dalam menentukan waktu magrib atau ramadan dan sebagainya? Maaf nih jadi panjang lagi, karena terus terang, sekarang ana baru menyadari tentang pentingnya fikih. Terimakasih. 

Sang Pencinta: Ikut bantu lagi mas Andri, tentang argumentasi fatwa buka puasa/waktu Maghrib Syiah (Islam), Waktu Buka Puasa Oleh Ustadz Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=224696444241826 

Tanya Jawab Lanjutan Catatan Waktu Buka Puasa Oleh Ustad Sinar AGama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/?id=225145680863569 

Dasar Dalam Menetapkan Waktu Berbuka Puasa Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/440864955958306/ 

Syair “ Keluh Mega Merah “ Dan Waktu Buka Puasa Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/445207495524052/

http://www. facebook.com/notes/sinar-agama/lagi2-diskusi-waktu-maghribberbuka-puasa-seri-tanya-jawabmuhammed-almuchdor-dg-/478208152189738?comment_id=6836146&ref=notif&notif_t=note_ reply  

Sang Pencinta: Pentingnya keadilan seseorang dalam penafsiran dan penerapan fatwa seperti dalam hal penentuan buka puasa, apakah bisa dilihat secara lahiriah atau pengakuan orang lain, Memahami Definisi Keadilan Dalam Fiqh Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/243410945703709/ 

77. Beda adil dan makshum – seri tanya-jawab antara dadan Gochir dan Sinar Agama = http://www.facebook.com/home. php?sk=group_210570692321068&view=doc&id=211005742277563 

Okki Deh: Salam.... Ikut nimbrung... Kalau saya yang masih tinggal dengan orang tua dan menggunakan satu mesin cuci yang otomatis bagaimana nih..... Mau beli mesin cuci yang biasa gak ada dana nya.....  

Sang Pencinta: Okki: jalan yang paling aman adalah bersihkan semua pakaian yang bernajis di bawah air kurr/selang/sanyo, lalu setelah suci, baru masukkan ke mesin cuci. Saya punya kasus yang sama seperti antum dan akhirnya saya pilih untuk cuci tangan sendiri dengan alasan kepastian-suci dan cara kerja mesin cuci. 

Detailnya silahkan di sini http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/464408436937291/  

Okki Deh: Sang Pencinta @ takut mereka tersinggung, karena cuci pakaiannya terpisah....  

Sang Pencinta: Okki Deh, Saya juga awalnya seperti itu, mencuci mengendap-ngendap, karena takut ortu tersinggung, tapi seiring berjalannya waktu saya sharing dengan mereka arti pentingnya dan pemahaman fikih, sekarang cucian saya ga mereka sentuh sama sekali. 

Okki Deh: Begitu ya. InsyaAllah kalau begitu. Mudah-mudahan mereka bisa mengerti. Terimakasih untuk bagi pengalamannya..... 

Sinar Agama: Andri: sepertinya apa yang ana tulis belum antum pahami dengan benar:  

1-  Kebolehan mengamalkan setiap pahaman seseorang itu, sudah pasti boleh kalau sudah disandarkan pada buku fatwa. Tapi kebolehan ini, tidak menjadikan amalnya itu benar. Jadi, pembolehan itu hanya mentidakdosakan dirinya kalau terjadi kesalahan. Karena sudah bersandar pada fatwa. Tapi kalau salah memahami, maka jelas tetap harus diqadhaa’ sekalipun tidak dosa.  

Karena itulah, maka bagi yang berakal sehat, ketika memiliki teman yang lebih menguasai fikih fatwa tersebut, sudah sangat masuk akal untuk bertanya. Karena akalnya mengatakan bahwa bisa saja pemahamannya salah dan melakukan qadhaa’.  

2-  Ketika terjadi multi tafsir pada penafsiran fatwa tersebut, maka dicari yang lebih pandai, kalau tidak ketemu atau sama-sama pandai/alim maka dipilih yang paling taqwa, tapi kalau tidak bisa dengan berbagai halnya, maka diambil yang paling berat. Ingat, apapun pembolehan mengambil yang paling alim itu atau yang paling taqwa itu, hanya melepaskan antum dari dosa kalau salah. Tapi tidak melepaskan antum dari qadhaa’.  

3-  Tim rukyat itu bukan satu-satunya pemecah masalah, tapi juga harus bersandar kepada fikih tentang rukyat itu, seperti harus tahu perukyatan, harus tidak melakukan dosa (adil), harus jelas orang-orangnya hingga diketahui tentang sifat-sifat dan syarat-syarat perukyatan itu, ..... dan seterusnya. 

Dan, itupun, yakni kalau sudah memenuhi semua syarat-syaratnya itu, bukan berarti puasa antum dan shalat antum sudah benar manakala ternyata salah. Karena itu, pembolehan mengikuti yang sudah memenuhi syarat itu, hanya mengeluarkan antum dari dosa dan kaffarah. Tapi tidak mengeluarkan antum dari qadhaa’ manakala terjadi kesalahan. 

Jadi, kalau mengikuti orang yang tidak memenuhi syarat tersebut, lalu salah, maka selain qadhaa’ puasa dan shalatnya, juga wajib bayar kaffarah untuk puasanya.  

Mengikuti ICC, kalau maksudnya mengikuti ketuanya yang kita yakini alim dan adil, maka boleh saja sebagai penerapan fikih rukyat di atas itu. Tapi sekali lagi, pembolehan ini hanya mengeluarkan antum dari dosa dan kaffarah kalau terjadi kesalahan, tapi bukan dari qadhaa’. 

Tapi kalau maksudnya ICC adalah selain ketuanya yang dari Iran itu, maka masing-masing orangnya harus diskrening dengan syarat-syarat ru’yat di atas itu, seperti tahu masalah rukyat dan adil (tidak melakukan dosa) dimana kalau tahu agama dan rukyat serta adil, boleh diikuti tapi kalau salah tetap qadhaa’, dan kalau tidak, maka tidak boleh diikuti dan kalau diikuti dan salah, maka selain qadhaa’ juga wajib kaffarah.  Wassalam.

Baca juga kajian terkait:

Akhlak dan Fiqih
Ada Apa Dengan Fikih
Fikih adalah Hiriz/Ajimat untuk Keselamatan Dunia Akhirat


Kamis, 07 November 2019

Memetik Pelajaran dari Majelis Tafsir Al-Qur’an oleh Ayatullah Al Uzhma Jawadi Amuli

5. Memetik Pelajaran dari Majelis Tafsir Al-Qur’an oleh Ayatullah Al Uzhma Jawadi Amuli

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/memetik-pelajaran-dari-majelis-tafsir-al- quran-oleh-ayatullah-al-uzhma-jawadi-am/790008471049061

Hendy Laisa: Majelis Tafsir Al-Qur’an oleh Ayatullah Al Uzhma Jawadi Amuli yang berlangsung di Masjid A’dzham kota suci Qom Republik Islam Iran dihadiri seribuan lebih pelajar agama dan masyarakat umum. Berkenaan dengan perilaku kaum musyrikin yang menyembah berhala, Ayatullah Jawadi Amuli menjelaskan, “Barang siapa yang menyembah berhala ibarat tidak memiliki mata dan telinga, sementara di hadapan mereka terdapat kitab yang memiliki kandungan pelajaran dan ilmu yang sangat tinggi atau di sekeliling mereka dengan mudah dapat ditemui orang-orang yang mampu menjelaskan kepada mereka mengenai agama ini. Itu karena mereka tidak memanfaatkan mata dan telinga mereka untuk mencari dan menemukan kebenaran, yang kaki dan tanganpun memberi kesaksian atasnya.”

Ulama mufassir yang menghasilkan karya tafsir “At Tasnim” yang sudah mencapai 30 jilid sementara yang ditafsir masih sampai surah Al ‘Araf tersebut melanjutkan, “Kezaliman terbesar yang dilakukan seorang manusia, adalah zalim terhadap dirinya sendiri. Dan kezaliman terhadap diri sendiri yang terbesar adalah menjebakkan diri pada perilaku kesyirikan dan setia terhadap keyakinan-keyakinan yang batil, sementara saat ini telah tersedia banyak cara untuk mengetahui hakekatnya.”

“Setiap manusia harus senantiasa memanjatkan do’a-do’a untuk menjadi manusia yang layak dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Kehadiranmanusia yang seperti ini akan menjadi penyebab terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang tentram yang mengajak masyarakat kepada perilaku dan amal-amal yang saleh. Masyarakat akan mencari dan meneledani pemimpin dari mereka yang memiliki kepribadian dan akhlak yang baik.” Ujar beliau.

Dalam lanjutan penyampaiannya, Ayatullah Jawadi Amuli mengatakan, “Kita berusaha sekuatnya untuk menjadi ahli syukur atas nikmat-nikmat yang dikaruniakanNya, dan diantara nikmat terbesar yang Allah berikan adalah menghadirkan ditengah-tengah kita orang yang dikaruniai kemampuan untuk memimpin dan menghidayahi kita.”(ABNA) — bersama Meyo Yogurt, Nazriel Adam Ygselalucyangkkakninna, Muhammad Wahid, dan17 lainnya.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya:

Dari balik awan tempat tinggalku, kebetulan sinyal radio lagi bagus hingga sayapun sempat mendengarkan pelajaran akhlak beliau hf yang biasa disampaikan pada penutupan pelajaran Bahtsu al-Khaarij Fiqh, manakala sudah di akhir minggu pelajaran, yaitu hari Rabo (karena Kamis dan Jum’atnya libur) yang bisa tangkap di seluruh dunia di alamat:www.eShia.ir

Setiap akhir pekan pelajaran Bhtsul a-Khaarij Fiqh itu, pelajaran Fiqihnya ditutup lebih cepat dari biasanya yang sekitar 50-60 menit itu, menjadi hanya sekitar 35 menit. Di menit-menit akhir itu, selalu memberikan pelajaran akhlak untuk para pelajar kelas paling tinggi di hauzah tersebut (bahtsu al-khaarij). Nah, hari Rabo kemarin ini, yaitu tanggal 7-1-2015, kami dari balik awan kegelapan dan kehinaan, sempat mengikutinya melalui gelombang internet itu. Isinya sungguh mengingatkan pada kecongkakan buku SMS manakala mengatakan:

Halaman 353 :”Apakah Nabi Saw mewariskan sistem atau format tertentu tentang kepemimpinan? ada dua jawaban, ya dan tidak. Ya bila yang dimaksudadalah sistem kepemimpinan keagamaan. Tidak, bila yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan sosial kenegaraan...”

Memang beliau hf tidak sedang membahas buku yang menyesatkan itu, akan tetapi ada topiknya yang bersentuhan dengan kecongkakan buku tersebut. Btw, beliau hf sedang mengajar akhlak bagi para santri kelas tinggi yang, biasanya keadilan, yakni tidak berdosa, sudah menjadi kebiasan teringan mereka. Tapi coba perhatikan apa yang diajarkan untuk para murid yang secara umum sudah tidak melakukan dosa itu.

Ringkasan pelajaran akhlaknya yang disampaikan dalam waktu sekitar 10-15 menit itu, kurang lebih seperti ini (kurang lebih karena hanya yang saya ingat saja setelah melihat tag-an di atas dan saya akan menyebutkannya dalam bentuk poin-poin yang saya susun sendiri dimana tidak persis dalam susunan kata penjelasan beliau hf akan tapi sama dalam maksud bahasannya):

Ada beberapa hal yang pelu kita perhatikan dalam penyataan agama supaya kita tidak membuang waktu dengan hanya menumpuk ilmu seperti sekarangini (Bahtsul al-khaarij fiqih. Ingat, ilmu ini sudah paling tinggi ilmu ijtihad dan yang belajar di dalamnya sudah tergolong lebih utama dari jihad dengan pedang karena sudah bisa digolongkan ke dalam tatara ulama kalau sudah lama di dalamnya. Akan tetapi kalau hanya di sini saja, maka dianggap sebagaitelah membuang umur. Yakni membuang umur untuk tingkat berikutnya).

Pertama, Tuhan mengatakan: “Hari ini telah Kulengkapkan untuk kalian agama kalian (ini yang mengingatkanku pada kecongkakan buku sms itu, congkak lantaran menentang isi ayat yang muhkamaat ini dan disepakati semua muslimin sepanjang sejarahnya) dan telah Kusempurnakan nikmatKu (agamaKu, sa).”

Ke dua, Tuhan mengatakan: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada pada akhlak yang agung.”

Ke tiga, Tuhan mengatakan: “Sesungguhnya di dalam diri Rasulullaah itu, terdapat contoh yang baik.” (saya sebenarnya ragu dalam penyebutan ayat ini, akan tetapi seiring dengan maksud pengajaran beliau hf, karena itu, saya sebutkan saja dan kalau tidak beliau hf sebut kala itu, maka bisa terhitung sebagai pelengkap, bwt).

Ke empat, Nabi saww bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (ingat, akhlak ini adalah yang meliputi lahir batin, seperti keimanan,keikhlashan, kecintaan, fikih, jihad, politik, dan semua aspek keIslaman, bukan akhlak yang dijadikan salah satu bagian dari pelajaran Islam yang bertentangga dengan ilmu akidah, fikih ...dan seterusnya..sebagaimana maklum dan sudah sering dijelaskan).”

Ke lima, Nabi saww bersabda: “Aku telah diberi semua Kalim.”

Ke enam, Nabi saww bersabda: “Aku diutus dengan semua Kalim.”

Ke tujuh, Nabi saww bersabda:

ان لربكم في ايام دهركم نفحات اال فتعرضوا لها وال تعرضوا

“Sesungguhnya untuk Tuhan kalian, di hari-hari kalian, terdapat nafahaat (angin: bau harum; pemberian). Karena itu, sambutlah dan jangan berpaling!”

Ke delapan, Nabi saww bersabda bahwa belaiu saww sudah mengajar semuanya kepada imam Ali as (Dan Ahlulbait as tentunya. Kalau boleh kusisipkan tentang QS: 33:33 yang menyatakan bahwa Ahlulbait as itu Makshum secara ilmu dan amal. Hal ini perlu ditambahkan supaya lebih lengkap mengingat yang ditekankan beliau hf adalah pengamalan sebagaimana yang akan diteruskan dalam penjelasan beliau hf, sa).

Di atas itu, ada dua masalah yang harus dibedakan:

Pertama, Islam sudah lengkap, Nabi saww paling hebat, memiliki segala seluruh Kalim (Apa saja yang memiliki makna di baliknya sekalipun benda dan bukan hanya kata. Karena benda juga memiliki kandungan di baliknya hingga karena itu alam ini juga disebut dengan Kalaamullaah, sa), Nabi saww telah mengajari dan memberikan semuanya kepada Ahlulbait as.

Ke dua, Nabi saww diutus untuk membawa kita kepada ketinggian akhlak kemanusiaan (akhidah, fikih, adab ...dan seterusnya), diutus untuk dicontoh, diutus dengan seluruh Kalim, Ahlulbait as sebagai imam (tentu vertikal dan horisontal, ss).

Dua masalah di atas itu, sangat beda tujuannya. Kalau yang pertama menceritakan fadhilah Nabi saww dan Ahlulbait as, akan tetapi yang ke dua menerangkan misi mereka as dan filsafat diturunkannya mereka as kepada kita manusia.

Tujuan mereka as bukan hanya untuk diketahui dan dipuja. Kesempurnaan mereka as milik mereka as dan tidak ada hubungannya dengan kita. Kita ini mau apa? Apakah hanya mau menumpuk ilmu tentang mereka as dan memuja mereka as??

Tujuan mereka as itu, adalah untuk membawa kita semua kepada ketinggian derajat. Artinya, kita harus mencontoh apa-apa yang dilakukan mereka as, bukan hanya belajar mengetahuinya dan menceritakannya serta memujanya. Memangnya kesempurnaan mereka as itu, adalah kesempurnaan kita danakan menjadi milik kita dengan hanya mencukupkan dengan pengetahuan dan penyanjungan?

Tiap hari Tuhan menyebar nafahaat, bau harum dan inayah serta pemberian. Karena itu, kalau kita tidak menyambut dan mengambilnya hingga menjadimanusia yang aplikatif, maka sungguh belajar ilmu ini akan sia-sia belaka. Dan untuk ketersia-siaannya, tidak perlu dengan ayat dan riwayat. Karena akal gamblang telah mengatahuinya dengan sempurna (Maksudnya seperti yang sudah sering dijelaskan bahwa mengetahui baiknya makanan bervitamin dan buruknya racun, tapi tidak makan vitamin dan makan racun, sama dengan tidak mengetahuinya. Begitu pula ketika mengetahui ketinggian derajat Makshumin as yang diutus untuk menarik kita, akan tetapi kita tidak mentertarikkan diri ke tingkat yang lebih tinggi sebagai hamba, yaitu tingkat kehancuran dan fanaa’, dengan segala aplikatifnya dan hanya mencukupkan di menumpuk ilmu dan pujaan, maka sama dengan tidak mengatahuinya dan tidak memujanya, sa).

Catatan: Semoga kalaulah pahaman saya di atas itu tidak bisa dikatakan benar, setidaknya tidak terlalu jauh. Saya sih yakin benar, akan tetapi apalah arti keyakinan itu di mata hakikat. Karena hakikat, tetap hakikat. Kalau yakin kita sesuai dengan hakikatnya, maka dia adalah benar dan kalau tidak, maka sebaliknya. Amin. Wassalam.

Meyo Yogurt: Ijin berpendapat ustadz. Kalau kutipan Anda dari kata pengantar pak Muhsin Labib itu maka yang dimaksud dengan “ sistem kepemimpinan sosial kenegaraan “ adalah sistem kepemimpinan yang tidak didasarkan agama sepenuhnya atau sistem khilafah versi Sunni, dimana banyak keputusannya hasil pemikiran khalifah yang bersangkutan. Bahkan penulis mengkritik habis habisan “sistem kepemimpinan sosial kenegaraan “pada Abu Bakar, Umar dan Utsman setelah menulis pernyataan tersebut. Hal ini tidak menafikan hak para Imam untuk menjalankan kepemimpinan sosial kenegaraan atau fungsi horizontal. Beliau menulis pada kata pengantar tersebut “ Dalam kenyataan historisnya, khilafah diterapkan sebagai kepemimpinan horisontal dan imamah diterapkan sebagai kepemimpinan vertikal.” beliau menulis “dalam kenyataan historis” bukan “kenyataan ideal”, karena banyak Imam as. tidak menjadi kepala negara namun itu tidak menghilangkan keabsahannya sebagai Imam.

Sinar Agama: Meyo, sepertinya antum belum menyentuhi isi buku. Buku itu menjelaskan tentang Syi’ah dan agama, bukan historis. Historis itu hanyasebagai retorikanya saja. Lagi pula historis itu bukan hanya dijadikan alasan untuk mengkritiki Sunni, tapi bahkan menjadi hantaman bagi Syi’ah. Artinya, dari historis itu penulis ingin menetapkan bahwa agama memang tidak mengajarkan kepemimpinan horisontal. Kalau antum baca buku, maka bacasampai ke akhirnya. Sudah saya katakan bahwa kadang nukilannya benar, akan tetapi justru dihantamnya.

Sinar Agama: Kasarnya, bagi penulis PEMERINTAHAN YANG IDEAL YANG DIPIMPIN MAKSHUMIN AS ITU, BUKAN KEWAJIBAN DAN AJARAN SYI’AH, KARENA SYI’AH BAGI MEREKA TIDAK MEWAJIBKAN PENGHORISONTALAN IMAMAH KARENA IMAM HANYA VERTIKAL ALIAS PEMIMPIN AGAMA SEKALIPUN BISA HORISONTAL DAN IDEAL.

Meyo Yogurt: Saya memang baru baca kata pengantar yang pertama tama kali dibahas itu Ustadz.

Sinar Agama: Meyo, saya tidak menyuruh berhenti diskusi, tapi akan lebih baik buat kita semua terkhusus saya yang memiliki seambrek pertanyaan ini,untuk menuntaskan dulu bacaan antum baru membuat penilaian dan komentar. Btw, saya tidak melarang, tapi hanya menganjurkan supaya tidak perlu menjawab yang kurang perlu dan menjawab yang lebih perlu. Ingat, relekskan dada antum dan tetaplah membebaskan diri untuk diskusi seperti selama ini. afwan.

Kiki Overloadpro: Sinar, afwan, antum tetep ga menyelesaikan pertanyaan yang ditanya, yang argumentasi ana juga ga antum selesaikan, antum cumaberkilah bahwa orang lain yang ga sependapat dengan antum dikarenakan belum menyentuh buku itu, justru ana bisa argumentasi karena sudah mendalami kajian isi buku itu sebelum buku itu terbit dari penulis langsung, dan epistemologi yang digunakan pun ana memhaminya, tapi antum terjebak dengan teks dan pemahaman antum yang menganggap orang lain pengetahuannya antum tetapkan di bawah antum, di status angelia jawaban- jawabanantum banyak kontradiksi dengan realita dan antum seolah-olah malah tidak memperhatikan jawaban-jawaban lawan dialog, menurut ana itu kurang dari segi ahlak, padahal ahlak adalah cermin keilmuan seseorang.

Meyo Yogurt: Ini saya kutip dari kata pengantar yang pertama kali dibahas rame-rame : “ Syi’ah meyakini bahwa Rasulullah Saw mempersiapkan Alisebagai pemimpin spiritual (agama) dan sekaligus struktural (politik).” kalimat ini sudah cukup jelas menunjukkan pak Muhsin Labib menyatakan bahwa menurut Syi’ah para Imam memang meliputi horizontal.

Sinar Agama: Meyo, jangan jadi orang mengasihani napa? Disuruh baca terus kok, malah bersikeras. Denny Priyanto @Meyo : kalau menurut Syi’ahnya buku SMS lain lagi meyo.... baca dulu semuanya.

Meyo Yogurt: Saya tidak punya bukunya, belum ada uangnya untuk beli hehe

Denny Priyanto: Aku juga dapetnya gratisan kok meyo....

Sinar Agama: Ya Allah Meyo, sampai ada rasa kecewa di hati ini karena melihat antum semacam tidak seteliti biasanya sampai-sampai dimanfaatkan orang dengan tidak benar. Rupanya antum belum punya bukunya. Semoga antum selalu dalam lindunganNya, amin.

Meyo Yogurt: Saya sudah membaca buku Syi’ah menurut Syi’ah. Kalau kita lihat dari belakang buku itu maka tujuan buku ini adalah membela Syi’ah darituduhan-tuduhan, berarti target utamanya menurut saya adalah pembaca ahlusunnah karena pembaca Syi’ah mungkin sudah familiar dengan isinya. Lalu di akhir buku ada bagian epilog yang isinya persis dengan kata pengantar yang “dibocorkan” penulis buku ini di facebook dan menimbulkan pro kontra.Tanggapan saya masih tetap sama dengan sebelum membaca buku yang berharga Rp.75000,- ini (tanpa diskon 15 persen).

Meyo Yogurt: Pengertian khilafah dan imamah yang disusun dalam sebuah tabel adalah khilafah dalam definisi ahlusunnah dan imamah dalam definisiSyi’ah dimana itu semua ditinjau secara historis. Sebab dari segi kemampuan dan kewenangan, imamah meliputi fungsi horizontal juga. Ini terbukti dengan adanya kalimat di halaman 350 “Syi’ah meyakini. bahwa Rasulullah telah mempersiapkan Ali sebagai pemimpin spiritual (agama) dan sekaligus struktural (politik).” artinya imamah sebenarnya pun meliputi fungsi horizontal juga (fungsi politik /struktural) sebagaimana yang sering jadi bahan debat Sunni Syi’ah. Lalu tentang Nabi yang dikatakan tidak mewariskan sistem kepemimpinan sosial kenegaraan itu maksudnya sistem kepemimpinan sosial kenegaraan ala khalifah Sunni, dimana ada inovasi dalam proses mendapatkan baiat publik, inovasi dalam sistem pemerintahan seperti di jaman Umar dimana dibangun pusat-pusat administrasi meniru sistem daerah taklukan, dimana itu semua inovasi mereka sendiri bukan instruksi dari Nabi saw.

Jadi maksud penulis dalam membuat epilog yang ditaruh di ujung buku ini (mungkin karena takut menyesatkan ditaruh di ujung buku) adalah : kaum Syi’ah harus ingat bahwa meskipun hak-hak ahlulbait dalam fungsi horizontalnya diambil alih oleh orang lain, peran imamah mereka tetap diakui meskipun sebatas tempat konsultasi hukum saja, bukan pengambil keputusan tertinggi. Kaum Sunni pun harus ingat mengenai kepemimpinan spiritualImam Ali dan ahlulbait, yang ujung-ujungnya kedua pihak tidak perlu menghabiskan waktu untuk debat soal perebutan kekuasaan di saqifah dan saling memahami.

Meyo Yogurt: Kalau mengenai Tuhan itu mutlak dan suci sedangkan manusia itu relatif dan tidak suci, maka dari berbagai pembahasan di buku makasangat jelas diketahui bahwa Rasul (yang mewakili para Makshumin) adalah perkecualian dari manusia yang dimaksud. Namun karena ini filsafat maka saya angkat tangan untuk membahas lebih lanjut, namun menurut saya pembahasannya juga tidak terlalu “wow” , biasa biasa saja.

Lalu mengenai sistem republik islam Iran dimana Islam adalah sifat yang diprediksikan atas republik sebagai substansi bukannya Islam sebagai substansidan republik sebagai predikat, saya kira itu betul. Maksudnya kan undang undang negara Iran disarikan (melalui penafsiran dari teks suci Al Qur’an dan sunnah. Sebab kalau umpama sistem republik islam Iran ini substansinya Islam, maka kaum Sunni yang menganggap sistem yang benar itu hanya ala khulafa’ur rasyidin (AUUA) dikatakan menolak Islam. Atau kaum Syi’ah sendiri yang menolak keabsahan sistem wilayatul fakih sama dengan menolak Islam juga. Tapi kalau dikatakan sistem Republik Islam Iran ini substansinya madzhab Islam Syi’ah imamiyah , menurut saya lebih tepat.

Meyo Yogurt: Lalu mengenai kalimat “Sebagai warga negara Indonesia ketaatan kepada Wali Faqih (bukan rahbar) - yang saat ini sebagian besar dipegang oleh Ali Khameini -- adalah sebatas ketaatan dalam hal fikih atau ibadah bukan ketaatan politis tentunya. “ itu maksudnya dalam pengaplikasian kehidupan Islam Syi’ah di Indonesia , dimana tidak sepertii di Iran yang bersistem wilayatul faqih, segala sesuatu ada fatwanya, ada sarana taqlidnya, ada kontrol dari ulamanya. Di Indonesia sarana taqlid (dimana Rahbar atau marja sendiri turut bertanggung jawab terhadap sarana tersebut) setahu saya belum ada, kecuali mungkin dalam penerjemahan buku Ajwibah al-Istifta’at, kalau kita mengikuti kata pengantarnnya bahwa kantor urusan fatwa Imam Khomeini turut bertanggung jawab akan buku tersebut. Lembaga yang bisa mengontrol apa seseorang masih layak dikatakan ulama atau tidak juga tidak ada. Mencari orang yang diijazah adil susah. Kantor urusan Fatwa Perwakilan Rahbar juga tidak ada, padahal fatwa tentu berkaitan dari kondisi sosial fatwa itu diterapkan. Karena itu bagi saya yang masih belum jelas tasayunya ini, taqlid saya pada Rahbar sebatas urusan-urusan ibadah mahdoh, urusanmuamalah yang umum umum saja yang bisa terjangkau. Kalau taqlid secara penuh, tidak bisa.

Meyo Yogurt: Saya mohon maaf kalau opini saya mengenai buku ini seolah olah tidak membaca detail penjelasan ustadz SA namun kalaupun bagian-bagian itu salah atau sesat, sebagian besar isi buku ini sangat bagus dalam menjawab tuduhan tuduhan terhadap Syi’ah, sesuai tujuan penulisannya. Bagi saya ada banyak hal baru yang tidak saya dapatkan dari buku-buku sebelumnya. Dan buku ini ada sambutan dari Menteri Agama Republik Indonesia pula. Harusnya kita gembira dengan terbitnya buku ini. Kalaupun isinya ada yang sesat maka tidak masalah untuk menjelaskan yang benarnya ke pembacanya. Kenyataannya kan teman teman Syi’ah yang menghabiskan berjam jam untuk menjelaskan pada wahabi mengenai ayat ayat Al Qur’an saja bisa, apalagi kalau hanya menjelaskan untuk buku ini. Tapi kalau buku ini langsung dianggap sebagai petaka, maka solusi lainnya apa?

Terima kasih untuk yang sudah baca seluruh opini meyo yogurt terhadap buku “Syi’ah menurut Syi’ah” dari ABI.

Usman Soekarno: Arsal Alhabsyi, Saya kira, sebagai karya manusia, wajar kalau terdapat kekeliruan dalam sebuah buku. Makanya di setiap buku (karya cipta/susun manusia) selalu disertai permintaan tegur sapa membangun untuk penyempurnaannya. Barangkali tegur sapa yang tulus menjadi lebih bermanfaat jika disalurkan dalam forum yang relevan untuk itu. Ketimbang diumbar dalam forum terbuka yang hanya mengusamkan hati dan fikiran.


Baca juga Artikel sebelumnya, dan beikutnya...
==================================

Tentang Tanggapan Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

4. Tentang Tanggapan Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/tentang-tanggapan-buku-syiah-menurut- syiah/790008171049091


Fahmi Husein: Menurut Sinar Agama, buku SMS ini (Syi’ah Menurut Syi’ah, SESAT DAN MENYESATKAN. HARAM MEMBACA, MENJUAL, ATAU MEMPROMOSIKANNYA).

Yang mau ikut silahkan, yang tidak mau ikut terserah, beliau tidak menjamin, tanggung-jawab masing- masing di akherat kelak.

Fahmi Husein: Semoga aja tidak ada fatwa tandingan dari ABI tentang menyebarkan Fatwa Sinar Agama di atas sesat dan menyesatkan serta haram. Jadi kuatir.

Om Budiono: Ekstrimitas merusak harmoni.

Fatimah Zahra: Kenapa Sinar Agama jadi mengerikan seperti ini sekarang yah?

Fahmi Husein: Buku di atas lebih berbahaya dari buku MUI yang men-sesat-kan Syi’ah, menurutnya.

Salim Alatas: Nggak heran bib, dari dulu SA sudah mengidap “Birahi maqam”

Faizal Fahri: Semakin berkeping-keping deh...

Abu Madzhar Husain: hiiiiii

Faizal Fahri: Mencabik-cabik diri sendiri.

Surya Hamidi: Aku suka yang sesat².

Surya Hamidi: Untung udah kubeli waktu asyura kemarin.

Taufik Umar Attamimi: Kebangkitan Syi’ah Takfiri seiring dan sejalan dengan Sunni Takfiri (Wahabi), sama-sama saling menguatkan dan saling melengkapi, Innalillah.

Ali Zayn Al-Abidin: Ahsan seiring diblok nya beberapa akun, ditutup juga pembahasan tentang hal ini..Banyak jenggot-jenggot yang ‘liat’ juga..

Faizal Fahri: Wa i’yadzu billah....

Taufik Umar Attamimi: Di saat kita sedang disibukkan dengan berbagai makar Wahabi, Sinar Agama dan murid-muridnya justru sibuk mengajarkan Syi’ah di Indonesia untuk Hara Kiri rame-rame.

Abu Madzhar Husain: Pribadi ekstrimis selalu anti nasehat dan menganggap dia maha guru dan tidak boleh digurui, karena hanya dia yang alim.

Faizal Fahri: Dan semakin banyak deh ma’shumin di muka bumi ini. Dahsyat!

Ibra Hendoone: Kita patut waspada gerak Syi’ah semacam ini. Syeitan itu banyak menggoda pengikut AB.

Ibra Hendoone: Aku tahu betul SA ini.

Abu Madzhar Husain: Wa makaruu wa makarallah. Kesembronoan sinar agama adalah makarnya Allah, dengan begitu dia telah mengira bahwa diaberbuat baik, wa yahsabuuna annahum yuhsinuuna sun’an, padahal dengan sikapnya justru semakin banyak yang tersadarkan dan mampu bijak dalam mengikuti suatu dakwah, terlebih akunnya adalah akun hitam dan tidak jelas.

Taufik Umar Attamimi: Na’am bib.

Faizal Fahri: Ghoibah.

Abd Msw: Jangan bermain api.

Syed Musyaiyah Baabud: Sinar Agama itu jika bicara jangan di belakang layar, duduklah dengan ABI, kalau memang dia pecinta Ahlul Bait as, datang keyang bersangkutan.

Fakir Roban: SA tuh siapa sih. Yang tahu TOLONG inbox yaaaa.

Fahmi Husein: Adakah buku yang di-sesat-kan, diharamkan membaca, menjual, serta mempromosikan oleh maraji’??

Abd Msw: Ada...holocaust...

Ali Heyder: Satanic verses by salman rusdie.

Fahmi Husein: Iya ana mendengar fatwa hukum mati Salman Rusdie atas karyanya ‘ayat-ayat syaithan’, jadi buku (ayat-ayat syaithan) itu diharamkan untuk dibaca?

Abd Msw: Di makan boleh...

Abd Msw: Buku porno pasti di sesatkan. Diharamkan dibaca menjual dan mempromosikannya...

Ali Heyder: Heheh

Fahmi Husein: Ancen cerdas Abd Msw ini.

Anggelia Sulqani Zahra:
https://www.facebook.com/hendy.laisa/posts/1037918929568368

Saeful Grlonk: ‘fatwa_relatif’ itu mungkin ada benarnya, begitu juga sebaliknya. Jadi gak perlu ‘merasa...’, bertindak dengan parameter pendapat atau kesepakatan berpendapat akan mendorong seseorang menjadi SEMACAM polisi’syariah /pasukan penjaga sunnah di sekitar makam orang-orang suci.

[potensi akal akan redup jika pengetahuan dibatasi oleh doktrin keharusan ‘Linear]

Bayangkan jika setiap akan membaca buku, kita nunggu fatwa dulu. Semakin lama mata ini akan terpejam... saya pilih jadi robot’manusia’ daripada menjadi manusia ‘robot’..

Fahmi Husein: Fakir Roban, SA atau Sinar Agama adalah salah seorang ustadz atau pengajar yang lama belajar di Hauzah (sesuai pengakuannya), beliau hanya ingin dikenal sebagai ‘Sinar Agama’, dan melarang akun-nya itu dihubungkan dengan siapa saja. Artinya, bila beliau hanya ingin dikenal sebagai ‘Sinar Agama’ maka dengan sendirinya terjawab tuduhan Salim Alatas bahwa bukan Maqam yang Beliau inginkan, hanya berbagi/membantupermasalahan yang kita tanyakan kepadanya dengan dalil-dalil tentunya. Selama hanya ingin dikenal sebagai ‘Sinar Agama’ konsekwensinya tidak dapat dibenarkan bila ada pembahasan darinya tentang person atau lembaga yang ada di ‘dunia nyata’, bila terjadi maka sudah pasti ke luar jalur/rel dari tujuan yang beliau jaga sendiri itu.

Adanya kritikan buku SMS dari ABI di atas itu dimulai dari Yayasan Itrah Intitute Palu yang menanyakan tentang buku tersebut kepada Sinar Agama, yangjelas betul tuduhan sebagian ikhwan ada tendensi... Kembali, juga mungkin dapat dibenarkan tuduhan ‘birahi maqam’ itu karena udah keluar jalur, mendiskreditkan Ustad Muhsin Labib & ABI (dalam hal ini), maka saling olok, hina, bahkan takfir... Sangat disesalkan.

Aalulbayt Malay: Kalau saya melihat, buku sms adalah sebuah karya dimana para penulisnya mencoba untuk saat ini bagaimana masyarakat Indonesia menerima Syi’ah terlebih dahulu, tidak paranoid ketika mendengar Syi’ah atau ada unsur ekspor revolusi dan lain-lain. Mereka ingin menjelaskan bahwaSyi’ah bukan kanker mematikan untuk Indonesia justru ingin berkontribusi positif. Begtu pula dengan suninya ketika melihat buku ini tidak merasa mengancam eksistensi mereka. Mereka penulis mencoba untuk saat ini membawa Syi’ah ke ranah nasional dengan penjabaran tidak ada bahaya apa-apa dari kami kaum Syi’ah.

Aalulbayt Malay: Niatan baik para penulis dan pasti baik dengan kiprah mereka membela Sampang sampai sekarang, berbeda dengan pelajar yang jauhdi sana tanpa pernah terjun langsung ke medan dan tidak pernah dapat teror ancaman pembunuhan, malah enak makan syahriah maraji, hanya bisa berkoar ke idealismenya. Jika terjadi apa-apa dengan yayasan di Palu pun tidak bisa membantu secara dhahir, tapi lagi-lagi ormas yang ikut andil dalampenyelesaiannya. Anda yang duduk di komputer dan laptop kemudian jauh dari negri Indonesia memang nikmat mengkritik, penulis uknown pembedah uknown, kalau terjadi seperti ini cuci tangan sarot.

Aalulbayt Malay: Saya mendapat kabar dari salah satu pelajar sebelum marak pembahasan SMS di media sosial bahwa orang yang disinyalir SA dari awal udah suudhan kepada penulis bahwa mereka nakal dan menulis dan memang sesat menyesatkan, pernyataan beliau ini tidak di konfirmasi kepada yang bersangkutan, malah sebaliknya suudhan dan menghajar habis habisan. Inikah sifat ulama berburuk sangka terlebih dahulu?

Abd Msw: Kita sama-sama buruknya kalau masih saja meladeni...

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas semua baik dan buruk sangkanya. Tapi saya tidak perlu menanggapinya lantaran tidak ada ilmiahnya. Kita sedang membahas tulisan buku kok dan menanggapinya juga dengan dalil.

Karena itu, yang tidak setuju, silahkan memakai dalil. Kalau mau diskusi tentang buku tersebut. Akan tetapi, kalau hanya main menilai, maka saya serahkankepada Allah swt saja urusan-urusan antum itu.

Wong kita membahasnya jelas dan nyata di fb ini kok, mengapa tidak dibaca. Antum juga Fahmi, dari kemarin ana suruh jangan khoyal, eh terus aja mengkhoyal.

Antum kalau tidak mau dikatakan khoyal, maka baca dong, diskusi yang sudah sekitar 4 gelombang itu. Kok ajibnya main tulis ini dan itu, nilai ini dan itu.

Apa yang sudah saya jelaskan tentang kesesatan buku itu, tertulis dengan gamblang. Nah, kalau tidak setuju, maka silahkan berdiskusi. Kok pada main nilai ini dan itu. Dikirinya ilmu itu bisa diusir dari akal manusia, dikiranya iman itu bisa diusir dari hati.

Nah, kalau antum memang penasaran, baca atuh tulisan yang sudah terdahulu. Kalau punya dalil, maka nasihati kami dalam ilmu-ilmu yang sudah dibahas itu, dengan dalil ilmu. Itu baru ada gunanya.

Fahmi Husein: Sinar, dari awal ingin mengikuti tapi melihat isi/status yang belepotan beserta komen-komen yang gak karuan (ke Ustad Muhsin Labib dan ABI) jadi malas, hingga meminta Sang Pencinta untuk copaskan jawaban/kritikannya saja di wallku. Masalah nilai menilai, bukankah antum jugamenilai seorang ustadz yang artinya (bagi saya) dah keluar jalur dan tidak adil/fair. Sedang antum keberatan untuk dinilai, keke??

Sinar Agama: Fatimah, kamu kengerian sepertinya. Coba kamu baca diskusi sebelum-sebelumnya, maka akan jelas masalahnya. Saya harus menyampaikan apa-apa yang seharusnya. Itu saja.

Andi Muqtadir @Fahmi. Kesimpulan : postingan ‘provokatif’ di atas hanya layak dibaca di kalangan internal. Facebook adalah media sosial yang bisa dibaca siapapun yang berteman dengan akun facebook anda (apakah semua teman anda pecinta ahlulbait ??).. Semoga semuanya bisa mengambil langkah bijak... Dan semoga berkah juga senantiasa pada jasa Ustad Sinar Agama dan Ustad Muhsin Labib dan Ustadz-ustadz di ABI..shalawat.

Ali Heyder: Tidak ada satu institusi atau individu yang berhak mengatasnamakan Syi’ah, bahkan diantara para maraji sekalipun terdapat ikhtilafiyat. Apabila Sinar Agama menganggap bahwa penulis buku tersebut tidak memiliki kompetensi untuk mewakili Syi’ah ya itu pendapat subjektif, tentu tiap orang punya penilaian sendiri tentang orang lain. Tapi kalau keberatan dinyatakan dalam sebuah bentuk protes karena merasa bahwa pandangannya sebagai seorang intelektual (atau minimal seorang syii) dilanggar dengan terbitnya buku tersebut ini hal yang juga bisa dikritisi. Buku Syi’ah menurut Syi’ah, pastinya juga memiliki unsur subjektifitas penulis. Buku tersebut bisa dipandang serbagai pandangan terhadap SYI’AH sebagai sebuah madzhab, MENURUT logos SYI’AH yang dipahami oleh penulis yang juga seorang syi’i, maka hal tersebut wajar-wajar saja.

Beat Selon: Yayayayayayaya

Satria Langit: Sinar agama tak bersinar.

Abd Msw: http://wartakota.tribunnews.com/.../status-ngomel-atau... Status Ngomel atau Lebay Bisa Merugikan, Kenapa? - Wartakota Belakangan banyak pemilik akun media sosial kesal...

Sang Pencinta: Teman-teman, yang belum membaca dengan detail dari bedah SMS pertama, silahkan rujuk ini, sehingga benar-benar memahami dulu apa yang dimaksud oleh ustadz SA.

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/bedah-buku-sms/773797299336845

Aalulbayt Malay: Afwan kalau menyinggung ustadz Sinar Agama.

Aalulbayt Malay: Mudah mudahan Kedepannya bisa lebih baik.

Aalulbayt Malay: Mari kita lebih mengedepankan persatuan daripada Ke “Ilmiahan”.

Fahmi Husein: Sang Pencinta, apapun.. SMS bukan buku porno yang haram dibaca, dijual atau dipromosikan! Bagaimana mau tau detailnya kalo baca bukunya aja diharamkan??

Sang Pencinta: Bib fahmi, coba terangkan kepada kami, apakah menyelisihi, membelokkan, bahkan mengaburkan fatwa marja taqlid bahkan wali faqih yang Mulia Rahbar hf masih bisa ditoleransi?

Aalulbayt Malay: Sang Pencinta. Kita bukan mempermasalahkan ke Ilmiahan tapi kita mempermasalahkan metode penyampaian. Kenapa harus di Publik? Mungkin antum dengan akal sehat bisa merenungkan sejenak.

Aalulbayt Malay: Ana pengen antum sejenak merenung demi darah-darah syuhada yang telah mengalir, demi para imam yang telah berkorban, demi darah-darah yang tertumpah demi persatuan dan wahdah kira-kira menurut antum bagaimana? Metode penyampaian yang baik dan benar soal Buku SMS.

Aalulbayt Malay: Kita tahu Buku SMS memiliki kesalahan-kesalahan fatal namun layakkah di umbar di media sosial sehingga terjadi perpecahan baik disengaja atau tidak....

Aalulbayt Malay: Segala hal yang menyebabkan keretakan persatuan haram hukumnya. Jika Membedah buku sms menyebabkan keretakan persatuan maka, bedah itu sendiri jadi haram hukumnya.

Mahyiddin Daud: Apakah tradisi seperti ini yang hendak kita bangun di lingkungan AB Indonesia. Setiap ada buku yang dianggap-walau secara ilmiah pun, bertentangan dengan pendapatnya lalu apakah harus dianggap buku haram dan tidak boleh dibaca. Apakah tradisi mengharamkan buku atau mengkritik isi buku dengan kebencian dan justifikasi sepihak, akan terus terjadi ??? Buku karangan Ustadz atau Ulama Syi’ah sekalipun, memang tidak bisadinyatakan mewakili semua umat islam Syi’ah.

Betapa juga pendapat seorang Ustad sekalipun, tidak bisa dianggap mewakili semua umat islam Syi’ah... Lalu tradisi apa yang mau kita bangun ke depan ??? Kritikan saya kepada pihak ABI, agar ke depan, buku apapun yang diterbitkan, cantumkan saja nama pengarangnya, mis Ustad MHL atau MK. Tak perlumemberi label seakan itu buku representasi organisasi sekaliber ABI. Untuk Ustad Sinar Agama alias Ustad Abu Ammar, tolong jangan melakukan tindakan provokatif dengan fatwa pengharaman buku. Setahu saya, cuma buku Satanic Verse karya Salman Rushdie yang pernah difatwakan haram dibaca oleh Imam Khomeini. Lalu apakah buku SMS ini sudah selevel “bejat”nya dengan Buku Satanic Verse ??? Tradisi apa yang hendak kita bangun ???Saling menyalahkan dan saling mengharamkan kah ??? Saling merasa diri paling alim dan paling berhak mewakili diri sebagai representasi Umat Islam Syi’ah di Indonesia ??? Saya pribadi pun tak merasa diwakili oleh Ustad MHL atau Ustad SA. Sekali lagi saya tegaskan... Buku dijawab dengan Buku. Mari membangun tradisi Intelektual yang telah lama melekat dalam Khazanah AB... Stop Debat Kusir tak berguna ini...

Aalulbayt Malay: pertanyaan balik lalu bagaimana kita membedah? Bedahlah dengan bijak dan santun seperti akhlak Rasulullah saww, bedahlah dengan tidak merusak persatuan Islam tidak merusak kerukunan Madzhab, Bedahlah dengan santun tanpa bau provokatif.

Satria Langit: Mestinya dikonfirmasikan dulu oleh SA sebelum angin bertiup.

Singgih Djoko Pitono: Kalau diskusinya langsung antara SA dan ML... Pasti dahsyat...se kontra- kontranya kalau ngikutin diskusi kedua mahluk ini, pasti ilmu yang akan kita dapatkan...Tapi ...kalau yang tidak ahli ikutan berkicau ... Seperti sekarang inilah jadinya...

Afif E Sirinn: Masih banyak pekerjaan ummat yang mesti lebih diutamakan daripada membicarakan isi buku SMS, kita ini belum bisa berbuat apa-apa tapi malah membuat sebab terjadinya kericuhan dan lain-lain, afwan.

Sinar Agama: Salam untuk semua. Saya tidak membaca satu-satu pesan di atas, hanya main tarik saja ke bawah sambil melihat awal tulisannya. Sepertinya perlu saya katakan bahwa betapapun pendapat antum itu berlian menurut seluruh manusia, tentang apa dan mengapa serta seharusnya bagaimana menanggapi SMS dan tulisan saya, maka tetap tidak ilmiah bagi kami. Karena antum bukan marja’. Karena itu, kalau mau ini dan itu, dan berhubungan dengan suatu amalan, maka landaskan kepada fatwa. Baru tuh...jadinya jempolan bagi kami. Wong antum sendiri sudah melampaui tugas antum kok. Itu namanya tajarri.

Mengapa tidak membaca diskusi-diskusi sebelumnya. Wong semua sudah ada alasannya dan fatwanya. Wallahi sudah jungkir balik. Ngajari bijak, tapidengan cara yang jauh dari kebijakan. Bijaknya sudah difatwai sendiri, lah...nggak mau baca lagi yang telah lalu dan alasan-alasan yang ada.

Sinar Agama: Mau berapa kali ditulis bahwa menanggapi tulisan terbuka tidak harus tatap muka dan bisa dengan media seperti surat kabar, fb, buku, tv,rekaman ...dan seterusnya. Wallahi ajib banget.

Sinar Agama: Memuat atas nama Syi’ah itu, harus pakai ajaran Syi’ah. Lah ini Syi’ahnya yang dihajar kok. Seperti orang menulis hukum babi dari Qur an, lalu ia menulis bahwa babi di Qur an itu haram menurut mufassir, tapi menurut saya, halal. Lah, apa ini bisa dikatakan bisa diterima?

Banyak orang menulis Islam dan diberi judul Islam atau juga tentang Syi’ah atau Sunnah. Semua tahu penamaannya itu. Akan tetapi, karena tidak mengatakan menurut Syi’ah, maka dipahami menurut penulis. Ini yang pertama.

Yang ke dua, sekalipun tidak mengatasnamakan Syi’ah juga, dan hanya menulis buku tentang Syi’ah (dimana menurut dirinya karena ia pengarangnya), tetap saja mereka menulis dan menerangkan sesuai dengan apa yang ada dalam sejarah Syi’ah sesuai dengan buku-buku yang ada. Lah buku sms ini justru menggebuki ajaran Syi’ah dan tokoh-tokohnya.

Yang terakhir, kalau saya tidak boleh berkomentar (padahal antum-antum bukan marja’), setidaknya antum-antum, juga tidak boleh mengomentari komentar saya. Kok ra’syih, manakala melarang orang berkomentar, akan tetapi antum mengomentari saya. he he...

Syed Musyaiyah Baabud Mahyiddin Daud: “Untuk Ustadz Sinar Agama alias Ustadz Abu Ammar, tolong jangan melakukan tindakan provokatif dengan fatwa pengharaman buku”. Jika memang Abu Amar menggunakan akal sehat, dia mendatangi Tim ABI, itu jika dia betul-betul pengikut Ahlul Bait as, bukan di medsos, karena bagi ABI atau Abu Amar mudah untuk bertemu, masalahnya apakah Abu Amar mau ? Ini masalahnya. Saya yakin Abu Amar ga mau, karena semua tahu siapa dia. Kita 22 pelajar Ghom pernah mengadili dia di Tawangmangu 20 tahun yang lalu atas perilakunya, tapi dia tidak datang, dan diwakili ustad teman dekatnya. Hal ini sangat disesalkan oleh semua fihak. Semoga Abu Amar mau bertemu dengan Tim ABI, Dan saling mencari jalan keluar yang terbaik dan saling mendukung, dan mengedepankan akhlaq yang baik, akhlaq Ahlul Bait as.

Sinar Agama: Salam dan selamat jalan untuk syed M.B, karena saya harus memblokir antum lantaran menghubungkan ana dengan orang lain. Semogaantum selalu bahagia dunia akhirat, doaku menyertaimu.

Sinar Agama: Saya juga telah putus hubungan fb dengan saudara Azmy, semoga dia selalu dalam lindunganNya, amin.

Nagie Alcatraz: Ajibbb..ga punya mental untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri ustadz Syed Musyaiyah Baabud..

Pengeram Terasing: Ana setuju dengan apa yang dikatakan Ustadz Musayya Ba’buud. Afuan.

Fahmi Husein: Yang aneh di sini, super mengherankan, Buku SMS yang nyata-nyata ditulis oleh Tim ABI (silahkan lihat bukunya), di kritik oleh Sinar Agama & IIP, judul beserta penulis (yang anggapan mereka adalah ustadz Muhsin Labib), lalu, Sinar Agama akan memblokir siapa saja yang mengkritik orang di balik akun Sinar Agama.. Apakah bisa dikatakan adil & fair itu?? Apakah begitu ajaran Marja-marja menurutnya?? Sebelum komentar saya ini dibelokkan lagi (diplesetkan lagi olehnya), perlu saya jelaskan ulang, silahkan mengkritiknya secara ilmiah isi buku yang menurutnya tidak sesuai tanpa tindakan provokatif.

Azmy Alatas: Yang memulai gerbong sinar jaya dengan caciannya yang penuh benci di bulan oktober terhadap salah satu tulisan dari tim penulis...

Bukan begitu...

Firdaus Said: Ya Allah ....semoga saja berita tentang penarikan buku ini benar adanya..

Fahmi Husein: Firdaus Said, yang saya tahu makin semarak pembukaan kebobrokan orang dibalik akun Sinar Agama, neh salah satunya; Sinar Agama, Sinar Agama, padahal TIDAK bersinar Agama karenanya, karena si Fattan, si Hasuud, si Haagid ini-yang dari tahun ke tahun-menambah musuh- musuhnya dan sudah berapa kali bikin onar dan mengulang lagi tanpa RASA MALU. Pada tahun 1990an pernah mengisi pengajian di rumah Habib Sheikh Assegaf (Polonia) di usir karena pendapat- pendapatnya yang nyeleneh tapi dasar AHMAQ tidak mau berubah. Malahan sekarang, dengan memakai anak-anak asuhnya, berbuat lebih lagi dengan ulasan-asuhan penuh insinuasi fitnahan melebihi Wahhabi/Takfiri.

“Tilkad daarul akhirati naj’aluhaa lilladziina laa yuriiduuna ‘uluwwan fil ardhi wa laa fasaadaa.” Alquran “Alfitnatu naaimatun la’anahullaaha man aigadhahaa.” Alhadist.

Laknatullah laknatal yahood wan nashaaraa untuk orang-orang yang mengobarkan fitnah...

Fahmi Husein: Betul komen ikhwan di atas, semakin berkeping-keping, dan ajakan untuk hara kiri rame-rame.

Ibra Hendoone: Mari kita fokus ke isi buku SMS. Mari mengkajinya. Tinggalkan dulu soal pengharaman buku SMS oleh SA.

Firdaus Said: Ah Fahmi... Kalo itu mah biasa... Wong imam Husein as di bantai kok...imam Hasan diracun oleh istrinya... Rumahnya bunda Fatima zahra di bakar... Kalau mau ikut para Makshumah memang harus siap hadapi resiko seperti itu.. Itupun tidak setetes tanah yang ada di telapak sendalnya para imam..

Firdaus Said: Kan juga yang ngusir bukan ulama, marja, atau ayatollah... Jadi dimaklumlah... Dan biasaaaaaaaa banget...

Firdaus Said: Kan yang ngusir dan benci... Sama Ustadz-ustadzku bukan alat ukur kebenaran dan paling standartnya akhlak... kecuali kalau yang melakukan itu (semoga Allah menjauhkannya) para marja taqlid’ saya tinggalkan karena saya taqlid sama marja... Tapi bagi mereka yang hanya jadikan marja sebagai konsultan dan taqlid pada hawa nafsunya, duga-duganya, sangka-sangkanya..memang gampang sekali melakukan ngusir orang.. Hujat orang.. Fitnah orang.....

Azmy Alatas: Hahahahaha....dicelupin ke bak air dulu baru paham....

Penjelajah: Sinar Agama itu adalah Abu Amar, dia taqlid pada Syekh Bahjat, setelah beliau wafat, entah tetap taqlidnya atau pindah. Dia memang tidak disenangi oleh pelajar-pelajar Indonesia baik di Iran ataupun di Indonesia, permasalahannya adalah akhlaq, khususnya masalal “Sandal” wa maa adrookamal Sandal. Orang lain kena dampaknya. Abu Amar ini sepak terjangnya sama dengan Syekh Yasir Habib yang telah di usir dari Iraq dan lari ke Inggris., propaganda menghantam Rahbar Sayed Ali Khomenei dan Iran, dan Syekh AbuAmar ingin mengarah ke sana, tapi masih kecil, ingin supaya dia dijadikanmarja’, tapi sayang akhlaqnya jatuh, setiap masalah selalu di falsafahi, saya sendiri dapat informasi dari HPI Ghom, ada 3/4 anak yang kukenal di sana. Ini bukan fitnah, tapi kenyataan.

Fahmi Husein: Jawaban simple untuk anda, begitu juga sebaliknya. Fanatik membutakan nalar.

Penjelajah: Saya akan meluncur dari Bogor jika Abu Amar mau silaturrohmi ke ABI. Afwan, jika ga mau ketemu namanya PEMFITNAH.

Nagie Alcatraz: Kayaknya Sinar Agama sudah jadi rahasia umum..tapi hati-hati kalau bicara, bisa diblokir lho..

Lapak Cincin Dan Aksesoris: Mengadakan atas selamat atas kebaikanmu Rasulullah, selamat memperingati hari Maulid nabi, Damai itu indah. Selamat.

Azmy Alatas: Nagie Alcatraz, Ana diblokir...baru kemaren...

Nagie Alcatraz: Hahaha...tu kan Azmy Alatas ... ana baca koq.. kalau sangkutkan sama orang bakal diblokir, jadi selain orang gapapa..soalnya hidupnya sudah terlanjur enak di atas awan...

Azmy Alatas: Ayok kita kumpulkan data siapa si sinar jaya ini...

Firdaus Said: Hehehe mana ada saya fanatik sama orang ... La SA orangnya nggak pernah ketemu sama saya... Mana ada pikiran seperti itu ... La SA selama ini hanya diskusinya lewat fb ... Bagaimana bisa saya lari dari SA... La argumentnya kuat... Bagaimana bisa saya lari dari argumen ke persoalan pribadi..? Bagaimana bisa saya mempercayai fitnahan antum.. Yang bersangkutan saja tidak mengakui hal itu..?

Firdaus Said: Maaf banget... Saya tidak bisa seperti kalian... Kalau kalah dalam argumen, alihkan serangan ke pribadi... Jadi maaf banget saya nggak bisa hidup seperti cara antum... Saya nggak bisa hidup seperti cara berfikir antum... Saya nggak mungkin mendzalimi diri saya dengan cara-cara antum... Afwaaaaan banget...

Fahmi Husein: Mana ada orang fanatik mengaku fanatik, mana ada pencuri mengaku pencuri, dan seterusnya. Dah lah, selalu debat kusir ma antum, ma yanfak.

Firdaus Said: Maaf sangat tidak tertarik diskusi aib dan person orang ... Kayaknya itu budaya wanita- wanita jaman jahiliyah...

Azmy Alatas: Firdaus Said, kru IIP yang tahu siapa di balik akun sinar jaya yang kelakuannya di medsos juga sering tak pakai kata-kata yang sopan, kerap menyinggung personal dengan mencirikan person tertentu dan merasa paling yoi.... masih bisa berdalih dan sok merasa bahwa anda suci???

Argumen? Dalil? Menyampaikan fatwa marja yang sudah ditafsirinya sendiri? Mengarahkan dan mendiktekan suatu hal yang kerap memasukkan unsur-unsur pribadinya?

Dia bicara soal ciri-ciri personal yang dia bela dan menghinakan personal yang berseberangan dengannya?

Tapi antum masih bisa sok bicara begini:

‘Maaf banget... Saya tidak bisa seperti kalian... Kalau kalah dalam argumen, alihkan serangan ke pribadi... Jadi maaf banget saya nggak bisa hidup seperti cara antum... Saya nggak bisa hidup seperti cara berfikir antum... Saya nggak mungkin mendzalimi diri saya dengan cara-cara antum... Afwaaaaan banget...”

Lebih ajaib antum bilang tak punya fanatisme?! Merasa paling obyektif?

“ Hehehe mana ada saya fanatik sama orang ... La SA orangnya nggak pernah ketemu sama saya... Mana ada pikiran seperti itu ... La SA selama ini hanya diakusinya lewat fb ... Bagaimana bisa saya lari dari SA... La argumentnya kuat... Bagaimana bisa saya lari dari argumen ke persoalan pribadi..? Bagaimana bisa saya mempercayai fitnahan antum.. Yang bersangkutan saja tidak mengakui hal itu..?”

Apa yang sedang anda bicarakan sih? Sinar agama atau sinar teplok?

Firdaus Said: Ah perasaan antum saja itu.. Masa antum lebih mengetahui pengetahuan kita dari diri kita sendiri...

Firdaus Said: Nggak logis akh... Dugaan, sangkaan antum saja itu...

Fahmi Husein: Firdaus Said yang bebal beserta guru fanatiknya, itu semua gara-gara kalian yang memulai dulu, sekarang sok saya/kami tidak bawa-bawaperson. Kalian bukan hanya person (seorang ustadz), juga lembaga. Jauuh lebih halus ini lapak ini ketimbang di wall-wall kalian yang isinya olokan, ejekan, bahkan takfir. Kalau masih memiliki hati nurani, (gak dikalahkan oleh kekerasan ego dan sok selalu benar bak Makshumin) baca dengan baik saran-saran dari ikhwan di atas walau dah terlalu sering saran/nasehat disampaikan.. tak juga kunjung kalian sadar, lagi-lagi dalihnya hanya bukan marji’-marji’, lha antum juga bukan marji’ beserta guru fanatik antum kok yahok paling bener. Sekali lagi, ini akibat dari tingkah kalian sendiri, orang yang dengan tekunbelajar di fb ini ke Sinar Agama bisa berbalik karena keatosannya. Semoga aja ini cepat berlalu, kalau masih juga dipenuhi wall-wall kalian dengan yang sama niscaya gak akan habis-habisnya saling ejek & olok keluar.

Azmy Alatas: Firdaus Said katanya sinar jaya kagak punya aib? Bukannya dia yang paling suci di antara para Syi’ah di Indonesia ini? Paling tinggi keilmuannya? Paling lama belajarnya? Paling lama jadi Syi’ah nya? (Paling lama di luar negerinya? Paling benar praktek fiqihnya? Paling sedikit aib nya, sehingga dia punya hak menggunakan akunnya untuk membongkar aib saudara-saudaranya sendiri yang tidak sejalan dengan dia.

Makanya saya kemarin tanya, sinar jaya ini jenis kelaminnya apa?

Buka aib dirinya sendiri dulu dong, baru bicarakan aib orang di muka umum...jenis ustad macam apa pula ini?!

Ibra Hendoone: Ayo yang ilmiah donk. Ke persoalannya aja langsung. Bagaimana isi buku itu.

Fahmi Husein: Ibra Hendoone, lihat komentar Sang Pencinta, tinggal klik.

Azmy Alatas: Ibra Hendoone, kalau di sini lapak buka dan cari tahu siapa di balik SA sehingga dia bisa mencomot pernyataan marja’ untuk mensesatkan buku SMS dan melarang pengikutnya untuk membeli, membaca, menjual dan menyebarkan.

Bahkan di salah satu thread, sang pencinta menghapus harga dan no hp salah seorang ihwan yang promosi buku tersebut di komennya dengan persetujuan sinar agama ini. Yang artinya, target utama adalah penarikan buku, bukan bedah buku. Yang dicari adalah kericuhan, lalu mereka menyalahakan bahwa sebabnya adalah buku tersebut.

Mereka tak punya cermin besar, bahwa penyebab utamanya adalah keluguan dan ketakpahaman sinar agama dan IIP atas isi dan tujuan penulisan buku. Sebab mereka membaca dalam rangka menjatuhkan, menggurui dan cari kesesatan buku tersebut, bukan memahaminya.

Kalau soal pembahasan isi buku ada di akun Sang Pencinta Hendy Laisa, Anggelia Sulqani Zahra

Azmy Alatas: Ntar kalau udah merajuk sambil ngomel-ngomel bilang,: “gara-gara buku SMS, itrah palu didatangi FPI, anshor, bla bla...”

Katanya jago berargumen? Jelasin dong ke mereka, jangan Cuma di dunia fb.... Begitu ya Firdaus Said

Fahmi Husein: Firdaus Said cs, mending kalian hadiri ini.

Fahmi Husein: Semoga ABI makin kuat dan jaya yang telah dirongrong dari dalam dan diterpa dari di luar.

Azmy Alatas: Firdaus Said, kalau sudah kepepet jadi goblok ya? Katanya ngajar kajian filsafat di IIP..?

Khommar Rudin: Fahmi Husain, salam ..afwan akhi : “Jangan berhenti dengan pengetahuan pada apa yang anda tidak ketahui sebab siapa tau itu adalah pengetahuan yang terbesar yang anda temui. Sementara itu “Orang bijak itu harus mengukur seberapa jauh energinya untuk bisa pergi dan merencanakan sesuai karirnya. Oleh sebab itu “Tidak ada yang instant didunia ini, menara yang tinggi dibangun dari sebuah bata. Perjalanan seribukilometer dimulai dari langkah pertama.

“APAPUN AGAMA YANG ANDA IMPIKAN, silahkan anda pergi ke tempat-tempat yang anda ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan terserah ..Anda , tapi ingat “”anda hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal tersebut. “Setiap orang seharusnya menghargai apa yang ada di tangan, walau dengan milik orang lain, mendambakan apa-apa kita miliki dengan cara berlebihan. Bagaimana dapat dikatakan anda mensyukuri berkah hidup ini. Bukankah “Orang baik menganggap hidup ini terdiri dari rangkaian kesempatan baik. Pepatah kuno: Seperti melempar telur terhadap batu besar. Telur di dunia akan .. habis tanpa ada kerusakan pada batu... artinyaNilai kebenaran tak kan Sirna dan Kebenaran akan tetap terjaga.. Bawalah diri tetap prihatin dan berhati- hati, Seolah-olah di ambang jurang yang dalam, Seolah-olah menginjak es tipis “. Serta Jangan cepat mudah percaya dan terlalu cepat mengambil keputusan, “Cinta yang dicintai, tidak jahat dalam diri manusia.. Salam Ukhuwah...

Fahmi Husein; Nanang ALwy, adakah antum tahu kapan Akidah Ahlussunnah itu ada?? Dan siapa pencetusnya? Apakah Ahlulbait?

Fahmi Husein: Khommar Rudin, Iya, salam, kurang mengerti dengan yang antum sampaikan..

Alwi Hasan: Agama adalah alasan merintis persaudaraan, bukan menebar benih permusuhan.

Khommar Rudin: Afwan akhii.. ada guru berkata “Kata-kata yang sederhana, sedangkan arti mereka jauh, adalah kata-kata yang baik. Prinsip yang dimiliki, yang singkat tapi lengkap, sementara aplikasi mereka luas, adalah prinsip-prinsip yang baik. Kata-kata dari orang yang unggul tidak pergi di bawah ikat pinggang, tetapi prinsip-prinsip besar yang terkandung di dalamnya.

Khommar Rudin: Fahmi Husain : ana minta maaf sekali, ana cuma orang awam .. akhii.

Fahmi Husein: Khommar Rudin, lha hubungannya apa neh?

Irsan Fadlullah Al Hajj: Malam jumat .... doa dulu aagghh.

Doni Handoyo: Ini dia si jali-jali, nyimak aja dah gak berani ikut-ikutan...


Artikel sebelumnya, ...
=====================