Selasa, 09 Juni 2020

Rukun Iman dan Islam Mazhab Syi’ah


Oleh Ustad Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/238518302859640/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 25 Agustus 2011 pukul 18:02


Hega Sevenfold: Salam ustad. Ustadz saya ingin menanyakan ...

1. Kenapa rukun islam lebih dari 5 & rukun iman lebih dari 6 ??

2. Dan saya ingin mengetahui tentang adzan syiah, yang menurut wahabiah sesat ?? Terimakasih ustad.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1. Istilah rukun itu adalah kesimpulan dari hadits-hadits yang ada. Tidak ada konsepnya dari Nabi saww. Jadi, semua ulama memahaminya bahwa rukun itu ini dan itu, sesuai dengan nalar dan madzhab masing-masingnya. Misalnya di sunni ada iman pada takbir baik-buruk dari Tuhan. Padahal tidak ada rukun iman seperti itu dalam Islam. Iman kepada takdir ini hanyalah pahaman mereka yang tidak bisa memecahkan pemahaman tentang takdir yang diurai di Qur'an dan hadits sehubungannya dengan ikhtiar manusia. Padahal ayat yang dinukil sunni dalam merumuskan, sekali lagi merumuskan (artinya tidak ada rumusan dari sononya, atau dari Tuhannya), hanya menerangkan keimanan pada Allah, malaikat, kitab- kitab, nabi-nabi dan hari kiamat (QS: 4: 136). Di ayat itu tidak ada takdir-takdiran. Tetapi mereka menyisipkannya dari pemahaman mereka dari ayat-ayat dan hadits-hadits.


2. Kalau di syi'ah malah lain melihatnya. Di syi'ah tidak ada istilah rukun-rukunan. Yang ada adalah Dasar Islam (ushuluddin). Artinya tanpa mengimani beberapa hal tersebut, maka manusia itu tidak akan bisa mengamalkan Islam dengan yakin. Nah, pengertian dan tujuannya sudah lain. Karena itu maka point-pointnya juga lain. Di syi'ah, yang menjadi dasar itu adalah Tuhan, Adil Tuhan, Kenabian, keimamahan dan hari akhir. Nah, orang yang belum percaya pada point-point ini tidak akan mengamalkan Islam, atau kalau mengamalkannyapun tidak bisa dengan yakin.

Misalnya orang yang tidak percaya Tuhan, tidak mungkin ia shalat. Karena tidak mungkin mempercayai Nabi yang membawa shalat. Dan tidak akan pula ia menerima Qur'an karena Nabinya saja sudah tidak dipercayainya yang disebabkan tidak percaya Tuhan.

Kalaulah percaya Tuhan, tetapi tidak percaya bahwa Ia Adil, maka ia juga tidak akan mengamalkan Islam. Misalnya, kalau nasib kita sudah ditentukanNya, terus buat apa kita berusaha? Jodoh, rejeki, umur, iman kafir, dan apa saja yang berupa kebaikan dan keburukan sudah ditentukaNya, terus buat apa kita ngoyo dan gigih mengamalkan Islam dan melaksanakan takwa? Misalnya lagi, kalau Tuhan itu tidak Adil dan semena-mena karena Dia Tuhan, maka buat apa ngamalin Qur'an, karena mungkin Qur'an itu justru mencelakakan manusia. Dan barangkali juga kalaulah kita taat nantinya akan dimasukkan neraka juga. Habis Tuhan itu Maha Perkasa dan tidak bisa diganggu gugat dan tidak terikat dengan segala aturan keadilan????

Begitu pula kalau tidak percaya Rasul saww, maka tidak akan menerima Qur'an, dan tidak akan shalat dan puasa.

Begitu pula kalau tidak memiliki imam maksum as. Jelas tidak akan mengamalkan Islam dengan baik. Bisanya hanya mendakwa diri benar dan menyesatkan orang lain, padahal ia tahu di hatinya bahwa ia tidak maksum dan tidak ada orang maksum lagi setelah Nabi saww. Lah ...kalau tidak ada maksum, terus dari mana Islam hakiki itu bisa diraih? Yakni Islam yang sesungguhnya yang tidak salah sedikitpun seperti dikatakan Tuhan sebagai "wa laa al- dhaalliin" yakni tidak salah sedikitpun.

Begitu pula kalau tidak percaya akhirat. Buat apa ngotot ngamalin Islam kalau tidak yakin ada persidangan, tidak yakin ada surga dan neraka?

Nah, karena itulah maka dalam Syi'ah tidak dikenal rukun iman, tapi dasar agama.

Jadi, keimanan dalam syi'ah itu puluhan dan ratusan, seperti iman akan adanya jin, syethan, kitab-kitab, bidadari, sungai-sungai di surga, madu di surga, di surga tidak kencing dan tidak buang kotoran besar, iman pada nabi-nabi sebelumnya, kitab-kitab sebelumnya dan seambrek lagi keimanan-keimanan Islami dimana kalau diingkari satu saja dengan sengaja maka orang tersebut sudah kafir, akan tetapi semuanya itu bukan dasar dan yang dasar hanya yang lima itu.


3. Masalah Islam juga begitu. Masing-masing aliran mengambil dari ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu merangkumnya dalam dasar-dasar atau rukun-rukun keIslaman. Di syi'ah, selain adanya syahadatain, shalat, puasa, haji dan zakat, masih ada alwilayah (berwilayah pada imam maksum as). Yakni mengikuti imam maksum as setelah Nabi saww. Karena ketika seseorang itu haji, shalat dan seterusnya, tetapi tidak mengikuti imam maksum as, maka ia tidak akan mengerti cara-cara ibadah-ibadah itu secara sebenarnya. Karena tidak mengambil dari maksum. Karena itulah urat nadi dasar-dasar Islam ini di syi'ah adalah alwilayah tersebut.


4. Adzan yang dianggap sesat di syi'ah oleh wahhabi itu karena:

  • (a). Syi'ah juga mengucapkan kesaksian akan wilayah Ali as. Padahal kalau antum lihat catatanku tentang bid'ah, sudah ada diterangkan bahwa bid'ah itu menambah atau mengurangi hukum, bukan menambah atau mengurangi pekerjaan. Karena itu pengucapan kesaksian itu di syi'ah, tidak dianggap bid'ah karena tidak diniatkan sebagai kewajiban atau bahkan tidak dianggap sunnah sekalipun. Jadi, mengucap ok, dan tidak juga ok-ok saja. Tetapi kalau mengucapkannya dengan niat kesunnahan atau apalagi kewajban adzan, maka sudah pasti dosa dan bid'ah.
  • (b). Karena syi'ah mengikuti adzannya di jaman Nabi saww sesuai dengan riwayat sunni dan syi'ah. Yaitu ada ucapan "Hayya 'alaa Khairi al-'amal" dimana kalau tidak salah dihapus di jaman Umar dan diganti dengan "al-Shalaatu khairun min al-naum". Karena waktu itu Umar jadi khalifah kesiangan bangun dan tidak mendengar adzannya mu'adzdzin. Karena tidak bangun-bangun, maka mu'adzdzin yang menunggu imam jamaa'ah itu berteriak "Shalat itu lebih bagus dari pada tidur". Akhirnya Umar bangun dan memerintahkan ucapan itu kepada mu’adzdzinnya. Dia katakan seruan itu bagus untuk diserukan kepada semua orang (maksudnya jangan dia sendiri).

Teguh Ibnu Suhedi, Abim Dhien, Chi Sakuradandelion, dan 24 orang lainnya menyukai ini.


Abuzahra Gagah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad.

Daris Asgar:   اللَُّهَّمے َصِّلےَعلَىُمَحَّمٍدوآِلےُمَحَّمٍدوَعِّجْلےفـََرَجُهْ

Khommar Rudin: اللَُّهَّمے َصِّلےَعلَىُمَحَّمٍدوآِلےُمَحَّمٍدوَعِّجْلےفـََرَجُهْ


1 Juni 2014 pukul 7:02 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar