Minggu, 23 Desember 2018

Akal itu Yang Menaati Allah dan Berusaha Menggapai Surga



Pertanyaan page Ali Akbar Velayati dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Sunday, March 31, 2013 at 1:27 pm

Ali Akbar Velayati: (10-2-2013), Salam ustadz, afwan ana mau tanya pendapat antum mengenai kalam imam ja’far asshodiq yaitu’’ al aqlu ma abduhur rahman wak tasaba bihil jinan...maksudnya apa ustadz?? Syukron wa afwan. 

Sang Pencinta: Salam, bisa diterjemahkan artinya mas?, mungkin ada di arsip ustadz sinar, yang bisa saya bawakan, terima kasih. 

Ali Akbar Velayati: Wasalam...afwan, oleh karena itu saya tanyakan sama ustadz sinar agama, kalau secara bahasa ana takut mengurangi maksudnya... 

Yayasan Al-Ittihad Al-Islami: Ali buka kamus munjid, maurid, mu’jam maqayis..... 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

1- Mungkin tulisan yang benar seperti ini: al-’aqlu maa ‘ubida bihi al-Rahmaan wa uktusiba bihi al-jinaan, sebagaimana arabnya yang diucapkan oleh imam Ja’far as ketika menjawab pertanyaan shahabatnya dengan pertanyaan “’Aql/akal itu apa?” dengan jawaban: 

ما عبد به الرحمن واكتسب به الجنان 

2- Maknanya adalah: “Apa-apa yang dengannya Allah ditaati dan surga dimasuki.”

3- Maksud Haditsnya (secara rabaan dan kurang lebih): 
  • 3-1- Seperti yang sudah sering saya terangkan tentang akal ini, bahwa ia meliputi dua makna secara hakiki: Pertama, memahami sesuatu dengan benar dan dengan dalil gamblang. Ke dua, memahami bahwa yang benar dari yang diketahuinya itu harus diaplikasikan/ diamalkan dan hal-hal yang dipahaminya sebagai suatu kesalahan itu, harus ditinggalkan. Jadi, akal bukan hanya untuk memahami kebenaran sebagai yang benar dan memahami kesalahan sebagai kesalahan, tapi juga memahami yang benar harus diikuti dan yang salah harus ditinggalkan. 
  • 3-2- Imam Ja’far as merangkai dengan indah makna akal tersebut dalam bentuk kalimat akhlaki yang cukup sederhana walau mengandungi makna filosofis yang sangat dalam. Hal itu, karena beliau as dan para imam as yang lain mengikuti para nabi as yang tidak mengajarkan ilmu tertentu dan hanya mengajarkan agama yang meninggikan masyarakat baik dengan menumpangi berbagai ilmu sekalipun. Karena itulah, para makshum as itu, selain imamnya para umat biasa, juga merupakan imamnya para filosof dan cendikiawan. Karena itulah, kalimat-kalimat yang disampaikan itu dapat dipahami orang yang tidak sekolah dan dapat dipahami pula oleh para filosof dan cendikia yang paling hebat sekalipun, sesuai dengan ilmu-ilmu mereka sendiri-sendiri. 
  • 3-3- Karena itulah imam as meringkasnya bahwa akal itu adalah yang dengannya dapat menaati Allah. Jadi, yang akalnya tidak digunakan untuk mengerti Allah dan agamaNya, dan tidak digunakan untuk menaatiNya, maka ia bukan akal yang sesungguhnya. Karena kalau tidak dibuat tahu dan belajar, maka ia telah difungsikan di posisi yang rendah dimana posisi itu adalah posisi binatang (karena itulah Tuhan mengatakan bahwa orang- orang seperti ini adalah menempati posisi binatang atau bahkan lebih rendah lagi, QS: 25: 44). Dan kalau digunakan untuk belajar tapi tidak diamalkan, maka ia juga bukan hakikat akal itu. Karena apa gunanya tahu bahwa racun itu mematikan dan berbahaya tapi tetap saja meminumnya??. Sudah tahu kalau selain ajaranNya itu tidak benar, tapi tetap saja tidak memakai ajaranNya dalam segala kehidupan??? 
  • 3-4- Jadi, yang tidak belajar tentang Allah dan agamaNya, tidak akan tahu cara taat kepadaNya. Dan yang hanya belajar tapi tidak mengamalkannya, maka ia tidak menggunakan akalnya. Jadi, kedua kelompok ini, yakni yang tidak belajar dan yang belajar tapi tidak mengamalkannya, memiliki satu derajat yang sama, yaitu “Tidak Berakal”. Itulah mengapa imam as mengatakan bahwa Akal itu adalah yang dengannya dapat menaati Allah. 
  • 3-5- Sedang potongan ke dua-nya juga seperti itu, yaitu “yang dengannya berusaha untuk mencapai surga.” Hal itu, karena akal sudah pasti tahu bahwa kita akan mati dan umur kita sangatlah pendek di dunia ini. Dan akal juga tahu bahwa kelezatan dunia ini bagai sedetik saja. Akal juga tahu bahwa kita akan segera mati dan akan dibangkitkan nanti dalam kehidupan yang abadi. Akal juga tahu bahwa kenikmatan surga itu abadi. Akal juga tahu bahwa neraka itu panasnya tidak bisa dibayangkan. Akal juga tahu dan tahu.....dan seterusnya. 

Nah, dalam keadaan seperti itu, lalu masih saja kebanyakan umurnya digunakan untuk dunia dan kelezatannya dan mengabaikan akhiratnya, atau kalau menabungpun tidak seserius pengejarannya terhadap dunia dimana selalu dengan sebegitu seriusnya hingga selalu takut gagal, ....dan seterusnya...maka jelas akal seperti ini tidak layak dikatakan sebagai akal. 

Inilah kurang lebih sebagian kecil dari maksud beliau as itu. Semoga kita semua dapat lolos dengan baik dan profesional menghadapi segala macam ujian hingga menjadi orang yang selamat menurutNya (bukan hanya dakwaan dan khayalan atau harapan kita saja) di dunia ini dan di akhirat kelak, amin. 

Wassalam. 

Ali Akbar Velayati: Ajibb, syukron pemaparannya, jazakumullah khairal jaza’. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar