Senin, 08 Oktober 2018

Filsafat Kesempurnaan



Seri Tanya Jawab Ustad Sinar Agama

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 28 Juni 2011 pukul 21:04


ENg’guh Al Ghifari: Salam ustadz, afwan sebelumnya, begini ustad saya dapat pertanyaan dari teman saya, pertanyaan seperti ini ustad: sempurna: 

  1. Tuhan itu Maha Sempurna?
  2. Manusia itu makhluk yang sempurna?
  3. Islam itu agama yang sempurna? 

Dengan apa untuk membuktikan bahwa sempurna itu dapat di ketahui? Apakah sempurna itu perlu adanya proses? Syukron ustad. 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Sempurna itu adalah pemahaman yang jelas alias badihi. Karena itu maka kalau seseorang tidak paham akan arti sempurna, maka ia tidak akan bertanya “Dengan apa untuk membuktikan sempurna itu dapat diketahui?” Yakni kalau makna pertanyaannya adalah bagaimana mengerti sempurna. Nah, kalau pertanyaannya adalah demikian, yakni dengan apa mengerti sempurna? Maka jawabannya adalah apa sempurna yang anda tanyakan? Artinya anda mengerti tentang sempurna itu atau tidak? Kalau tidak mengerti berarti anda bertanya tentang sesuatu yang tidak ditanyakan. Misalnya saya bertanya tentang Z, tetapi karena saya tidak membayangkan apa arti Z itu sama sekali, maka saya bertanyanya seperti bertanya di kala tidur. Yakni tidak mengerti dan membayangkan apa yang ditanyakan. 

Akan tetapi kalau maksud pertanyaannya adalah dengan apa membuktikan kesempurnaan Tuhan, manusia, agama dan semacamnya, maka berarti kita sudah mengerti dan membayangkan apa arti sempurna itu. Karena itu, jawaban pertamanya, sebagai mukaddimahnya, adalah bah- wa sempurna itu adalah tidak memiliki kekurangan. Akan tetapi ketidak pemilikan terhadap kekurangan itu harus sesuai dengan derajat dan keberadaannya sendiri. Artinya sesuai dengan jati dirinya. 

Karena itulah maka dalam Islam atau Qur'an, dikatakan bahwa Tuhan itu Sempurna, dan Semua makhluk (bukan hanya manusia) adalah sempurna. 

Bukti kesempurnaan Tuhan adalah di ilmu Kalam bab Tauhid. Silahkan merujuk ke sana. Intinya, karena semua keberadaan yang kita lihat ini adalah terbatas, maka semua memerlukan kepada sebab yang tidak terbatas, baik langsung atau tidak. Karena kalau tidak ada sebab yang tidak terbatas, maka semua keberadaan adalah terbatas. Dan kalau demikian maka semuanya memiliki awal dan akhir dimana sebelum permulaannya itu, semua keberadaan ini adalah tidak ada. Kalau demikian halnya, maka dari mana keberadaan ini, sementara semuanya pernah tidak ada, dan tidak ada keberadaan yang selalu ada yang, berarti tidak memiliki batasan awal dan akhiran. Dengan demikian dapat diketahui dengan yakin, yaitu dengan adanya kenyataan wujud terbatas ini, maka berarti ada wujud yang tidak terbatas yang telah menyebabkannya. 

Dengan demikian kesempurnaan Tuhan adalah ketidak terbatasannya dan ketidak pemilikanNya terhadap apapun kekurangan. 

Dan karena perubahan pada DiriNya, rangkapan pada DiriNya, ketidaktahuan, kebakhilan, ketidak adilan, kelupaan, kengantuan, kelengahan, kebosanan, kelelahan, kebendaan, kedilangitan, kedi’arsy-an, .....dan seterusnya adalah bentuk-bentuk keterbatasan, maka Tuhan bersih dari semua itu. Itulah makna kesempurnaan Tuhan. 

Tentang kesempurnaan semua makhluk, adalah bahwa Tuhan yang tidak terbatas itu, tidak mungkin mencipta apapun dengan yang tidak utama. Karena kalau masih ada kucing yang lebih hebat dari kucing yang ada ini, begitu pula pohon pisang, pohon jagung, air, manusia, ular.... dan seterusnya tapi Tuhan tidak menciptakannya, berarti Tuhan yang tidak menciptakannya itu bisa karena kikir, bakhil, tidak tahu, lengah, takut disaingi, takut merusak, takut ini dan itu ...dan seterusnya dimana semua hal itu bertentangan dengan hakikat DiriNya Yang Tidak Terbatas itu. 

Begitu pula tentang agamaNya. Tentu saja setelah kita sudah yakin bahwa agama itu atau madzhab itu adalah agamaNya dan madzhabNya. 

Tentu saja, kesempurnaan itu harus yang benar-benar sempurna. Artinya, kesempurnaan yang sesuai dengan eksistensi dan hikmah dari eksistensinya itu. Inilah qadar yang tidak bertentangan dengan ikhtiar dan agama. Yakni qadar yang ada pada setiap esensi suatu eksistensi atau pada setiap species. Misalnya, kesempurnaan api adalah membara dan membakar dan mati kalau terkena air. Kesempurnaan air adalah cair, mendinginkan tenggorokan dan menguap kalau terkena panas. Kesempurnaan badan manusia adalah tumbuh dengan natural dan luka terkena pedang yang tajam. Begitu seterusnya. Yakni kesempurnaannya itu sesuai dengan takaran atau qadar keberadaannya yang sesuai dengan hikmah penciptaannya. Karena itu kalau leher manusia tidak tertebas pedang, maka leher itu tidak sempurna. 

Agama juga demikian. Yakni kesempurnaannya harus kesempurnaan. Yakni harus sesuai dengan jaman diturunkannya. Karena kalau tidak, berarti kesempurnaan itu menjadi kehinaan. Seperti anda mengajar filsafat kepada anak TK. Atau menyuruh anak TK untuk puasa dan berjihad di jalan Allah dengan membawa pesawat tempur. 

Kesempurnaan-kesempurnaan yang ada di makhluk Tuhan itu, semuanya bisa menyempurna lagi kecuali kalau non materi dengan sebab yang sudah dijelaskan di ilmu filsafat dan ada juga di catatan-catatanku yang entah berjudul apa (bisa dicari di ruang catatan). Semua kesempurnaan yang ada pada setiap makhluk yang juga mengandung unsur materi ini, masih menyempurna lagi. Dan penyempurnaan selain manusia adalah menjadi manusia. Dan kesempurnaan manusia bisa terus melanglang ke derajat sebab, dari sebab dekat kepada sebab yang lebih jauh, dan begitu seterusnya sampai kepada Akal-satu dan Asma-asma Allah, seperti yang sudah sering dijelaskan di irfan. 

Dengan demikian maka kesempurnaan yang naturalis berproses sesuai dengan alamiahnya. Karena ia datang dariNya secara proses. Maka itu sudah tentu dengan proses (tentu selain non materi). 


Dan kesempurnaan yang alami ini masih bisa berproses untuk menyempurna lagi. Kalau penyempurnaan dari kesempurnaan selain manusia kepada manusia, maka juga melalui proses alamiah. Sedang kesempurnaan alamiah seperti manusia, yang masih bisa berproses untuk menyempurna selama masih dengan badannya, maka di sini prosesnya adalah ikhtiari alias bukan natural lagi. 

Agama juga berproses seiring dengan proses perkembangan daya pikir dan daya tangkap serta potensi aplikasinya yang ada pada manusia secara sosial. Tentu saja juga merupakan proses dari awal turunnya sekalipun. Jadi dari awal turunnya sudah dengan proses, seperti dari Tuhan ke materi, seperti proses yang ada pada calon penerima pertamanya yakni rasulnya (karena tanpa potensi ikhtiari manusia tidak bisa menjadi rasul utusan), begitu juga proses dari umat yang mau menerimanya. 

Kesimpulan:
Kesempurnaan itu adalah tidak adanya kekurangan. Akan tetapi ketidak adaan kekuarangan ini harus sesuai dengan ekstensinya masing-masing. Kalau ekstensinya tidak terbatas, maka kesempurnaannya adalah tidak adanya kekurangan apapun sekalipun perubahan. Dan kalau terbatas alias terqadar, maka sempurnanya adalah tidak adanya kekuarangan sesuai dengan qadarnya itu. 


Wassalam. 


Chi Sakuradandelion, Agoest Irawan, Khommar Rudin dan 4 lainnya menyukai ini 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 


8 Juli 2012 pukul 10:22 · Suka




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar