Sabtu, 27 Oktober 2018

Imamah, Ikhtiar dan Umurnya Yang Masih Kecil



Seri tanya jawab inbox Bersama Kebenaran dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Friday, October 12, 2012 at 11:35 am


Bersama Kebenaran: Salam ustadz.. semoga sehat selalu...maaf ana mau nanya..tentang bab imamah... pertanyaannya: 

Apakah kepemimpinan Ahlulbait pasca rasul, itu suatu prinsip dan mutlak? Apa alasannya argumenya berdasarkan dalil akli dan naqli? Dan apakah orang-orang yang merebut haknya walau mereka sholat dan puasa pandangannya termasuk sama dengan kafir, fasik, munafik zholim yang akan masuk neraka?? 


Maaf ustadz ngerepotin..jawab dulu ya..nanti pertanyaannya nyambung terus..terimakasih. Salam.. ustadz.. semoga sehat selalu dan baik-baik saja.. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Sudah tentu kepemimpinan Ahlulbait as itu mutlak karena makshum, dipilih Allah dan Nabi saww. Ketika Allah berfirman taatlah pada Allah dan taatlah pada rasul dan pemimpin di antara kalian, maka sudah pasti imam itu ada sejak jaman Nabi saww (karena tidak mungkin memerintah taat pada orang tapi orangnya tidak ada) dan, ketaatan yang di-dan-kan itu adalah ketaatan pada Tuhan yang mutlak dimana hal ini tidak mungkin terjadi kecuali pada yang makshum (karenra tidak mungkin Tuhan menyuruh maksiat ketika menyuruh taat pada orang yang salah dalam perintahnya), dan, dijelaskan oleh Nabi saww bahwa imam itu hanya 12 orang (shahih Bukhari dan Muslim). 

Orang yang merebut hak mereka sudah tentu aniaya dan kafir dari masalah imamah itu akan tetapi tetap muslim karena tetap mengimani Allah, Nabi saww dan lain-lain-nya. Jadi, kafirnya hanya dalam imamah ini. Dan yang demikian itu, sudah cukup menjadikannya zhalim, fasik dan seterusnya. Tapi para pembelanya yang tidak sejaman dengan mereka, karena tidak tahu pembaiatan di Ghadir Khum kepada imam ali as yang dipimpin Nabi saww, seperti Sunni, maka mereka bisa dimaafkan dan dimaafkan. Tapi para pelaku itu, yang tidak mungkin tidak tahu penunjukan Tuhan terhadap Ahlulbait as yang makshum, maka sudah tentu berdosa. 

Bersama Kebenaran: Salam .. ustadz terimakasih jawaban...pertanyaan yang ke: 
Yang jadi ganjalan di pikiran saya para imam makshum yang 12..apakah para imam itu diangkatnya ditetapkan menjadi imam makshum, sejak dia lahir atau setelah dewasa..? Apa beliau imam secara tasyi nya..memproses dirinnya menjadi manusia sempurna, supaya bisa punya kriteria imam makshum..atau dah kehendak Allah walau dia biasa dia bakal jadi imam makshum?? Yang jadi kejanggalan Imam Muhamad aljawad, beliau usia 8 tahun, belum balig sudah menjadi imam, padahal di jamanya banyak pengikut-pengikut ahlulbait yang lebih senior.?? Juga imam Mahdi yang baru 5 tahun.? 

Salam ustadz.. semoga baik-baik saja.. 

Sinar Agama: Imam itu harus makshum dengan ikhtiarnya sendiri dan bukan dengan takdir atau ketentuan Tuhan. Ketentuan Tuhan dalam masalah imamah ini hanya mensyarati bahwa imam itu harus makshum sebagaimana dijanjikanNya kepada nabi Ibrahim as (QS: 2: 124) untuk mengangkat keturunannya menjadi imam asalkan tidak zhalim (dosa). Jadi, siapapun anak-anak nabi Ibrahim as yang berusaha dan mencapai makshum, maka ia akan dijadikan imam olehNya. 

Sebagaimana saya sudah menerangkan di Kedudukan Fantastis Imam (catatan), bahwa setiap sesuatu itu punya waktunya sendiri. Waktu matahari ini hanya waktunya matahari dan dipakai untuk kemudahan saja. Karena itu, ketuaan yang sesungguhnya itu tidak diukur dengan waktu matahari tapi dengan waktunya sendiri sesuai dengan jangkauannya mencapai kesempurnaan. 

2 biji padi yang ditanam di hari senin, kalau yang satunya tumbuh di hari selasa dan yang lainnya tumbuh di hari kamis, maka sudah jelas yang lebih senior dan lebih tua itu adalah yang tumbuh di hari selasa sekalipun sama-sama ditanam di hari senin. Atau 2 tunas yang sama-sama 1 cm di hari senin, kalau di hari selasa salah satunya menjadi 10 cm dan yang lainnya menjadi 2 cm, maka yang 10 cm itu jelas lebih tua dari yang 2 cm, sekalipun umur mataharinya sama-sama. 

Karena itu, kesenioran manusia itu bukan ditentukan oleh putaran matahari, akan tetapi oleh gerakan dirinya sendiri. Kalau imam itu sudah hafal Qur'an dan tahu ilmu-ilmu Qur'an setelah diajari ayahnya yang makshum sejak umur, katakanlah, 5 th, maka mereka sudah pasti lebih senior dari siapapun yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu. Apalagi kalau mengamalkannya sampai ketingkatan makshum, maka siapa yang bisa mengejar keseniorannya walau umur mataharinya 8 th? 

Jadi, umur seseorang itu tidak ditentukan gerakan matahari, akan tetapi ditentukan oleh gerakan- nya sendiri dan, siapa yang jarak prosesnya dan jarak tempuhnya lebih jauh, baik ilmu atau amal, maka dialah yang lebih tua dan lebih senior. 


Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar