Jumat, 23 Oktober 2020

Tafsir An-Naml Ayat 82


Oleh Ustadz Sinar Agama http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/294539697257500/ Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 16 Desember 2011 pukul 14:05


Zainal Syam Arifin: Salam pak ustadz.Mohon dijelaskan tentang penafsiran َدابَّةً dalam ayat ini,

"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan daabbah dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat... Kami." (An-Naml[37]:082)

Apakah yang dimaksud dengan daabbah dalam ayat ini apakah Al Qaim ataukah bukan? Dalam kitab Sulaim Imam ‘Ali tidak secara langsung menjelaskan sosoknya, beliau hanya mengatakan, “Dia berjalan dipasar dan mengawini wanita” yang berarti daabbah ini adalah dari jenis manusia. Dan apakah yang dimaksud dengan بآياتنا ? Syukron jazakumullaah khoiron, semoga pak ustad senantiasa dilimpahkan keberkahan dan rahmat-Nya.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

(1). Daabah/daabatun adalah yang melata di muka bumi dan berjalan atau bergerak. Yakni mencakupi semua binatang dan manusia. Memang secara umum dipakainya kepada selain manusia, tapi juga bisa dipakai kepada yang mencakupi manusia atau bahkan manusia itu sendiri, seperti di surat Huud: 6:

“Dan tidaklah ada benda hidup di muka bumi ini kecuali Allah yang memberi rejekinya.” Surat al-Anfaal: 22:

“Sesungguhnya sejelek-jelek daabah -manusia- di sisi Tuhan adalah yang tuli dan bisu (tidak mau menuturkan kebenaran) dan tidak menggunakan akalnya.”

Sedang Daabatun yang ada di surat yang antum tanyakan itu, yakni yang dikeluarkan dari dalam bumi di akhir jaman, maka ada beberapa atau dua penafsiran, diantaranya:

  • (a). Binatang yang aneh dan memiliki kekuatan serta keajaiban-keajaiban (kekuatan aneh dan luar biasa) yang sudah tentu bisa bicara dan membedakan orang yang mukmin dan kafir/ munafik dengan menyebutkan nama mereka.
  • (b). Manusia yang juga luar biasa yang membawa tongkat nabi Musa as dan memakai cincin nabi Sulaiman as. Manusia ini juga ditafsirkan ke dua penafsiran. Pertama adalah imam Mahdi as, tapi yang paling umum di dalam riwayat adalah imam Ali bin Abi Thalib as. Yakni sewaktu beliau as dibangkitkan dalam roj’ah itu.
(2). Sedang yang dimaksud dengan Ayaatinaa atau ayat-ayat Kami (Tuhan) atau tanda-tanda kebesaran Kami, adalah Mukjizat, syariat dan semacamnya.


Zainal Syam Arifin: Terimakasih atas penjelasannya pak ustadz.

Poin (a) itu kedengarannya mirip yang ada di sunni. Untuk poin (2), berarti bukan berita ghaib yang akan terjadi ya pak ustad? Misalnya ar Raj’ah, bahwa dulunya manusia tidak percaya dengan ar Raj’ah, kemudian setelah daabbatun itu muncul barulah dia mengatakan bahwa dulu kalian tidak percaya, nah sekarang sudah terjadi. Mohon maaf pak ustad untuk poin (2) ini jawaban pak ustad masih bersifat umum, itulah sebabnya saya simpulkan detailnya, mohon dikoreksi kalau keliru.


Sinar Agama: Kesimpulan antum benar-benar salah, yakni kurang lengkap. Karena kalau hanya raj’ah yang dimaksudkan maka mungkin cukup dengan kata: “Kalian adalah orang-orang yang tidak beriman dengan raj’ah” atau “Kalian adalah orang-orang yang tidak percaya satu ayat/tanda Tuhan.” Maksud saya tidak perlu memakai kata jama’. Tapi karena memakai kata Jama’, maka mungkin yang dimaksudkan adalah semua ayat-ayat Tuhan, seperti mu’jizat-mu’jizat dan ajaran- ajaranNya. Allahu A’lam.

Agoest Irawan dan 2 orang lainnya menyukai ini.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ






Tidak ada komentar:

Posting Komentar