Muhammad Dudi Hari Saputra mengirim ke Sinar Agama: Sabtu
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah pada Periode Pertama :
- Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
- Keyakinan bahwa Imam mereka makshum (terjaga dari salah dan dosa).
- Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain-lain.
- Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
- Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu karena keyakinan tersebut.
- Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
- Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.(lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237).
- Pada abad ke-2 Hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomeini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum :
1. Pada Rukun Iman :
Syi’ah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Kitab Allah,
Rasul dan Qadha dan Qadar, yaitu :
- Tauhid (keesaan Allah),
- Al-’Adl (keadilan Allah),
- Nubuwwah (kenabian),
- Imamah (kepemimpinan Imam),
- Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan).
(Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll).
2. Pada Rukum Islam :
Syi’ah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu :
- Shalat,
- Zakat,
- Puasa,
- Haji,
- Wilayah (perwalian)
(lihat Al-Kafie juz II hal 18)
3. Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti :
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa`tu bi shuratim mim mits lih ” (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417)
Ada tambahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi :
“wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fa`tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah:23)
Karena itu mereka meyakini bahwa : Abu Abdillah a.s (Imam Syi’ah) berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath-Thibrisy).
4. Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244).
5. Syi’ah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217).
6. Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala Imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
7. Syi’ah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keImaman Ismail (yang telah dinobatkan keImamannya oleh ayahnya, Ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap makshum (terjaga).
8. Syi’ah membolehkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.
Nikah Mut’ah:
Nikah mut’ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.
Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut’ah dan nikah Sunni (syar’i) : Nikah mut’ah dibatasi oleh waktu, nikah Sunni tidak dibatasi oleh waktu.
Nikah mut’ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedang- kan nikah Sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia.
Nikah mut’ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah Sunni menimbulkan pewa- risan antara keduanya.
Nikah mut’ah tidak membatasi jumlah istri, nikah Sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga mak- simal 4 orang.
Nikah mut’ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah Sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.
Nikah mut’ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah Sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.
Dalil-Dali Haramnya Nikah Mut’ah
Haramnya nikah mut’ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga pendapat para ulama dari empat madzhab.
Dalil dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma’bad Al-Juhaini, ia berkata: “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: “Ada selimut seperti selimut”. Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berpidato diantara pintu Ka’bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda,
“Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut’ah. Maka sekarang siapa yang memiliki istri dengan cara nikah mut’ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah ‘azza wa jalla telah mengharamkan nikah mut’ah sampai Hari Kiamat. (Shahih Muslim II/1024)
Dalil hadits lainnya:
Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71)
Pendapat Para Ulama
Berdasarkan hadits-hadits tersebut di atas, para ulama berpendapat sebagai berikut:
Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mut’ah”.
Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, “Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”
Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’ (XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu.”
Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut’ah adalah haram.
Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi’ah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syi’ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama “Wajib mengikuti madzhab Ahlul Bait”, sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih. Lebih lanjut bagi yang ingin tahu lebih banyak, silakan membaca buku kami “Mengapa Kita Menolak Syi’ah”.
(saya dapat ini dari account FB teman)
Muhammad Dudi Hari Saputra: Mohon tanggapannya ustadz,, syukron wa afwan,,,
Sang Pencinta: Salam, semua hal di atas sudah pernah diulas tuntas oleh ustadz. Coba cek ke berlangganan. Nanti kalau ada kesulitan dan atau ga ketemu bisa request ke saya. Afwan.
Muhammad Dudi Hari Saputra: Sekiranya mas Pencinta mau membantu.. Saya akan berterima kasih sekali..
Sang Pencinta: Ok, saya bagi pertanyaannya. 1). Rukun iman dan Islam. 2). Keotentikan Quran. 3). Sahabat. 4). Taqiyah. 5). Raj’ah. 6). Bada. 7). Mut’ah. Saya bawakan link-nya berdasarkan pembagian itu..
Sang Pencinta:
1) Rukun iman dan Islam madzhab Syi,ah Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/238518302859640/,
Definisi Rukun Islam Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/244650088913128/,
http://arsipsinaragama.com/index.phpoption=com_content&view=article&id=486%3Akenapa-rukun- islam-lbih-dri-5arukun-iman-lbih-dri-6-dan-penjelasan-tentang-azan-syiah&catid=59%3Alain- lain&Itemid=81
2) Keaslian al-Qur'an, oleh Ustadz Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/329726553738814/,
Pandangan Syi’ah Tentang Alquran Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/425740930804042/,
Menanggapi Mushaf-Mushaf Al-Quran Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/428321803879288/
3) Kronologis Pembakaran Rumah Sayyidah Faathimah Zahraa’ as, oleh Ustadz Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/331120516932751/,
Tentang Kedudukan Shahabat-Shahabat Nabi saw Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/440861989291936/,
Salman, Ahlulbait as, Kemakshuman dan Abu Bakar-Umar di Khaibar, Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/354024724642330/,
Sejarah Singkat Wahhabiah, Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/232755993435871
4). Taqiah, oleh Ustadz Sinar Agama =
http://arsipsinaragama.com/index.php?option=com_content&view=category&id=44&Itemid=64
Sang Pencinta: 5) dan 6). Bada’, Raj’ah dan Mushhaf Faathimah as, Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/232758160102321/,
Lensa (Bgn 8): Inkarnasi Atau Raja’ah? Oleh : Ustad Sinar Agama =
http://www.facebook.com/home.php?sk=group_210570692321068&view=doc& id=210802505631220,
“Bada Dan Raj’ah” Seri Tanya Jawab : Bintang Ali dan Ustad Sinar Agama =
http://www.facebook.com/home.php?sk=group_210570692321068&view=doc& id=210822982295839,
Perbedaan: Keyakinan Agamis dan Non Agamis, Agama Langit dan Agama Bumi, Ghaibnya Nabi Isa dan Imam Mahdi, Mati Syahid dan Non Mati Syahid, Raja’ah dan Reinkarnasi. Oleh Ustad Sinar Agama =
http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/326171017427701/
Sang Pencinta: 7). Mut’ah, oleh Ustadz Sinar Agama = http://arsipsinaragama.com/index.php?option=com_content&view=category&id=35&Itemid=55
Sang Pencinta: Silahkan menikmati, semua deskripsi di atas in syaa-Allah dibantah tuntas dengan argumentasi kuat...afwan...
Haidar Dzulfiqar: Muhammad Dudi Hari Saputra, dapat order pertanyaan borongan ??? he he he he....
Kenapa ya KAUM Syi’ah selalu saja diposisikan layaknya KAUM PECUNDANG...???
Selalu jadi “SASARAN TEMBAK” HUJATAN, INTEROGASI dan (minimalnya) SERBUAN PERTANYAAN MIRING, padahal belum tentu juga yang mem-PECUNDANGI itu lebih baik akidah-akhlaknya, lebih lurus pikiran dan lebih bersih hatinya....!!!
Anehnya, kita masih saja “NERIMO” tuk DIPECUNDANGI...!!!
Mbok ya GANTIAN Kamu yang memborbardir mereka dengan pertanyaan-pertanyaan balik, gitu...!!!
Kan sangat gak lucu, gak efektif dan gak efisien kalau Ustadz Sinar Agama harus terus mengulang- ulang pertanyaan atau hujatan yang sama, sementara mereka tidak membaca penjelasan- penjelasan yang sudah seringkali dibahas oleh Beliau.
Terlebih lagi jika niat dan maksud mereka bukan untuk mencari KEBENARAN YANG ARGUMENTATIF, lantaran mereka sendiri sudah merasa PALING BENAR 100%.
Suruh saja temanmu itu berkenalan dan berdialog langsung dengan Ustadz Sinar Agama (SA), atau suruh temanmu itu membuka dan membaca catatan-catatan penjelasan Ustadz SA, khususnya berkenaan dengan yang mereka tanyakan dan hujatkan, dan tunjukkan sikap pada mereka bahwa SYI’AH BUKAN PECUNDANG...!!!
Selebihnya, LAKUM DINUKUM WALIYADIN...!!!
Afwan...
Muhammad Dudi Hari Saputra: Terima Kasih sang pencinta...
Mas Haidar, afwan sebelumnya saya mempertanyakan ini dalam kadar murid bertanya kepada gurunya terutama sekali terhadap sumber-sumber yang dinukil oleh entah siapa itu karena teman saya pun dapat argumentasi di atas dari sumber yang tak jelas.. Nah karena itu saya bertanya kepada ustadz karena Saya paham sekali kapasitas beliau dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan yang menyudutkan syiah terutama ketika sang penyudut menggunakan dalil-dalil naqli.. Nah di sini masalahnya kalau dalil aqli saya siap meladeni siapapun tapi masalahnya kalau dalil naqli saya gak bisa sembarangan karena perdebatannya adalah literature based context bukan argumentation /cognition based context... Nah karena Ustadz sumber literaturnya banyak dan kuat makanya Saya bertanya ke beliau..
Mengenai pola perjuangan..kita ada pola masing-masing mas.. Tak melulu harus frontal berdebat di dunia Maya yang sering saya perhatikan sangat tidak sehat... Tenang aja mas.. Kita gak sebodoh dan selemah yang dibayangkan hanya saja ini bagian dari strategi dan taktik.. Dan ini rahasia perusahaan masing-masing..hhe.. ;)
Orlando Banderas: Muhammad Dudi Hari Saputra, ente punya sikap jangan mau dipecundangi oleh mereka yang mengirim pertanyaan seperti itu. Hal itu sudah sering dijawab. Kalau ente bisa jawab, jawab aja. Kalau itu hubungannya dengan sumber dari kitab Syiah seperti AlKafi, ketahuilah bahwa SYIAH TIDAK MEYAKINI KESHOHEHAN KITAB TERSEBUT ATAU KITAB SYIAH LAINNYA 100%.
Ini beda dengan bukhori Muslim yang dianggap Sunni Kitab paling shoheh 100% setelah Quran. Emangnya Bukhori Muslim setingkat Nabi yang 100% benarnya? Kalau mereka konsisten dengan anggapan Bukhori Muslim shoheh 100% benar, kenapa mereka tidak ikut 12 Imam , karena ada di hadits itu dan kitab hadits lainnya seperti Abu Daud, Turmudzi, dan lain-lain ? Dan mengapa mereka masih mengikuti NABI, padahal Nabi sendiri sering buat salah dan melakukan hal nista dan memalukan yang orang awampun tidak mungkin melakukan? Ini ada di kitab mereka. Karena kalau Nabi sering salah, berarti Allah telah salah memerintah kita mengikuti orang yang salah dan berdosa ! Mengapa mereka mengkritisi kitab Syiah, padahal di kitab Ahlussunnah sendiri banyak hadits palsu dan khurafat (tahyul) di dalamnya? . Salam.
Muhammad Dudi Hari Saputra: Udah ana jawab sebisa saya mas.. Udah saya jelaskan..saya menanyakan ini ke Ustadz agar mendapatkan jawaban yang lebih lengkap dan komprehensif... Lagian siapa yang dipecundangi dalam hal ini?? Karena teman saya pun mendapati ini dari orang lain jadi bukan murni pemikirannya.. Jadi saya menanyakan ke Ustadz dalam konteks keilmuan.. Karena opini di atas mnggunakan sumber-sumber dari AB sendiri..kan ini bahaya kalau gak dijawab..nah saya udah jawab tapi dalam kapasitas saya aja..yaitu pendekatan Filosofis.. Tapi masalahnya kan argument di atas itu skriptualist.. kalau saya pake metode filosofist ya mental aja.. Makanya saya tanya ke Ustadz.. Karena saya yakin referensi skriptual Ustadz mumpuni.. Saya kan bukan ahli hadith mas..kepiye toh..
HenDy Laisa: Muhammad Dudi Hadi Saputra> saya rasa hal-hal di atas sudah tuntas dijawab oleh ustad Sinar Agama sejak lama dalam catatan beliau, jika masih ada yang menggugatnya jawab saja dengan argumen, jika mereka gak bisa terima biarkan saja..masih banyak yang harus dipelajari ketimbang melayani pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas argumennya..afwan :)
Haidar Dzulfiqar: Muhammad Dudi Hadi Saputra,
Mengenai temuan Antum itu, ana kira hampir semua orang Syiáh pernah mengalami hal yang serupa dengan apa yang Antum alami (temukan) itu. Ada begitu banyak buku-buku, majalah, buletin dan berbagai bentuk “wacana” yang sengaja DICIPTAKAN oleh KELOMPOK-KELOMPOK tertentu (Kelompok Wahabi, misalnya) untuk memojokkan dan memfitnah Kaum Syi’ah yang jumlahnya bisa ratusan bahkan ribuan jilid. Di mana semua ajaran-ajaran Syi’ah yang bersumber dari Ahlul Bait as mereka PERKARAKAN dan mereka PUTAR BALIKKAN fakta dan penafsirannya. Bahkan terhadap prinsip-prinsip yang sudah sangat jelas dan mapan. Dan sebagai orang Syi’ah, adalah hal yang tidak mengherankan lagi dan bukan perkara yang baru lagi melihat atau menemukan “APA YANG ANTUM TEMUKAN ITU”.
TARGETNYA JELAS: MENCIPTAKAN KERAGUAN DAN ANTIPATI TERHADAP KAUM SYI’AH DI TENGAH- TENGAH MASYARAKAT, BAIK DI KALANGAN SUNNI MAUPUN SYI’AH SENDIRI...!!!
Lihat saja dampak minimalnya: MEMBUAT ORANG-ORANG SYI’AH SENDIRI DISIBUKKAN OLEH TUDUHAN, FITNAHAN DAN BERBAGAI UMPAN-UMPAN PROVOKATIF YANG MEREKA CIPTAKAN DEMI KEPENTINGAN DAN KEUNTUNGAN MEREKA SENDIRI SECARA SEPIHAK.
Kadang tidak jarang kita yang sesama Syi’ah saja termakan oleh UMPAN-UMPAN mereka sehingga dapat berpotensi menimbulkan “PERDEBATAN” yang sangat menyita waktu, menguras energi dan sangat melelahkan mengikuti alur permainan mereka. Seolah kita tidak sadar kalau kita TELAH DIPECUNDANGI oleh MAKAR BUSUK MEREKA. Lalu dengan lugunya kita masih saja menatap dan menyikapi mereka dengan PERASAAN DAN PRASANGKA BAIK.
PERTANYAANNYA ADALAH:
KENAPA ANTUM ATAU KITA MALAH MENYIBUKKAN DIRI DALAM “PERANGKAP KEDENGKIAN” MEREKA YANG DIKEMAS SEDEMIKIAN RUPA SEOLAH-OLAH TAMPAK ILMIAH DAN BERBUDAYA, ALIH-ALIH KITA MENYIBUKKAN DIRI DENGAN PELAJARAN-PELAJARAN DAN ILMU-ILMU AHLUL BAIT AS YANG KITA SADARI BETAPA MASIH JAUHNYA KITA DARI PELAJARAN-PELAJARAN DAN ILMU- ILMU AHLUL BAIT AS MELALUI BUKU-BUKU SYI’AH DAN PENGAJARAN DARI PARA ASATIDZ (Ustadz-ustadz) KITA, SEMISAL Ustadz Sinar Agama...???
PILIHAN BELAJAR-MENGAJAR
Baik Antum maupun kita semua di sini tentu dihadapkan pada begitu banyak pilihan WACANA PEMIKIRAN KEAGAMAAN. Sebutlah secara GLOBAL, pemikiran dan wacana SYI’AH, SUNNI dan WAHABI. Itu baru dari Wacana dan Dinamika Pemikiran Kaum Muslimin. Belum lagi dari Wacana-wacana keagamaan di luar ketiganya itu, seperti KRISTEN, YAHUDI, TAO, BUDHA, HINDU, KONGHUCU, KEJAWEN dan sebagainya dengan keanekaragaman alirannya masing-masing.
Ana pikir, orang macam kita-kita yang telah meyakini KEBENARAN MADZHAB SYI’AH (Ahlul Bait as) dan ingin mendalaminya masih sangat jauh dari MENGETAHUI SEGENAP SELUK-BELUK AJARAN- AJARAN DAN PELAJARAN-PELAJARAN MADZHAB SYI’AH ini, TERLEBIH LAGI MEMAHAMINYA...!!!
Ya, memang itu sih hak Antum mau “MENGEJAR” dan “MEMBURU” wacana dan pemikiran apapun dan dari manapun. Tetapi, Antum dan kita sebagai orang yang telah menerima dan meyakini Ahlul Bait as, tentu HARUS PUNYA SIKAP terhadap dalam konteks ini, terlebih lagi terhadap MAKAR WAHABI yang sudah sangat jelas KEBERADAANNYA, MAKSUD DAN TUJUANNYA DI TENGAH- TENGAH KAUM MUSLIMIN, terutama SIKAP KEDENGKIAN DAN PERMUSUHAN MEREKA TERHADAP KAUM SYI’AH YANG TERAMAT SANGAT SENGITNYA.
Kajian-kajian Ushuluddin, Fiqih, Akhlak dan berbagai MUATAN-MUATAN yang memenuhi DADA para Imam-imam Ahlul Bait as atau dada-dada para Ulama Syi’ah jauh lebih baik kita dedah (ketahui, pelajari, kaji, pahami dan amalkan) ketimbang MELADENI OCEHAN TENGIK ulama-ulama Kaum Nashibi, terlebih para KROCO-KROCO mereka, yang untuk itu PASTI takkan cukup seluruh ruang dan waktu serta kesempatan yang Antum dan kita semua miliki.
Demikian sementara ini sikap dan prinsip ana yang hingga saat ini masih ana pegang kuat-kuat.
Jika ana salah, mohon Antum atau Ustadz Sinar Agama sendiri atau siapapun sudi untuk meluruskannya. Terima Kasih. Wassalam.
Muhammad Dudi Hari Saputra: Duh..kan saya udah jelaskan bahwa saya sudah menjelaskan ke teman saya itu dengan dalil aqli (filosofis).. Dan dia ngerti saja.. Tapi yang jadi masalah itu posting diatas itu lebih ke naqli dengan hadith-hadith syiah sebagai rujukannya..nah karena saya pun masih dungu dalam hal ini..maka saya pun menanyakannya ke Ustadz..itu aja kok.. Kan udah saya mention dari awal ini murni pertanyaan keilmuan.. Walaupun kita tidak termakan umpan musuh kan bukan berarti kita tidak boleh mempelajari pengetahuan mereka.. Ini bagian dari strategi.. kalau ingin menang perang pelajari kekuatan musuh..itu saja..
Tapi kalau saya ada salah.. saya minta maaf..afwan.. :)
Astamin Zayi: Setahu saya sebagian besar postingan di atas sudah pernah disinggung dan bahas ustadz Sinar Agama, dan sangat sering saya temukan postingan teman-teman syi’i yang berisi bantahan yang mematahkan isi postingan di atas. Mungkin mas Dudi sekali-sekali ikut baca postingan teman-teman lain (Jjihad ‘Ali, Malik Al-Asytar, Tiara Satrie dan yang lainnya meski terkadang bahasan mereka bisa memicu ketersinggungan teman-teman suni).
Muhammad Dudi Hari Saputra: Terima kasih infonya mas.. :)
Sinar Agama: Salam dan terima kasih postingannya walau mungkin bisa dihitung sebagai ulangan. Coba baca dulu nukilan Pencinta itu dan, kalau masih ada yang mau ditanyakan lagi, bisa ditanyakan ulang.
Sinar Agama: Pencinta, terima kasih bantuannya dan semoga diterimaNya. Hanya padaMu ya Allah aku bersyukur karena telah memberiku Pencinta.
Wassalam.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ