Tampilkan postingan dengan label Ahlul Bait. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlul Bait. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Desember 2018

Imam Ali as Itu Bukan Syi’ah, Tapi Disyi’ah-i




Seri tanya jawab Kopipaikna Thomasalle Punggawa dengan Sinar Agama
by Sinar Agama on Saturday, January 5, 2013 at 3:57 pm



Kopipaikna Thomasalle Punggawa mengirim ke Sinar Agama: 3-11-2012, 

Khalifah Ali Bin Abi Thalib RA, Syi’ah atau Sunni? 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Imam Ali as itu adalah imam Syi’ah (diikuti). Syi’ah artinya “mengikuti”. Jadi, imam Ali as adalah yang diikuti sebagaimana sabda Nabi saww ketika turun ayat: 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, maka mereka itulah sebaik-baik manusia.” (QS: 98: 7), di mana beliau saww bersabda kepada imam Ali as: 

“Ya Ali, mereka itu adalah kamu dan syi’ahmu.” 

Hadits-hadits seperti ini, dapat dijumpai di kitab-kitab Sunni seperti: 

Tafsiir Ibnu Jariir al Thabari, 30/171; Tafsir al Durru al Mantsuur karya Suyuthi di tafsiran tentang ayat tersebut; Shawaaiqu al Muhriqah, 96; dan lain-lain). 

Atau ketika beliau saww bersabda: 

“Demi jiwaku yang ada di TanganNya, sesungguhnya dia -Ali- dan syi’ahnya (pengikutnya) adalah orang-orang yang berjaya/menang di hari kiamat.” 

(Tariikhu Damsyq, 2/442; al Manaaqib al Khurazmi, 62; Syawaahidu al Tanziil karya al Haskaani al Hanafi, 2/362; Kifaayatu al Thaalib karya Kanjii al Syaafi’i, 245, 313, 314; Kunuuzu al Haqaaiq, 84; al Durru al Mantsuur karya Syaafi’i, 6/379; Tadzkiratu al Khawaash, 58; dan lain-lainnya). 

Atau ketika beliau saww bersabda: 

“Nanti kamu -Ali- dan syi’ahmu (pengikutmu) akan datang di hari kiamat dengan ridha dan di- ridhai,” 

(Nazhmu Durari al Simthain, karya Zarandi al Hanafi, 92; Yanaabii’u al Mawaddah, 301; al Fushuulu al Muhimmah, 107; al Shawaa’iqu al Muhriqah, 159; Kanzu al ‘Ummaal, 15/137; Majma’u al Zawaaid, 9/131; Nuuru al Abshaar, 101; dan lain-lain). 

Atau ketika beliau saww bersabda: 

“Ya Ali, sesungguhnya kamu dan syi’ahmu (pengikutmu) akan dihadapkan kepada Allah dengan diridhai dan.” 

(Nuuru al Abshaar karya al Syablanji al Syaafi’i, 73; al Shawaaiqu al Muhriqah, 152; Yanaabii’u al Mawaddah, 299; dan lain-lain). 

Dan lain-lain dari kata-kata Syi’ah yang disabdakan Nabi saww di riwayat-riwayat Ahlussunnah. Karena itulah sudah sering diktakan bahwa aliran Syi’ah itu didirikan oleh Allah dan NabiNya saww sendiri. Karena kanjeng Nabi saww tidak mengucapkan apapun kecuali wahyu (QS: 53: 2-3). Dan, sudah tentu kedua belas imam makshum as itu (Bukhari-Muslim) adalah imam yang disyi’ahi atau diikuti, bukan Syi’ah/mengikuti. 

Wassalam bagi yang menerima hidayah. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad wa ajjilfarajahum 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 01 Desember 2018

KTP Hadits Ghadir Khum



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama on Saturday, January 5, 2013 at 3:48 pm



Sinar Agama: 3-11-2012, Bismilllah: Hari Ied Ghadir 

Kuhaturkan ucapan “Selamat Hari Besar Ghadiir” kepada junjungan Nabi besar Muhammad saww dan seluruh Ahlulbait as terutama imam Mahdi as. Begitu pula kepada semua ulama terutama Rahbar tercinta hf, dan segenap kaum mukminin dan mukminat, terutama para shahabat- shahabat di fb ini. 

KTP Kecil Hadits Ghadir

1- Ringkasan Hadits Ghadir (nama danau jejadian kalau hujan dan kering kalau tidak ada hujan, tempat dimana Nabi saww melantik imam Ali as sepulang beliau as dari haji Wada’/terakhir, sebagai penguasa/wali atas semua mukminin dan mukminat): 

Rasulullah saww bersabda: 

“... Wahai manusia (kalian semua), sesungguhnya Allah adalah waliku (yang berkuasa atasku) sedang aku wali semua mukminin dan lebih wali/utama/menguasai terhadap mereka dari diri mereka sendiri. Barang siapa yang aku adalah walinya, maka Ali adalah walinya juga. 

Ya Allah, bantulah yang menjadikannya -Ali- sebagai walinya dan musuhilah yang memusuhinya. Wahai manusia, sesungguhnya aku akan mendahului kalian (meninggalkan dunia) dan kalian akan memasuki Haudh (telaga) yang lebarnya antara Bushraa (kota di Suriah atau Bashrah di Iraq?) sampai ke San-’aa’, diantara keduanya terdapat cawan-cawan dari perak sebanyak bintang- bintang, dan aku akan bertanya kepada kalian tentang Tsaqalain (dua hal yang berat) itu dikala kalian mendatangiku, bagaimana kalian menjaga keduanya setelah aku. 

Hal berat yang pertama adalah Kitabullah ‘Azza wajallah dimana satu ujungnya di Tangan Allah dan ujung lainnya di tangan kalian, karena itu peganglah ia dengan erat hingga kalian tidak sesat dan janganlah kalian berubah. Hal berat yang ke dua adalah Ahlulbaitku. Sesungguhnya telah dikabarkan kepadaku dari Yang Maha Lembut dan Maha Tahu, bahwa keduanya tidak akan pernah berpisah sampai keduanya menjumpai aku di telaga.” 

2- Inti dari hadits Ghadir: 

Inti hadits Ghadir ini adalah dua hal

a- Pengangkatan dan pelantikan imam Ali as sebagai khalifah Nabi saww dan sebagai Ahlulbait pertama. 

b- Pewajiban terhadap semua muslimin untuk menjaga dan berpegang teguh pada Qur'an dan Ahlulbait as ( yang makshum, QS: 33: 33). 

3. Versi Periwayatan Hadits Ghadir

Hadits ini diriwayatkan di Sunni dengan berbagai versi. Ada yang hanya menyebut bagian ke duanya seperti shahih Muslim dan ada yang menyebut kedua bagiannya seperti kitab-kitab yang lain yang sangat banyak sekali di Sunni. Dengan segala versinya, hadits ini ada di kitab- kitab seperti: 

Shahih Muslim, 2/362; Shawaaiqu al Muhriqah, 5 dimana ia berkata bahwa riwayat ini diriwayatkan oleh Thabrani, Thabari, Turmudzi dan Hakim, lihat juga di hal 25 dan dishahihkannya; Turmudzi, 5/297; Ibnu Maajah, 1/45; Kanzu al ‘Ummaal, 1/168 dan 15/91-150; Mustadrak Hakim, 3/109, 116 dan 119; Usdu al Ghaabah, 1/369; Musnad Ahmad bin Hanbal, 2/961; Syawaahidu al Tanziil karya Hakim, 1/190; Tariikh Ya’quubi, 2/93; Dzakhaairu al-’Uqbaa, 67; Miizaanu al I’tidaal karya Dzahabi, 3/294; Shawaauqu al Muhriqah, 25 (dan dishahihkan); Tafsiiru al Fakhru al Roozii, 3/636; Jaami’u al Ushuul, 9/468; al Durru al Mantsuur, 5/182; al Jarh wa al Ta’diil Ibnu Abi Haatim, 4/431; Dzakhaairu al ‘Uqbaa, 67; al Ishaabah, 1/305, 372; Taariikhu al Khulafaa’ al Suyuuthi, 169; Mashaabiihu al Sunnah, 2/275; Syawaahidu al Tanziil al Haskaanii, 1/157; Bukhari dalam Taariikh Kabir-nya, 1/375; Taariikh Dzhabi, 2/196; Taariikh Baghdaad, 8/290; al Muntakhab min Shahiih al Bukhaari wa Muslim karya Muhammad bin Utsman, 217; al-I’tiqaad karya Baihaqi, 182; Ibnu Atsiir dalam Nihaayahnya, 4/346; Thabraani dalam, al Mu’jamu al Kabiir-nya, 1/149; Ahmad bin Hanbal dalam Fadhaail-nya, hadits 91, 82, 139; , ; Nasai dalam Khashaaish-nya, 21 dan 93; Ahmad bin Hanbal, 4/372; Taarikh Damasyq, 1/213 -8 hadits- dan 2/42 -30 hadits; dan seambrek lagi yang lainnya. 

4- Pengakuan Kemutawatiran Hadits Ghadir

Jalaalu al Diin al Suyuuthi sendiri mengakui kemutawatiran hadits ini di al Fawaaidu al Mutakaatsirah fi al Akhbaar dan Fi al Azhaari al-Mutanaatsirah fi al Akhbaar alMutawaatirah. Pandangannya ini juga dinukil oleh berbagai ulama Sunni seperti: 

Al Manaawii di al Tafsiir fi Syarhi al Jaami’i al Shaghiir, 2/442; al ‘Uzairi dalam Syarhu al Jaami’i al Shaghiir, 3/360; Mulla ‘Alii al Qoorii di al Mirqootu Syarhu al Misykaah, 5/568; Ibnu Katsiir dalam Tarikhnya; dan seterusnya. 

5- Thuruq/jalan/jalur Hadits Ghadir dari shahabat ke Nabi saww

Dalam kitab-kitab Sunni terdapat berbagai thuruq/jalan/shahabat tentang hadits ini ke kan- jeng Nabi saww, seperti: 

5-1- Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari 40 thuruq/shahabat. 

5-2- Ibnu Jariir Thabari, meriwayatkan dari 72 thuruq/shahabat. 

5-3- al Jazrii, meriwayatkan dari 80 thuruq/shahabat. 

5-4- Ibnu ‘Uqdah, meriwayatkan dari 105 thuruq/shahabat. 

5-5- Abu Sa’iidh al Sajistaani, meriwayatkan dari 120 thuruq/shahabat. 

5-6- Abu Bakar al Ju’aabii, meriwayatkan dari 125 thuruq/shahabat. 

5-7- Muhammad al Yamani, meriwayatkan dari 150 thuruq/shahabat. 

5-8- Abu al ‘Alaa’ al ‘Aththaar meriwayatkan dari 250 thuruq/shahabat. 

5-9- Mas’uud al Sajistaanii, meriwayatkan dari 1300 thuruq/shahabat. 

Kalau mutawaatir di Sunni hanya 9 thuruq, maka thuruq-thuruq hadits Ghadir ini bisa dihitung berapa kali kelipatan mutawaatirnya. 

6- Shahabat-shahabat yang Hadir di Ghadir Khum: 

Berbagai keterangan tentang jumlah yang hadir dan mendengar hadits Ghadir ini sebagaimana yang dinukilkan di Tadzkiratu al Khawaash karya Ibnu Jauzii, 30; al Siiratu al Halabiyyah, 3/257; al Siiratu al Nabawiyyah karya Zaini Dahlaan, 3/3. Yaitu sebanyak: 

90.000 shahabat atau 114.000 atau 120.000 atau 124.000 shahabat. 

Wassalam. 


Angga Corleone, Sattya Rizky Ramadhan, Ety Handayani dan 110 lainnya menyukai ini. 

Dadin BluEs: Allahumma sholli alaa Muhammad wa aali Muhammad 

Tri Joko Prayitno: Salam Ustadz, Selamat Eid Al Ghadir Alhamdulillahilladzii ja’alanaa minal mutamassikiina biwilayaati Amiiril Mu’miniin wal Aimmati as 

Pooja Imuet: Bismillaah, Allahumma shalli ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil farajahum Ied Ghadir Mubarak 

-zaenab Agil- 

Ied ghodir mubarok 

Firman Asyhari Bin Masyhudi


Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, 


Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. 

Ini perkataan siapa??????: Qs 33 : 33 Yang dimaksud Ahlu al Bait dalam ayat tersebut bukankah Para Istri Nabi? melihat ayat sebelumnya Pak Ustadz SA 

Ammar Dalil Gisting: Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakn agama dan karuniaNya dengan wilayah Amiril mukminin Ali bin Abi Thalib as. 

Abdul Rosyid: Ijin share Ustadz. 

Daris Asgar

اَلْحَمْدُ للهِ الّذى جَعَلَنا مِنَ الْمُتَمَسِّكينَ بِوِلايَةِ اَميرِ الْمُؤْمِنينَ وَالاَئِمَّةِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ

Ied ghodir mubarok 

Daris Asgar: Pak Firman : coba dilihat catatan Ustadz berikut, ini linknya in syaa Allah terjawab. http://www.facebook.com/note.php?note_id=365896716754216

Siapa Ahlulbait Yang Disucikan Allah di Qur'an? seri tanya jawab, Abu Zahra Al Manshur dengan Sinar Agama 


Daris Asgar: Ijin share Ustadz 

MukElho Jauh, 124 mutual friends: 

اَلْحَمْدُ للهِ الّذى جَعَلَنا مِنَ الْمُتَمَسِّكينَ بِوِلايَةِ اَميرِ الْمُؤْمِنينَ وَالاَئِمَّةِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ

Sundari Sastrareja

الحمد هلل الذي جعلنا من المتمسكين بوالية أمير المؤمنين علي بن أبي طالب و األئمة األطهار من ولده عليهم 
السالم



Happy Eid Ghadir mubarak 

Khommar Rudin: Salam Ustadz, Selamat Eid Al Ghadir. Alhamdulillahilladzii ja’alanaa minal mutamassikiina biwilayaati Amiiril Mu’miniin wal Aimmati as. 

Laili Syamsuddin Psy: Alhamdulillahi alladzi ja’alana minal mutamassikina biwilayati amiril mukminin wal aimmati alahimussalam SELAMAT IEDUL GHODIR. 

Fatamorgana, 338 mutual friends: Allahumma shali ala Muhammad wa ali Muhammad 

Rosan Da Vinchi, Friends with Firmansyah and 17 lainnya: lucu yang bid’ah dilestarikan. 

Renito Husayno, Friends with Alia Yaman and 68 lainnya: Alhamdulillahi alladzi ja’alana minal mutamassikina biwilayati amiril mukminin wal aimmati alahimussalam SELAMAT ATAS HARI DITETAPKANNYA WILAYAH ALI BIN ABI THALIB as. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih atas jempol dan komentar-komentarnya, semoga kita semua benar berada dalam wilayah ini dengan sebaik-baik keberadaan hingga selalu dalam ampunan dan ridha Tuhan, amin. 

Ade Pb: Bismillaah, Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad wa ajjil farajahum. Ied Ghadir Mubarak 

Aba Zahrah, 115 mutual friends: Ahsantum Ustadz met aidul ghadir. Suka 

Peta Letak Ghadiir Khum-1 


Peta Letak Ghadiir Khum-2 



Sumber Mata Air di Ghadiir Khum (tapi sedikit tidak sampai jadi danau) 




10 people like this. 

Haidar Dzulfiqar: Salam Ustadz, maksudnya KTP apa ya Tadz? 

Sinar Agama: Haidar: KTP maksudnya keterangan sangat ringkas. 

Haidar Dzulfiqar: Oh itu toh Hehehehe Terima Kasih Ustadz Sinar Agama.

Sinar Agama: Yuukkk 

January 6 at 12:59 pm


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 17 November 2018

Ada Apa Dengan Shahabat



Seri tanya jawab Orlando Banderas dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 13, 2012 at 11:18 pm

Orlando Banderas mengirim ke Sinar Agama: Minggu 9-9-2012, 

Salam. Ustadz mau tanya. Apa yang melatarbelakangi peperangan yang terjadi dalam sejarah perkembangan Islam ? Apakah semua peperangan itu karena diperangi oleh pihak kafirin (jadi sifatnya defensif) atau karena tidak mau bayar zakat bagi yang tidak memerangi? Sebegitu pentingkah membayar zakat sehingga harus memerangi bagi yang tidak membayar zakat? Atau ada alasan lain ? Kenapa Islam dianggap oleh orang kafir sampai sekarang sebagai agama yang haus darah ? Tolong penjelasannya. Terima kasih. Salam. 

Sattya Rizky Ramadhan: salam ijin nyimak.. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

  1. Islam itu tidak membolehkan perang kecuali defensif atau bertujuan mengangkat penghalang yang menghalangi dakwah Islam. 
  2. Peperangan Nabi saww seluruhnya defensif dalam arti kedua makna di atas. 
  3. Peperangan antar shahabat itu banyak sekali dan korbannya dalam satu peperangan saja, seperti Perang Jamal (pemberontakan ‘Aisyah terhadap Imam Ali as) di mana paling sedikitnya yang ditulis sejarah Sunni (Muruuju al-Dzahab), sebanyak 13.000 orang shahabat dan tabi’iin. 
  4. Peperangan antar shahabat itu jelas tidak bisa disyahkan semuanya atau semua kelompoknya yang berseteru. Karena Islam, sekali lagi, tidak membolehkan membunuh siapapun manusia kalau bukan karena menangkal serbuan atau qishash (hukum bunuh untuk pembunuh). Jadi, keshahabatan shahabat, tidak bisa dijadikan penghalang bagi keberdosaan pembunuhan tersebut, terlebih dalam puluhan ribu jumlah. 
  5. Peperangan antara Abu Bakar dan Shahabat-shahabat suku Bani Tamim, dimana mereka adalah satu suku dan berjumlah satu kaum, adalah bukan masalah zakat. Tapi masalah penyerahan langsung zakat pada yang berhak dan tidak disetor ke pemerintahan Abu Bakar yang mendakwa diri sebagai khalifah Nabi saww. Di penyerbuan tersebut, yaitu dengan mengutus Khalid bin Walid sebagai panglimanya, Khalid ini telah berani membakar beberapa shahabat Nabi saww hidup-hidup di depan umum (lihat sejarah Sunni, Muruuju al-Dzahab) untuk membuktikan kekuasaan Abu Bakar. 
  6. Sudah sering saya nukilkan hadits Nabi saww di Bukhari bahwa Nabi saww tidak khawatir shahabatnya menjadi kafir lagi, akan tetapi sangat khawatir mereka mengejar dan bersaing tentang dunia dan mengorbankan akhirat. 

Misalnya Nabi saww pernah memberikan segolongan dari bagian-bagian baitul maal, tapi anshar memprotes keras di belakang Nabi saww. Lalu Nabi saww menjelaskan kepada mereka dan sekaligus mengabarkan bahwa para shahabat itu akan menjumpai hal sangat besar setelah kemangkatan beliau saww dan menganjurkan sabar hingga tidak memilih dunia dan memilih Nabi saww (baca: Islam). Tapi kata sang perawinya, yakni Anas: “Akan tetapi kami tidak sabar” (Lihat shahih Bukhar, hadits ke: 3147, 3146, 377, 3793, 4331, 4333, 4334, 4337, 5860, 6762 dan 7441). 

Di antara pertanyaannya adalah: 

a- Apa hal besar itu? 

b- Hal besar itu jelas dapat menyimpangkan shahabat dari Islam hingga karena itu Nabi saww menganjurkan untuk tidak memilihnya dan hanya memilih Islam, dengan sabdanya: “Sabarlah hingga kalian bertemu Allah dan NabiNya saww.” 

c- Dan Anas, sebagai perawi yang memahami maksud hadits, menyaksikan bahwa pa- ra shahabat, tidak sabar. Artinya telah melanggar Nabi saww dan memilih fitnah/ penyimpangan. 

d- ....dan lain-lain. 

7. Kesimpulannya, belasan atau puluhan ribu shahabat dan tabi’iin mati dalam berbagai peperangan di mana hal ini, jelas tidak bisa dikatakan benar dan Islami. Karena itu, maka kita harus memilih dari mana kita mendapatkan riwayat-riwayat Islam yang kita jadikan agama ini. 


8. Ahlulbait as yang makshum, yang dimakshumkan di Qur'an dan hadits-hadits Nabi saww, merupakan jalan satu-satunya yang harus dipegangi periwayatannya dalam meriwayatkan dan bahkan memaknai Islam kepada umat sejagat ini. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 27 Oktober 2018

Imamah, Ikhtiar dan Umurnya Yang Masih Kecil



Seri tanya jawab inbox Bersama Kebenaran dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Friday, October 12, 2012 at 11:35 am


Bersama Kebenaran: Salam ustadz.. semoga sehat selalu...maaf ana mau nanya..tentang bab imamah... pertanyaannya: 

Apakah kepemimpinan Ahlulbait pasca rasul, itu suatu prinsip dan mutlak? Apa alasannya argumenya berdasarkan dalil akli dan naqli? Dan apakah orang-orang yang merebut haknya walau mereka sholat dan puasa pandangannya termasuk sama dengan kafir, fasik, munafik zholim yang akan masuk neraka?? 


Maaf ustadz ngerepotin..jawab dulu ya..nanti pertanyaannya nyambung terus..terimakasih. Salam.. ustadz.. semoga sehat selalu dan baik-baik saja.. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Sudah tentu kepemimpinan Ahlulbait as itu mutlak karena makshum, dipilih Allah dan Nabi saww. Ketika Allah berfirman taatlah pada Allah dan taatlah pada rasul dan pemimpin di antara kalian, maka sudah pasti imam itu ada sejak jaman Nabi saww (karena tidak mungkin memerintah taat pada orang tapi orangnya tidak ada) dan, ketaatan yang di-dan-kan itu adalah ketaatan pada Tuhan yang mutlak dimana hal ini tidak mungkin terjadi kecuali pada yang makshum (karenra tidak mungkin Tuhan menyuruh maksiat ketika menyuruh taat pada orang yang salah dalam perintahnya), dan, dijelaskan oleh Nabi saww bahwa imam itu hanya 12 orang (shahih Bukhari dan Muslim). 

Orang yang merebut hak mereka sudah tentu aniaya dan kafir dari masalah imamah itu akan tetapi tetap muslim karena tetap mengimani Allah, Nabi saww dan lain-lain-nya. Jadi, kafirnya hanya dalam imamah ini. Dan yang demikian itu, sudah cukup menjadikannya zhalim, fasik dan seterusnya. Tapi para pembelanya yang tidak sejaman dengan mereka, karena tidak tahu pembaiatan di Ghadir Khum kepada imam ali as yang dipimpin Nabi saww, seperti Sunni, maka mereka bisa dimaafkan dan dimaafkan. Tapi para pelaku itu, yang tidak mungkin tidak tahu penunjukan Tuhan terhadap Ahlulbait as yang makshum, maka sudah tentu berdosa. 

Bersama Kebenaran: Salam .. ustadz terimakasih jawaban...pertanyaan yang ke: 
Yang jadi ganjalan di pikiran saya para imam makshum yang 12..apakah para imam itu diangkatnya ditetapkan menjadi imam makshum, sejak dia lahir atau setelah dewasa..? Apa beliau imam secara tasyi nya..memproses dirinnya menjadi manusia sempurna, supaya bisa punya kriteria imam makshum..atau dah kehendak Allah walau dia biasa dia bakal jadi imam makshum?? Yang jadi kejanggalan Imam Muhamad aljawad, beliau usia 8 tahun, belum balig sudah menjadi imam, padahal di jamanya banyak pengikut-pengikut ahlulbait yang lebih senior.?? Juga imam Mahdi yang baru 5 tahun.? 

Salam ustadz.. semoga baik-baik saja.. 

Sinar Agama: Imam itu harus makshum dengan ikhtiarnya sendiri dan bukan dengan takdir atau ketentuan Tuhan. Ketentuan Tuhan dalam masalah imamah ini hanya mensyarati bahwa imam itu harus makshum sebagaimana dijanjikanNya kepada nabi Ibrahim as (QS: 2: 124) untuk mengangkat keturunannya menjadi imam asalkan tidak zhalim (dosa). Jadi, siapapun anak-anak nabi Ibrahim as yang berusaha dan mencapai makshum, maka ia akan dijadikan imam olehNya. 

Sebagaimana saya sudah menerangkan di Kedudukan Fantastis Imam (catatan), bahwa setiap sesuatu itu punya waktunya sendiri. Waktu matahari ini hanya waktunya matahari dan dipakai untuk kemudahan saja. Karena itu, ketuaan yang sesungguhnya itu tidak diukur dengan waktu matahari tapi dengan waktunya sendiri sesuai dengan jangkauannya mencapai kesempurnaan. 

2 biji padi yang ditanam di hari senin, kalau yang satunya tumbuh di hari selasa dan yang lainnya tumbuh di hari kamis, maka sudah jelas yang lebih senior dan lebih tua itu adalah yang tumbuh di hari selasa sekalipun sama-sama ditanam di hari senin. Atau 2 tunas yang sama-sama 1 cm di hari senin, kalau di hari selasa salah satunya menjadi 10 cm dan yang lainnya menjadi 2 cm, maka yang 10 cm itu jelas lebih tua dari yang 2 cm, sekalipun umur mataharinya sama-sama. 

Karena itu, kesenioran manusia itu bukan ditentukan oleh putaran matahari, akan tetapi oleh gerakan dirinya sendiri. Kalau imam itu sudah hafal Qur'an dan tahu ilmu-ilmu Qur'an setelah diajari ayahnya yang makshum sejak umur, katakanlah, 5 th, maka mereka sudah pasti lebih senior dari siapapun yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu. Apalagi kalau mengamalkannya sampai ketingkatan makshum, maka siapa yang bisa mengejar keseniorannya walau umur mataharinya 8 th? 

Jadi, umur seseorang itu tidak ditentukan gerakan matahari, akan tetapi ditentukan oleh gerakan- nya sendiri dan, siapa yang jarak prosesnya dan jarak tempuhnya lebih jauh, baik ilmu atau amal, maka dialah yang lebih tua dan lebih senior. 


Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Minggu, 14 Oktober 2018

Penjelasan Bait Do’a Kumail

Penjelasan Bait Do’a Kumail
“Wahai yang namaNya adalah obat dan zdikir- Nya adalah penyembuhan yang ketaatanNya adalah kekayaan"



Oleh Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 9 Juli 2011 pukul 12:16



Al Louna: Dalam bait doa kumail ada yang berbunyi; Wahai yang namaNya adalah obat dan dzikirNya adalah penyembuhan, yang ketaatanNya adala kekayaan. 

Ustadz, apa makna dari bait doa tersebut? 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Nama Tuhan, adalah keberadaan tajalliNya. Katakanlah hakikat sifat-sifatNya. seperti(Seperti) hakikat Penyembuh, Pemberi Rejeki, Pemaaf ...dan seterusnya, bukan kata-kata itu sendiri. Sedang kata-kata dari nama-nama itu, adalah Namanya NamaNya, bukan NamaNya. 

(2). Ketika kita sudah mengerti NamaNya yang berupa hakikat wujud sifat dan kemuliaanNya itu, yakni bukan nama-nama yang kita ucapkan itu, maka kita harus meyakininya dalam hati bahwa hakikat wujud-wujud itulah yang memberikan efek kepada kita, bukan nama-nama yang kita ucapkan. 

(3). Nah, dengan mengerti hakikat tersebut , maka ketika kita mengucap dzikir dan mengingatNya, harus meniatkan diri menyebutNya dan mendzkiriNya. Yakni DiriNya dan sifat-sifat MuliaNya itu. 

(4). Jadi, dzikir lisan tanda dzikir hati dan dzikir hati sebagai pengikat ruh kita kepada nama- nama Agung itu. Nah, ketika tidak ada aral melintang (seperti dosa atau ingkar nikmat), maka sudah pasti ruh kita itu akan bersentuhan dengan asma-asma tersebut dan, sudah pasti apapun masalah yang dihadapi manusia akan dapat diatasi. Inilah salah satu arti dari “MengingatNya adalah obat dan mendzikiriNya adalah penyembuhan.” 

(5). Makna lainnya, ketika ruh itu sudah bersentuhan dengan asma-asma itu, maka baginya sudah tidak akan menjadi masalah lagi apapun yang akan menimpa dan diderita badannya. Karena itu, ia benar dalam keceriaan walau dalam derita. Karena indahnya bersentuhan dengan asma-asma itu telah membuat kelamnya dunia ini menjadi tidak terasa lagi. 

(6). Makna lainnya, ketika ruh itu sudah bersentuhan dengan asma-asma itu, maka bukan lagi kelamnya dunia ini tidak terasa lagi, akan tetapi benar-benar terlihat indah. Karena ia tahu bahwa kelam-kelam itu adalah tajalliNya yang lain yang untuk menguji keindahannya itu. 

(7). Poin lima itu bisa dikatakan maqam sabar, dan poin enam ini bisa dikatakan maqam ridha. 

(8). Sedang taat padaNya adalah kekayaan kukira sangat jelas. Karena kekayaan hakiki itu bukan di uang, jabatan dan sehat. Walaupun semua itu adalah rahmat. Akan tetapi kalau tidak digunakan dalam taat maka rahmat itu akan berubah jadi bencana. Dan paling besarnya bencana, bukan dituruni penyakit atau banjir atau hujan batu, akan tetapi KETIDAK TAATAN- NYA ITU SENDIRI. 

Karena itulah maka kekayaan hakiki yang dikatakan fiddun-ya hasanah itu, adalah ketaatan tersebut, yakni takwa. Orang mengira bahwa fiddun-ya hasanah adalah kaya dan sehat, padahal itu hanya satu dari sekian juta alat untuk mencapai hasanah yang sebenarnya, yaitu taat dan takwa itu. 

Jadi, kekayaan hakiki dan kesehatan hakiki itu adalah takwa dan taat tersebut . 


Tambahan

Kebanyakan orang yang posisi ruhaniahnya sedang-sedang (dari ilmu dan taatnya), ketakutan akan suatu bencana dan bala kalau berbuat maksiat. Karena itu, kalau mereka melakukan maksiat, cepat istighfar takut dituruni adzab. Hal ini beralasan, karena di Qur'an Tuhan beberapa kali menurunkan bencana karena dosa-dosa manusia. 

Padahal, kalau dia sadar dan mengerti, maka tidak ada bencana lebih besar dari maksiatnya itu sendiri. Bayangkan di bumi Tuhan, di Hadapan Tuhan, di Pangkuan Tuhan ia melakukan pelanggaran kepada Tuhan dimana hal itu ibarat telah mengencingi nabi-nabi. Bayangkan, masihkan ada bencana labih besar dari ini? 

Sedang adzab dunia yang disebut bencana itu hanyalah bencana bagi tubuh dan badan manusia. Padahal bencana hakiki adalah yang menimpa ruh manusia. 

KARENA ITU MAKA MAKSIAT ITU ADALAH HAKIKAT BENCANA YANG PALING BESAR SEDANGKAN DENGAN BENCANA ALAM ITU ADALAH BENCANA KECIL YANG HANYA BADANI YANG SIFATNYA HANYA MENJEWIR SAJA. 


Wassalam. 


Chi Sakuradandelion, Arif Fhadilah, Abu Thurab dan 23 lainnya menyukai ini. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Matahari Senja: Allahumma sholli alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa’ajjil farajahum. 

Shodiq Ahmeed: Subhanallah wa-Alhamdulillah wa-Lailahaillallah wa-Allahuakbar... Allahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa Aali Muhammad... 

Zahra Herawati Kadarman: Yaa man ismuhu dawaa wa dzikruhu syifaa wa tha’aatuhuu ghinaa............... 

24 Agustus 2012 pukul 0:35 · Suka



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 04 Oktober 2018

Hakikat Manusia



Seri Tanya Jawab CintakasihNya Kasih dan Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 13:49


CintakasihNya Kasih: Salam. Ustadz saya mau tanya: 

1. Apakh hakikat dari manusia itu? 
2. Menjadi manusia itu “capek”, karena harus melaksanakan segala aturan-aturan, dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini berbeda dengan malaikat yang tampaknya di posisi yang aman. Mohon pencerahannya ustad? 


Semoga ustad selalu dalam selimut kasihNya. Makasih. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Manusia itu adalah makhluk materi yang mengandungi non materi yang dikatakan ruh atau jiwa. 

(2). Ruh manusia memiliki tiga tingkatan secara global. Yaitu Badani, barzakhi dan Akli. 

(3). Karena manusia memiliki materi yang mana hanya materi yang memiliki potensi dan non materi tidak, maka manusia dengan dimensi akalnya itu bisa menaikkan derajatnya sampai ke tingkat surga, akal-akhir, sampai ke Fana dan Fana’nya Fana’ serta ke maqam Asmaa-u al- Husna. 

(4). Ketika manusia mencapai derajat Fana ke atas itulah ia bisa menjadi khalifah Tuhan (wakil Tuhan) untuk mengatur semua alam. 

(5). Ketika manusia itu menjadi khalifah Tuhan dalam mengatur semua makhluk, maka ia juga jadi pengatur bagi malaikat. Karena setiap malaikat hanya jadi wakil Tuhan dalam bidang- bidang terntentu.
 
(6). Ketika insan adalah calon khalifatullah, dan lebih tinggi dari semua malaikat, maka sudah tentu tidak gratisan. Karena itu perlu perjuangan. 

(7). Ketika manusia sudah jadi khalifah dimana sekarang adalah imam Mahdi as. maka layaklah di malam Qadr (perestuan terhadap yang akan terjadi satu tahun ke depan), maka layaklah para malaikat itu turun ke bumi mengunjunginya untuk mendapatkan perestuan dari apa- apa yang akan terjadi dari semua kejadian alam semesta ini. 

Wassalam. 

CintakasihNya Kasih: Setelah membaca penjelasan “hakikat manusia” di atas, rasanya indah, namun ada rasa takut dan sedih. Karena dalam pelaksanaannya berat+butuh perjuangan untuk menjadi “hakikat manusia”. Bahkan tampaknya belum terlintas menjadi khalifahNYa, karena mendapat maafNya saja, entahlah.. Sedih jiwa ini, karena masih sering ngeluh, gak sabar, belum ikhlas menerima apa yang diberikanNya.. Mohon doanya ya ustad dan terima kasih atas penjelasannya.. Salam. 

Sinar Agama: Kasih: Jangan dikira para pencapai makam itu tidak bergetir-getir dan kelelahan seperti halnya kita- kita. Akan tetapi adalah kewajiban untuk menujuNya dengan jalan benar argumentatif dan aplikatif. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Ustadz Mohon bertanya.. 

1.- Apakah potensi yang dimiliki Manusia itu berbeda - beda?
 
2.- Apakah Potensi yang dimiliki manusia itu ada dari lahir atau sebelum Lahir? (misal : Gen orang tuanya Baik/buruk,hasil zinah... dan seterusnya) 

3.- Potensi Manusia “ Suci Jelas Memang Sangat Memiliki Potensi dari segala Pandang Sudut walau Sangat Berat Perjuanganya. Pertanyaanya bagaimana Manusia’’ selain Manusia Suci mungkin Perjuanganya Sangat Sulit?.. 

Mohon Pencerahanya Ustadz.. Wassalam. 

Sinar Agama: Muke: 
1.- Potensi manusia itu jelas memiliki perbedaan. Akan tetapi perbedaan-perbedaan ini adalah kesempurnaan dari manusia itu secara majemuk dan, yang paling penting adalah tidak menjadikan pemiliknya terditerminis oleh potensinya tersebut. Misalnya, orang buta, tidak dideterminis oleh keadaannya itu hingga, misalnya, boleh membunuh, boleh berzina, boleh tidak belajr, boleh tidak takwa ... dan seterusnya. Jadi, apapun potensi yang dimiliki manusia, baik genetiknya, sel-sel keturunannya yang sering menularkan sifat orang tuanya ke anaknya, kaya miskinnya, normal tidak-nya, ... dan seterusnya ... semua ini, tidak menjadi pendeterminis atau pemajbur atau pemaksa bagi kehidupan manusia hingga ikhtiarnya menjadi tidak berfungsi. Tidak demikian. 

Yang akan membedakan mereka dari perbedaan potensi itu, bukan di tugasnya masing- masing yang sama-sama wajib menjadi insan kamil atau takwa, tapi hanya di bentuk ujian yang dihadapinya dan, sudah tentu di pahalanya. 

Misalnya, orang buta yang belajar Qur'an dan menghafal satu surat, akan lebih besar pahalanya dari orang yang melihat yang belajar Qur'an dan hafal satu surat. Anak yang bergenetik agak bodoh yang belajar ulet dan dapat memahami makna bismillah -misalnya- akan lebih besar pahalanya dari orang yang bergenitik cerdas dan belajar hingga paham makna bismillah. 

Semua penjalasan ini, sebenarnya merupakan ulangan dari berbagai tulisan-tulisan sebelum- nya. 


2.- Manusia suci itupun sama dilihat dari potensi ini. Yakni tidak keluar dari sunnatullah yang ada pada al-kaun atau ciptaanNya ini. Beda mereka dengan kita adalah, kalau mereka 

mengaplikasikan semua yang mereka ketahui hingga mereka mencapai derajat maksum, sedang kita dari kecil sudah terbiasa melanggar yang kita tahu hingga ya ... beginilah jadinya, ruwet dan semrawut dilihat dari sisi kejiawaan, kepribadian dan bahkan sosial. Semoga Tuhan sudi memaafkan kita semua. 

Eman Sulaeman: Amin Ya Robbii... Sukron Ustadzuna... 

Semoga antum diperkaya khazanah Ilmiah dan selalu memperbaharui Keilmuan Islamiyah... Amiin.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Feminisme



Oleh Ustad Sinar Agama

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 14:21



Sinar Agama: 15 Rajab adalah hari wafatnya hdh Zainab as. Semoga beliau dapat diteladani umat muslim dunia, khususnya Indonesia, hingga mereka tidak mengislamikan feminisme, karena Islam punya jalan sendiri seperti yang dicontohkan beliau. Assalamualiki ya sayyidah Zainab, isyfa’ lanaa fi al-jannati. 

Black Neo: mengislamikan feminisme.. gimana maksudnya, ustadz? 


Sinar Agama: Blck: Hari ini ana seperti kelehan. Ok, ana coba isyarati secara garis besarnya saja. Feminisme ini adalah madzhab pemikiran tentang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Masalah ini, telah menghasilkan berbagai gelombang dalam dunia Islam. Artinya, kalaulah tidak mayoritas, banyak sekali muslimin yang menerimanya. Tapi dalam pada itu, berbagai pengkebirian terhadap feminisme ini. Ada yang mengatakan bahwa semua haknya harus sama, selain seperti waris. Yakni semua hak sosianya, harus sama kecuali yang bersifat ibadah dan hukum syar’i. Ada lagi yang mengatakan semua harus sama kecuali jadi pemimpin tertinggi. Ada yang mengatakan semuanya harus sama walau jadi Presiden sekalipun (pemimpin tertinggi). Dan seambrek lagi pandangan para tokoh Islam dalam menghadapi kesamaan hak yang diterimanya secara global dan dari madzhab feminisme itu. 

Akhirnya, karena kesamaan itu memang perincian yang menggairahkan nafsu dan akal-tak-dalam, maka feminisme itu telah resmi menjadi pemikiran yang benar. Akan tetapi karena berbagai pandangan di dalamnya di atas itu, maka muncullah apa yang dikatakan dengan Feminisme Islam. 

Padahal, Islam punya ajarannya sendiri. Tapi karena umumnya tentang ajarana sosial politik Islam itu telah dibuat menakutkan sejak jaman Belanda, maka ia tidak pernah mampir lagi di kepala kaum muslimin khususnya di Indonesia, terlebih setelah cendikiawannya belajar spesiali-spesialis Islam dari barat yang kafir. Karena itulah, maka makanan haram ini, telah menjadi halal dengan sedikit perubahan nama menjadi Feminisme Islam. Kalau saya boleh bergurau, kalau pahaman salah ini saya ibaratkan zina yang diharamakaan dalam Islam, maka ia sama dengan kalau kita mengatakan Zina Islam. 

Para kaula muda kita, termasuk yang pengikut Ahlulbait, karena belum mengahlulbaitkan semua pemikirannya, karena dalam masa transisi, maka iapun menjadi mangsa Feminisme Islami ini. Karena itulah mereka merubah dalil-dalil sebelumnya dengan yang Ahlulbaiti. Kalau dulu berdlil dengan ‘Aisyah yang memimpin perang dengan imam Ali as, tapi sekarang mengambil contoh dengan sejarahnya hdh Faathimah as yang mengetuki pintu-pintu Madinah untuk membantu imam Ali as. 

Padahal, yang diinginkan kaula muda itu, adalah kesamaan hak sosial itu. Terutama dalam aktifitas sosial dan politik. Akhirnya, karena pemikiran yang salah ini, maka mereka menjadi seperti itu. Artinya, mereka sudah ahlulbait, tapi membaurnya (antara laki-laki dan perempuan) seperti dulu dan, bahkan lebih parah dengan adanya mut’ah yang kacau balau dan salah-salah itu. 

Karena itulah saya berdosa, semoga hdh Zainab as ini dapat dijadikan teladan. Maksud saya supaya dapat memalingkan mereka ke ajaran Islam dan melepaskan diri dari Femisnime Islami itu. 

Ringkasnya, saya ingin bahwa teman-teman AB setidaknya, benar-benar belajar dan belajar dari bawah, dan meliburkan dulu semua info sebelumnya tentang Islam. Artinya untuk memeluk apa-apa yang dikatakan para ulama. Karena mereka lebih tahu tentang Islam, hdh Faathimah as dan hdh Zainab as. Karena itu belajarlah Islam dari teropong Islam saja, jangan dari teropong- teropong lainnya. Wassalam. 


D-Gooh Teguh: menurut hemat saya, persoalan sebenarnya bukanlahkesamaan tetapi kesetaraan. Dan dalam Islam konsepnya kait-mengkait. Seperti daim maka karena wajibnya nafkah maka istri wajib taat jika diminta tetap di dalam rumahnya. Tetapi bisa dilakukan persetujuan manasuka dalam mut’ah. Dan karena kewajiban memberi nafkah maka bagian waris laki-laki adalah satu banding dua. (tentunya ini analisis permukaan saja karena menduga kedalamannya sungguhlah pelik). Oleh karena itu daim dan mutah adalah mana yang lebih sesuai dengan situasi, kondisi dan mana-mana yang diinginkan. CMIIW. 

Karena konsep dasar adalah pemisahan harta maka poligami menjadi tidak merumitkan persoa- lan hukumnya. Prinsip monogami dalam hukum sekuler umumnya menuntut adanya konsep percampuran harta guna semakin mengukuhkannya. Dan seterusnya. 

Karena kewajiban memberi nafkah maka diberikan hak laki-laki untuk poligami karena semuanya akan menjadi beban tanggungannya. Kecuali jika dipersyaratkan dalam mut’ah maka itu pun menjadi resikonya pula untuk tidak poligami. Demikian seterusnya. Kalau salah ya monggo saya diluruskan... Kesetaraan dalam aktivitas sosial politik kemasyarakatan maka karena hijab boleh beraktivitas bersama dalam batas tertentu dan aturan tertentu guna mencegah dampak negatif berhubungan sosial laki-laki dan perempuan. Semata-mata urusan keprofesionalan dan tugas bersama. Tentang carut marutnya mut’ah maka sesungguhnya itu diakibatkan oleh adanya asimetrik informasi. Masing-masing pihak tidak mengetahui secara berimbang tentang hak dan kewajiban. Juga tentu saja tidak adanya otoritas yang bisa memaksa untuk menegakkannya. Itulah akar masalahnya. 

Sinar Agama: Teguh: Terimakasih atas usahanya menjabarkan feminism dengan penyetaraan. Ana tidak bisa komen, karena belum tahu makna yang dikandung di dalamnya. Artinya tafsiran itu ana masih baru mendengarnya dari antum. Jadi, kalau dikomen nanti bisa nyasar-nyasar. Walhasil Islam punya ajarannya sendiri dan kaya, hingga tidak perlu diwajahkan dengan feminisme, demokrasi, humanism ..... dan seterusnya. Islam sudah kaya dan demokrasinya jauh beda demokrasi yang ada dan justru ia lebih demokarasi dari demokrasi ala PBB dan dunia internasional. Begitu pula Islam mampu menjaga hak-hak wanita melebihi Femisnisme. Itu saja misi yang ingin ana sampaikan. Yakni jangan mengaji pada konsep lain, baik sama kek, setara kek 

... ada apa? Orang agama Islam itu dari Tuhan dan paling lengkap. Ghitu.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 19 September 2018

Karbala Dalam Tinjauan Sosial, Filsafat dan Irfan


Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama

by Sinar Agama on Tuesday, January 8, 2013 at 4:16 pm



Muhammad Dudi Hari Saputra mengirim ke Sinar Agama: 19-11-2012, Salam ustadz. Sekiranya ustadz berkenan untuk menjelaskan peristiwa karbala dari perspektif filsafat, irfan dan sosial ustadz. Syukron wa afwan. 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Kalau hanya secara ringkas mungkin bisa dikatakan sebagai berikut: 

1- Kalau dilihat dari sisi sosial: 

Setelah imam makshum as tidak diikuti para shahabat-shahabat Nabi saww dan mereka memilih jalan lain, maka sudah tentu mereka, sengaja atau tidak, banyak melakukan perubahan-perubahan dalam Islam. Pembakaran hadits-hadits yang ditulis di jaman Nabi saww oleh Abu Bakar, penolakan terhadap keterangan-keterangan ayat yang ditulis imam Ali as, berbagai peperangan dan puluhan ribu korban berjatuhan, pengharaman mut’ah dalam haji dan dalam kawin, pembuatan taraweh, menambahi adzan (al-shalaatu khairun mina al- naum), pengkafiran tidak menyetorkan zakat ke pusat pemerintahan walau disetor ke yang memerlukan, penghalalan darah, pengkarifan, pemurtadan,........dan seterusnya...., dimana umat yang baikpun terdiam karena takut, maka akhirnya setelah beberapa puluh tahun dari wafatnya Nabi saww, masyarakat sudah benar-benar menjadi masyarakat yang lain. 

Bayangin saja, puluhan tahun Mu’awiyyah mewajibkan pelaknatan terhadap imam Ali as dan keluarganya di mimbar-mimbar shalat jum’at sudah jadi biasa di masyarakat Suriah. 

Walhasill, pendek kata, maka Islam yang ditegakkan Nabi saww sudah punah selain lahiriah shalat, puasa dan haji dan semacamnya. Karena itulah imam Husain as berkata: 

“Seandainya agama nabi Muhammad tidak bisa tegak kecuali dengan terbunuhnnya aku, maka wahai pedang-pedang, ambillah aku!”. 

Tidak tegak ini bukan maksudnya dengan pemerintahan, karena kalau pemerintahan, maka sudah pasti pemerintahan makshum yaitu dengan kepemimpinan beliau as sendiri. Tapi ketika beliau as mengatakan “kecuali dengan terbunuhnya aku”, maka sudah pasti tegaknya Islam yang dimaksudkan adalah “Pengembalian kehidupan masyarakat kepada kehidupan yang dibangun Rasul saww sekalipun mungkin tidak dibawah kepemimpinan makshum”. 

Memang, kepemimpinan makshum ini, sangat menentukan jalannya kehidupan itu, akan tetapi, kalaulah hal itu tidak terjangkau, maka setidaknya masyarakat secara mayoritas berjalan di atas Islam yang sebenarnya. 

Bayangin, ketika masyarakat taat pada khalifah yang pemabok seperti Yazid, maka jelas sudah terlalu jauh dari tatanan yang diinginkan Nabi saww. Di Indonesia saja, jangankan muslim koruptor, orang kafir juga bisa dipilih oleh muslim untuk jadi pemimpinnya. Nah, ini kan sudah jauh dari kehidupan yang dibangun Nabi saww di atas Qur'an dan hadits-hadits beliau saww. 

Dari sisi lain, masyarakat sudah takut kepada pemerintahan kala itu. Jadi, yang tadinya terpaksa menerima perubahan-perubahan itu, lama-lama menjadi biasa. 

Itulah mengapa umat seperti itu harus dihentak keras supaya terbangun dari kehidupannya yang sudah jauh dari Islam itu. 

Nah, penghentakan itu adalah dengan terbunuhnya beliau as dengan seluruh keluarganya dan shahabat-shahabatnya yang setia yang hanya sekitar 50 orang atau 73 orang. 

Rincian penghentakan itu dengan: 

• Terbunuhnya beliau as sendiri yang merupakan cucu Nabi saww dan Ahlulbait yang makshum. 

• Kekejaman yang terjadi pada diri beliau as, seperti dikepung tanpa air dan dikeroyok sampai sekitar 35.000 tentara. Dipancung kepalanya dan diarak sampai ke Suriah dan mulutnya dipermainkan oleh Yazid dengan tongkatnya di depan ribuan orang di pesta kemenangannya itu. 

• Terbunuhnya seluruh cucu-cucu Nabi saww yang menyertai beliau as yang berjumlah sekitar 23 orang dimana kepalanya juga dipancung dan diarak di atas tombak sampai ke Suriah. 

• Terbunuhnya Ali Ashghar yang belum setahun umurnya dengan panah di depan umum. 

• Dirantainya cucu-cucu Nabi saww yang wanita setelah itu dalam tawanan dan diarak ke Suriah dari Iraq. 

• Syahidnya hdh Ruqayyah yang baru 3 th dengan merangkuli kepala ayah beliau as. 

• ...............dan seterusnya. 

Kenapa menghentak? Karena masyarakat tidak semulia imam Husain as hingga menyayangi darahnya ketimbang darah imam Husain as. Karena itulah, para penyair mengatakan “Ya Husan as, darahku tidak lebih merah dari darahmu.” Begitu pula keganasan itu akan membangkitkan hati masyarakat yang tertidur itu. Begitu pula dengan dipanahnya hdh Ali Ashghar yang masih sekitar berumur 9 bulan. Karena Islam tidak mengajarkan dan tidak membolehkan hal itu. Jadi, walau Yazid beralasan dengan alasan apapun seperti ayahnya, misalnya demi mengatur masyarakat supaya dalam aman dan damai...dan seterusnya... tetap tidak bisa diterima. Karena anak kecil yang masih menyusui tidak akan membahayakan siapa-siapa. Begitu pula dengan dirantainya cucu-cucu Nabi saww oleh para umatnya sendiri, semua itu akan membuat marah dan bangkitanya umat dari tidur lelapnya itu. 

Ini tinjauan kecil dan sangat ringkas dari sisi sosial perjuangan Karbala. Intinya, ingin membangkitkan masyarakat dari tidurnya, yaitu yang sudah jauh dari Islam Nabi saww, agar bangun dan kembali ke Islam Nabi saww. 

2- Kalau tinjauan filsafatnya: 

Tuhan itu Maha Suci. Karena itu, tidak mungkin dapat bersentuhan denganNya kecuali kesucian. Shalat, puasa, haji, wudhu, iman, Islam....dan seterusnya...adalah suatu lahiriah yang tidak menjamin seseorang menjadi suci dan bersentuhan denganNya atau dekat denganNya. 

Ajaran-ajaran Islam, baik Qur'an-nya, haditsnya, tauhidnya dan ibadah-ibadahnya, adalah suatu ajaran YANG BISA MENGANTAR KEPADA KESUCIAN, akan tetapi TIDAK MESTI MENGANTAR KEPADA KESUCIAN. 

Jadi, ajaran-ajaran itu HANYA BISA MENGANTAR, tidak bukan pasti mengantar. Mengapa? Karena ia adalah ajaran. Siapan yang lahir batinnya menerimanya, maka akan suci dan siapa- siapa yang tidak menerimanya dengan benar, tidak akan mendapatkan kesucian itu walau, bagi yang udzur akan mendapatkan maaf dan pengampunan. 

Jadi, kesucian itu, hanya bisa didapat dari ajaran Islam yang suci, yakni benar dan diamalkan dengan benar. Karena itulah Tuhan di QS: 56: 79: 

لَ يَمَسُّهُ إِلَّ الْمُطَهَّرُونََ

“Tidak dapat menyentuhnya -Qur'an- kecuali orang-orang yang suci (dari dosa).” 

Dari sisi lain, penciptaan manusia, tidak lain untuk menjadi suci itu seperti yang difirmankan di QS: 51: 56: 


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالِْنْسَ إِلَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidak Kucipta jin dan manusia, kecuali untuk menjadi abdiKu”. 

Ketika Tuhan Maha Tidak Terbatas dimana berarti tidak perlu apapun, maka tujuan ke- abdi-an jin dan manusia itu, sudah tentu untuk diri jin dan manusia itu sendiri, bukan untuk DiriNya. 

Artinya, pengabdian dan penghambaan itu, yakni menaati Tuhan dalam segala bidang kehidupan, yakni menjadikan hukum-hukumNya pedoman dalam segala bidang kehidupan, akan membuat manusia suci dari segala kekotoran dan maksiat. Dengan demikianlah maka manusia itu bisa mendekati Yang Maha Suci. 

Tuhan memang dekat dengan siapapun, tapi KuasaNya, bukan ridha dan keSucianNya. Nah, ketika manusia taat, maka ia layak untuk dekat dengan Ridha dan SuciNya. 

Ketika filsafat membahas esensi sesuatu, dari mana, dimana dan untuk apa, dan ketika diterapkan kepada manusia setelah Nabi saww sampai ke imam Husain as, maka sudah tentu tidak ada jalan lain untuk mensucikan manusia itu kecuali dengan mengembalikan mereka kepada Islam yang murni. 

Itulah mengapa walau imam Husain as terbunuh, tetap menang karena sudah berhasil menghentakkan umat dimana hingga kini ajaran murni itu tetap bertahan walau, masih ditutupi di sana sini oleh musuh-musuhnya. 

3- Kalau dari sisi irfan: 

Ketika wujud dan ada itu hanya satu dan Tuhan, maka selainNya tidak lain hanyalah esensi- esensi dan bukan eksistensi. Jadi, semuanya tidak lain hanyalah wajahNya, namaNya, bayangNya...dan seterusnya. 

Dan ketika hanya Tuhan yang Ada, maka apa yang bisa disayangi dari diri kita hingga merasa berat dan takut untuk mempertahankan keAda-anNya???!!! 

Ketika manusia menentang agamaNya, maka ia bukan saja merasa ada tapi malah merasa menjadi Tuhan. Karena itulah Tuhan mengatakan di QS: 25: 43: 


أَرَأَيْتَمَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ

“Tidakkah kamu lihat orang-orang yang menjadikan dirinya (keinginannya) sebagai tuhannya??”. 

Jadi, hentakan Karbala itu, bagi para arif, adalah pembelaan untuk wujud dan ada, karena dengan hentakan itu, diharapkan bahwa manusia tidak menghargai lagi dirinya yang tak ada itu dan kembali untuk membela si Yang Ada tersebut. 

Semua tulisan di atas itu, tidak mewakili apa-apa dari perjuangan imam Husain as. Tulisan itu teramat sedikit dan teramat kebodohan dibanding hakikat perjuangan beliau as. Tapi karena beliau as sendiri yang mengajarkan kita tidak putus asa dan tetap berfikir, maka semampunya saja kujawab pertanyaan antum. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ