Tampilkan postingan dengan label Sunni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunni. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Desember 2019

Hukum Orang Sunni Yang Mau Mut’ah


Seri diskusi Tina Goncharov dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 5:30 pm


Tina Goncharov: (15-4-2013) Mut’ah dengan Putri Ulama Syiah menyebabkan Kekal di Neraka Bersama Iblis.


Sebuah Fatwa yang hanya menguntungkan ulama Syiah, dan merugikan awam Syiah dikeluarkan oleh kantor Samahah As-Sayyid Ayatullah Al-UzhmaSistani bertanggal 3/9/1421 H bernomor 333, berikut ini,

Penanya: Bagaimana hukumnya jika saya memut’ah anak Anda dan Anda memut’ah anak saya? Perlu diketahui anak saya telah berusia 6 (enam) tahun.

Jawaban: Mut’ah halal bagiku terhadap siapa saja yang saya mau. Karena saya termasuk Ahlul Bait. Saya punya hak untuk itu. Meskipun anak itu masih kecil, kami akan berikan dia wawasan tentang nikah mut’ah.

Adapun Anda memut’ah anak saya, maka itu tidak boleh! Bahkan ini termasuk dosa besar! Anda kekal di neraka bersama Iblis di Neraka. Dan Andawajib hilangkan pemikiran setan ini dari kepala Anda.

Fatwa oleh Sistani yang egois.

Sadarlah wahai Syiah. Anda cuma diperalat oleh ulama Anda. Para ulama Syiah itu mengambil wanita dan harta Anda lewat ajaran mut’ah dan khumusyang dibuat-buat. Mereka melakukan itu hanya untuk memuaskan hawa nafsu mereka.

(keterangan: Tulisan di atas disertai copy-an surat jawaban ayt Sistani hf yang berisi hal yang dipermasalahkan, sinar agama)


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

Tulisan itu jelas sekali mbak maksudnya, bukan seperti yang diterjemahkan itu. Apakah mbak ini mengerti bahasa arab atau tidak?

Terjemahan yang benar:

Pertanyaan: “Apa hukumnya aku bermut’ah dengan anak anda.....” (Terjemahan pertanyaannya sudah benar).

Jawab:

“Halal bagiku untuk bermut’ah dengan yang aku mau karena madzhabku adalah Ahlulbait, karena itu aku bisa bermut’ah. Dan kalau dia seorang yang masih kecil, maka dia bisa diberi pengertian tentang kawin mut’ah itu. Akan tetapi terhadap dirimu maka tidak boleh dan hal ini termasuk dosa-dosa besar dan akan dimasukkan ke dalam neraka bersama iblis, karena itu maka hendaknya kamu membuang jauh-jauh pikiran syaitan ini dari akarnya”.

Keterangan (Sinar Agama): Maksudnya (saya tidak akan membahas palsu tidaknya surat di atas, tapi hanya ingin menjelaskan maksudnya kalau surat itu benar-benar ada dan tidak bohong) adalah:

“Halal bagiku untuk bermut’ah dengan yang aku mau (dengan syarat-syarat yang di fikih, seperti kalaupun sudah baligh tapi belum janda maka harus ijin wali-nya dan kalau masih kecil haram dikumpuli walau sudah seijin walinya) karena aku bermazdhab Ahlulbait yang menghalalkan mut’ah. Dan kalau dia anak kecil maka aku akan memberikan pengertian kepadanya, sejauh yang dia pahami karena dari awal tidak bisa dikumpuli walau sudah seijin walinya. Di fikih sudah ditulis, biasanya mut’ah seperti ini dipakai hanya untuk membuat kemuhriman keluarga yang terpaksa tinggal serumah dengan ibu dan nenek si anak itu seperti anak lelaki sepupu yang kos di suatu rumah atau karena miskinnya harus tinggal serumah dengan orang tua yang punya anak perempuan kecil, supaya ibu dan neneknya yang tinggal serumah itu, tidak mesti selalu berkerudung atau berkaos kaki di dalam rumahnya (lihat kitab-kitab fikih kami/Syi’ah).

Tapi sebaliknya kalau kamu. Jelas sekali bahwa kamu tidak boleh melakukan mut’ah. Karena kamu Sunni/wahabi yang mengharamkan mut’ah ini dan mengatakannya lebih jahat dari zina. Nah, sudah tentu, kalau kamu melakukannya, SESUAI DENGAN AKIDAHMU, maka kamu akan masuk neraka dengan iblis seperti yang kamu katakan dan yakini. Karena itu, mut’ah yang bagi kamu perbuatan iblis ini, mesti kamu singkirkan jauh-jauh dari pikiranmu sejak awal dan dari akar-akarnya.”

Salam bagi yang mencari dan menerima hidayah.


Tina Goncharov: Yang tanya bukan orang Sunni mas tapi sama-sama orang agama syiah karena si penanya mau mut‘ah-swap, alias tukeran mut‘ah. Dan anda yang pura-pura bertanya tentang syiah tapi sebenarnya syiah nyamar janganlah bersilat lidah tentang wali, karena dalam hal mut‘ah tidak diperlukan wali. Silahkan cross check di situs syiah sendiri.

http://www.schiiten.com/backup/AhlelBayt.com/www.ahlelbayt.com/articles/mutah/mutah- fatwas.html

Ahlel Bayt " Articles " Fatwas: Permission of Wali Not Required for Mutah; Shia Guy Can Take Sunn

www.schiiten.com

…It is allowed to conclude a temporary marriage with a virgin if she is an adult...


Sinar Agama: he he....mana ada orang Syi’ah bertanya seperti itu kepada wakil imam Mahdi as dan marja’ bagi dirinya. Seperti kalau ada orang tanyakepadamu yang punya suami, “kalau kamu menghalalkan kawin poligami, apa kamu mau saya poligami?” Nah pertanyaan seperti ini tidak akan muncul dari muslim, sudah pasti kristen yang mengharamkan poligami.

Tidak ada orang Syi’ah di dunia ini, yang tidak memahami maksudnya. Baik maksud penanya atau penjawabnya. Sangat jelas. Mana ada mut’ah tukeran mbak? Bukankah kalau sudah kawin dengan anak kita, maka ia sudah menjadi mertua kita dan muhrim bagi kita dan anak-anak kita.

Lah kok bisa mertua itu mengawini anak kita mbakkkkk????

Tina Goncharov: Mana ada orang syiah yang gak taqiyah. Nikah seorang MUSLIMAH dengan orang kafir mana boleh mas? Apalagi muslimah yang sudah nikah untuk poligami?

Sinar Agama: Lah.... itu dia mbak................ Kok mbak jadi pintar kalau diserang kristen, tapi kok tidak mau paham kalau mau dijelasin tentang hakikat maksud kata-kata Syi’ah???????

Di jaman yang serba canggih ini kok masih bicarakan takiah? Kitab-kitab Syi’ah tersebar dimana- mana. Mbak ini bisa cek tentang semua yang kutulis itu di fikih-fikih Syi’ah.

Nah, ketika kristen tanya tentang poligami seperti itu, maka jawaban mbak pasti banyak kan, seperti tidak boleh kawin dengan kafir lah, saya punya suami lah....dan seterusnya...?

Nah, begitu pula dengan pertanyaan di atas itu. Ketika seseorang sudah kawin dengan perempuan, maka ayah perempuan itu sudah jadi muhrim bagi dirinya dan anak-anaknya, lah ...kok bisa ayah mertuanya itu kawin dengan anak menantunya sekalipun dari istri yang lain???????????????????????

Sudah saya terangkan bahwa pertanyaan itu pertanyaan yang nakal yang, karena itu tergantung pemberi jawabannya mau menjawabnya dengan logika orang tersebut, atau dengan adem-adem. Karena penjawab bagi soalan-soalan itu adalah wakil-wakilnya, bukan dirinya sendiri. Kalau mbak perhatikan tanda tangannya, maka atas nama “Kantor Sistani”, bukan Sistaninya sendiri.

Nah, mungkin karena ia merasa bahwa yang diwakilinya itu dikurang ajari oleh Sunni/ wahabi yang mengharamkan mut’ah ini (karena tidak ada orang Syi’ah yang akan bertanya seperti itu, seperti tidak ada orang muslim yang bertanya seperti pertanyaan di atas itu), maka ia pun menjawab dengan membalikkan logikanya dan tidak memilih menjelaskan hukum-hukumnya dengan cara biasa, seperti kalau dengan anak kecil harus ijin wali, tidak boleh dikumpuli dan kalau sudah jadi mertua tidak boleh kawin dengan anak-anak kita karena sudah jadi muhrim....dan seterusnya. Jadi, wakil Sistani itu menjawab dengan logika penanya. Yakni kalau kamu yang mut’ah, maka apalagi dengan muhrimnya sendiri, maka sudah pasti itu pekerjaan iblis yang akan dikumpulkan dengannya di neraka.

Mbak, kalau ingin tahu tentang mut’ah dan dalil-dalilnya, walau ringkas, silahkan main-main ke catatan-catatanku, di sana sudah ada sekitar 4 seri tentang mut’ah ini. Tidak ada takiah dalam ilmu. Ratusan buku Syi’ah bisa dipelajari di dunia ini, dicetak di berbagai negara, seperti Iran, Libanon, Pakistan, India, Indonesia, .................................. dan lain-lain negara.

Maz Nyit Nyit-be’doa: Trimakasih ilmunya ustadz , , , salam.

Muhammed Almuchdor: Tinaa oh tina..

Syed Musyaiyah Baabud: Bagi saya, akan saya cek fatwa tersebut, dan sudah saya copy, akan saya tanyakan kepada yang bersangkutan, karena banyak kitab-kitab yang dicetak oleh orang yang ingin memecah belah, (kitab-kitab kuning, kitab hadis, dikurangi dan ditambah menurut selera,

Sinar Agama: Adzar: Terima kasih telah membantu menarik jawaban-jawabanku dari tempatnya ke sini, semoga diterimaNya, amin.

Sinar Agama: Sy.M.B: Ahlan wa sahlan. Banyak cara menanggapi berbagai hal seperti surat dan pernyataan itu. Ada yang dengan cara mencari dulu ke sumbernya apakah ada surat seperti itu atau tidak. Ada juga, yang tidak perlu karena kalaulah benarpun, tidak berpengaruh apapun. Kalau melihat suratnya dan dibesarkan, seperti nampak ada blok pada semua tulisannya, seperti penumpangan. Akan tetapi dilihat dari bunyinya, walau agak janggal, tapi masih bisa dimungkinkan terjadi. By the way, kita-kita sih untuk hal ini memilih jalan menerangkan maksud suratnya, sekalipun sudah dikatakan di atas bahwa “terlepas dari benar-tidaknya surat tersebut”.

By the way, kalau antum sudah cek dan ada hasil, tolong di tag ke kita-kita wa sa’yukum masykuraa.

Oh iya, surat itu tidak ada alamat kantor mananya. Jadi, mungkin akan sedikit merepotkan antum. Apakah salah satu dari puluhan kantor yang ada diIraq, puluhan kantor yang ada di Iran, puluhan kantor yang ada di Libanon, puluhan kantor yang ada di Pakistan, puluhan kantor yang ada di Eropa, puluhan kantor yang ada di India..............dan puluhan kantor yang ada di negara-negara lain. By the way, selamat berusaha dan tolong hasilnya diberitakan ke kita. Masykuuriin....

Tina Goncharov: Saya gak minat mut‘ah & taqiyah.

Sinar Agama: Tina: Tidak minat itu tidak masalah. Boleh tidak minat daging kambing, tapi tidak boleh mengharamkan yang dihalalkan Allah. Tidak mau mut’ah juga tidak masalah, apalagi punya suami yang pasti haram bermut’ah dan menjadi zina, tapi tidak boleh mengharamkan yang dihalalkan Tuhan (QS: 4: 24). Tidak taqiah juga tidak masalah, tapi tidak boleh mengingkari ayat taqiah (QS: 16: 106).

Tina Goncharov: Setahu saya mut‘ah gak ada di Quran mas, ada di sunnah. Dan sudah dibatalkan oleh sunnah pula...kecuali kalo mas ada Quran versi lain saya gak tau itu.

Wibi Wibo de Bowo: Diskusi agama berbasis “sejarah”.

Sinar Agama: Tina: QS: 4: 24:

فََمااْستَْمتـَْعتُْم بِِهِ منـُْهَّن فَآتُوُهَّن أُُجوَرُهَّن فَِري َضةً

“Kalau kalian menggunakan harta kalian untuk bermut’ah dengan para wanita itu, maka berikanlah upahnya (maskawinnya) sebagai suatu kewajiban”

Saya sudah sering menjelaskan tentang hukum mut’ah ini sebelumnya, kalau kamu ingin tahu, maka bacalah catatan yang sudah 4 seri atau 5 seri (lihat di jendela catatan). Kalau tidak mau, ya.... tidak cocok dengan sifat seorang muslim kalau tidak tahu masalah, terus ngomong tentang yang tidak diketahuinya itu dan sadar lagi kalau tidak tahu. Mending kalau merasa tahu dan punya dalil walau salah. Tapi kalau tidak punya dalil dan sadar kalau tidak tahu lalu banyak bicara tentangnya, maka sudah tentu di samping keluar dari sifat-sifat seorang muslim dan bahkan dari sifat seorang yang sempat sekolah walau tidak tinggi sekalipun, juga akan dimintai tanggung jawab kelak di akhirat oleh Allah. By the way, ini hanya nasehat saja. Kan mending ada kami yang Syi’ah yang siap memberikan penjelasan. Dari pada bicara di belakang. Lah, sekarang sudah ada kami, mengapa tidak menanyakannya kepada kami. Kok bisa orang yang bukan Syi’ah lebih tahu tentang Syi’ah dari orang Syi’ah?

Tina Goncharov: Owh jadi,

اْستَْمتـَْعتُْم

[ista’mta’tum] di 4:24 itu mutah ya mas? Bagaimana dengan َمتَـٌع (mta) di ayat 3:197 Barangsiapa yang melakukan mutah tempatnya di neraka? Saya setuju!!!!!

Harjuno Syafa’at: Tina Goncharov : Kalau anda tidak mampu mempersatukan ummat Islam setidaknya jangan memecah belah kaum muslimin..! Ingat dosa mbak, ingat..!

Tina Goncharov: lah sudah saya katakan Syiah bukan Islam akidahnya saja beda kok mau disatukan apanya?

Sinar Agama: Tina: Kamu ini lucu amat. Ayat mut’ah itu jelas ada dan kamu katakan masuk neraka. Lah, berarti Tuhan mengajarkan mut’ah supaya masuk neraka???????

Istamta’a di ayat mut’ah itu jelas untuk ayat mut’ah, sebab: Pertama, dikatakan di ayat itu sebagai famaa istamta’tum bihi min hunna, yakni “Kalaukalian bersenang-senang dengan para wanita itu dengan menggunakan harta”. Nah, di sini jelas dikatakan bersenang-senang dengan perempuan. Ke dua, semua mufassir Sunni sekalipun, menyatakan bahwa ayat ini untuk mut’ah mbaak. Tidak ada tafsir Sunni yang tidak menyebut tentang keterangan mut’ah ini di ayat ini.

Sedang QS: 3: 197 itu, kamu mengkorupsinya. Karena ia tidak akan dipahami tanpa menyebut ayat sebelumnya.



“Dan janganlah kamu sekali-kali terperdaya dengan kebebasan orang kafir yang bergerak di dalam negeri (yakni kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan...). Itu hanya kesenangan sementara kemudian tempat tinggal mereka ialah jahannam dan seburuk-buruk tempat kembali.”

Kalau kamu wahai Tina, di dunia dengan kesadaran tidak mengerti agama dan tidak mempelajari agama secara spesifik saja, sudah berani-beraninya mengkorupsi ayat-ayat Tuhan, lalu apa yang bisa kamu bawa menghadap Tuhanmu kelak?

Ajib banget, Tuhan mengatakan bahwa yang masuk jahannam itu adalah orang kafir dengan kesenangannya yang sementara itu, lah...kamu maknai dengan kesenangan kawin mut’ah. Kan kata-kata seperti ini tidak akan pernah keluar dari orang yang sadar ketidakpahaman dirinya.

Semua mufassir mengatakan bahwa kesenangan di sini maksudnya adalah kesenangan kebebasan dan kemajuan ekonomi yang bebas tanpa terikat dengan agama Tuhan, lah....malah dikatakan olehmu sebagai kesenangan menaati Tuhan dalam melakukan mut’ah yang ada ayatnya tersebut. Kok lucu amat cara berfikirmu itu? Semoga masih ada kesempatan bertaubat untukmu.

Orang-orang kafir itu senang karena tidak terikat dengan hukum Tuhan dan senang dengan kemajuan mereka. Itulah yang dimaksudkan ayat tersebut, karena itu dikatakan Tuhan sebagai kesenangan yang sedikit, BUKAN KESENANGAN KETIKA KUMPUL DENGAN ISTRI YANG DIIKAT DENGAN FIKIH TUHAN SEPERTI DI AYAT MUT’AH ITU. Wassalam.




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 09 Desember 2019

Hadits-hadits Kitab Yanaabii’u Al-Mawaddah Adalah Hadits-hadits Sunni, Wallaah!


Seri tanya jawab Fahmi Husein dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:26pm


Fahmi Husein: (10-4-2013) Kitab Yanaabii’u al-Mawaddah apakah menukil dari literatur syiah?!

Fahmi Husein; Hadits di kitab yanabiul mawaddah alhanafi, apakah kitab sunny dalam hal ini madzab hanafi? Atau hanya nama saja?

Dan isi haditsnya khususnya 12 imam yang dirincikan itu menyadur dari literatur syiah bukan sunny ya?

Sinar Agama; Salam, jelas buku itu buku Sunni walaupun sangat mungkin dia Hanafi. Tapi sumber hadits-hadits Sunni sama saja dan tidak ditentukan dari madzhabnya. Kemudian hadits-hadits yang dinukilkannya itu jelas hadits-hadits melalui jalur Sunni yang, walaupun banyak jalur Sunni itu dengan jalur Syi’ah. Artinya, jalur-jalur yang ada di Sunni itu, banyak juga yang sama dengan jalur- jalur di Syi’ah. Dan jalur-jalur ini bukan hanya di kitab yang antum tanyakan itu, tapi juga di kitab-kitab lain. Karena Syi’ah yang tsiqah juga jalur yang diterima di Sunni. Lihat kitab dialognya Syarafuddin. Para wahabi, dengan melihat jalur seperti imam Ja’far dalam riwayat-riwayat kitab yanaabii’u itu, lantas menghukumi Sunni. Padahal banyak sekali perawian imam Ja’far as itu di Sunni.

Fahmi Husein; Maksud alfaqir, mengenai perincian nama 12 imam itu di sunny hanya dalam kitab tersebut (yanabiul mawaddah) yang mana itupun menyadur dari kitab syiah (literaturnya) ?

Sinar Agama; Sepertinya antum belum memahami jawaban ana di atas itu. Jalur perawi itu bukan saduran kitab. Lagi pula nama-nama seperti imam Ali dan imam Hasan dan imam Husain serta imam Mahdi, terlalu banyak di Sunni selain kitab yang antum tanyakan itu yang mana dia juga Sunni dan tidak mengutip kitab Syi’ah.

Fahmi Husein; Oh, dapat antum berikan contoh, dari jalur sunny selain kitab yanabiul mawaddah ustadz?

Sinar Agama; Untuk imam Ali as dan imam Husain as banyak di Sunni. Kemarin saya baru menjawab orang yang untuk imam Ali as.

Yanaabii’u al-mawaddah itu bukan ngarang sendiri, akan tetapi meriwayatkan dari kitab-kitab Sunni, seperti Faraaidu al-Simthain. Tentu saja sekali lagi, untuk nama-nama imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as dan imam Mahdi as, sangat banyak di kitab-kitab lainnya.

Fahmi Husein; Mohon masukannya mengenai Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husein, dan Imam Mahdi AS atau kalau ada tambahan Imam yang lain dalam literatur sunny, harapnya ada ‘catatan khusus’ dari antum, terima kasih.

Tapi, afwan, khusus yang merincikan nama 12 imam (dalam sunny) HANYA kitab yanabiul mawaddah yang itupun ‘meng-copy’ dari kitab syiah, betul atau tidak ustadz?

Sinar Agama; Ini pernyataan pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah tentang dari mana ia mengambil hadits yang ia kumpulkan itu dimana semuanya dari Sunni yang artinya mengambil dari kitab- kitab Sunni yang lain:

ولماكانت مودتهم علئ طريق التحقيق والبصيرة موقوفة علئ معرفة فضائلهم ومناقبهم، وهي مرقوفة على مطالعة
كتب التفاسير واالحاديث التي هي المعتمد بين أهل السنة والجماعة .وهي الكتب الصحاح الستة من:

---

/ 33. (*) االحزاب/ 23. (2) الشورى(1)

---

[ 26 ]

البخاري (1).ومسلم (2).والنسائي (3).والترمذي (4)وأبي داود - (5)باتفاق المحدثين المتأخرين -.

[ 27 ]

وأما السادس من الصحاح، فابن ماجة (1)، أو الدارقطني [أو الدارمي (2) ]، أو المرطأ - (3)فبا الختالف
-.فجمع مناقب أهل البيت كثير من المحدثين وألفوها كتبا مفردة :منهم :أحمد بن حنبل (4)، والنسائي، في وسمياه “المناقب “.ومنهم :أبو نعيمالحافظ االصفهاني (5)، وسماه ب “نزول القرآن في مناقب أهل البيت “.ومنهم :الشيخ محمد بن إبراهيم الجويني الحمويني الشافعي الخراساني(6)، وسماه “فرائد السمطين
فضائل المرتضى والزهراء والسبطي

ومنهم :علي بن عمر الدارقطني (1)؟ سماه “مسند فاطمة “.ومنهم :أبو المؤيد موفق بن أحمد أخطب خطباء خوارزم الحنفي (2)؟ سماه “فضائل أهلالبيت “.ومنهم :علي بن محمد الخطيب الفقيه الشافعي المعروف بابن المغازلي (3)؟ سماه “المناقب “.ومنهم :علي بن أحمد المالكي (4)؟ سماه“الفصول المهمة “رحمه اهلل .وهؤالء أخذوا االحاديث عن مشايخهم بالسياحة واالسفار، وبالجد والجهد في طلب الحديث من أهل

القرى واالمصار .فكتبوا في كتبهم إسناد الحديث الى الصحابي السامع الراوي بقولهم :حدثنا، أو أخبرنا فالن، مثل أصحاب الصحاح الستة .ومنهم:من جمع فضائل أهل البيت في كتاب مفرد، وسماه “المناقب “، ولكن
لم يظهر اسم المؤلف.

[ 29 ]

ومنهم :من جمعها وكتب فيها كتابا مفردا آخذا عن كتب المفسرين والمحدثين المتقدمين :كصاحب “جواهر العقدين “، وهو الشريف العالمةالسمهودي المصري - (1)رفع اهلل درجاته، وهب لنا بركاته -، وصاحب “ (2) ذخائر العقبى “، وصاحب “مردة القربى “، وهو جامعاالنساب الثالثة، مير سيد علي بن شهاب

الثقة الهمداني -قدس اله سره، وهب لنا بركاته وفتوحه -.ومنهم :من ذكر فضائلهم فيكتبهم من غير إفرادكتاب لها :كصاحب “الصواعق المحرقة “،وهو المحدث، الفقيه، الفاضل، الشيخ ابن حجر الهيثمي الشافعي،
والمعتمد بين علماء الشافعية (3).
وصاحبكتاب “االصابة “وهر الشيخ الحافظ ابن حجر العسقالني الشافعي - (4)رحهما اهلل -.

---

وصاحبكتاب “جمع الفوائد “الذي جمع فيه من الكتابين الكبيرين :أحدهما “ :جامع االصول “الذي جمع فيه ما في الصحاح الستة للشيخ [الحافظ(1) ]مجدالدين أبي السعادات المبارك بن محمد االثير الجزري الموصلي (2).وثانيهما :كتاب “مجمع الزوائد “للحافظ نور الدين أبي الحسن علي بنأبي بكر بن سليمان
الهيثمي (3)، جمع فيه ما في مسند االمام أحمد بن حنبل، وأي يعلى الموصلي (4)، وأبي بكر البزار (5)،
ومعاجم الطبراني (6)الثالثة.

وصاحب “كنوز الدقائق “، وهو الشيخ عبد الرؤوف المناوي المصري (1).وصاحب “الجامع الصغير “، وهو الشيخ جالل الدين السيوطي المصري(2).ومنهم :من جمع االحاديث الواردة في قيام القائم المهدي (عليه الصالة والسالم)،ك (علي القاري الخراساني الهروي (3) )وغيره .فالمؤلف الفقيرالى اهلل المنان، “سليمان بن إبراهيم “المعروف ب “خواجهكالن بن محمد معروف “المشتهر ب “بابا خواجه بن إبراهيم بن محمد معروف بنالشيخ السيد ترسون الباقي الحسيني البلخي القندوزي - “غفر اهلل لي ولهم وآلبائهم وأمهاتهم ولمن ولدوا

بلطفه ومنه -ألف هذا الكتاب اخذا من هؤالء الكتب المذكورين، ومنكتب علماء “الحروف.

----

arti dua baris terakhir:

“Ia (maksudnya dirinya sendiri) mengarang kitab ini (Yanaabii’u al-Mawaddah) dengan mengambil dari kitab yang telah disebut itu .....”

Pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah itu mengatakan bahwa seluruh hadits yang ada di kitabnya itu diambil dari kitab-kitab Sunni seperti Bukhari, Muslim...........dan seterusnya sampai akhir penukilanku di atas itu. Jadi, kitab ini, benar-benar sudah mewakili hadits-hadits Sunni dan sama sekali bukan hadits Syi’ah dan tidak diambil dari kitab Syi’ah.


Fahmi Husein; Jika kita mem-verifikasi kitab Yanabi’ul Mawaddah, diantaranya riwayat-riwayat berikut ini:

1 -

وعن ابن عباس )رضي اهلل عنهما ( قال :سمعت رسول اهلل )ص( يقول :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من
ولد الحسين مطهرون معصومون..

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fyasoob.com%2Fbooks%2Fhtm1%2Fm025%2 F29%2Fno2920.html&h=rAQG7_y-c&s=1 (lihat hal 291)

Riwayat pertama ini terdapat catatan kaki yang menunjukkan sumbernya, yaitu ‘Uyunul akhbar ar-Ridha. Sebagaimana diketahui kitab tersebut adalah karya Syaikh Shaduq (Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi).

2 -

وفيه :عن االصبغ بن نباتة، عن ابن عباس رفعه :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون
معصومون.

http://yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2920.html (lihat hal 384)

Riwayat kedua ini berdasarkan BAB-nya, adalah kumpulan riwayat tentang al-Mahdi yang terdapat dalam Ghayatul maraam (al-Bahraani). Kemudian dengan melihat riwayat yang tersebut di atasnya, terlihat bahwa riwayat tersebut diambil juga dari Fara’id as-Simthin (al-Juwaini). Ghayatul Maraam, sebagaimana diketahui bahwa itu adalah literatur Syi’ah, penulisnya adalah sayyid Hasyim al-Bahrani, pemilik al-Burhan fi tafsir al-Qur’an.

Jika melihat kitab Fara’id as-Simthin Juz 2. Dalam bab Fii Ishmah al-A’immah min Aal Muhammad Shallallahu ‘Alaihim Ajma’in, setelah menyebutkan beberapa nama ulama’ :

قالوا كلّهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن عل ّي بن بابويه الق ّمي (3)قال :أخبرنا علي بن محمد بن عبد اهلل
الوراق الرازي ، قال :أخبرنا سعد بن عبد اهلل

قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي عن الحسين بن علوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن
األصبغ بن نباتة :

عن عبد اهلل بن عباس ، قال :سمعت رسول اهلل (صلّى اهلل عليه وسلّم )يقول :أنا وعل ّي والحسن والحسين
وتسعة من ولد الحسين مط ّهرون معصومون

Kalau melihat riwayat dalam fara’id as-simthin di atas, justru jelas disebutkan bahwa sumber riwayat tersebut adalah Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau dikenal juga dengan Syaikh Shaduq.

Untuk klarifikasi, kita lihat kitab Kamaluddin-nya syaikh Shaduq :

كمال الدين و تمام النعمة ابي جعفر محمدبن علي بن الحسين بن بابويه القمي المعروف بالشيخ الصدوق
ه305 - 381

حدثنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :حدثنا سعد بن عبد اهلل قال :حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي الحسين ، عن الحسين بن علوان ، عنعمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن االصبغ بن نباته ، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله يقول :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد
مطهرون معصومون

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.rafed.net%2Fbooks%2Fhadith%2Fkam al%2F15.html&h=PAQFQzObg&s=1 (lihat hal 280, hadits no :28)

lihat juga Ghayatul Maraam :

قالوا كلهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن علي بن بابويه القمي رضي اهلل عنه قال :أخبرنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :أنبأنا سعد بن عبد اهلل قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي، عن الحسن بن علوان، عن

عمر بن خالد، عن سعيد بن طريف عن األصبغ بن نباتة، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل (صلى اهلل عليه وآله )يقول “ :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.aqaed.com%2Fbook%2F327%2Fgh- mram1-13.html&h=iAQEWxhc-&s=1 (hal. 142)

Teks dari Ghayatul Maraam sama persis dengan yang ada di Fara’id as-Simthin. Tidak aneh, karena dari catatan kakinya memang disebutkan bahwa sumbernya adalah Fara’id as-Simthin.

Setelah mem-verifikasi sumber- sumber/rujukan yang digunakan dalam kitab Yanabi’ul mawad- dah, jelas bahwa literatur yang ada adalah milik Syi’ah.

Sedikit tambahan, jika kita lihat status riwayat Ibn ‘Abbas diatas, yaitu yang ada di Kamaluddin :

حدثنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :حدثنا سعد بن عبد اهلل قال :حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي الحسين ، عن الحسين بن علوان ، عنعمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن االصبغ بن نباته ، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله يقول :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد
مطهرون معصومون

Perhatikan sanadnya, siapakah ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq ar-Raaziy ? Di dalam kitab al-mufid min mu’jam ar-rijal al-hadiits karya Muhammad al-Jawaahiriy, ternyata ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq adalah majhul.

الصحيح ما في الطبعة الحديثة وهو علي بن عبد اهلل الوراق الرازي “المجهول اآلتي “ 8292كما روى في
الفقيه بهذا العنوان عن سعد بن عبد اهلل

Kesimpulannya, riwayat dari Ibnu ‘Abbas tersebut jelas bersumber dari literatur Syi’ah, dan sanadnya sendiri ternyata cacat (menurut kitab al-mufid mu’jam ar-rijal al-hadiits, ringkasan dari mu’jam rijal al hadiits al-Khu’i).

Riwayat yang dimaksud adalah yang berikut ini:

عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل )صلى اهلل عليه وآله( يقول :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة
من ولد الحسين مطهرون معصومون

Apakah antum sudah verifikasi riwayat tersebut ada dalam literatur Sunni? Jika memang ada, silahkan antum sebutkan ada di kitab apa, bab apa, hadits nomor berapa dan disertai sanad perawinya.

Adapun hasil verifikasi berikut ini ana sampaikan halaman yang ana rujuk yaitu http://www. yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2918.html (silahkan antum merujuk langsung ke halaman itu yang merupakan salinan isi kitab yanabiul mawaddah),

Dapatnya diperhatikan riwayat, dan lihat footnotenya untuk riwayat tersebut di situ jelas tertulis

`Uyunul Akhbar Ar Ridha 2/262 hadits 43 ! Bukankah `Uyunul Akhbar adalah salah satu kitab literatur Syi’ah yaitu karangan Syaikh Shaduq?

Mengenai riwayat tersebut dalam kitab faraidus simthain, maka berikut ini sanad riwayat itu dalam kitab tersebut:

ـ 431ـ أنبأني اإلمام بدر الدين محمد بن أبي الكرم عبد الرزاق بن أبي بكر بن حيدر ، أخبرني القاضي فخر
محمد بن خالد الحنيفي األبهري كتابة ، قال :أنبأنا السيد اإلمام ضياء الدين فضل اهلل بن عل ّي أبو الرضا إجازة ، أخبرنا السيد أبو الصمصام ذو الفقار بن محمد بن معد الحسني ، أنبأنا الشيخ أبو جعفر الدين الراوندي

الطوسي ، أنبأنا أبو عبد اهلل محمد بن محمد بن النعمان ، وأبو عبد اهلل الحسين بن عبيد اهلل ، وأبو الحسين

جعفر بن الحسين ابن حسكة الق ّمي ، وأبو زكريا محمد بن سليمان الحّراني ، قالواكلّهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر بن عل ّي بن بابويه الق ّمي قال :أخبرنا علي بن [محمد بن ]عبد اهلل الوراق الرازي ، قال :أخبرنا سعد اهلل ، قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي عن الحسين بنعلوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن محمد بن عبد

طريف ، عن األصبغ بن نباتة :عن عبد اهلل بن عباس ، قال :سمعت رسول اهلل (صلّى اهلل عليه وسلّم )يقول :
أنا وعل ّي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مط ّهرون معصومون

Perhatikan pada rangkaian sanad riwayat tersebut, disebutkan semuanya menerima riwayat

tersebut dari Syaikh Abu Ja`far bin Ali bin Babawaih Al Qummiy yaitu yang dikenal dengan julukan Syaikh Shaduq! Jadi berarti riwayat ini hanyabersumber/bermuara dari satu jalur yaitu jalur Syi’ah, yang bisa jadi rujukan kitab faraidus simtain sama dengan rujukan pada footnote kitab yanabiul muawaddah yang merujuk ke kitab Uyunul Akhbar yang merupakan karangan Syaikh Shaduq. Jadi bisa dibilang, riwayat pada kedua kitab tersebut (yanabiul mawaddah dan faraidus simthain) sumbernya itu-itu juga alias sama/satu sumber yaitu dari Syaikh Shaduq.

Lalu gimana antum bisa katakan bahwa riwayat tersebut hanya merujuk pada literatur Sunni dan benar-benar bukan nukilan dari Syi’ah?

Muhammad Iqbal dan Fery Heriawan menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih tag-annya. Set umum/public dulu baru nanti dijawab in'syaa Allah.

Sinar Agama: Apakah Pencinta dan lain-lainnya melihat tag-an sayyid Fahmi ini? Tolong jawab ya, sebelum ana jawab tag-an beliau ini. Maksudnya supaya bermanfaat juga bagi yang lain.

Sang Pencinta: Iya, terlihat ustadz.

Sinar Agama: Mana sayyid Fahmi kok belum jawab apakah sudah dibuat untuk publik atau belum?

Sinar Agama: Salam dan terima kasih tag-annya:

1- Saya sudah menjawab di atas bahwa penyata dari riwayat-riwayat di kitab tersebut ada dari jalur Sunni, adalah Pengarangnya sendiri yang bermadzhab Hanafi itu.

2- Untuk memperjelas, maka paragraf pertama di atas itu ada nukil lagi di sini dan akan dilengkapi dengan terjemahannya:

ولما كانت مودتهم علئ طريق التحقيق والبصيرة موقوفة علئ معرفة فضائلهم ومناقبهم، وهي مرقوفة على مطالعةكتب التفاسير واالحاديثالتي هي المعتمد بين أهل السنة والجماعة .وهي الكتب الصحاح الستة من

“Dan ketika mencintai mereka (Ahulbait) itu memerlukan kepada penelitian dan makrifat terhadap fadhilah-fadhilah (keutamaan-keutamaan) dan sejarah mereka, dimana tergantung pada pembelajaran kitab-kitab tafsir dan hadits yang diterima di Ahlussunnah wa al-Jamaa’ah, yaitu kitab shahih yang enam.......(lalu ia menyebutkan kitab yang enam itu)......................(lalu diteruskan dengan kitab-kitab lain sampai ke paragraf akhir dimana semua adalah penyebutan nama kitab Sunni)....................

3- Catatan kaki yang ada di Yanaabii-’u al-Mawaddah itu adalah tahqiiq atau penelitian berikutnya, bukan dari awal kitab hingga pengarangnya dikira mengambil dari kitab-kitab Syi’ah yang disebutkan itu. Jadi, seperti yang sudah dikatakan bahwa kesamaan jalur.

4- Jangan dikira bahwa jalur perawi di Syi’ah itu, semua orang Syi’ah. Ini kesimpulan yang dikarang- karang. Jadi, jangan dikira kalau ada susunan perawidi kitab-kitab Syi’ah itu semuanya adalah Syi’ah. Karena di Syi’ah, perawi-perawi Sunni, asal baik dan taqwa, sangat diterima.

5- Itulah yang saya katakan bahwa kesamaan perawi di kitab-kitab Sunni dan Syi’ah, merupakan kesamaan jalur saja dan, hal ini sudah biasa di jamanperiwayatan hadits. Karena di jaman itu, yang menjadi tekanan ulama adalah ketaqwaannya, tidak perduli ia Syi’ah atau Sunni, yang Sunni tidak perduli saling mengafirkan antara mu’tazilah dan asy’ariyyah atau dengan ibnu taimiyyah yang digurui abdullah bin abdulwahhab (pemikirannya, bukan orangnya karena tidak sejaman). Jadi, walaupun mereka saling berantem dalam membela keyakinan masing- masing, tapi dalam periwayatan hadits, saling menerima kalau diyakini tsiqah atau dipercaya. Tak perduli pembela Abu Bakar atau Umar atau Utsman atau Mu’awiyyah atau ‘Aisyah atau Thalhah dan Zubair atau Ibnu Zubair atau Yazid (lihat peperangan Ibnu Zubair dan Yazid atau bani Umayyah).......dan dalam keyakinan tak perduli ikut jabariyyah atau qadariyyah, tak perduli dalam fikih ikut Hanafi, Hanbali, Maliki atau Syafi’i atau bahkan tidak ikutmereka sama sekali.......................

6- Hanya pada pengikut wahabi saja, yaitu ketika semua muslimin sudah dihukumi syirik dan kafir serta halal darahnya, maka saling menghormati seperti di atas itu sudah tidak ada lagi.

7- Dalam dialog Syi’ah-sunnah karya ayt Syarafuddin Musawi sudah disebutkan hal ini, yaitu bahwa sebegitu banyaknya perawi-perawi Syi’ah yang ditsiqahkan oleh ahli rijal (ahli tentang perawi) Sunni. Sampai-sampai beliau ra menyebutkan 100 perawi Syi’ah yang ditsiqahkan Sunni. Lihat dialog ke 16.

8- Jangankan kitab-kitab hadits biasa, kitab-kitab seperti Shahih Bukhari saja meriwayatkan hadits dari orang-orang Syi’ah yang tsiqah. Jangankanmeriwayatkan, tapi bahkan dijadikannya sebagai syaikhu al-hadits oleh Bukhari. Syaikhu al-Hadiits adalah sumber rujukan hadits-hadits yang biasa menjadi sumber pengambilan hadits yang berjumlah banyak sekali dan dijadikan tokoh dan gurunya. Seperti Ismaaiil bin Abaan al-Warraaq. Kalau antum lihat di kitab dialog tersebut, yaitu di dialog ke 16, maka benar-benar akan ditemui banyak sekali perawi Syi’ah yang dijadikan tokoh oleh para ahli hadits Sunni.

9- Sekali lagi, di Syi’ah juga banya perawi Sunni. Yakni banyak sekali. Hadits-hadits yang ada perawi Sunni-nya, asal tsiqah, diistilah sebagai hadits shahih juga. Tapi bagi sebagian ulama disebut sebagai hadits Muwatstsaq atau “Yang Dipercaya”.

10- Kesimpulan:

  • a- Penyata bahwa hadits-hadits di kitab Yanaabii’u al-Mawaddah itu dari kitab-kitab Sunni yang juga disertai dengan penyebutan kitab-kitabnya, adalah pengarangnya sendiri yang bermadzhab Sunni.
  • b- Kitab Yanaabii’u al-Mawaddah ini, jelas sangat diterima di Sunni kecuali wahabi yang ngaku-ngaku Sunni (tentu dengan makna lain, yaitu yang bermakna “Mengikuti Qur'an dan hadits”, bukan mengikuti Asy’ari atau Mu’tazilah dalam aqidah dan mengikuti 4 imam madzhab dalam fikih yaitu Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi’ii).
  • c- Catatan kaki yang diberikan di bawah kitab itu, ditulis setelah seratus tahun. Karena penulisnya meninggal th 1294 sementara catatan kakinya dibuat th 1416.
  • d- Karena itu ada yang memang sama jalurnya, yakni sama-sama ada di Sunni dan Syi’ah. Misalnya hadits yang meriwayatkan bahwa ketika imamHusain as sedang dalam pangkuan Nabi saww, beliau saww bersabda:
وفي مودة القربى :عن سليم بن قيس الماللي عن سلمان الفارسي قال :دخلت على النبي صلى اهلل عليه
وآله وسلم فإذا الحسين بن علي على فخذيه وهو يقبل خديه ويلثم فاه ويقول :أنت سيد، ابن سيد، أخو سيد، وأنت إمام، ابن إمام، أخو إمام، وأنت حجة ابن حجة أخو حجة، وأنت أبو حجج تسعة
تاسعهم قائمهم

“Engkau sayyid, anak sayyid dan saudara sayyid. Engkau imam, anak imam dan saudara imam. Engkau hujjah (Hujjatullah), anak hujjah dan saudara hujjah. Engkau adalah anak dari sembilan hujjah dimana yang ke sembilannya adalah Yang Bangkit dari mereka (maksudnya yang akan menguasai dunia, yaitu imam Mahdi as).”

Hadits ini, diambil oleh pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah dari kitab-kitab seperti: Mawaddatu al-Qurbaa karya ulama Sunni yang bernama Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar bin Muhammad al-Thabari (619-694 H.) dan di hadits ada di kitab al-Ikhtishaash, 207.

Atau hadits yang mengatakan bahwa kalimat taammah itu adalah 12 imam dari imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain ini.

وفى المناقب :عن المفضل قال :سألت جعفر الصادق عليه السالم عن قوله )عزوجل( “ ):وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات( االية .قال :هيالكلمات التي تلقاها آدم من ربه فتاب عليه، وهو انه قال :يا رب أسألك بحق محمد وعلى وفاطمة والحسن والحسين إال تبت على، فتاباهلل عليه انه هو التواب الرحيم .فقلت له :يا ابن رسول اهلل فما يعنى بقوله )فأتمهن(؟ قال :يعنى أتمهن الى القائم المهدى إثنى
عشر إمام، تسعة من ولد الحسين عليهم السالم .

Riwayat ini, ada diambil oleh pengarang kitab Yanaabii’u al-Mawaddah dari kita al- Manaaqib, dimana dalam mukaddimah kitabnya kitab-kitabyang bernama al-Manaaqib ini dari orang-orang berikut ini: al-Nasaai, Ahmad bin Hanbal dan Ali bin Muhammad Khathiib seorang faqiih madzhab Syaafi’ii (483 H). Dan di catatan kaki ditulis bahwa hadits itu juga ada di kitab Ma’aani Akhbaar karya Syaikh Shaduuq.

  • e- Lagi pula, terlalu banyak hadits tentang nama-nama imam yang di riwayat Yanaabii’u itu yang tidak ada di jalur Syi’ah walau isi dan matannya sama. Jangan jauh-jauh, hadits pertama nukilan antum itu, yaitu yang berbunyi:

أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون

“Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan dari putra Husain adalah orang suci dan makshum.”

Hadits ini, ada di kitab Sunni seperti: Mawaddatu al-Qurbaa yang dikarang oleh pengarang Dzakhaairu al-’Uqbaa yang bernama Ahmad al-Thabari itu (619-694 H). Begitu juga ada di Faraaidu al-Simthain, 2/313, hadits ke: 563.

Kalau penyanggah itu mengatakan ada di kitab Syi’ah seperti ‘Uyuunu Akhaari al-Ridhaa, maka hal itu tidak ada masalah sedikitpun.

  • f- Wahabiyuun ini memang ra’syih. Kadang mereka mengatakan bahwa nama-nama imam Syi’ah tidak ada di hadits Syi’ah dan hanya mengambildari Sunni. Tapi kadang mengatakan bahwa bukti nama-nama imam Syi’ah yang ada di hadits-hadits Sunni telah diambil dari kitab-kitab Syi’ah. Wallahi lucu amat. Yang benar adalah, bahwa riwayat tentang nama- nama imam Syi’ah yang 12 orang makshum yang dikenal dengan Ahlulbait as itu, ada di kitab-kitab Sunni dan kitab-kitab Syi’ah.

Wassalam.


Firdaus Triple F: Mantab,..sholllu ala nabiy wa aalihi thaahiriin wal makshumiin.

Muhammad Iqbal: Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa’ala Aali Sayyidina Muhammad wa’ajjil farajahum wa ahlik ‘aduwwahum minal jinniwal insi minal awwalina wal akhirin. Alhamdu_ LILLAH.

Fahmi Husein: Sudah ustadz Sinar Agama, afwan gak menjawabi karena alfaqir kira antum dapat mengetahuinya (melihat ‘tanda’ publik).

Terimakasih atas jawabannya, yang ana incar kesimpulan ‘e’, yang “gigit” kesimpulan ‘f’, yang dahsyat seluruh jawabannya, wallah kama didulang nahna, selalu ngelagakno kalo tanya ma antum ustadz, jangan bosen yah, sukron katsir. Semoga... Allah sebaik-baik pemberi balasan, semoga selalu dalam lindungan-Nya,, bi berkati Fatimah wa Abiha wa Ba’aliha wa Baniha wa sirril mustauda’u fiha.. Taqabbal Ya Rabb.

Sinar Agama: Fahmi: kuntu abki bidu’aa-ik, syukran lak bidzikri Sayyidati Nisaa’ Ahliljannah as. Yarzukunaallaahu wa iyyaakum. aamin. Oh iya, lain kali kalau ana mohon sesuatu, maka tolong diberikan tanpa direnungkan lagi, karena ana kadang hanya punya kesempatan beberapa detik membaca satu pertanyaan atau komentar. Jadi, dari pada waktu dan pikiran kebuang hanya mencari-cari ini dan itu yang bersifat teknis, maka ahsan dibantu dimudahkan. Kemarin ana sudah cari-cari tentang publiknya itu tapi ngga terlihat. Mungkin karena bukan ana pengirimnya. By the way, masykuur. Wassalam.

2 Shares

12 people like this.

Pencari Kebenaran: Ya....Allah.....semoga engkau selalu curahkan rahmat mu kepada beliau ini

{USA} AAMIIN!

November 15 at 1:51pm · Like · 1



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ