Tampilkan postingan dengan label Imam Ali as. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Imam Ali as. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Agustus 2018

Kedudukan Fantastis Imam, Bag: 5-b (Bahwa imam memegang pemerintahan langit dan bumi)



by Sinar Agama (Notes) on Wednesday, September 15, 2010 at 8:32 pm

Melanjutkan jawaban terhadap permasalahan yang dibawa Abd Bagis, yaitu poin (d) tentang:

IMAM MEMEGANG PEMERINTAHAN LANGIT DAN BUMI

Jawaban-2-a Untuk Poin (e)

Sebenarnya, setelah melewati jawaban-1 (e), sudah dapat diketahui bahwa para imam/khalifah memegang pemerintahan langit dan bumi, sekalipun mereka tidak punya ikhtiar apapun kecuali hanya sebagai perantara Allah mengatur para malaikat yang mengatur alam ini. Dan sekalipun mereka harus hidup sebagaimana mestinya sebagai seorang manusia yang memiliki taklif. 

Dalam banyak ayat dan riwayat telah mengisyaratkan kepada ketinggian derajat mereka di sisi Allah, tapi banyak muslimin hanya memahaminya sebagai semacam pangkat kesepakatan sosial- politik seperti presiden, bukan sebagaimana pangkat hakiki. Padahal, pangkat yang diberikan Allah kepada hambanya adalah hakiki. Oleh karena itulah mereka menafsir al-Mashir dalam Qur'an selalu sebagai “tempat kembali” (QS:2:126; 2:285), bukan “menjadi”. 

Padahal, makna “menjadi” lebih dekat dengan makna “kembali”. Oleh karenanya makna dari “Wa ilaihi al-Mashiir” adalah “Dan kepada Dia-lah menjadi”. Yakni kepada Allah-lah menjadi, bukan tempat kembali seperti kembalinya manusia ke kota aslinya dimana ia tidak menjadi kota tsb. Tentu saja, karena Allah mengatakan “kepada”-Nya-lah, menjadi, maka tidak akan pernah menjadi Allah, walau bagaimanapun. Karena “menjadi kepadaNya” jauh beda dengan “menjadiNya”. Yang jelas bahwa semua maqam itu bukan diduduki manusia, tapi manusia telah menjadi maqam- maqam tsb. 

Berikut ini saya akan nukilkan ayat-ayat atau riwayat-riwayat yang ada dalam Sunni saja yang melukiskan pangkat-pangkat dan derajat-derajat itu supaya saudara-saudara Sunni tidak meng- klaim bahwa hal seperti itu hanya ada di Syi’ah. Tentu saja penukilan itu hanya sebagian kecil dari yang ada di berbagai bidang dan maqam. Dan insyaaAllah pembahasan (e) ini akan diakhiri dengan bahasan filosofisis di jawaban-3. Nukilan-nukilan naql tsb adalah: 

1. Allah berfirman “Kami tidak mengutusmu kecuali rahmat bagi sekalian alam” (QS: 21:107). Sekalian alam di sini sudah pasti dunia-akhirat dan dari sebelum nabi Adam as sampai hari kiamat dan akhirat. Rahmat di sini sudah tentu bukan hanya seperti hujan, karena hujan juga mendapat rahmat dari Nabi saww. Bukan pula hanya seperti syariat karena sebelum Nabi saww tidak dibimbing beliau secara langsung, dan syariat sebelum beliau berbeda dengan syariat beliau kecuali dalam tauhid dan beberapa ajarannya sekalipun agama mereka juga bagian dari alam ini yang juga mendpt rahmat dari beliau saww. Tentu juga tidak hanya seperti surga karena surga juga mendapat rahmat dari keberadaannya. Begitu seterusnya. Apapun yang kita sebut sebgai rahmat, dia juga mendapat rahmat dari Allah melalui Nabi saww. Sebenarnya, hal itu adalah pengaturannya atas semuanya. Ringkasnya, beliaulah khalifah tertinggi Allah hingga para khalifatullah yang lain juga dalam pengaturannya. 

2. Firman-firman Allah tentang Isra’-Mi’raj Nabi saww dan semua riwayat yang telah memenuhi semua kitab-kitab tafsir dan hadits di Ahlussunnah, yang menerangkan bahwa beliau melewati maqam nabi-nabi Ulu al-‘Azm (Nabi yang dituruni Syari’at, nabi Muhammad saww, Isa as, Musa as, Ibrahim as dan Nuh as) dan ayahnya sendiri Adam as, sampai pada Sidratu al-Muntahaa, sampai tidak mampunya malaikat Jibril as untuk mengantar Nabi saww hingga kalau selangkah kecil saja maju akan terbakar, sampai pada menerima perintah shalat secara langsung dari Allah tanpa perantaraan Jibril as karena sudah tidak bisa ikut, ...dst, semua itu menandakan kelebih tinggian Nabi saww dari semua malaikat dan para nabi sendiri. Dan sekali lagi, ketinggian ini, bukan ketinggian majazi atau pangkat kesepakatan seperti presiden, tapi pangkat hakiki yang diakibatkan oleh perjalanan spiritual/ruhani seorang Muhammad saww. Oleh karenanya ketika Nabi saww menjadi lebih dekatnya makhluk kepada Allah, berarti semua makhluk yang lebih jauh atau di bawahnya berada dalam pengawasan dan pengaturannya, dan dia akan menjadi paling tingginya secara hakiki maqam khalifatullah itu. 

Jadi, semua rahmat yang turun kepada yang dibawahnya akan melalui beliau saww. Inilah makna paling tinggi dan paling dekat dengan Allah. 

3. Dengan penjelasan (2) di atas, maka tidak heran kalau dalam shahih Turmudzi 2:282 dari Abu Hurairah dan yang mirip dengannya di Mustadrak 2:600 dari Ibnu Sariyah, diriwayatkan dari Nabi saww bahwa kenabian nabi Muhammad telah diwajibkan dikala nabi Adam as masih antara ruh dan jasad, atau masih berupa tanah. Atau dalam Kanzu al-‘Ummal 6:108, telah meriwayatkan dari Nabi saww +/-: 

“Aku adalah penghulu semua rasul ketika diutus, mendahului mereka ketika masuk (bc: surga, Allahu A’lam), yang memberi kabar gembira ketika mereka putus asa, imam mereka ketika mereka sujud, lebih dekat dari mereka pada hari perkumpulan, aku berbicara dan Dia (Tuhan) membenarkanku, aku memberi syafaat maka Dia mensyafaatiku, aku meminta maka Dia memberiku”. 

4. Hidayah Rasul saww adalah paling bagusnya hidayah sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits seperti Muslim dalam Kitab al-Jum ah, Bab Takhfifi al-Shalat wa al-Jum’ah, dll-nya. Semua ini juga menunjukkan kelebihan Nabi saww dari para khlifatullah yang lain. 

5. Shahih Muslim juga bahkan telah membuat sub judul atau bab dalam shahihnya, Kitab al- Fadhail, dengan judul bab “Tafdhiilu Nabiyyinaa ‘Alaa Jamii’i al-Khalaaiq”, yakni bab “Kelebihan Nabi kita dari semua makhluk” dimana diantara riwayatnya adalah, Nabi saww bersabda +/-: 

“Aku penghulu manusia di akhirat”. 

Ini juga menunjukkan kelebihan Nabi saww dari khalifah-khalifah yang lain dari para nabi dan imam. 

6. Muslim juga, dalam shahihnya, kitab al-Masajid, hadits ke tujuh, meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi saww: “Aku dilebihkan dari semua nabi dengan 6 perkara; Aku diberi Jawaamii’u al-Kalim (semua Kalamullaah), .....”. Ini juga menunjukkan kelebihan beliau saww dari semua nabi as. 

7. Di Mustadrak 2:547 dan yang lainnya, diriwayatkan dari Abu Hurairah dan lainnya, bahwa Nabi saww bersabda +/-: 

”Penghulu para nabi itu ada lima dan aku penghulu dari yang lima”. 

8. Dalam banyak sekali tafsir-tafsir yang mengatakan bahwa salah satu makna dari Kalimat yang diberikan kepada nabi Adam as hingga beliau diampuni Allah swt setelah bertawassul dengan Kalimat itu, adalah kalimat “Muhammad”, hingga ketika nabi Adam as bedoa +/-: 

”Demi Muhammad ampuni aku”, Allah mengampuninya. Lihat tafsir-tafsir: Al-Tsa’labiy, Haqqiy, Al-Lubaab, Al-Qurthubiy, Al-Tsa’alibiy, Al-Alusiy, Ithfisy-‘ibaghiy, Al-samarqandi, Al-duuru al- mantsur, dll. 

9. Pengakuan nabi Adam as bahwa nabi Muhammad saww paling afdhalnya makhluk Allah swt. 

Dalam tafsir al-Durru al-Mantsur diriwayatkan bahwa ketika nabi Adam as berdoa dengan doa tadi (Aku bermohon ampunan padaMu demi Muhammad), Allah berfirman +/-: 

“Siapa Muhammad itu?” 

Nabi Adam as menjawab: 

“Ketika Engkau cipta aku, aku melihat ke langit dan kulihat di ‘Arsy tertulis ‘La ilaha illallah Muhammdan Rasulullah’, maka dari itu aku mengerti bahwa tidak ada makhluk yang lebih afdhal darinya hingga Engkau letakkan namanya bersama NamaMu”. 

10. Nabi Muhammad saww sebagai sebab diciptakannya nabi Adam as (tentu saja dengan segenap keturuannya dan para nabi dan alam ini karena Allah berfirman “Dialah yang mencipta untuk kalian semua yang di bumi ....” QS: 2:29). Dalam tafsir al-Duuru al-Mantsur di atas dalam menjawab nabi Adam as Allah berfirman: 

“Wahai Adam, dia –Muhammad- adalah akhir para nabi dari keturunanmu, andaikan bukan karena dia, maka Aku tidak menciptamu.” 

11. Imam Ali as sebagai diri Rasul saww. Allah berfirman +/-: 

" ... maka katakan pada mereka mari kita ajak anak kami/kamu dan wanita-wanita kami/kamu dan diri kami/kamu lalu kita bermubahalah agar laknat Allah menimpa orang-orang yang bohong”. (QS:3:61). 

Tidak ada mufassir yang tidak tahu bahwa Nabi saww mengajak imam Ali as. Padahal dalam ayat itu dinyatakan “diri kami” yang semua penafsir dan orang yang bisa bahasa Arab mengerti bahwa “diri kami/anfusana” adalah “Diri Pembicara” atau “Mutakallim”. Dengan ini dapat dipastikan bahwa diri imam Ali as adalah diri Rasul saww. Lihat semua tafsir Sunni; Shahih Muslim, kitab Fadhailu al-shahabah, bab Min Fadhaaili ‘Ali; Shahih Turmudzi 2:166; dll). 

12. Dalam Bukhari bab ‘Kaifa Yaktub’ dan dalam bab ‘Umratu al-Qadhaa’; Shahih Turmudzi 2:297; Abu Daud 3:111; Sunan Baihaqi 8:5; Sunan al-Nasai dalam Khoshoisnya 5; Musnad Ahmad 1:98; Turmudzi 2:297; Mustadrak 3:120; dll diriwayatkan bahwa Nabi saww bersabda +/-: 

“Ali dari aku dan aku dari Ali ” atau “ Kamu (Ali) dari aku dan aku dari kamu ”.

Dalam al-Riyaadhu al-Nadhrah 2:164 telah diriwayatkan dari Nabi saww +/-: 

“Aku dan Ali adalah satu cahaya selama 4 ribu tahun sebelum diciptakannya Adam as, dan ketika Allah mencipta Adam as maka cahaya itu dibagi menjadi dua bagian, satu bagian adalah aku dan yang lainnya adalah Ali”. 

Pengarangnya juga mengatakan bahwa hadits ini juga dikeluarkan juga oleh Ahmad bin Hanbal dalam al-Manaaqibnya. Lihat juga Mizaanu al-I’tidaal karya al-Dzahabi 1:235. 

Dalam Majma’ karya al-Haitsami diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“ ...Ali dari aku dan aku dari dia, dia dicipta dari tanahku ...”. 

Dalam Tarikh Baghdad juga diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“Aku, Harun, Yahya dan Ali dicipta dari satu tanah”. 

Dan dalam Hilyatu al-Auliyaa’ diriwayatkan dari Rasul saww +/-: 

“Barang siapa yang ingin hidup seperti hidupku, mati seperti matiku dan bertempat tinggal di surga ‘Adn yang ditanam oleh Tuhanku, maka hendaknya ia berwilayah/berimam pada Ali setelahku dan berimam pada penggantinya dan mengikuti para imam setelahku, karena mereka adalah ‘Itrahku, dicipta dari tanahku dan diberi rizki kepahaman dan ilmu....”. 

Rasul saww bersabda +/-: 

“Ya Ali, orang-orang dicipta dari pohon yang beraneka ragam sedang aku dan kamu dari satu pohon yang sama”. (Mustdarak 2:241; Kanzu al-‘Ummal 6: 154). 

Atau sabda beliau saww +/-: 

“Aku adalah Pohonnya, Fathimah cabangnya, Ali benihnya, Hasan dan Husain buahnya, syi’ah- syi’ah kami adalah daunnya. Pangkal pohonnya di surga ‘Adn.” (Mustadrak 3:160; Dzakhairu al-‘Uqba 16). 

13. Nabi saww bersabda bahwa: 

(a) Ali as paling afdhlanya makhluk. (Shahih Turmudzi 2:299; Nasai dalam Khashaaishnya, 5; Usdu al-Ghaabah 4:30; al-Dzakhaair 61; Mustadrak 3:130; Hilyatu al-Auliyaa’ 6:339; Taariikh al-Baghdaadi 3:171; Kanzu al-‘Ummaal 6:406; Dzakhaairu al-‘Uqbaa 61; dll). 

(b) Marah Ali as marah Nabi saww begitu pula sebaliknya . Yang dicintai Ali as dicintai Nabi saww dan Allah swt, begitu pula yang bermusuhan dengannya. (Mustadrak 3:128,130; Tarikh Baghdadi 4:40/13:32; al-Nasai dalam Khashoishnya 28; al-Riyaadhu al-Nadhrah 2:166; Kanzu al-‘Ummaal 6:157; dll). 

(c) Yang mengejek Ali mengejek Allah. (Mustadrak 1:121; Musnad Ahmad 6:323; al-Nasai dalam Khashaaishnya 24; Kanzu al-‘Ummaal 6:405; Dzakhaairu al-‘Uqbaa 66; dll). 

(d) Yang mengganggu Ali as mengganggu Nabi saww. (Mustadrak 3:122; Musnad Ahmad 3:483; Usdu al-Ghobah 4:113; al-Ishabah 4:304 dan berkata bahwa Bukhari juga manukil dalam Tarikhnya; dll). 

(e) Yang menjauh dari Ali as menjauh dari Nabi saww. (Mustadrak 3:123; Mizaanu al- I’tidaal 1:146; Thabari dalam al-Riyaadhu al-Nadhrahnya 2:167; Kanzu al-‘Ummaal 6:156; Thabrani dari Ibnu ‘Umar 156; dll).

(f) Ali as tahu semua ilmu dan hikmah Nabi saww sebagai pintu Hikmah dan Ilmu beliau saww (Shahih Turmudzi 2:299; Mustadrak 3:126; Taariikh Baghdaadi 4:348, 7:172, 11:38,49, 11:204; Kanzu al-‘Ummaal 6:401; Hilyatu al-Auliyaa’ 1:64; Thabari dalam al- Riyaadh al-Nadrahnya 2:200; Usdu al-Ghaabah 4:22; Tahdziibu al-Tahdziib 6:320, 7:427; Faidhu al-Qodiir 3:46; al-Shawaaiq 73; Syawaahidu al-Tanziil karya al-Haskalaani 1:334; Taariikhu al-Khulafaa’ karya al-Suyuuthii 170; al-Miizaan karya al-Dzhabii 1:415; al-Jamii’u al-Shaghiir 1:93; dll, sampai-sampai ada buku tersendiri yang dikarang ulama Sunni bernama al-Maghribi tentang keshahihan hadits ini dalam bukunya “Fathu al-Mulki al- ‘Ali bishehhati Haditsi Babi Madinati al-‘Ilmi Li-‘Ali”; dll). 

14. Nabi Adam as bertawassul dengan imam Ali as dan Ahlulbait yang lain as. Dalam tafsir al- Durru al-Mantsur karya al-Suyuuthi ketika menerangkan ayat “Kemudian Adam mendapat beberapa Kalimat dari Tuhannya, maka (dengannya, penerjemah) Allah menerima taubatnya” (QS: 2:37). 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasul saww tentang “beberapa kalimat” dari Tuhannya itu hingga ia diterima taubatnya. Rasul saww bersabda: 

“Dia (Adam as) meminta: ‘Demi Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain hendaknya Engkau terima taubatku’, lalu Allah menerima taubatnya.” 

Dan dalam Kanzu al-‘Ummaal 1:234 diriwayatkan dari Nabi saww bahwa Kalimat-kalimat itu adalah: 

“Berkata (Jibril as kepada Adam as): Hendaknya kamu pegangi kalimat-kalmat ini niscaya Allah akan menerima taubatmu dan mengampuni dosamu. Katakanlah: Ya Allah aku memohon padaMu demi Muhammad dan Keluarga (Aali) Muhammad, Maha Suci Engkau, tiada tuhan selain DiriMu, aku telah berbuat kejelekan dan aku telah menganiaya diriku, maka berikanlah taubatMu, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat, ...... Itulah kalimat-kalimat yang diberikan kepada nabi Adam as.” (Lihat juga di: Manaaqib Ali karya al-Maghaazilii al-Syaafi’ii 63; Yanaabi’u al- Mawaddah 97 dan 239; Kanzu al-‘Ummaal 1:234; Muntakhab Kanzu al-‘Ummaal 1:419; dll.) 

16 people like this.

Muhammad Amran: Syukron ustad.. 

Sinar Agama: Maaf signalku/sinyalku lagi kurang bagus. Untuk mas Eby_A: Terimakasih telah mempercayaiku untuk curhat. Saya tidak akan bisa memberi solusi sepenuhnya karena hal itu diperlukan data-data lengkap tentang kebimbangan yang dimaksud. Kalau mslh yang dihadapi itu masalah-masalah keyakinan, maka semua yang berbeda-beda itu diadu argumentasikan dalam akal. Lalu dipilih yang lebih kuat dalilnya. Setelah itu diajukan kepada yang dianggap mampu untuk melihat benar dan kuatnya tsb. 

Dalam masalah keyakinan dan agama, suara yang harus didengar adalah dalilnya, bukan lain- lain dari pada itu. Kalau masalah yang dihadapi itu adalah tentang kehidupan, maka diperjelas dulu dalam diri duduk masalahnya dan seluruh dalilnya. Setelah itu mencari orang yang dianggap tahu dalam masalah itu dan menambah info-info dengan menanyakan bidang-bidang tersebut. Setelah dianggap cukup, maka perbandingkan lagi dalam diri dan bisa diambil keputusan dengan Bismillaah. 

Yang harus diingat, setiap melakukan debat dalam diri, dalam hal apapun, tidak boleh cenderung pada yang disukai. Jadi, diskusinya betul-betul harus seru dan saling menjatuhkan dan tidak boleh ada rasa kasihan. Karena hal tersebut akan lebih mengarahkan kita pada kebenaran, dan cara terdekat pada hidayah. Inilah yang dikatakan ikhlas dalam berfikir itu. Yang terakhir, dan ini disertai beribu maaf, mungkin perlu koreksi akhlak-akhlak kita, dan kalau terdapat dosa, maka harus segera taubat dan menghentikannya. Tapi walau begitu, adu dalil dalam diri harus tetap dilakukan. 

Sinar Agama: Salam juga untuk mas K_K, terimakasih sekali atas doanya, dan terimakasih sekali atas perhatiannya sehingga merasa dekat dengan al-fakir. Saya memang punya teman, namanya qomaruddin, anak UNEM Makassar, apakah antum orang tersebut?

Dian Damayanti: Bib, terimakasih banyak atas tag-tagnya, juga dengan pencerahan-pencerahan- nya yang sangat mendalam, afwan. 

Komar Komarudin: Bukan akhi... anak asli Jambi, tapi kedua orang tua ana asli Bugis Bone tulen, catatan antum tentang bagaimana eksitensi dan peran Imam Mahdi sungguh sangat memberikan cahaya yang begitu terang untuk alfakir, sepertinya antum menguasai betul masalah ini, tidak hanya keluasan ilmu antum dalam memahaminya akan tetapi kedalaman ilmun antum juga miliki, ana teringat dengan guru ana yang pernah memberikan materi ini dalam majlis ta’lim, maupun dari diskusi sehari-hari selama ana pernah bergaul denganya, ini tidak jauh beda dengan cara mengupasnya dan nyaris sama, dan sampai sekarang-pun tulisan beliau saya simpan dengan rapi, bukunya berjudul = IMAM MAHDI MENURUT AHLUSUNNAH WALJAMAAH, Terbitan yayasan Mullah Shadra, Jakarta, cetakan 1 juli tahun 2000, mungkin antum pernah membacannya dan memilikinya sebagai refrensinya.?...........

Sinar Agama: Komar, benar, saya memiliki ratusan jilid buku tentang imam Mahdi as, dan salah satunya buku yang antum sebut itu. Referensi di rumah saya sekitar 90.000 jilid, Syi’ah-Sunnah, tapi yang paling penting adalah ilmu alatnya, bahasa arab, logika, filsafat, irfan, fikih berdalil, ushulfikih, rijal, tafsir ...dst. Kalau ilmu-ilmu alat ini tidak dikuasai, maka buku-buku yang kelas berat akan tinggal pajangan saja. Semoga, beliau dan penguasa-penguasa ilmu berat lainnya, yang dapat menyentuh nafas agamanya, yang mengerti keinginan Tuhannya dengan argumen- gamblang, selalu dijagaNya dan ditingkatkanNya, amin. 

Dan jangan lupa mas K_K juga ikut membantu dengan dukungan (bc:menerima/menolak dengan dalil) dan do’a untuk orang-orang seperti beliau, dan saya juga, sekalipun tidak ada apa-apaku dibanding mereka. Dan kita akan menjadi teman di fb ini dengan segala keikhlasan dan saling diskusi dengan tak kenal ampun dalam ajukan argumen. Semoga tanganku nan kotor ini dapat kiranya disambut dengan baik oleh antum dan teman-teman lainnya di fb ini. 

Sinar Agama: Untuk mas Eby kok nggak ada komentarnya ya...maaf kalau jauh dari mengena. 

Sinar Agama: Dan untuk mbak Dian, you well come, silahkan aja kalau mau komentar, tanya atau mempermasalahkannya untuk diskusi dan mencari ilmu yang dapat dipetahankan dengan argumentasi-gamblang. 

Sinar Agama: Mas Amran, tolong baca catatanku di Anggelia itu dan renungi, nanti baru ditanyain lagi apa-apa yang perlu ditanya atau didebatkan. Antum tinggal masuk di akunku dan cari komentarku terhadapnya Ingat, tak boleh menyerah.

Komar Komarudin: Sukron,, akhi... Atas penerimaan antum, dan ana sepakat disiplin Ilmu yang paling penting adalah ilmu alatnya, bahasa arab, logika, filsafat, irfan, fikih berdalil, ana sedang berikthiar sambil memohon pertolongan Allah SWT memulai belajar pelan-pelan yang saya mampu dengan sisa umur-ku, dan saya bersyukur mendapatkan teman belajar walaupun di dunia maya, mohon doanya.... 

Komar Komarudin: Kalau ada kesempatan, mohon ditag setiap pemikiran yang antum sampai- kan. Mungkin ana bisa menyerap penyampaian antum, dan sekali-sekali alfakir akan coba adu argument dengan antum, mohon dibimbing kalau ada yang salah dalam berdalil ana, sebab kalau ilmu tidak diuji dalam diskusi-diskusi akan sulit dikatakan benar, jangan-jangan selama ini yang kita anggap benar ternyata salah hanya karena ego kita tidak membuka diri, sementara guru yang terbaik adalah cermin dihadapan kita, yaitu cermin yang mempunyai otoritas, kapasitas disiplin keilmuan yang telah diakui kealimannya. 

Komar Komarudin: Jujur akhi... Bulan ini adalah bulan duka buat ana. Karena setelah yang pertama (beliaulah yang berjasa buat diri ana dala memberikan fondasi tentang ilmu-ilmu agama khusunya ahlul bait, doaku untuknya selalu) guru ana pergi memperdalam Ilmunya di Iran untuk menyelesaikan pelajarannya dan sampai saat ini belum kembali dan ana tidak tau sampai kapan selesainya, ditambah lagi guru ana yang kedua penganti beliau selama di Iran, yang selama ini memberikan pencerahan dalam kajian tafsir dan lain-lain, juga akan meninggalkan ana. Beliau rencana akan belajar Di najaf (Irak) karena gurunya sudah lama memanggilnya. Dan bulan ini terkabulkan doanya sehingga dapat memenuhi panggilannya. Kasusnya sama yaitu akan menyelesaikan studinya kalau dalam disiplin ilmu haujah tradisional dinamakan “Bahshul khouert”, kedua-duanya sangat konsen, perhatian dan haus akan Ilmu agama (Ahlul-bait). 

Mereka adalah guru yang sangat ana cintai dan begitu berarti dalam hidup-KU dan ana bersyukur kepada Allah SWT dengan Luthupnya bisa kenal denan mereka dan pernah belajar dengannya sekalipun belajarnya tidak sama sebagaimana mereka belajar di sana. .... Eh..eh Afwan ana kok jadi curhat ama antum, sekali lagi ana berlindung Pada Allah SWT semoga ini tidak dipandang sebagai Riya.. ana yang hina ini, tapi hanya karena semata menyampaikan karunia, nikmat yang Allah SWT berikan yang sudah sepatutnya di syukuri... Amin.

Sinar Agama: Allah berfirman +/-: 

“Beritakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikatn padamu”

Saya senang mendengarnya. 

Dan senang mendapat kepercayaan curhat antum yang menyentuh juga hatiku. Semoga kedua guru antum bisa mendapatkan nafas Islam, bukan informasi/ilmu belaka, amin, hingga menghidupkan masyarakat Indonesia, baik menghidupkan jiwa mereka sendiri, keluarga dan masyarakat Indonesia pada umumnya, amin. Silahkan masukkan pertanyaan atau apa saja, kalau ada, ke akun ana, jangan di status ini, supaya lebih terlihat. 

Oh iya, tentang ilmu Islam itu ada 3 hal, alatnya (belajarnya harus dengan guru), referensinya dan ruh/nafasnya.





اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 11 Agustus 2018

Kedudukan Fantastis Imam, Bag: 4 (Bahwa Orang Syi’ah bertawassul kepada imam Mahdi as dengan surat yang diletakkan di kuburan-kuburan keluarga imam Ali as atau di padang sahara, dll)




by Sinar Agama (Notes) on Saturday, September 11, 2010 at 9:54 am


Melanjutkan permasalahan yang dibawa Abd Bagis, yaitu poin (d) tentang:

ORANG SYI’AH BERTAWASSUL KEPADA IMAM MAHDI AS DENGAN SURAT YANG DILETAKKAN DI KUBURAN-KUBURAN KELUARGA IMAM ALI AS ATAU PADANG SAHARA 

Setelah selesai dari pembahasan tentang masalah-masalah poin (a), (b) dan (c), maka sekarang kita akan lanjutkan ke masalah (d), yaitu bahwa orang Syi’ah bertawassul kepada imam Mahdi as dengan surat yang diletakkan di kuburan-kuburan keluarga imam Ali as atau padang sahara.

Jawaban-1 Untuk Poin (d): 


Orang Syi’ah dan Sunni di masa lalu dan sebagian yang sekarang, meyakini bahwa imam Mahdi as sudah lahir tahun 250 H, sebagai putra dari imam ke 11 as. Tapi kita sekarang tidak bisa berkirim surat seperti masih masih ada wakil yang 4 di abad-abad tiga dan empat itu. Jadi kirim suratnya lewat pekuburan-pekuburan keluarga imam Ali as seperti para imam Makshum as dll karena beliau pasti akan menziarahi ayah-ayahnya itu. Atau di padang sahara sebagai tanda keterhimpitan si penawassul hingga bisa lebih diperhatikannya. 


Begitu pula Qur'an 9:105 mengatakan bahwa Allah akan melihat semua perbuatan kita (lahir- batin) dan Rasul dan mukminin (tentu saja imam makshum rajanya para mukmin sejati). Jadi tawassul dengan kata-kata, surat, suara hati, dll tidaklah jadi masalah. 

Sedang untuk dalil umur panjangnya imam Mahdi as ini banyak disebut dalam kitab-kitab akidah. Di sini saya akan menukil beberapa saja, diantaranya: 

1a. Keharusan adanya imam makshum di setiap waktu, karena kalau tidak ada makshum berarti tidak ada shiratu al-mustaqim yang tidak mengandungi kesesatan sedikitpun (wa la al- dhaalliin). Sementara imam itu hanya 12 orang seperti yang diriwayatkan Bukhari-Muslim dll (Bukhari hadits ke: 7222, 7223, dll; Muslim hadits ke: 3393-3398,dll). Jadi imam ke 12 as ini harus bertahan sampai menjelang kiamat tiba. Karena imam 1-11 sudah pada dibunuhi oleh Khawarij, Bani Umayyah dan Bani Abbas.

1b. Dalam riwayat Sunni yang melebihi mutawatir diriwayatkan bahwa yang keluar dari imam/ jamaahnya, atau selangkah saja keluar dari itu dan mati maka dia mati jahiliyyah (Bukhari hadits ke: 7053, 7054, 7143, 6530, 6531, 6610, 6645, 6646, dll). 

Jadi, kalau imam tidak ada atau belum lahir, maka sepanjang 12 abad ini orang-orang muslim yang mati adalah mati jahiliyah (jahil dari imam yang membuat kehilangan Islam hakiki dan arah). Padahal wajib berimam supaya bisa dikatakan jamaah sebagaimana hadits-hadits tadi yang mengatakan kalau keluar dari imam berarti keluar dari jamaah. 

Lagi pula mana ada jamaah tapi tidak ada imamnya? Bisa nggak shalat jamaah tapi tidak ada imam di depannya. Jadi, kalau mau dikatakan “Ahlussunah Waljamaah”, maka hrs ikut sunnatullah dan sunnsatunnabi dalam segalanya termasuk imamah/khilafah ini, baik dari sisi jumlah dan orangnya serta sifatnya yang makshum, maka harus juga punya imam yang makshum. 

Nah, kalau wajib berimam + dengan tidak ada imam = 12 abad mati jahiliyyah = kewajiban Tuhan di atas kemampuan manusia = mustahil Allah lakukan = berarti imam ke 12 as ada dan nyata. 

1c. Ketika dalil-dalil tentang imam 12 itu sudah kuat secara Qur'an, hadits dan akal, maka tidak layak bagi seorang mukmin yang percaya akan Kuasa Allah untuk mempertanyakan tentang umur panjangnya imam Mahdi as. 

1d. Dalam Qur'an ada beberapa contoh umur panjangnya manusia: 

1d-1. Ashhaabu al-Kahfi yang tidurnya saja 309 tahun lebih (QS: 18:25). 

1d-2. Masa kenabian nabi Nuh as sampai ke datangnya badai topan saja sudah 950 tahun, belum lagi masa sebelum dan sesudahnya (QS: 29:14). 

1d-3. Nabi Isa as sendiri yang lahir kira-kira 500 tahun sebelum Nabi saww masih hidup dan akan turun untuk menaati imam Mahdi as ini (Bukhari : 4:205; Muslim: 1:136/244; dll). 

1d-4. Allah swt berfirman tentang nabi Yunus as bahwa kalau bukan karena beliau orang yang suka bertasbih maka sudah diletakkan di perut ikan sampai hari kiamat (QS: 37:143-144). Dari entah berapa ratus atau ribu tahun sebelum Nabi saww dan sampai hari kiamat yang, itupun di dalam perut ikan yang, sudah pasti lebih sulit dari di darat dan berarti ikannya juga umur panjang.

Kesimpulan

1. Imam Mahdi as sudah lahir sejak tahun 250 H. 

2. Kelahiran dan panjang umurnya didukung ayat-ayat, hadits-hadits Sunni dan akal. 

3. Imam Mahdi as rajanya mukminin yang bisa melihat lahir-batin perbuatan manusia sesuai QS: 9:105. 

4. Bertawassul dengan cara komunikasi apapun bisa dilakukan seperti surat dll. Sekian. Tunggu- lah untuk jawaban masalah (e) Bahwa imam memimpin langit-bumi. Tolong doanya. 


Catatan Lanjutan dan Sebelumnya:



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kedudukan Fantastis Imam Bag: 2 (maqam/kedudukan imamah melebihi maqam kenabian dan malaikat)




by Sinar Agama (Notes) on Saturday, September 11, 2010 at 9:41am

Setelah selesai dari masalah/poin (a), mari kita coba atasi masalah (b) dari yang telah dibawa Abb Bagis:

KEDUDUKAN IMAM MELEBIHI KEDUDUKAN PARA NABI DAN MALAIKAT 


Jawab:
b1. Dalam Syi’ah sebagian nabi, juga diyakini sebagai imam seperti nabi Ibrahim as dan nabi Muhammad saww. Jadi, kalau dikatakan bahwa kedudukan imam itu lebihi kedudukan para nabi, bukan termsuk nabi yang juga imam, kecuali kalau memang dari sisi keimamahannya dilebihi.

b2. Kedudukan imam menurut Qur'an, melebihi pangkat kenabian. Karenanya, nabi Ibrahim as yang sudah nabi dan ulu al-‘Azmipun, perlu diuji berubi-tubi untuk jadi imam. Seperti dibakar, tidak punya anak, pisah dengan anak-istrinya, menyembelih anaknya Ismail dll (QS:2:124). Dan nabi Ibrahimpun minta untuk keturunannya, dan Allah kabulkan tapi bagi yang tidak- aniaya/zhalim (bc: makshum, karena dosa adalah aniaya pada diri).

b3. Perlu diketahui bahwa nabi Muhammad saww dan para imam makshum as adalah keturunan nabi Ibrahim as. Dan karena mereka makshum yang, juga menurut Qur'an dan Nabi saww, maka merekalah imam setelah Nabi saww. Qur'an mengatakan mereka ahlulbait yang suci (QS:33:33), penguasa yang bayar zakat kala ruku’ (QS:5:55), ‘uli al-amri minkum pemimpin di antara kamu (QS:4:59), karena Allah juga melarang kita taati orang yang punya dosa (QS:76:24). Sementara Nabi saww bersabda bahwa imam itu hanya 12 dan dari Quraiysy (Bukhari hadits ke 7223 & 7222). Cucu-cucu nabi Ibrahim + Ahlulbait yang makshum + wajib taat mutlak pada pemimpin + tidak boleh taat mutlak pada yang punya dosa + imam hanya 12 orang + di hadits-hadits lain nama-nama mereka disebut + dll = Mereka adalah imam makshum yang wajib ditaati.

b4. Dengan penjelasan-penjelasan itu dapat dipahami bahwa pangkat imam melebihi pangkat kenabian. Jadi para imam makshum melebihi derajat para nabi terdahulu yang bukan imam. Ulama saja adalah pewaris para nabi (Bukhari hadits ke:71) apalagi mereka sebagai imamnya para ulama. Atau Rasul saww bersabda: “Ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israel (Tarikh Ibnu Khaldun 1:325; Tafsir Kabir, karya Fakhru al-Rozi tafsir ayat QS: 10:57-58; 14:11-12; 41:33; 56:15; Tafsir al-Siroju al-Munir juz 3:313; Tafsir al-Nisaburi QS 2:87-91; dll). Atau imam akhir jaman akan memimpin nabi Isa as. Rasul saww bersabda: “Bagaimana kalian (hebatnya kalian) ketika turun nabi Isa as pada kalian, imamnya tetap dari kalian”. (Bukhari hadits ke:3449; Muslim hadits ke:222-224).

Begitu pula para imam 12 as lebih afdhal dari para nabi yang juga imam dari yang telah terdahulu selain Rsulullah saww. Karena selain ilmu Qur'an dan Islam lebih luas dan dalam dari kitab-kitab terdahulu, riwayat-riwayat yang telah disebut tadi bisa dijadikan dalil untuk hal ini. Masih banyak dalil lagi yang tidak muat di tulisan ini.

b5. Untuk membuktikan bahwa imam makshum lebih afdhal dari malaikat, tidak repot, karena nabi Adam as yang dilampaui nabi Muhammad saww dan imam makshum as (dengan semua penjelasan di atas), disujudi seluruh malaikat sesuai perintah Tuhan (QS:2:34). Apalagi semua malaikat sangat menginginkan pangkat Khalifatullah ini dengan menawarkan diri mereka secara halus.

Setelah para malaikat mengutarakan keberatan mereka terhadap penciptaan/pengangkatan manusia sebagai khalifatullah, mereka menawarkan diri dengan halus dengan mengatakan: “….. sedang kami bertasbih kepadaMu dengan pujian-pujian dan mensucikanMu” (QS: 2:30). Yakni kami lebih layak untuk jadi khalifahMu. Dan Imam, sudah pasti KhalifahNya, maka kedudukannya melebihi malaikat, karena malaikat tidak ngiler/ingin-sangat pada kedudukan ini kecuali karena lebih tinggi/mulia dari kedudukan mereka sendiri. Dengan ini maka terbuktilah bahwa dakwaan orang Syi’ah tentang kedudukan fantastis itu, tidak sembarangan. Dan saudara-saudara Sunni tidak berhak melecehkannya karena didukung ayat-ayat, begitu pula riwayat-riwayat Sunni. Sekarang terserah anda mau terima atau tidak. Semoga bermanfaat dan nantikanlah jawaban untuk masalah (c-e).

Penutup-masalah (a-b):

Setelah kita bahas masalah

(a) Kalau tidak ada imam Ali as tidak akan dicipta/diutus Nabi Muhammad saww dan kalau tidak ada hadh Fatimah as tidak akan dicipta keduanya, dan masalah

(b) Bahwa imamah itu lebih tinggi dari ke-nabian dan ke-malaikatan, maka sekarang kita akan masuki masalah

(c) dengan ijin Allah swt, yaitu bahwa “Para Nabi/rasul Gagal Menegakkan Keadilan dan Baru Imam Mahdilah as Yang Akan Berhasil.”

Namun, sebelum saya masuk membahasnya, perlu saya ingatkan bahwa sehubungan keutamaan ulama yang seperti nabi-nabi terdahulu itu, adalah bukan orang yang sekedar hafal ilmu-ilmu, tapi yang mengamalkan ilmunya dengan penuh kekhusukan, ketawadhuan dan mengajar dengan hikmah.

Jadi, ulama yang sekedar hafal, atau bahkan yang membawa pedang/teror kemana-mana un- tuk membunuhi muslim lain yang tidak membunuh/menyerang dengan senjata yang, karena dianggap syirik-kafir oleh mereka (ulama-ulama wahhabi Saudi, Thaliban, al-Qaidah, …dst.), sudah pasti keluar dari keutamaan itu.

Bahkan bagi yang ke-2 ini pasti akan menempati posisi paling dalam di neraka. Karena, nyawa orang dalam Islam adalah hal terpenting yang harus dijaga dan tidak boleh sembarangan. Baik terjaga dengan syahadatain saja bagi muslim (shalat/tidak, bid’ah/tidak, dianggap musyrik/tidak), atau dengan kebebasan beragama (la ikraaha fi al-diin) bagi orang bukan muslim. Karenanya Tuhan berfirman bahwa siapa yang membunuh satu orang maka seperti telah membunuh semua manusia (QS:5:32). Dengan hanya bermodal syirik, lalu murtadin atau mufsidin orang untuk halalkan darahnya, adalah hal yang tidak pernah dikerjakan nabi manapun.

Padahal umat-umat nabi yang menyimpang itu sudah jelas-jelas keluar dari tauhid menurut ukuran ilmu nabi yang makshum as. Lah, mereka hadza/ini (wahhabi-wahhabi itu) adalah penjagal-penjagal ribuan muslimin dengan ilmu ceteknya yang tidak pernah mau kalau diajak debat/diskusi karena takut dan yang bisanya hanya mengatakan: “Jangan ngomong sama Syi’ah yang kafirin”.

Sementara itu, di lain pihak, Wahhabi-wahhabi itu saling gandeng tangan dengan para barat-israel dalam menghacurkan Islam dan muslimin Sunni-Syi’ah. Untuk ilmu-ilmu terornya, begitu pula senjata-senjata mutakhirnya, mereka pelajari dari barat-israel, dengan dana petrol dan heroin. Jadi, sudah waktunya orang-orang Indonesia dan pemerintah mewaspadai orang-orang wahhabi ini atau yang beraqidah sama dengan mereka.

Supaya jangan sampai Indonesia nanti seperti Negara Hijaz yang jadi Saudi (nama suku wahhaabiyyuun) dengan penumpahan darah beribu-ribu Sunni. Kita tak usah ngiler dengan uang/bantuan mereka, mari kita ngiler pada agama argumentatif dan akhlak saja dan saling berdampingan dengan rukun dalam keberbedaan madzhab, bahkan dengan agama yang lain sebagaimana diajarkan para nabi as.



Catatan Selanjutnya:



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 10 Agustus 2018

Bada’, Raj’ah dan Mushhaf Faathimah as



Seri tanya jawab: Mad Joger dan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, August 11, 2011 at 3:14am


Mad Joger: Ustadz tolong jelaskan masalah bada’ dan raj’ah..? Apakah mushaf Fatimah itu isinya bisa berubah atau tidak…?

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyannya:

(1). Tentang Bada’ sepertinya saya sudah menjelaskannya dulu. Intinya, adalah perubahan ketentuan Tuhan yang seiring dengan keadaan hambaNya. Misalnya, ketika orang berbuat dosa, maka ia ditetapkan olehNya sebagai pendosa. Tapi ketika orang itu bertaubat, maka ketentuanNya tadi dirubah menjadi taubat dan dihapus dosanya atau bahkan dosanya dirubah menjadi pahala.

Misalnya, ketika seorang berusaha dari jelek ke baik, maka efek-efek jeleknya yang tadinya merupakan ketetapannya akan dirubah menjadi ketentuan-ketentuan lain. Misalnya, bagi pemalas, maka fakir adalah ketentuannya. Jadi, si Fulan yang malas, maka ia pasti miskin (tentu malah yang kondisinya memang ke miskin, bukan malas tapi punya warisan ribuan perusahaan). Tapi ketika ia berubah menjadi rajin dan gigih serta profesional, maka Tuhan- pun akan merubah ketentuanNya kepada kaya dan semacamnya.

Sebenarnya bada’ itu adalah ijin Tuhan terhadap usaha-usaha manusia dan perubahan- perubahannya dari kondisi ke kondisi tertentu dimana bisa melahirkan akibatnya sendiri- sendiri. Jadi, Tuhan tidak pernah menentukan nasib manusia dari awal. Tapi dari kondisi sosial setiap manusia yang lahir dari manusia sebelumnya itu adalah sebagai awal kondisi dia yang akan melahirkan akibatnya sendiri. Jadi, kondisi asal atau fitrahnya setiap orang, ditentukan oleh ikhtiar manusia lain, seperti ayah-ibu dan lingkungan mereka. Misalnya, ayah-ibunya koruptor dan negara Indonesia yang seperti ini, maka si Fulan bayi itu akan terkondisikan oleh ikhtiar yang berupa keadan tersebut.

Jadi, ketentuan awalnya si Fulan bayi tersebut ditentukan oleh ikhtiar orang lain yang memang logis alamis. Jadi, Tuhan mengijinkan si Fulan bayi untuk lahir sesuai dengan ikhtiar kedua orang tuanya. Di sini, Tuhan tidak menentukan si Bayi tadi, tapi hanya mengijinkanNya lahir atas usaha kedua orang tuanya. Inilah yang dikatakan ketentuan awal Tuhan.

Sudah tentu ketika seseorang lahir di keluarga koruptor dan selalu makanan haram rakyat, dan kondisi pergaulan seperti di Indonesia ini yang sudah tidak perlu dibahas lagi dimana pacaran di dalam aktifis Islam saja sudah merupakan hal-hal yang wajar dan tidak aib, maka sudah tentu ia akan menghadapi pemandangan batil.

Ketika si anak mulai dewasa, maka sudah pasti gen, keluarga dan lingkungannya, akan sangat memberikan pengaruhnya yang, bisa dikatakan dengan was-was syethan (jin dan manusia). Nah, kalau dia tidak menggunakan akal gamblangnya dan bahkan mengikuti was- was atau pengaruh itu, maka ketentuan dia sudah pasti ke dalam kesesatan yang nyata. Yaitu memandang bahwa koruptor itu tidak jelek (ini dari sisi ilmunya sebagai akibat dan kesesatan awal yang sangat menentukan berikutannya), pacaran itu tidak jelak. Setelah ilmu yang dia ikuti ini perasaanis dan bukan akilis, maka sudah tentu dia akan meneruskan kepada akibat berikutnya, yaitu melakukannya sendiri.

Semua akibat-akibat dari pilihan yang ikhtiaris (baik dari lingkungan atau diri sendiri) itulah yang dikatakan ketentuan Tuhan yang, seberarnya adalah ijin Tuhan.

Jalan naturalis, baik individualis atau sosialis itulah yang dikatakan ketentuan awal. Alias jalan normal.

Namun demikian, ketika si anak tadi melakukan perubahan, ia mulai mengikuti akal gam- blangnya dan meninggalkan perasaannya atau akal yang bercampur perasaannya, dan memulai dengan usaha-usaha yang bersifat pilihan-pilihan ikhtiari yang lain yang lebih baik atau mutlak baik, maka sudah tentu akan melahirkan ketentuan lain yang juga lebih baik.

Nah, perubahan dari rel pertama ke rel kedua itulah yang dikatakan bada’ atau Perubahan Ketentuan Tuhan. Tentu saja, masih banyak lagi bentuk bada’, seperti perubahan perintah Tuhan kepada nabi Ibrahim as dari perintah menyembelih anak ke kambing ...dan seterusnya. dimana penjelasannya banyak sekali, seperti untuk ujian dan sebagainya. Yang jelas, kalau bada’ terjadi pada makhluk, biasanya tanpa disertai pengetahuan sebelumnya. Akan tetapi bada’ Tuhan tentu saja disertai pengetahuan sebalumnya dan bahakn sebelum alam ini dicipta.Namun, ruh dari ajaran bada’ ini sebenarnya ingin memberikan optimisme kepada manusia (yang gagal dan berdosa) agar hendaknya tidak pernah berputus asa atas Rahmat Tuhan dan, dari satu sisi yang lain (bg yang sukses dan taat) untuk tidak berlaku sombong dan terlalu percaya diri (hingga selalu hati2). Semua itu karena semuanya bisa terjadi perubahan. Tapi perubahan yang dirubahNya, melainkan perubahan yang kita lakukan sendiri.

Kesimpulan: Ajaran bada’ ini sebenarnya pengumuman Tuhan tentang luasnya kebebasan seorang hamba dalam memilih rel-rel kehidupannya, dan luasnya kesempatan yang dibe- rikanNya untuk melakukan perubahan dan taubatan nashuuha.

(2). Kalau Raj’ah saya sudah menulisnya sebelum ini, Intinya adalah dibangkitkannya beberapa orang setelah matinya di dunia ini di masa imam Mahdi as keluar nanti. Dan raj’ah ini sudah sering terjadi di jaman terdahulu, seperti shahibulkaafi, seorang shalih dengan himarnya, umat nabi Musa as yang 40 orang, ada lagi umat beliau as yang dihidupkan dengan pukulan daging sapi yang disembelih atas perintah Tuhan itu, ada lagi kejadian penghidupan orang mati ini di jaman nabi Isa as yang memang mu’jizat beliau as dimana bahkan anak nabi Nuh as pun pernah dihidupkannya dari kuburan yang sudah ratusan atau ribuan tahun.

(3). Kalau mushhaf Faathimah as itu adalah suatu buku yang berisi catatan-catatan ilmu yang ditulis oleh imam Ali as dengan diktean Hdh Faathimah as ketika sakitnya sebelum beliau syahid dimana tulisan tersebut dimaksudkan oleh beliau sebagai ilmu yang akan diwariskan kepada putra-putra beliau yang makshum as (para imam as). Jadi, buku itu selalu ada di tangan para imam as sampai detik hari ini. Yaitu berada di tangan imam Mahdi as. Karena itu, maka jelas tidak akan mengalami perubahan.

Wassalam.

Hidayatul Ilahi and 14 others like this.

Haladap Saw: Salam ustadz izin share.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentnya (tapi sek sijhi = masih satu). 

Sinar Agama: Haura: ok, monggo saja. Seingat saya dulu juga sudah pernah kutulis tentang Bada’ itu. Entahlah. Sepertinya sih ada di catatan-catatanku.

Haladap Saw: terimakasih ustadz. Ya, ada di catatan di mekarsari 

Haladap Saw: Terlalu banyak catatan sampai lupa ya Ustadz.

Sinar Agama: Haura: Salah satu syukurku padaNya adalah taufik menulis catatan-catatan ini. Walau kulupa sudah judul-judulnya, tapi ia ada dalam sejarah kita ini dan bisa dicari ulang. Yang terlengkap di Group Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama yang diolah oleh Anggelia yang sekarang sudah lebih dari 170-an catatan. Tapi ada katalognya dan tinggal cari dan pencet (eh klik), maka keluar deh tulisannya. Jangan lupa doakanku, supaya yang kutulis itu tidak ngawur dan ada di jalanNya dengan dasar argumentasi gamblang. Masykuriinn.

Haladap Saw: Iya, ane tadi baca afwan tadi ana minta izin save, boleh ya , syukran sangat membantu sekali untuk belajar mengenal dari yang terkecil hingga yang tak berujung, yang fakir seperti ana ini, syukran ustadz.

Sinar Agama: Haura: Semua tulisanku di fb ini boleh dipakai untuk apa saja dan dengan cara apa saja, asal untuk kebaikan dan bukan bisnis. Tapi untuk yang ”Suluk Ilallah” tidak boleh ikut menyebarkannya. 

August 11, 2011 at 6:18am · Like


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ