Tampilkan postingan dengan label Hdh Fatimah Az Zahra as. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hdh Fatimah Az Zahra as. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Agustus 2018

Kedudukan Fantastis Imam, Bag: 5-c (Bahwa imam memegang pemerintahan langit dan bumi)



by Sinar Agama (Notes) on Thursday, September 30, 2010 at 7:09 am

Melanjutkan jawaban terhadap permasalahan yang dibawa Abd Bagis, yaitu poin (d) tentang:

IMAM MEMEGANG PEMERINTAHAN LANGIT DAN BUMI

15. Doa tanpa shalawat pada Rasul saww dan Ahlubait as, akan menjadi tertutup dan dengan shalawat, akan menjadi terkabul (Kanzu al-‘Ummal 1:173; Shawa’iqu al-Muhriqoh 88; Faidhu al-Qodir 5:19; Thabrani di tafsir Kabirnya; Baihaqi di Syu’abi al-Imannya; dan lain-lain). 

Shalawat pada Nabi saww harus menyertakan Keluarga beliau saww yang suci/Aali (Bukhari di kitab Da’awaat, bab shalawat atas Nabi saww; dan segudang lainnya). 

Bahkan Shalat lima kali (dalam 3 waktu) menjadi batal tanpa shalawat pada Aali/keluarga suci Nabi saww. (Muslim, kitab al-shalat, bab shalawat atas Nabi saww setelah tasyahhud; Turmudzi 2:212; al-Nisai 1:190; Ibnu Maajah 65; Tafsir Thabari 22:31; Baihaqi 2:379; Sunan al-Daaruqudni 136; Dzakhairu al-‘Uqba 19; al-Shawa’iqu al-Muhriqoh 88; Tafsir Fakhru al-Rozi kala menafsiri QS: 42:23; ...dst sampai tidak terhitung jumlahnya dari kitab-kitab hadits dan tafsir). 

16. Ahlulbait adalah keluarga yang disucikan, bukan sekedar keluarga. Dan mereka itu adalah Ali as, Fathimah as, Hasan as dan Husain as sesuai dengan ayat yang berbunyi +/-: 

“Sesungguhnya Allah hanya ingin menghindarkan dari kalian Ahlulbait/keluarga-Nabi segala ke- kejian/dosa dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” 

Sesuai dengan tafsir-tafsir dan riwayat-riwayat Sunni seperti: Shahih Muslim, kitab Fadhaaiu al-Shahaabah, bab Fadhaailu Ahlu al-bait 2:367; Shahih Turmudzi hadits ke 3258, 3875; Musnad Ahmad 1:330; Mustadrak 3:133,146, 147, 158; al-Mu’jamu al-Shaghiir 1:65,135; 

Syawaahidu al-Tanziil 2:92 hadits ke 637, 638...sampai 60 hadits; Tafsir Thabari 22:5,7,8; Tafsir al-Duuru al-Mantsur 5: 198; Tafsir al-Kasysyaaf 1:193; Ahkamu al-Qur'an karya Ibnu ‘Arabi 2:166; Tafsir Qurthubi 14: 182; Tafsir Ibnu Katsir 3: 483, 484, 485; dan segudang lainnya. 

Tentu saja, ke 9 imam lainnya adalah Ahlulbait yang makshum, karena Nabi saww bersabda setelah aku ada 12 imam yang semuanya dari Quraisy (Bukhari hadits ke: 7222-7223; Shahih uslim: 3393-3394; dll dari hampir seluruh kitab-kitab hadits dan tafsir Sunni) sementara di Qur'an melarang kita taat (mutlak) pada yang memiliki dosa (QS: 76:24 ). Lihat keterangan selanjutnya di catatanku yang berjudul “Konsep Imamah/Khilafah Dalam Islam (Syi’ah)”. 

17. Ahlulbait di atas, juga sesuai dengan pengakuan ‘Aisah istri Nabi saww. (Shahih Muslim 2:368; yang bersyarah Nawawi, 15:194; Syawahidu al-Tanziil 2:33 dengan 9 riwayat; Mustadrak 3:147; al-Duuru al-Mantsur 5:198; dll). Dan sesuai dengan pengakuan Ummu Salamah, istri Nabi saww yang lain (Shahih Turmudzi hadits ke 3258, 3875, 3963; Syawahidu al-Tanzil 2:24, hadits ke 659, 706, ..sampai 33 hadits; Tafsir Ibnu Katsir 3:484, 485; Usdu al-Ghobah 2:12, 3:413; Dzakhoiru al-‘Uqba 21, 22; Tafsir Thabari 22:7-8; Tafsir al-Duuru al-Mantsur 5:198; dll). 

Ahlulbait bukan istri-istri Nabi saww. (Shahih Muslim 2:362/7:123/15:181 yang syarah Nawawi; Shawaiqu al-Muhriqoh 148; Faraidu al-Simthain 2:250; ‘Abaqotu al-Anwar 1:26,104,242, 261, 267). 

18. Rasul saww bersabda +/-: 

”Aku perang dengan yang memerangi kalian (Ahlulbait) dan damai bagi yang damai pada kalian” (Shahih Turmudzi 2:319; Mustadrak 3: 149; Usdu al-Ghobah 3: 11, 5:523; Kanzu al-‘Ummal 6:216 menukil dari Ibnu Habban 7: 102 dan menukil dari Ibnu Syaibah, Turmudzi, Ibnu Maajah, Thabrani, Hakim dll; Dzakhairu al-‘Uqba 25; Musnad Ahmad bin Hambal 2:442; Tafsir al-Duuru al-Mantsur dalam menafsiri ayat penghindaran dari dosa di atas, yakni ayat tathhir; dan lain-lain). 

19. Ahlulbait yang suci itu dijadikan sebagai penjelas al-Qur'an oleh junjungan kita Nabi Muhammad saww dengan sabdanya yang semakna dengan ini +/-: 

“Kutinggalkan dua perkara yang berat pada kalian yang, kalau kalian pegangi tidak akan pernah sesat setelah aku. Yang pertama kitabullah, dan yang ke dua ‘Itrahku Ahlu Baitku (bc: keluarga suciku, sesuai ayat di atas)”. 

Malahan ada yang sampai-sampai Nabi saww mewanti-wanti umat dengan lanjutan sabdanya +/-: 

“…. Kuingatkan kalian pada keluargaku, kuingatakan kalian pada keluargaku, kuingatkan kalian pada keluargaku”, seperti yang terdapat di Shahih Muslim 2:362. Atau dengan kelanjutan sabdanya yang lain di tempat lain: 

" …dan keduanya itu (Kitab dan Ahlulbait) tidak akan pernah saling berpisah sampai mereka mendatangiku nanti di al-Haudh/Telaga (di surga). Nantikanlah bagaimana kalian akan menyim- pang dari aku melalui keduanya itu”. Hadits Tsiqlain (dua yang berat) ini diulang-ulang Nabi saww di berbagai kesempatan dan tempat. Ibnu Hajar mengatakan: 

“Hadits-hadits ini memiliki jalur/sanad/perawi/thuruq yang banyak yang telah diriwayatkan oleh lebih dari 20 shahabat (sebenarnya keseluruhannya di Sunni ada 35 sahabat, jadi lebih dari kelipatan 3 mutawatir). Di sebagian sanad mengatakan bahwa Nabi saww mengatakannya di Haji Wada’, sebagian yang lain di Madinah diwaktu sakitnya beliau dimana waktu itu kamar beliau telah dipenuhi para shahabat, sebagian lagi di Ghadiru al-Khum, sebagian lagi di Mimbar setelah pulang dari Thaif. Dan semua itu tidak masalah sama sekali karena tidak mustahil Nabi saww mengulang-ngulangnya di berbagai tempat karena perhatiannya pada pentingnya keduanya (Qur'an dan Ahlulbait).” (al-Shawaaiq al-Muhriqoh hal 89 cet al- Maimaniyyah Mesir, dan hal 148 cet al-Muhammadiyyah). 

Hadits-hadits Qur'an dan Ahlulbait ini diriwayatkan di Shahih Muslim 2:362; Shahih Turmudzi 2:308; Musnad Ahmad 3:17, 26,..; Tafsir Ibnu Katsir 4:113; Tafsir Khozin 1:4; Tafsir al-Durru al-Mantsuur 6:7, 306; Usdu al-Ghaabah 2:12; Mustadrak 3: 148;.....dst sampai-sampai saya sendiri kelelahan menghitung jumlah bukunya setelah saya hitung sampai pada kitab ke 70-an, sampai-sampai ke kitab-kitab kamus Arab hadits ini juga dinukil seperti kamus Lisanu a-‘Arab 13:93; Taju al-‘Arus 7:245; al-Qomus 3:342. Saya juga pernah hitung-hitung jumlah haditsnya sampai melebihi 240-an yang tersebar di berbagai kitab-kitab Sunni yang terjangkau saya, belum lagi yang tidak terjangkau. 

20. Malaikat mengucap Ta’ziah pada Ahlulbait kala Nabi saww wafat (Mustadrak 3:57; al-Ishabah 2:129 dan dikatakan di dalamnya bahwa Baihaqi juga meriwayatkan hal ini). 

21. Diriwayatkan bahwa Nabi saww bersabda (dan yang semakna dengan ini) +/-: 

22. (a) Dari Abu Said al-Khudri bahwa Nabi saww mendatangi Fathimah as dan bersabda: 

“Sesungguhnya aku dan kamu (Fathimah as) dan yang tidur ini (Ali as) dan mereka berdua (Hasan as dan Husain as) sungguh-sugguh dalam satu tempat/maqam/derajat di hari kiamat.” 

(Mustadrak 3:137; Musnad Ahmad bin Hambal 1:101; Usdu al-Ghabah 5:523; Abu Daud 1:26; 

Kanzu al-‘Ummal 7:101; al-Riyadhu al-Nadhrah 2:208;). 

(b) “Yang pertama kali masuk surga adalah aku, kamu (Ali as), Fathimah, Hasan dan Husain” 

(Mustadrak 3:151; Dzakhoiru al-‘Uqba 123; Tafsir al-Kasysyaf dalam menafsir QS: 42:23; Nuru al-Abshar 100; Kanzu al-‘Ummal 6:218; al-Riyadhu al-Nadhrah 2:211; dll). 

23. Rasul saww bersabda +/-: 

(a) “Sesungguhnya umat ini akan mengkhianatimu (Ali as) setelah aku dan engkau hidup dalam agamaku dan berperang sesuai ajaranku. Siapa mencintaimu berarti mencitaiku dan siapa yang membencimu berarti membenciku. Sungguh ini (menunjuk ke jenggot Ali as) akan tersemir dari ini (menunjuk ke kepala imam Ali as, yakni jenggotnya akan terlumuri darah dari kepalanya di waktu syahid).” 

Hadits ini dan yang semakna ada di: Mustadrak 3:142; Tarikh Baghdaad 11:216; Kanzu al- ‘Ummaal 6:73; Majma’ 9:138; dll dimana mereka-mereka ini menshahihkan hadits tersebut dan hadits-hadits sebelumnya. 

(b) “Ya Ali sungguh kamu akan ditimpa bencana setelah aku, maka jangan bunuh mereka!” 

(Kunuuzu al-Haqaaiq karya al-Manawi 188, maksudnya jangan perangi mereka di awal-awal wafatnya Nabi saww sebelum Islam kuat secara fisik). 

(c) “... Lalu Rasulullah saww menangis. Rasul saww ditanya: Apa yang telah membuatmu menangis ya Rasulullah? Rasul saww menjawab: ‘Kedengkian-kedengkian berada di hati orang-orang yang tidak dikeluarkannya kepadamu (Ali) kecuali setelah aku (wafat)....’.” 

(Tarikh Baghdaad: 12:398; Kanzu al-‘Ummaal 6:408; al-Riyaadhu al-Nadhrah 2:210; Mustadrak 3:139; al-Majma’ 9:118). 

24. (a) Dikatakan dalam al-Shawaaiqu al-Muhriqah 80 bahwa Imam Ali as pada malam hari yang di shubuhnya beliau tertebas (syahid), sering keluar rumah dan melihat ke langit sambil berkata : 

“Demi Allah aku tidak bohong dan tidak dibohongi bahwasannya malam ini adalah malam yang dijanjikan untukku“. 

Dan al-Shawaiq meneruskan tulisannya dengan mengatakan bahwa ketika imam Ali as telah syahid dikubur pada malam hari (bc: kuburnya disembunyikan) supaya tidak digali lagi oleh kaum Khawarij.

(b)Rasul saww, para nabi dan malaikat mendatangi imam Ali as kala kepalanya tertebas pedang beracunnya Abdurrahman bin Muljam (Usdu al-Ghabah 4:38).

(c) Batu-batu di Baitu al-Muqoddas/Iliya, Suriah bahkan di dunia mengeluarkan darah kental kala diangkat, pada hari syahidnya imam Ali as (Mustadrak 3:113, 144; Thabari dalam al- Riyaadhu al-Nadhrahnya 2:247; al-Shawaaiqu al-Muhriqah 116).

25. Rasul saww bersabda +/-:

(a) “Engkau (Ali) dan syi’ahmu (pengikutmu) mendatangiku di telaga (di akhirat).”

Hadits ini dan yang semacamnya ada di: al-Majma’ dari Thabari: 9:131; Kunuuzu al-Haqaaiq 188; al-Istii’aab, 2:457; Mustadrak 3:136; Tarikh Baghdaad 12:289; al-Shawaaiqu al-Muhriqah 66;).

(b) “Engkau (Ali) dan syi’ahmu di surga.”

Hadits ini dan yang semacamnya ada di: Hilyatu al-Auliyaa’ 4:329; Tarikh Baghdaad 12:289, 358; Majma’ 9:173 dari Abu Hurairah; al-Shawaaiqu al-Muhriqah 96; al-Riyaadhu al-Nadhrah karya Thabari 2:209; Kanzu al-‘Ummaal 2:218; al-Muntakhab min Shehhatu al-Sittah 257;...dst.

(c) “Mereka adalah kamu dan syi’ahmu” dalam menjelaskan khairu al-bariyyah (paling bagusnya manusia, QS: 98:7). (Syawahidu al-Tanzil 2:356-366 hadits ke: 1125 – 1149; al-Shawaaiqu al- Muhriqah 96; Tafsir al-Durru al-Mantsuur 6:379; Tafsir Thabari 30:146; dll).

26. Kata-kata Syi’ah Ali as (Pengikut Ali as) yang keluar dari lisan suci Rasul saww dan yang mengabarkan tentang barbagai hal, seperti paling afdhalnya manusia, masuk surga, diridhai, yang menang ...dst kurang lebih sampai mencapai 200-an kata di kitab-kitab yang tersebar di Ahlussunnah yang menerangkan sekitar ayat atau kata yang berbunyi “Khairu al-Bariyyah”, “al-Faaizuun”, “Radhiallah ‘Anhum”, yakni dari yang terjangkau saya. Diantaranya, Tafsir al- Durru al-Mantsur; Tafsir al-Muharriru al-Wajiz; Tafsir al-Alusiy; Tafsir Thabari; Tafsir Haqqu; Tafsir Ruhu al-Ma’ani; Tafsir Fathhu al-Qodir; Bashairu al-Tamyiz; al-Shawaiqu al-Muhriqoh; al-Muntaqa; Nazhmu Durari al-Simthain; Yanabi’u al-Mawaddah; Syarhu Ushuli I’tiqodi Ahli al-Sunnati wa al-Jama’ati; Fadhailu al-Shahabah karya Ibnu Hambal; Mukhtasharu Minhaji al- Sunnati; Ushul wa Tarikhu al-Firaq; al-Mu’jamu al-Ausath karya Thabrani; al-Mu’jamu al-Kabir karya Thabrani; Jami’u al-Hadits; Jam’u al-Jawaami’; Kanzu al-‘Ummal; al-Sunnah karya Abdullah bin ahmad; al-Syari’ah karya al-Ajiriy; Fadhailu al-Shahabah karya Ahmad bin Hambal; Majma’u al-Zawahid; Mausu’atu Athrafi al-Hadits; Mausu’atu al-Takhrij; Usdu al-Ghabah; Tarikh Thabari; Tarikh Baghdad; Tarikh Demesyqiy; Mizanu al-I’tidal; Taju al-‘Arus; Lisanu al-‘Arab; dll).

Kesimpulan:

1. Nabi saww dan Ahlulbait yang suci –Hdh Fathimah as n 12 imam Makshum as- ada dalam satu maqam dan paling afdhalnya makhluk.

2. Afdhal sama dengan lebih tinggi dan dekat di sisi Allah secara hakiki.

3. Yang lebih tinggi/dekat, menjadi perantara Tuhan bagi yang lebih rendah/jauh.

4. Perantara, yakni dalam segalanya termasuk pengaturan.

5. Terbuktilah bahwa mereka mengatur dengan perintahNya


Catatan Sebelumnya:


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Sabtu, 11 Agustus 2018

Kedudukan Fantastis Imam, Bag: 3 (Para nabi tidak berhasil menegakkan keadilan, dan yang akan berhasil adalah al-Mahdi as.)




by Sinar Agama (Notes) on Saturday, September 11, 2010 at 9:50 am

Masih melanjutkan permasalahan yang dibawa Abd Bagis, yaitu poin (c) tentang:

PARA NABI TERMASUK NABI MUHAMMAD SAWW TIDAK BERHASIL MENEGAKKAN KEADILAN, DAN YANG AKAN BERHASIL ADALAH IMAM AL-MAHDI AS

Jawaban-1 Untuk Poin (c):
Abg Bagis dan sebangsanya, merasa pusing mendengar orang Syi’ah katakan bahwa misi nabi-nabi pada gagal. Saya justru bingung dengan pusingnya mereka ini. Karena bagi kita kaum muslimin, nabi-nabi sebelum nabi Muhammad saww jelas kegagalannya. Mereka bahkan dibunuhi di masa mereka (QS: 2:91). Dari Nabi Adam as sampai nabi Isa as (yang diburu sampai diangkat ke langit), telah gagal menegakkan keadilan. 


Bahkan ada yang syahidnya digergaji hidup-hidup seperti nabi Yahya as. Semua kegagalan itu baru di umat mereka sendiri, apalagi kalau diukur dengan keseluruhan misinya, yakni dunia internasional (bumi secara kaafah). Yang sedikit menginternasional saja, seperti nabi Sulaiman as, Yusuf as dan Muhammad saww, tidak bisa dikatakan sukses dalam tegakkan keadilan-agami sesuai ukuran tugasnya, yakni untuk seluruh manusia. 

Begitu pula kalau dilihat dari kelanjutan ajarannya, termasuk agama Islam yang agama terakhir ini. Karena jelas, jangankan jauh-jauh setelah Nabi saww wafat, baru saja tubuh sucinya dimandikan/ dikafani oleh keluarganya (Ahlulbait as), harus menunggu 3 hari kedatangan sahabat-sahabatnya untuk datang menyolati dan menguburkannya, karena mereka lagi sibuk utamakan tugas-tugas khilafah (kata sistem ke-khilafaan) dengan pukul-memukul di Saqifah dan intimidasi keliling ke rumah-rumah tokoh setelahnya yang, baru tuntas untuk sebagian Madinah setelah 3 hari dan baru setelah itu mereka mendatangi tubuh suci Nabi saww untuk menangis dst. Sebesar apa sih Madinah? Emangnya perlu naik bus-way hingga tega-teganya setelah 3 hari baru datang? 

Ah ....sakitnya hati ini menuliskan masalah ini di sini, karena saya malu pada diri sendiri dan pengikut agama lain. Apakah ini keberhasilan Nabi saww yang mengajarkan Rahmatan lil’amin? Ya Nabiyyullah, syafaatilah kami dan bangsa kami yang besar ini. 

Nah, sejak Saqifah itulah mulailah penyerangan pada Rumah hadh Fathimah as hingga Abu Bakar menyesal/nangis, menyuruh orang-orang untuk menarik baiatnya seperti yang telah dinukil sebelum ini, Tarikh Thabari: 4:52, cet. Mesir; Dzahabi dalam Mizanu al-‘I’tidal 2:215); Pemboikotan setoran zakat pada khalifah-1 yang dianggap tidak syah hingga dibayarkan langsung pada yang berhak; Perang terhadap mereka dari arah khalifah-1 dengan dipanglimai Khalid bin Walid; Dipenggalnya ketua qabilah mereka Malik bin Nuwairah dan teman-temannya setelah shalat bersama dengan Khalid (Tarikh Tabari: 2:502, cet. Al-Istiqomah, Mesir); Ditidurinya istri Malik yang cantik oleh Khalid di malam harinya sampai Umar ngamuk-ngamuk (ibid); 

Perangnya ini dan itu sesama sahabat; Perangnya ribuan tentara yang dipimpin imam Ali as vs ribuan tentara yang dipimpin siti ‘Aisah-Mu’awiyah-Khawarij; Dibunuhnya imam Hasan as cucu Rasul saww oleh Mu’awiyah; Dibunuhnya imam Husain as cucu Rasul yang lain & sekitar 23 orang keluarganya oleh Yazid bin Mu’awiyah di Karbala; Dibunuhnya 8 imam-imam as yang lain yang juga cucu-cucu Rasul saww oleh Bani Umayyah dan Bani Abbas, dst sampai munculnya Sunni pada abad 2 H, Ibnu Taimiyyah, khilafah-khilafah Utsmaniyyah, wahhabiyyah ...dst sampai pada pembantaian beribu-ribu Sunni oleh Wahhabi untuk mendirikan kerajaannya “Saudi” yang juga ingin jadi raja Islam dunia dengan hanya bermodal Ka’bah dan Madinah dan petrol dan teror yang, kalau orang lain tidak boleh jual kuburan tapi dirinya jualan kubur Nabi saww dengan memegahkannya untuk menarik uang dari pengunjungnya sambil memukul kepala-kepala yang menciumnya tapi meraup uang pijakannya sebagai turis. ... dst sampai pada teror-teror Wahhabi ini di pasar-pasar, mesjid-mesjid, dan Palestina secara langsung/tidak. 

Pertanyaan besarnya adalah, apakah ini yang dinamakan keberhasilan Nabi saww dalam mene- gakkan keadilan agami sampai qiamat? Jadi, Nabi saww tidak berhasil di jamannya, karena belum membumikan Islam dan keadilannya secara keseluruhan bumi sesuai dengan tugas kenabiannya. Dan belum berhasil di jaman kemudiannya sampai hari ini, karena agamanya jadi cerai berai di dalam dan tidak bergigi di luar.

Jawaban-2 Untuk Poin (c)

Dengan semua penjelasan itu dapat dimengerti maksud para ulama Syi’ah kalau mengatakan bahwa misi semua nabi/rasul tidak berhasil. Karena yang dimaksudkan adalah penegakan keadilan agami yang menyeluruh di muka bumi. Dan kesalahannya jelas tidak terletak pada mereka, karena mereka adalah para makshum as. Jadi, kesalahannya terteletak pada umat mereka masing-masing yang, entah karena penentangannya (seperti Jahiliyah, Parsi, Romawi dll), kelambatan berfikirnya, kurang gigihnya atau kesulitan fasilitas komunikasinya dll hingga sampai sekarang keadilan mereka belum merata ke seluruh muslimin dan kafirin di dunia ini.

Jawaban)-3 Untuk Poin (c)

Bertolak dari semua penjelasan terdahulu maka jelaslah bahwa yang dimaksud keberhasilan imam Mahdi as dalam menegakkan keadilan agami adalah ke seluruh penjuru dunia, bukan haya di Arab atau Timur Tengah, atau kemenangan argumentasi/dalil ketauhidannya sebagaimana sebagian muslimin memaknai kemenangan Islam dengan itu. Karena Allah berfirman: “Sungguh telah Kami tulis (bc: ketahui) di dalam Zabur setelah Dzikir (Lauhu al-Mahfuzh) bahwasannya bumi ini akan diwarisi/dikuasai oleh hamba-hambaKu yang shaleh” (QS: 21:105). 

Sudah tentu kemenangan yang dibanggakan Tuhan ini adalah kemenangan yang dipimpin orang makshum as karena keshalihan di sini bukan relatif, tapi hakiki menurut Tuhan, yakni yang harus seiring dengan firman-firmanNya seperti: “Taatlah pada Allah dan taatlah pada Rasul dan pemimpin di antara kalian (bc: manusia, bukan Qur'an)” (QS: 4:59); Atau “Maka sabarlah terhdp hukum Tuhanmu dan jangan taati orang-orang yang punya dosa (bc: tidak makshum) atau kafir“ (QS: 76:24); 

Atau “Sesungguhnya penguasa kalian hanyalah Allah dan Rasul serta orang-orang yang beriman dan membayar zakat ketika dalam keadaan ruku’”(QS: 5:55); Atau “Tunjukkanlah padaku jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat dan tidak dimurkai serta tidak mengandungi kesesatan/ kesalahan sedikitpun" (QS: 1:6-7); Atau seiring dengan sabda-sabda NabiNya saww, seperti: “Setelah aku ada dua belas imam semuanya dari Quraisy” (Bukhari hadits ke 7222, 7223, 6682, 6796; Muslim hadits ke: 3393, 3394, 3398, 4809, 4810, 4815);

Atau sabdanya: “Ya Jabir sesungguhnya washi-washiku dan imam muslimin setelah aku adalah, Ali yang pertama, kemudian Hasan, lalu Husain, lalu Ali bin Husain, lalu Muhammad bin Ali yang dikenal dengan al-Baqir yang kamu akan menjumpainya wahai Jabir dimana kalau sudah menjumpainya sampaikanlah salamku padanya, lalu Ja’far bin Muhammad, lalu Musa bin Ja’far, lalu Ali bin Musa, lalu Muhammad bin Ali, lalu Ali bin Muhammad, lalu Hasan bin Ali, lalu al-Qoim (yang bangkit) yang namanya seperti namaku begitu pula julukannya, yaitu Muhammad bin Hasan bin Ali. Dialah yang dengan tangannya Allah akan menguasakan (bc: Islam) di belahan barat-timur bumi ini. Dialah yang akan ghaib (tidak dikenali, bukan jadi non materi) dari pengikutnya sampai- sampai orang-orang sulit menerima keimamahannya kecuali yang hatinya sudah diuji Allah dengan ujian-ujian keimanan. 

Berkata Jabir bin Abdullah al-Anshari: Aku berkata kepada Rasul saww: Wahai Rasul, apakah umat ini akan mengambil manfaat dari keberadaannya dikala ia ghaib itu? Rasul menjawab: Sudah tentu. Demi Yang Mengutus aku dengan kenabian ini, sungguh mereka akan mengambil sinar dari nur kewilayahannya (kepemimpinannya) di masa ghaibnya itu seperti mengambil mamfaat dari sinar matahari sekalipun tertutup mendung .....” (Yanabi’u al-Mawaddah 3:168 bab: 94 atau hal: 399-401). 

Dan tentang adanya (sudah lahirnya) imam Mahdi as ini, selain dari riwayat-riwayat yang sudah lalu itu, kita dapat berdalil dengan: Imam hanya 12 orang + harus makshum + 11 orang dibunuhi muslimin (Khawarij, Bani Umayyah dan Bani Abbas) + yang mati tidak tahu/baiat pada imamnya berarti mati jahiliyyah (jahil dari imam, bukan jadi kafir sebagaimana yang dituduhkan) + makshum tidak bs belajar kecuali kepada makshum juga = imam Mahdi as pasti sudah lahir sebelum imam ke 11 syahid. Karena kalau tidak, berarti 12 abad muslimin yang mati sampai sekarang ini, semuanya mati jahiliyyah; Shiratu al-mustaqim tidak ada dan tidak mungkin bisa ada; Tuhan mempermainkan kita dengan mewajibkan minta jalan-lurus padahal tidak ada, karena tidak adanya makshum; JanjiNya tentang kepenguasaan shalihin tidak akan terwujud dimana Qur'an menjadi tidak suci dari kebatilan; Mewajibkan kita kepada yang tidak bisa dilakukan, yakni wajib taat pada pemimpin makshum padahal pemimpin itu tidak ada; ...dst. 

Kesimpulan

1. Maksud kegagalan misi keadilan para nabi/rasul as dan suksesnya al-Mahdi as, adalah ke seluruh dunia. 

2. Sukses/tidaknya masalah-masalah sosial-politik, tidak hanya tergantung pada pemimpinnya, tapi juga tergantung umatnya. 

3. Sukses/tidaknya makshumin ditentukan umatnya, karena makshumin (para nabi, rasul dan imam) sudah pasti benarnya. Jadi, kalau gagal, sudah pasti umatnya yang salah. 

4. Suksesnya al-Mahdi as = suksesnya para nabi/rasul dalam jangka panjang dan mereka berpahala. 

Tolong doanya!


Catatan Selanjutnya:




اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


Kedudukan Fantastis Imam Bag: 2 (maqam/kedudukan imamah melebihi maqam kenabian dan malaikat)




by Sinar Agama (Notes) on Saturday, September 11, 2010 at 9:41am

Setelah selesai dari masalah/poin (a), mari kita coba atasi masalah (b) dari yang telah dibawa Abb Bagis:

KEDUDUKAN IMAM MELEBIHI KEDUDUKAN PARA NABI DAN MALAIKAT 


Jawab:
b1. Dalam Syi’ah sebagian nabi, juga diyakini sebagai imam seperti nabi Ibrahim as dan nabi Muhammad saww. Jadi, kalau dikatakan bahwa kedudukan imam itu lebihi kedudukan para nabi, bukan termsuk nabi yang juga imam, kecuali kalau memang dari sisi keimamahannya dilebihi.

b2. Kedudukan imam menurut Qur'an, melebihi pangkat kenabian. Karenanya, nabi Ibrahim as yang sudah nabi dan ulu al-‘Azmipun, perlu diuji berubi-tubi untuk jadi imam. Seperti dibakar, tidak punya anak, pisah dengan anak-istrinya, menyembelih anaknya Ismail dll (QS:2:124). Dan nabi Ibrahimpun minta untuk keturunannya, dan Allah kabulkan tapi bagi yang tidak- aniaya/zhalim (bc: makshum, karena dosa adalah aniaya pada diri).

b3. Perlu diketahui bahwa nabi Muhammad saww dan para imam makshum as adalah keturunan nabi Ibrahim as. Dan karena mereka makshum yang, juga menurut Qur'an dan Nabi saww, maka merekalah imam setelah Nabi saww. Qur'an mengatakan mereka ahlulbait yang suci (QS:33:33), penguasa yang bayar zakat kala ruku’ (QS:5:55), ‘uli al-amri minkum pemimpin di antara kamu (QS:4:59), karena Allah juga melarang kita taati orang yang punya dosa (QS:76:24). Sementara Nabi saww bersabda bahwa imam itu hanya 12 dan dari Quraiysy (Bukhari hadits ke 7223 & 7222). Cucu-cucu nabi Ibrahim + Ahlulbait yang makshum + wajib taat mutlak pada pemimpin + tidak boleh taat mutlak pada yang punya dosa + imam hanya 12 orang + di hadits-hadits lain nama-nama mereka disebut + dll = Mereka adalah imam makshum yang wajib ditaati.

b4. Dengan penjelasan-penjelasan itu dapat dipahami bahwa pangkat imam melebihi pangkat kenabian. Jadi para imam makshum melebihi derajat para nabi terdahulu yang bukan imam. Ulama saja adalah pewaris para nabi (Bukhari hadits ke:71) apalagi mereka sebagai imamnya para ulama. Atau Rasul saww bersabda: “Ulama umatku seperti nabi-nabi Bani Israel (Tarikh Ibnu Khaldun 1:325; Tafsir Kabir, karya Fakhru al-Rozi tafsir ayat QS: 10:57-58; 14:11-12; 41:33; 56:15; Tafsir al-Siroju al-Munir juz 3:313; Tafsir al-Nisaburi QS 2:87-91; dll). Atau imam akhir jaman akan memimpin nabi Isa as. Rasul saww bersabda: “Bagaimana kalian (hebatnya kalian) ketika turun nabi Isa as pada kalian, imamnya tetap dari kalian”. (Bukhari hadits ke:3449; Muslim hadits ke:222-224).

Begitu pula para imam 12 as lebih afdhal dari para nabi yang juga imam dari yang telah terdahulu selain Rsulullah saww. Karena selain ilmu Qur'an dan Islam lebih luas dan dalam dari kitab-kitab terdahulu, riwayat-riwayat yang telah disebut tadi bisa dijadikan dalil untuk hal ini. Masih banyak dalil lagi yang tidak muat di tulisan ini.

b5. Untuk membuktikan bahwa imam makshum lebih afdhal dari malaikat, tidak repot, karena nabi Adam as yang dilampaui nabi Muhammad saww dan imam makshum as (dengan semua penjelasan di atas), disujudi seluruh malaikat sesuai perintah Tuhan (QS:2:34). Apalagi semua malaikat sangat menginginkan pangkat Khalifatullah ini dengan menawarkan diri mereka secara halus.

Setelah para malaikat mengutarakan keberatan mereka terhadap penciptaan/pengangkatan manusia sebagai khalifatullah, mereka menawarkan diri dengan halus dengan mengatakan: “….. sedang kami bertasbih kepadaMu dengan pujian-pujian dan mensucikanMu” (QS: 2:30). Yakni kami lebih layak untuk jadi khalifahMu. Dan Imam, sudah pasti KhalifahNya, maka kedudukannya melebihi malaikat, karena malaikat tidak ngiler/ingin-sangat pada kedudukan ini kecuali karena lebih tinggi/mulia dari kedudukan mereka sendiri. Dengan ini maka terbuktilah bahwa dakwaan orang Syi’ah tentang kedudukan fantastis itu, tidak sembarangan. Dan saudara-saudara Sunni tidak berhak melecehkannya karena didukung ayat-ayat, begitu pula riwayat-riwayat Sunni. Sekarang terserah anda mau terima atau tidak. Semoga bermanfaat dan nantikanlah jawaban untuk masalah (c-e).

Penutup-masalah (a-b):

Setelah kita bahas masalah

(a) Kalau tidak ada imam Ali as tidak akan dicipta/diutus Nabi Muhammad saww dan kalau tidak ada hadh Fatimah as tidak akan dicipta keduanya, dan masalah

(b) Bahwa imamah itu lebih tinggi dari ke-nabian dan ke-malaikatan, maka sekarang kita akan masuki masalah

(c) dengan ijin Allah swt, yaitu bahwa “Para Nabi/rasul Gagal Menegakkan Keadilan dan Baru Imam Mahdilah as Yang Akan Berhasil.”

Namun, sebelum saya masuk membahasnya, perlu saya ingatkan bahwa sehubungan keutamaan ulama yang seperti nabi-nabi terdahulu itu, adalah bukan orang yang sekedar hafal ilmu-ilmu, tapi yang mengamalkan ilmunya dengan penuh kekhusukan, ketawadhuan dan mengajar dengan hikmah.

Jadi, ulama yang sekedar hafal, atau bahkan yang membawa pedang/teror kemana-mana un- tuk membunuhi muslim lain yang tidak membunuh/menyerang dengan senjata yang, karena dianggap syirik-kafir oleh mereka (ulama-ulama wahhabi Saudi, Thaliban, al-Qaidah, …dst.), sudah pasti keluar dari keutamaan itu.

Bahkan bagi yang ke-2 ini pasti akan menempati posisi paling dalam di neraka. Karena, nyawa orang dalam Islam adalah hal terpenting yang harus dijaga dan tidak boleh sembarangan. Baik terjaga dengan syahadatain saja bagi muslim (shalat/tidak, bid’ah/tidak, dianggap musyrik/tidak), atau dengan kebebasan beragama (la ikraaha fi al-diin) bagi orang bukan muslim. Karenanya Tuhan berfirman bahwa siapa yang membunuh satu orang maka seperti telah membunuh semua manusia (QS:5:32). Dengan hanya bermodal syirik, lalu murtadin atau mufsidin orang untuk halalkan darahnya, adalah hal yang tidak pernah dikerjakan nabi manapun.

Padahal umat-umat nabi yang menyimpang itu sudah jelas-jelas keluar dari tauhid menurut ukuran ilmu nabi yang makshum as. Lah, mereka hadza/ini (wahhabi-wahhabi itu) adalah penjagal-penjagal ribuan muslimin dengan ilmu ceteknya yang tidak pernah mau kalau diajak debat/diskusi karena takut dan yang bisanya hanya mengatakan: “Jangan ngomong sama Syi’ah yang kafirin”.

Sementara itu, di lain pihak, Wahhabi-wahhabi itu saling gandeng tangan dengan para barat-israel dalam menghacurkan Islam dan muslimin Sunni-Syi’ah. Untuk ilmu-ilmu terornya, begitu pula senjata-senjata mutakhirnya, mereka pelajari dari barat-israel, dengan dana petrol dan heroin. Jadi, sudah waktunya orang-orang Indonesia dan pemerintah mewaspadai orang-orang wahhabi ini atau yang beraqidah sama dengan mereka.

Supaya jangan sampai Indonesia nanti seperti Negara Hijaz yang jadi Saudi (nama suku wahhaabiyyuun) dengan penumpahan darah beribu-ribu Sunni. Kita tak usah ngiler dengan uang/bantuan mereka, mari kita ngiler pada agama argumentatif dan akhlak saja dan saling berdampingan dengan rukun dalam keberbedaan madzhab, bahkan dengan agama yang lain sebagaimana diajarkan para nabi as.



Catatan Selanjutnya:



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 10 Agustus 2018

Bada’, Raj’ah dan Mushhaf Faathimah as



Seri tanya jawab: Mad Joger dan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, August 11, 2011 at 3:14am


Mad Joger: Ustadz tolong jelaskan masalah bada’ dan raj’ah..? Apakah mushaf Fatimah itu isinya bisa berubah atau tidak…?

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyannya:

(1). Tentang Bada’ sepertinya saya sudah menjelaskannya dulu. Intinya, adalah perubahan ketentuan Tuhan yang seiring dengan keadaan hambaNya. Misalnya, ketika orang berbuat dosa, maka ia ditetapkan olehNya sebagai pendosa. Tapi ketika orang itu bertaubat, maka ketentuanNya tadi dirubah menjadi taubat dan dihapus dosanya atau bahkan dosanya dirubah menjadi pahala.

Misalnya, ketika seorang berusaha dari jelek ke baik, maka efek-efek jeleknya yang tadinya merupakan ketetapannya akan dirubah menjadi ketentuan-ketentuan lain. Misalnya, bagi pemalas, maka fakir adalah ketentuannya. Jadi, si Fulan yang malas, maka ia pasti miskin (tentu malah yang kondisinya memang ke miskin, bukan malas tapi punya warisan ribuan perusahaan). Tapi ketika ia berubah menjadi rajin dan gigih serta profesional, maka Tuhan- pun akan merubah ketentuanNya kepada kaya dan semacamnya.

Sebenarnya bada’ itu adalah ijin Tuhan terhadap usaha-usaha manusia dan perubahan- perubahannya dari kondisi ke kondisi tertentu dimana bisa melahirkan akibatnya sendiri- sendiri. Jadi, Tuhan tidak pernah menentukan nasib manusia dari awal. Tapi dari kondisi sosial setiap manusia yang lahir dari manusia sebelumnya itu adalah sebagai awal kondisi dia yang akan melahirkan akibatnya sendiri. Jadi, kondisi asal atau fitrahnya setiap orang, ditentukan oleh ikhtiar manusia lain, seperti ayah-ibu dan lingkungan mereka. Misalnya, ayah-ibunya koruptor dan negara Indonesia yang seperti ini, maka si Fulan bayi itu akan terkondisikan oleh ikhtiar yang berupa keadan tersebut.

Jadi, ketentuan awalnya si Fulan bayi tersebut ditentukan oleh ikhtiar orang lain yang memang logis alamis. Jadi, Tuhan mengijinkan si Fulan bayi untuk lahir sesuai dengan ikhtiar kedua orang tuanya. Di sini, Tuhan tidak menentukan si Bayi tadi, tapi hanya mengijinkanNya lahir atas usaha kedua orang tuanya. Inilah yang dikatakan ketentuan awal Tuhan.

Sudah tentu ketika seseorang lahir di keluarga koruptor dan selalu makanan haram rakyat, dan kondisi pergaulan seperti di Indonesia ini yang sudah tidak perlu dibahas lagi dimana pacaran di dalam aktifis Islam saja sudah merupakan hal-hal yang wajar dan tidak aib, maka sudah tentu ia akan menghadapi pemandangan batil.

Ketika si anak mulai dewasa, maka sudah pasti gen, keluarga dan lingkungannya, akan sangat memberikan pengaruhnya yang, bisa dikatakan dengan was-was syethan (jin dan manusia). Nah, kalau dia tidak menggunakan akal gamblangnya dan bahkan mengikuti was- was atau pengaruh itu, maka ketentuan dia sudah pasti ke dalam kesesatan yang nyata. Yaitu memandang bahwa koruptor itu tidak jelek (ini dari sisi ilmunya sebagai akibat dan kesesatan awal yang sangat menentukan berikutannya), pacaran itu tidak jelak. Setelah ilmu yang dia ikuti ini perasaanis dan bukan akilis, maka sudah tentu dia akan meneruskan kepada akibat berikutnya, yaitu melakukannya sendiri.

Semua akibat-akibat dari pilihan yang ikhtiaris (baik dari lingkungan atau diri sendiri) itulah yang dikatakan ketentuan Tuhan yang, seberarnya adalah ijin Tuhan.

Jalan naturalis, baik individualis atau sosialis itulah yang dikatakan ketentuan awal. Alias jalan normal.

Namun demikian, ketika si anak tadi melakukan perubahan, ia mulai mengikuti akal gam- blangnya dan meninggalkan perasaannya atau akal yang bercampur perasaannya, dan memulai dengan usaha-usaha yang bersifat pilihan-pilihan ikhtiari yang lain yang lebih baik atau mutlak baik, maka sudah tentu akan melahirkan ketentuan lain yang juga lebih baik.

Nah, perubahan dari rel pertama ke rel kedua itulah yang dikatakan bada’ atau Perubahan Ketentuan Tuhan. Tentu saja, masih banyak lagi bentuk bada’, seperti perubahan perintah Tuhan kepada nabi Ibrahim as dari perintah menyembelih anak ke kambing ...dan seterusnya. dimana penjelasannya banyak sekali, seperti untuk ujian dan sebagainya. Yang jelas, kalau bada’ terjadi pada makhluk, biasanya tanpa disertai pengetahuan sebelumnya. Akan tetapi bada’ Tuhan tentu saja disertai pengetahuan sebalumnya dan bahakn sebelum alam ini dicipta.Namun, ruh dari ajaran bada’ ini sebenarnya ingin memberikan optimisme kepada manusia (yang gagal dan berdosa) agar hendaknya tidak pernah berputus asa atas Rahmat Tuhan dan, dari satu sisi yang lain (bg yang sukses dan taat) untuk tidak berlaku sombong dan terlalu percaya diri (hingga selalu hati2). Semua itu karena semuanya bisa terjadi perubahan. Tapi perubahan yang dirubahNya, melainkan perubahan yang kita lakukan sendiri.

Kesimpulan: Ajaran bada’ ini sebenarnya pengumuman Tuhan tentang luasnya kebebasan seorang hamba dalam memilih rel-rel kehidupannya, dan luasnya kesempatan yang dibe- rikanNya untuk melakukan perubahan dan taubatan nashuuha.

(2). Kalau Raj’ah saya sudah menulisnya sebelum ini, Intinya adalah dibangkitkannya beberapa orang setelah matinya di dunia ini di masa imam Mahdi as keluar nanti. Dan raj’ah ini sudah sering terjadi di jaman terdahulu, seperti shahibulkaafi, seorang shalih dengan himarnya, umat nabi Musa as yang 40 orang, ada lagi umat beliau as yang dihidupkan dengan pukulan daging sapi yang disembelih atas perintah Tuhan itu, ada lagi kejadian penghidupan orang mati ini di jaman nabi Isa as yang memang mu’jizat beliau as dimana bahkan anak nabi Nuh as pun pernah dihidupkannya dari kuburan yang sudah ratusan atau ribuan tahun.

(3). Kalau mushhaf Faathimah as itu adalah suatu buku yang berisi catatan-catatan ilmu yang ditulis oleh imam Ali as dengan diktean Hdh Faathimah as ketika sakitnya sebelum beliau syahid dimana tulisan tersebut dimaksudkan oleh beliau sebagai ilmu yang akan diwariskan kepada putra-putra beliau yang makshum as (para imam as). Jadi, buku itu selalu ada di tangan para imam as sampai detik hari ini. Yaitu berada di tangan imam Mahdi as. Karena itu, maka jelas tidak akan mengalami perubahan.

Wassalam.

Hidayatul Ilahi and 14 others like this.

Haladap Saw: Salam ustadz izin share.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentnya (tapi sek sijhi = masih satu). 

Sinar Agama: Haura: ok, monggo saja. Seingat saya dulu juga sudah pernah kutulis tentang Bada’ itu. Entahlah. Sepertinya sih ada di catatan-catatanku.

Haladap Saw: terimakasih ustadz. Ya, ada di catatan di mekarsari 

Haladap Saw: Terlalu banyak catatan sampai lupa ya Ustadz.

Sinar Agama: Haura: Salah satu syukurku padaNya adalah taufik menulis catatan-catatan ini. Walau kulupa sudah judul-judulnya, tapi ia ada dalam sejarah kita ini dan bisa dicari ulang. Yang terlengkap di Group Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama yang diolah oleh Anggelia yang sekarang sudah lebih dari 170-an catatan. Tapi ada katalognya dan tinggal cari dan pencet (eh klik), maka keluar deh tulisannya. Jangan lupa doakanku, supaya yang kutulis itu tidak ngawur dan ada di jalanNya dengan dasar argumentasi gamblang. Masykuriinn.

Haladap Saw: Iya, ane tadi baca afwan tadi ana minta izin save, boleh ya , syukran sangat membantu sekali untuk belajar mengenal dari yang terkecil hingga yang tak berujung, yang fakir seperti ana ini, syukran ustadz.

Sinar Agama: Haura: Semua tulisanku di fb ini boleh dipakai untuk apa saja dan dengan cara apa saja, asal untuk kebaikan dan bukan bisnis. Tapi untuk yang ”Suluk Ilallah” tidak boleh ikut menyebarkannya. 

August 11, 2011 at 6:18am · Like


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ