Rabu, 19 September 2018

Dasar dan Tauladan Karbala



Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama 


by Sinar Agama (Notes) on Monday, July 30, 2012 at 8:19am


Muhammad Dudi Hari Saputra: Salam ustadz.. Inspirasi apa yang bisa kami ambil dari tauladan imam Hussain terutama ketika para pencinta ahlul-bayt mendapat tantangan yang berat akhir- akhir ini? 

Syukron ya Afwan..


Sinar Agama: Salam dan terimakasih petanyaannya: Banyak sekali tauladan yang dapat diambil, seperti: 

1- Berjalanan di atas jalan yang benar secara profesional dan dalil gamblang. 2- Kebenarannya juga dinyatakan secara gamblang tapi penuh kesantunan. 

3- Kebenarannya selalu dapat dibuktikan kebenaran dirinya dengan mudah di setiap saat dan, selalu dapat menangkis serangan-serangan penyesatan dengan ilmu atau dalil gamblang dimana tidak mencampurkan urusan-urusan perasaan ke dalamnya. 

4- Mengaplikasikan kebenarannya dengan bijak, kokoh dan tidak memaksa siapapun. 

5- Mempertahankan kebenarannya dengan bijak, kokoh, tidak memaksa orang lain dan sampai titik darah penghabisan secara profesional. Artinya, kalau dalam rangka pertahanannya terhadap kebenaran itu memang menginginkan secara dalil gamblang, sampai ke titik darah penghabisan, maka dipertahankannya sampai titik darah penghabisan. Karena itulah imam Husain as, sebagaimana ditulis sejarah, pertamanya meminta kembali saja ke Madinah kepada musuh-musuhnya, yang segera ditolak oleh jendral mereka yang bernama Hur yang segera memberikan pilihan pada imam Husain as untuk tidak memilih jalan Kufah dan Madinah yang, terpilihnya jalan yang dipilih itu akhirnya mengantar mereka ke tanah yang dikenal Karbala itu. 

Dan ketika musuh-musuh itu sudah bertambah yang ternyata adalah orang-orang yang telah mengundangnya untuk datang-pun (akan tetapi, mereka-mereka yang memang tidak percaya pada kemakshuman dan kepemimpinan imam Husain as dan mengundangnya hanya atas dasar paling tepatnya orang untuk memimpin umat sebagaimana mereka-mereka dulu juga ikut, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu’awiyyah, maka pada waktu itupun mereka sudah berubah kepada Yazid bin Mu’awiyyah yang menjanjikan harta dan kekuasaan serta mengancam dengan bengis untuk membantai penentangnya), imam Husain as tetap saja tidak pernah memulai perang dan mengajak berperang. Dan baru setelah diserang itulah imam Husain as mempertahankan diri. 

Pertahanan imam Husain as juga tidak dimulai dengan pedang. Akan tetapi dengan bayan- bayan atau keterangan-keterangan yang logis, Islamis dan bahkan perasaan yang diarahkan oleh akal dan agama, seperti kecucuannya terahdap Nabi saww (dalil ini tidak batal kalau tidak dibarengi dengan maksiat dan imam Husain as sudah tentu tidak maksiat dan pada waktu itupun di jalan yang benar), atau seperti mengingatkan mereka bahwa merekalah yang mengundangnya datang, atau seperti mengungkit anak-anak dan para perempuan terutama yang merupakan keluarga Nabi saww. 

6- Benar-benar berjalan karena Allah dan tidak mencampurinya dengan rasa/perasaan sedikitpun dan, apalagi hawa nafsu emosional dan semacamnya. Karena itulah beliau as dapat dengan mudah memaafkan yang kembali ke jalanNya seperti si Hur itu sendiri. 

7- Dalam keadaan perangpun, imam Husain as, tetap berusaha mencegah perang itu dengan sabar dan dengan dalil-dalil Qur'an, akal dan lain-lainnya itu. Artinya, tidak pernah putus asa dalam memberikan petunjuk kepada umat yang sekalipun sudah melecehkan dan membantai shahabat dan keluarganya sekalipun. Semua itu, dilakukannya hanya demi Islam dan umat itu sendiri supaya selamat di dunia dan akhirat. 

8- Dengan semua isyarat-isyarat di atas itu, maka jelas bahwa imam Husain as itu sudah syahid sejak lama sekali sebelum kesyahidannya. Karena itu, maka sudah semestinya kita syahid sebelum berdakwah dan berjuang hingga tidak mencampurkan perasaan, ego, emosi dan kebodohan-kebodohan kita ke dalam agama dan perjuangan kita. 

Kesimpulan

Makrifat/ilmu yang kuat dan gamblang serta siap diuji kapanpun dan oleh siapapun, aplikasi diri yang profesional yang tanpa dibarengi dengan ego-ego diri dan hawa nafsu hingga mencapai taqwa yang hakiki (syahid sebelum syahid), penyampaian yang tidak dibarengi niat apapun kecuali Allah hingga tidak pernah berhenti walau dalam hujan panah dan keberingasan pedang umatnya, pertahanan dan perjuagan yang profesional dan bertahap secara profesional serta ulet (istiqamah) sampai tak mampu berkata-kata karena tenggorokannya digorok, mungkin, merupakan dasar dari nilai-nilai perjuangan imam Husain as tersebut yang wajib kita teladani. 


Tentu saja masih banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik di dalamnya, karena setiap nafas-nafas beliau as itu merupakan nilai Islam yang dapat dibuktikan dengan mudah sesuai dengan ayat-ayat Qur'an dan hadits-hadits Nabi saww. 

Wassalam. 



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar