Jumat, 01 November 2019

Pro Kontra Ulasan Buku SMS

3. Pro Kontra Ulasan Buku SMS


https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/pro-kontra-ulasan-buku- sms/748818221868254/?refid=21


Sang Pencinta: Salam ust Sinar Agama,

Berikut titipan curahan hati ikhwan tentang pro kontra ulasan ustadz di FB.

Menyimak perdebatan seputar buku SMS, terlihat kian memanas. Meski tim penulis tidak nampak terlibat atau bisa jadi sejatinya terlibat dengan intensdengan menggunakan nama samaran, ataupun terlibat aktif hanya sebagai pengamat; tetapi sejak kata pengantar yang menghebohkan berkenaan dengan khalifah dan imamah, sang penulis (tim penulis) tidak pernah melakukan klarifikasi atau membantah. Pun setidaknya menjelaskan lebih lanjut maksud dari tulisan tersebut.

Akhirnya setelah buku SMS beredar dengan massif, saat saya menghadiri acara asyura di balai Sudirman, dengan sumringah panitia mengumumkan –kalau tidak salah ingat—ada yang memesan seharga total 20 juta rupiah untuk disumbangan.

Maka, ketika terjadi ulasan ilmiah oleh ustadz Sinar Agama, atas permintaan fesbuker, tensi diskusi kian ramai dan pro kontra pun segera berkecambah. Dengan pisau bedah analisis akademis yang tajam ustadz Sinar Agama menguliti tema “ khalifah dan imamah “ yang ditawarkan oleh sang penulis SMS dalam bingkai perspektif, yang boleh dibilang keluar dari mainstream para ulama Syi’ah yang mapan.

Dari sini saja, semestinya penulis dan tim-nya, sebelum nekad menerbitkan dan menyebarluaskan, memberi klarifikasi tuntas. Namun lewat!!!

Kendati ustadz Sinar Agama telah menunjukkan kesalahan fundamental yang akan menjurus pada kesalahfahaman baik oleh orang Syi’ah yang awam (mayoritas) apalagi bagi di luar Syi’ah.

Masuk dalam pembahasan. Penulis dengan gagah menjelaskan tentang posisi marja bagi Syi’ah Indonesia hanya sebatas konsultan ( bandingkan dengankosa kata konsultan yang lazim digunakan di Indonesia; konsultan keuangan, konsultan psikologi …).sbb:

“Kemarjaan dalam Syi’ah di Indonesia yang mengikuti marja di luar negeri bersifat konsultatif, tidak mengikat dan tidak mesti diikuti. Sama halnya dengan kemantapan seseorang dengan seorang kiai dalam tradisi NU atau lebih jauh sebagaimana yang terjadi antara harga Indonesia pengikut para syaikh di Al-Azhar (mesir), syaikh Yusuf Qardhawi (Qatar), Syaikh Al- Buthi (suriah), Syaikh Utsaimin (Saudi), Al-Albani (Yordania) dan lainnya. Produknya disebut fatwa. Ia bersifat umum dan berkenaan dengan masalah-masalah fiqih/hukum saja. Seperti wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram atau sah dan batal, suci fan najisnya sesuatu dan sama sekali tidak berkaitan dengan persoalan aqidah. Semua persoalan yang difatwakan oleh seorang marja’ bersifat umum danijtihadiyyat, bukan persoalan yang qadh’iyyat, awwaliyyat, dan muhkamat dalam al-quran dan sunnah. Misalnya keharaman zina tidak memerlukan fatwakarena sudah jelas. Fatwa hanya berlaku bagi persoalan yang tidak diketahui oleh seorang muqallid. Hal.37 dan 337.

Dan bagiamana tanggapan ustadz sinar terkait istilah-istilah sensitive, semisal qadhi’iyyat dan awwaliyyat ? Apakah selaras dengna konteks kalimat di atas?


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sepertinya pembagian kepada Qath’iyyah dan Zhanniyyah itu, biasanya hanya dalam membagi dalil hukum atau jalan menuju hukum yang, biasa disebut dengan Thariiqu al- Hukmi, bukan pada hukum seperti yang diterangkan di buku itu.

Qath’ii adalah yang sanadnya meyakinkan seratus persen, yakni Qur an. Sedang Zhannii adalah yang sandarannya belum tentu benar seperti hadits. Qur an disebut dengan Qath’ii/ pasti dari sisi periwayatannya, akan tetapi dari sisi maknanya, disebut dengan Zhannii. Sedang riwayat, sekalipun dikatakan Zhanni, tapi maknanya disebut dengan Qath’ii.

Kalau tentang kepastian hukum seperti haramnya zina, seperti yang dicontohkan di buku itu, mungkin biasa dipakai dengan istilah Hukum-waaqi’ii (hukum yang nyata, bukan qath’ii) dan, biasa juga disebut dengan dharurat/badihi. Sedang yang tidak sejelas haramnya zina itu, atau wajibnya shalat dan semacamnya, disebut dengan Hukum-Zhaahiri, yakni hukum secara lahiriahnya.

2- Buku itu juga telah salah mencontohkan hukum Wadh’ii pada halaman 38-nya. Karena mencontohkan dengan cara-cara nikah. Padahal yang wadh’ii itu seperti hukum syah atau tidak syahnya nikahnya, bukan tata cara nikah yang merupakan hukum takliifii secara nyata dan jelas. Karena dalam cara-cara nikah, jelas diwajibkan begini dan betitu, diharamkan begini dan begitu...dan seterusnya.

3- Yang tidak perlu taklid/taqlid itu, sebagaimana di semua kita fatwa marja’ dijelaskan, hanyalah dalam hal-hal yang dharurat, yakni mudah diketahuimuslimin, seperti wajibnya shalat, puasa, haji ....dan seterusnya. Akan tetapi, dalam rincian-rincian shalat dan semacamnya dan dalam hukum-hukum lainnya yang tidak mudah diketahui, maka disebut awam (sekalipun doktor atau profesor di bidang selain fikih dan ushulfikih) dan wajibtaqlid.

4- Teman-teman kadang perlu mengerti bahwa yang dimaksudkan wajib taqlid bagi orang awam, adalah orang yang tidak sampai pada tingkatan ijtihaddan/atau ihtiyaath. Ijtihad adalah yang mampu menyimpulkan fikih dari sumbernya langsung, yaitu Qur an, Hadits, Akal dan Ijmaa’. Sedangihtiyaath adalah belum sampai kepada ijtihad akan tetapi, dapat mengetahui tempat- tempat ihtiyaath hingga ia bisa melakukan dan mengamalkan yang ihtiyaath (hati-hati) itu, tanpa mesti bertaqlid pada marja’. Jadi, yang bukan mujtahid dan muhtaath, wajib taqlid.

5- Saking wajibnya taqlid ini, hingga bagi siapa saja yang beramal tidak dengan berdasarkan fatwa marja’ yang syah, maka semua amalnya menjadi batal dan wajib diqadhaa’. Tentu masih ada rinciannya dan sudah diterangkan sebelumnya.

(ulasan lebih lanjut silakan lihat.. https://www.facebook.com/notes/770231563026752/?pnr ef=story)

Maka jika apa yang dimaksud dengan penulis SMS tentang konsep dasar tentang qodhi’iyyat dan awwaliyat dengan yang dijelaskan oleh ustadz Sinar Agama yang dirasa sangat melenceng,,,,maka akan semakin menambah “kesesatan” bagi siapapun orang Syi’ah yang awam (termasuk saya) apalagi di luar Syi’ah .

Maka atas pertimbangan tersebut keluarnya fatwa sesat untuk menyebar-luaskan buku SMS, cukup beralasan . Mengapa? Di samping potensi kesalah-fahaman orang awam Syi’ah dan orang di luar Syi’ah dalam memahami inti sari ajaran Syi’ah (Imamah dan juga kemarjaan, misalnya);. Judul Syi’ah Menurut Syi’ah juga akan menambah kuat bobot salah faham terhadap Syi’ah, karena penulis dan tim-nya telah menegaskan seolah-olah Syi’ah yang otentik adalah yang dijelaskan di SMS. Mengapa tidak memakai judul Syi’ah Menurut ABI ? misalnya,…atau nama penulis-nya. Kalau tujuannya hanya demi daya tarik promosi, sepertinya terlalu gegabah saat memaparkan tentang suatu konsep utuh seperti madzhab Syi’ah… apalagi antara judul dan isi sangat kontradiksi…

Demi taqiyyah? Sepertinya sebuah buku tidak masuk dalam kategori untuk ditaqiyahi.. Kalaupun memaksa, maka saya teringat dengan anjuran Cak Nun, apabila kita berada pada komunitas berbeda:

Jika seekor kambing memasuki wilayah sapi, maka tetaplah beridentitas kambing dengan mengikuti aturan sapi. Bukan kambing yang disapi-sapikan (seolah olah sapi), sehingga bagi si sapi jadi terlihat aneh. Dan bagi kambing lainnya terkesan tidak punya jati-diri. Jadi kambing rasa sapi..?

Dan ingat sesat dalam Syi’ah kan bergradasi. Dan, saya meraba sesat dan haram yang dilontarkan oleh ustadz Sinar Agama sangat sederhana: Kaidahilmiah dari buku SMS (contoh tentang dua istilah qodhi’yyat dan awwaliyat dan marja sebatas konsultan) telah melenceng jauh, alias sesat secara pahaman ulama mainstreams yang telah tegak selama ribuan tahun.

Mengenai tudingan tentang acc Sinar Agama yang tidak gentle dan sebagainya, bahkan ada jamaah fesbuker menyebutnya sampah, saya kira sudah keluar jauh dari norma diskusi ilmiah. Karena sifat jagad maya yang sangat terbuka, bisa memakai nama apa saja dan setiap tulisan yang mampir harus siap dikritik, diperdebatkan bahkan dikuliti. Oleh siapapun dan makhluk apapun, hatta jika ada jin yang turut aktif mendebat suatu tulisan pun –menurut saya-- sah-sah saja: baik jin Syi’ah, jin Sunni, jin wahabi, bahkan jin yang bermadzhab kafir liberal sekalipun, kita mesti selalu siap menghadapinya, sebagai konsekuensi logis dari tata- pergaulan dunia maya yang terbuka dan intens!!!

Yang jelas kami bukanlah orang-orang yang fanatik membela ustad Sinar Agama yang akrab dengan cahaya ilmunya ketimbang sosok jisimnya; Kami hanyalah laron-laron yang tersedot oleh sajian cahaya ilmu yang beliau jajakan tanpa pamrih. Terkadang 20 jam beliau berpacaran dengan komputer . Tempo hari harus mengetik 13 jam karena melunasi tagihan pertanyaan di inbox yang terus mengantri tak pernah henti. Belum lagi menjawab via hp saat berada di manapun dan kapan pun saat luang (yang ini saya hanya menduga,…dan sepertinya benar)

Maka, ketika dulu kita bergelut dengan peluh dan mungkin air-mata yang berderai, disertai perdebatan panas dengan teman dan bahkan saudara, bahkan pada titik tertentu keretakan rumah tangga pun siap dikorbankan hanya untuk menemukan dan mendekap-erat madzhab Syi’ah…Kenapa setelah berada di gerbangnya kita menjadi begitu pongah untuk terus melebur dan belajar pada orang yang lebih berilmu? Kita secara teori sangat fasih atas konsep otoritas ilmiah dan gradasi ilmu tiap orang tetapi pada faktanya, saat berbenturan dengan kepentingan…berbalik menjadi wujud-wujud yang keras, kaku, bahkan dengan enteng merobohkan forum diskusi ilmiah dengan kata-kata yang jauh, bahkan dari standar akhlak terendah sekalipun, yaitu saling menghormati perbedaan opini.

Secara tradisi penghormatan atas orang yang lebih berilmu, saya kira NU lebih fair dan tetap menjaganya hingga kini. Mengapa kita tidak sejenak mengikuti tradisi NU. Siap menyimak seseorang yang telah 30 tahun menyauk ilmu dengan segenap keprihatinan . Untuk memahami filsafatMulla Shadra yang secara normal ditempuh 25-30 tahun, beliau wakafkan dirinya dengan belajar tiap hari selama 10 jam dengan guru besar yang berbeda –dan tentu saja sangat mumpuni di bidangnya, di sela-sela 7 jam lagi belajar yang diwajibkan lainnya. Sehingga beliau mendapat anugerah untuk memahaminya dalam belasan tahun saja.

Ah, andaikan para doctor filsafat produk universitas di Indonesia mengetahui hal tersebut,,mestinya segera diadakan forum facebook khusus mengulas masalah filsafat, irfan dari beliau,,,dan saya sebagai orang awam sungguh sangat mendambakannya…

Dan kalau pun ada gugatan masalah kredibilitas pribadinya? Dengan aturan tidak tertulis bahwa setiap pelajar irfan dan juga guru-nya, jika mempunyai kesalahan tidak boleh mengikuti pelajaran alias keluar; maka dalam tempo belasan tahun atau bahkan ditambah dengan awal-awalnyantri (yang harus beriperilaku sebagai rohaniawan), maka secara ilmiah, saya yakin ustadz Sinar Agama jauh dari hal yang remeh –temeh, semisal popularitas.

Siapa ustadz yang dengan sabar dan telaten menjawab pertanyaan yang berulang, bahkan untuk masalah najis sekalipun? Dan tidak segan-seganbeliau dengan pulsa sendiri menelpon ke kantor Rahbar hanya untuk memastikan pendapatnya yang siap kapan saja direvisi? Ketika masalah mut’ah menggeliat akibat dari banyaknya laporan yang menyalahgunakannya, beliau dengan sabar menjawab pertanyaan sampai ada yang menuding beliau disamakan dengan umar bin khotob?

Ada dua pelajaran yang ingin saya sampaikan : Pertama, ada seorang marja taqlid ketika didatangi seorang sayyid dan menagih jatah khumusnya, beliau diludahi karena khumus sudah habis. Kebetulan marja taqlid tersebut bukan sayyid. Apa reaksi beliau?. Dengan tanpa ekspressi beliau meminta maaf dan meminjam uang pada jamaah yang hadir untuk dikasihkan pada sayyid yang meludahi dirinya (cerita ingatan dari IRIB.Com).

Dan saya yakin, ustadz Sinar Agama sudah siap mendapat ludah-ludah hatta dari para sayyid sekalipun (yang akan beliau anggap sebagai ungkapan rasa cinta) demi menjaga Syi’ah tetap dalam koridor ilmiah, argumentative gamblang dan menjungjung tinggi akhlak karimah serta tahuaturan main di tempat di mana kita berpijak. Apalagi anjuran ustadz Sinar Agama untuk terus berupaya menuju proses kematian ikhtiari sehingga pencapain akhlakul-karimah yang diemban Rasullullah saw dan para Makshumin, setidaknya menghampiri kita.

Kedua: ketika Imam Ali as sedang merapihkan pasukannya (kurang ingat dalam perang apa), seorang prajurit bertanya tentang makna Tauhid “la ilaha illallah”, ketika yang lainnya memprotes karena bukan pada waktunya yang tepat. Imam Ali as bahkan membelanya dan menegaskan bahwa kita berperang sejatinya untuk menegakkan kalimat Tauhid…

So, dengan mengutip Imam Ali as tersebut, maka silakan kita berperang sesama kita, tetapi tetap dikemas dengan bahasa santun, ilmiah, dan tidak saling menyerang secara pribadi. Karena saya yakin kita semua sangat mendambakan pelukan syafaat para Makshumin kelak. Dan kini, di saat jagad raya mulai sering bergoncang menanti kezuhuran Imam Zaman as, kita semua tentu berharap Imam Zaman as tersenyum pada kita semua dan semoga kita termasuk berada pada barisannya.

Saya sengaja melucuti identitas, karena sebagai satu dari laron-laron pengembara yang selalu mendambakan cahaya kebenaran dari siapapun dan kapan pun serta di manapun, sudah tidak lagi perlu lagi nama dan status.

Jeehan Aqila: Dahulukan klarifikasi di atas persepsi sendiri.

Rief Sy: Hehehe jadi pengen tahu sosok jin bermadzhab kafir liberal nih...

Satria Pmlg: Klarifikasi,,,itu tidak akan membawa hasil apa-apa jika sudah sombong segunung salamet pemalang,,,hehehe.

Denny Priyanto: Saya mendukung Ustadz Sinar Agama siapapun beliau saya sangat bersyukur dengan adanya akun Sinar Agama, syukran Ustadz Sinar Agama.

Meyo Yogurt: Gak perlu terlalu dikuatirkan. Kan baru edisi pertama. Nanti di edisi-edisi berikutnya pasti direvisi. Buku ini hanya pengantar aja, kalo maupemahaman ya musti berguru karena buku tidak bisa ditanya.

Adhi Andriyamsyah: Semestinya masukan yang membangun cukup ditampung, namun bila yang mengkritik dan menelanjangi habis terus di ekspose lagi, ulasan jadi nampak seperti penghakiman anti tesis. Semua kembali kepada niat masing masing. Wallahu ‘Alam. Semoga damai.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Unjuk ilmu selaras dengan unjuk diri. Itu baru Syi’ah sejati .....

Hendy Laisa: Sekalian aja suruh Imam Zaman unjuk diri.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Imam zaman afs akan datang bergabung pada kaum yang cinta keadilan.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih curhat serta baik sangka dan doa-doanya, semoga dikabulkan untuk kita semua, amin.

Sebelum aku menjemput tamuku, semoga mereka tidak melihat mata bengkakku ini. Aku hanya mau mengatakan, sepertinya sudah satu liter air matakukeluar, mengamini dan mengharapkan terjadinya baik sangka itu padaku, doakan doakan....terimakasih.

Al Fakir: Sebelumnya saya mengira kalau buku SMS itu berisi tentang Penjelasan Pemahaman Syi’ah yang sebenarnya menurut Syi’ah yang selama ini banyak disalah tafsirkan oleh klompok Takfiri yang terus secara masif menyebarkan fitnah pada Madzhab ini....

Al Fakir: Tapi ternyata isi buku SMS ini juga mengKritik tentang hal-hal diatas seperti peranan Imamah dan Khilafah di atas ...ya bisa jadi itu hak Penulis...yaitung-itung “sekali dayung dua tiga pulau terlampaui”

Zainab Naynawaa: Menakjubkan isi curhatannya, semoga kita menjadi pengikut Imam Ali as yang tidak pernah goyah dari godaan syetan yang menjelma sebagai manusia.

Zulfiqor Al Indunisi: Sebaiknya ustadz SA kembali dulu ke Indonesia dulu, lihat konteks lihat perkembangan, jangan maen aman di sana (Qum)... dan kepada stafnya (Sang Pencinta) tetap semangat mendokumentasikan,, hehe

Zulfiqor Al Indunisi: Semoga.... tapi tetap perlu harus sangat bahkan wajib untuk dipahami “bagaimana perjuangan Syi’ah di INDONESIA” SAAT INI,,, DAN KEMUDIAN.....

Raymond Kamil: Kenapa tidak bikin panel-panel?......sudah terlalu banyak “korban” berjatuhan karena perbedaan, persaingan, dan pertentangan internal, iniharus disadari dulu bersama. Bukankah sudah “jamak” di antara kita saling menjatuhkan antar Ustad, antar yayasan, antar figur atas arogansi/ kesombongan dan persoalan-persoalan yang tidak pernah selesai akibat tidak adanya kebiasaan dialog, anti kritik, persoalan rasial, dan elitisme. Saya adalah saksi mata bagaimana beberapa ikhwan yang tidak “disukai” elit akan dikucilkan, difitnah, dan dijadikan bulan-bulanan sebagai bahan ejekan oleh para elit. Saya ingat betul akan “lelucon” yang satu ini:.....pada pasca kasus Sampang ke dua, para elit melempar “joke” dengan berteriak-teriak agar para ikhwan tidak menjadi“tamu” namun turut berperan aktif berkontribusi, namun pada saat yang sama sekian banyak orang harus dikucilkan oleh elit karena perbedaan pendapat, pada saat yang sama para elit menolak usulan-usulan karena beranggapan bahwa semua usulan tersebut sudah terpikirkan, pada saat yang sama para elitmembuat gap/sekat untuk melindungi diskursus di tingkat elit agar tidak “diketahui dan dipahami” ikhwan jelata, pada saat yang sama keterlibatan itu pun“dibatasi” atas nama “gradasi” (baca:kelas) dalam masyarakat Syi’ah. Saya ingat betul...saya ingat betul kejadian demi kejadian....saya ingat betul saat para ikhwan jelata harus mengantri periphery di luar rumah agar para elit menyelesaikan majlasnya. Saya adalah saksi mata dan saya bukanlah korban, sebab sebelum dikorbankan seperti ikhwan-ikhwan lainnya, saya sudah pergi duluan menjauhi elit. Saya adalah saksi pelaku.....Sebenarnya banyak yang ingin saya tumpahkan di kesempatan ini....Tapi kita bikin panel saja, budayakan berdebat ilmiah di forum.

Raymond Kamil: Masyarakat Syi’ah di sini itu berkasta. Ada penyakit borjuasi-elit.

Azmy Alatas:

Sinar Agama: Azmy, kalau mau baca, bacalah yang merah di kanan sendiri itu. Karena saya sudah
melihatnya, dan saya tidak melihat kesalahannya walau tetap saja bisa disempurnakan dan sayanya baca cepat yang mungkin saja ada yang terluput.

Bimbingan ini antum tidak minta, tapi saya hanya ingin memberinya saja. Karena saya termasuk mengagumi yang merah paling kanan itu, yakni cukup hebat. Semoga Tuhan menerima amalan penulisnya yang juga merupakan tim, amin.

Azmy Alatas: Wes dibaca kabeh..

Itu yang merah kanan, buku judulnya kaya mau ngadain seminar...standar buku bantahan, kalau SMS beda konteks...

Ketiganya saling melengkapi kok, apalagi kalau ditambah buku putih Syi’ah ABI....hehe... Kalau buku ijo sederhana tapi ada gambar scan kitab-kitab yang jadi rujukannya...

Jadi ga ada masalah...

Masalahnya adalah publik lagi nunggu karya dari IIP and the gank untuk nerbitin dan menanggapi buku sejenis....

Begitu ustadz...

https://www.facebook.com/sang.pecinta.90/posts/774220802627828



Artikel sebelumnya, ...
=================

Makna Paragraf Puisi “Keredupan Maulid Tahun 2015”

2. Makna Paragraf Puisi “Keredupan Maulid Tahun 2015”

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/makna-paragraf-puisi-keredupan-maulid- tahun-2015/790007941049114

Sinar Agama: Karena ada yang bertanya di inbox tentang makna beberpa puisi terakhir yang saya tulis, maka walaupun tidak bisa menjelaskan semuanyalantaran tidak adanya waktu, setidaknya, saya akan mencoba memberikan penjelasan pada paragraf pertama dari puisi paling akhir yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”. Seperti biasanya, karena takut penanya tidak rela dimuat di dinding/ status, maka saya akan menginisialkan namanya sebagaimana biasanya:

10/01/2015M: Ass wr wb, afwan ustadz, saya kurang banyak mengerti puisi dan sastra, sudikah ustadz menjelaskan puisi-puisi yang pernah antum tulis demi membantu pemahaman saya? Syukran.

11/01/2015 Sinar Agama

Salam, afwan banget saya tidak bisa melakukannya sekarang-sekarang ini karena lonjakan kesibukan di akhir-akhir ini. Semoga saya bisa menjelaskannya di lain kesempatan, amin. Akan tetapi sekedar untuk arahan saja, maka saya akan mencoba menerangkan satupraagraf secara ringkas dari puisi sederhana kemarin yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”.

Wiladahmu yang mestinya cerah Tertaburi bunga-bunga merah Semerbak wewangian ‘audah Lantunan syair-syair burdah Tahun ini Indonesia bermusibah

Bait Pertama: Wiladah Nabi saww sudah semestinya diperingati dengan meriah dan cerah. Cerah dalam memperingati beliau saww itu, adalah berbahagia dan gembira serta syukur kepada Allah swt yang telah mengutus beliau saww kepada kita semua. Cerah juga bermakna jelas dan gamblang. Yakni dalam peringatan maulid) beliau saww, di sampiang keceriaan penuh kesyukuran itu, juga harus dibarengi dengan penjelasan tentang beliau secara gamblang (cerah), baik ajaran akidah, fikih atau akhlak karimah beliau saww yang telah dicontohkan kepada umat. Jadi, ajaran beliau saww harus diterangkan secara jelas dan gamblang.

Bait Ke Dua: Tertaburi bunga-bunga merah. Dalam bait ini, tidak dipakai kata “indah” untuk mensifati bunga. Mengapa? Karena maksudnya adalah jelas. Yakniwarna merah adalah tanda dan maksud dari kejelasan warna atau warna yang paling jelas. Lalu apa maksud bait itu seutuhnya, mengapa maulid yang cerah itu mesti tertaburi bunga-bunga merah?

Dalam makna cerah di atas, sudah diterangkan sebagai bahagia, ceria, penuh syuukur dan kecerahan atau kegamblangan ajaran yang meliputi akidah, fikih dan akhlak karimah beliau saww. Nah, dalam penyampaian ajaran secara cerah, jelas dan gamblang itulah maka harus dengan disertai penaburan bunga-bunga merah. Bunga artinya indah, lembut dan enak dilihat. Jadi, apapun ceramah, tulisan dan sapaan yang dalam rangka menjelaskan agama dengan gamblang itu, harus disampaikan dengan bahasa yang indah seperti bunga. Karena tabiat atau natural bunga itu adalah indah. Itulah mengapa di bait itu tidak dipakai kata “Bunga-bunga indah” tapi “bunga- bunga merah”, sekalipun sama-sama berakhiran kata “ah”. Jadi, di bait ini, pemakaian kata bunga, sudah dicukupkan untuk menerangkan keindahannya.

Bunga di bait itu, ditulis dalam bentuk jamak. Itu artinya, penyampaian tersebut, tidak bisa hanya melibatkan satu dua orang penceramah atau penulis, melainkan harus melibatkan semua umat. Jadi, umat harus beramai-ramai secara jamak, untuk melakukan penerangan agama dengan gamblang itu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, apakah sebagai penyampai langsung, atau penyampai dari apa-apa yang disampaikan penyampai yang, biasanyaulama.

Membungai maulid, juga tidak bisa cukup dengan kata-kata, akan tetapi harus pula dengan aplikasi. Jadi, kegamblangan ajaran Islam itu, di samping harusdisampaikan melalui kata dan tulisan, juga mesti disampaikan melalui perbuatan taqwa. Karena itu, kalaulah kita mengharumkan maulid dengan kata akantetapi bermaksiat, maka kita telah mengotorinya dengan perbuatan. Mana lebih kuat, keharuman kata atau kebusukan amalan? Sudah tentu bau tidak enaknya amalan yang lebih kuat. Karena itu, akan menjadi tertawaan orang, manakala kita menyampaikan ajaran Nabi saww tentang haramnya minuman keras, akan tetapi sambil meminumnya.

Sedang pensifatan keindahan penyampaian dan amal itu dengan warna merah, maksudnya adalah dengan warna ajaran yang jelas hingga bisa dibedakan darikafirin (kalau memang beda) dan dibedakan dari selain Syi’ah (dalam hal yang berbeda).

Maksudnya, dalam penyampaian dan amalan yang indah itu, tidak boleh hanya menitikbesarkan kepada keindahannya saja, akan tetapi harus tetap menjaga warna yang ada. Jangan karena ingin dikata indah, lalu ajaran Islamnya atau ajaran Syi’ahnya, dikebiri-kebiri hingga sama warna dengan yang mestinya beda. Keindahan seperti ini, tidak diinginkan akal sehat dan apalagi agama.

Karena itu, menerangkan dan mengamalkan yang beda, sama sekali tidak menyalahi prinsip bermasyarakat dan persatuan atau bernegara sekalipun bukan di negara Islam. Indah harus indah, akan tetapi tidak boleh mengorbankan warna yang beda (kalau memang beda). Karena itulah, maka keindahan itu penyampaian dan amalan itu, yang disifati dengan bunga yang bermakna indah itu, harus pula disifati dengan merah, yakni warna yang jelas, tidak boleh abu-abu atau berubab-berubah seperti bunglon.

Bait Ke Tiga: Semerbak wewangian ‘audah. Wangi sebagai pelengkap dari penyampaian dan amalan gamblang dari ajaran Islam yang sudah disifati denganindah dan tegas (merah) itu. Artinya, kalau kita melakukan hal tersebut, maka sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman dihuni dan ditempati. Jadi, bukan hanya dilihat, tapi enak dihuni dan ditinggali. Makna ini, juga yang dijanjikan Tuhan manakala

manusia mau mengamalkan perintahNya, yakni akan diturunkan ramhat dariNya, QS: 41:30-31:


َوأَبْ ِشُروا بِالْ َجنَِّة الَّتِي ُكْنتُ ْم

َوَال تَ ْحَزنُوا

َعلَْي ِه ُم الْ َمَالئِ َكةُ أََّال تَ َخافُوا

َربـُّنَا اللَّهُ ثُ َّم ا ْستـََقاُموا تـَتـَنـََّزُل

إِ َّن الَّ ِذي َن قَالُوا
ِ

تُو َع ُدونـَنَ ْح ُن أَْوليَاُؤُك ْم فِي الْ َحيَاِة ال ُّدنـْيَا َوفِي اْل ِخَرِة

“Sesungguhnya barang siapa berkata Tuhan (ikutan dalam segala aspek kehidupan) kami adalah Allah, lalu istiqamah (terus menerus dalam pernyataan dan aplikasinya itu) maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka -untuk memberikan berita- untuk tidak takut dan bersedih, dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami pemimpin/penguasa/penolong kamu di dunia dan di akhirat......”


Karena itu, ketika Allah sudah menjanjikan pertolongan dunia-akhirat bagi yang bertaqwa dan apalagi yang bersifat jamak itu, maka sudah tentu kehidupan sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman. Itulah mengapa saya heran mengapa Islam jadi momok sosial di benak muslimin. Emangnya kalau sosial Islam lalu yang bukan Islam dibantai? Emangnya kalau sosial Syi’ah, lalu yang Sunni di bantai? Kalau demikian, mana kewangiannya? Emangnya hal seperti itu diajarkan Nabi saww? Itulah mengapa saya lebih heran manakala kebodohan ditutupi dengan kata “taqiah” atau keIndonesiaan. Emangnya Islam dan Syi’ah tidak bisa hidup mewangikan Indonesia sekalipun bukan negara Islam? Emangnya, muslimin di jaman Nabi saww yang hidup di negara lain, diwajibkan jihaddan perang demi memaksakan Islam pada mereka?

Itulah mengapa saya katakan mesti decerahkan dengan gamblang, diindahi seindah-indahnya tapi tetap dengan menjaga warnanya lalu diwangi-i dengansemerbak wewangian yang memang diajarkan di Islam yang gamblang itu. Sebab kalau Islam dan Syi’ah ini tidak digamblang, lalu diserahkan pada orang yangbukan spesialis belajar agama (awam agama) maka akan banyak pengaku Syi’ah yang akan menoreh Islam dan Syi’ah itu sendiri walau dengan niat membantuIslam dan Syi’ah serta pengikutnya. Misalnya dengan menghilangkan warnanya apalagi warna intinya lagi. Apa gunanya membela Islam kalau menerima trinitas? Apa gunanya Syi’ah kalau menerima khilafah bukan dari imam Makshum? Apa artinya Syi’ah kalau taqlid sudah tidak wajib, wali faqih sudahditendang?....dan seterusnya?

Islam yang hakiki dan Syi’ah yang hakiki dan berkwalitas, bisa hidup dimana saja. Karena prinsipnya, Islam dan Syi’ah itu anti terhadap paksaan walau, anti terhadap penghilangan warna. Prinsip Islam dan Syi’ah justru bukan hanya tidak memaksakan kehendak, akan tetapi saling tolong menolong sesama muslim dan bahkan sesama manusia. Saya sudah berulang kali menyampaikan kepada teman-teman bahwa ketika imam Ali as mengutus Malik Asytar untuk menjadi gubernur di Mesir, imam Ali as memerintahkan supaya lembut dan menyantuni sesama muslim atau kalau kafir juga sesama manusia. Itu Syi’ah yang sudah berkuasa lho. Apalagi yang tidak berkuasa. Bayangin, imam Ali as memerintahkan Malik Asytar untuk berbuat adil pada muslimin karena sama-sama muslim, dan tidak menzhalimi kafirin karena sama-sama manusia. Ajib kan ajaran Islam dan Syi’ah yang hakiki? Ini jelas tidak sama dengan Syi’ah yang hanya diaku-aku itu.

Itulah mengapa para ulama dengan meniru imam Makshum as, tetap menjelaskan Islam dan Syi’ah secara gamblang dimana bagi pensombong (sms) dikatakan sebagai gontok-gontokan dan tidak mengklarifikasi kesalahan. Heh....sungguh durhaka pada Nabi saww yang mengasaskan Syi’ah, dan durhaka pada Makshumin as yang meneruskan dan mengemban ajaran imamah yang meliputi agama dan sosial/pemerintahan, dan durhaka pada seluruh ulama Syi’ah yang tidak satupun berpendapat seperti sms itu. Sudah begitu, masih sanggup dengan pongah menamakan diri Syi’ah menurut Syi’ah. Menurut Syi’ah yang mana kalau tidak satu ulamapun dan bahkan tidak satu awampun yang berkata sepertiperkataannya? Bukankah ini kebohongan di siang bolong dan kecongkakan di muka bumi yang tidak pernah terjadi dalam sepanjang sejarah manusia?

‘Audah adalah minyak wangi yang masih asli. Yakni cairan wewangian yang dihasilkan dari penyulingan pertama sebelum dicampur dengan zat-zat lainnya. Misalnya, wewangian yang diambil dari bunga mawar, bunga sedap malam, apel, ....dan seterusnya. Ketika masih berupa cairan pertama dan belum diolah lagi menjadi minyak wangi yang beraneka merek itu, maka cairan wangi yang asli itu, dikatakan ‘audah.

Nah, wewangian kehidupan sosial manakal berpijak pada ajaran Islam dan Syi’ah yang semestinya, sekalipun bukan di negara Islam seperti jaman-jaman para Makshumin as sendiri, baik di kota Makshumin atau di jaman Nabi saww bagi yang hidup di negara lainnya itu, adalah wewangian yang asli dan murni dari Tuhan, bukan dari pengaku-aku membawa agama.

Ketika wanginya asli dari Tuhan, Nabi saww dan Ahlulbait as serta akal gamblang, maka sudah pasti semuanya hidup tentram sentosa, tidak ada keburukan, tidak ada penghapusan ajaran dan semacamnya. Inilah yang dimaksukan bahwa Nabi saww, Islam dan Syi’ah serta imam Makshum as itu, adalah rahmat bagi semua bangsa dan bahkan semua makhluk Tuhan, baik bagi yang mau mensyukurinya dan mengikutinya, atau bahkan tidak mensyukurinya. Inilah makna rahmatan li al- ’aalamin, bukan rahmat bagi pengikutnya saja.

KARENA SUDAH LELAH MAKA DUA BAIT TERKAHIR SAYA AKAN TERANGKAN DENGAN SANGAT RINGKAS SAJA

Bait Ke Empat: Lantunan syair-syair burdah. Burdah, in syaa Allah masih merupakan musik yang halal karena tidak bisa dibuat joget dan semacamnya. Yakni tidak muthrib. Maknanya, ajaran gamblang Nabi saww dan Syi’ah itu, tidak bertentangan dengan budaya manapun. Tentu setelah ada pembenahannya. Budaya yang membawa manusia kepada kesia-siaan hingga tidak bisa menggapai nilai kemanusiaan yang ditargetkan Tuhan dalam mencipta manusia, diharamkan Islam. Itupun tidak dipaksakan manakala manusia memang memilih maksiat.

Jadi, Islam dan Syi’ah tidak anti terhadap keindahan seperti sya’ir dan burdah. Apapun keindahan yang halal, dapat dijadikan instrumen bagi penjelasangamblang tentang Islam dan Syi’ah.

Dan juga memiliki makna bahwa kalau sosial kita sudah berkwalitas seperti yang diterangkan di atas itu, maka semua berposisi di posisinya masing-masingdengan indahnya seperti alat-alat musik burdah itu dimana masing-masingnya berposisi jelas dan memiliki tugas khusus. Yang alim menerangkan agama, yangsarjana bangunan membangun kota, yang tidak tahu jangan sok tahu, yang tida ktahu Syi’ah jangan sok tahu, ...dan seterusnya. Begitulah bahwa sosial yang Islami yang sekalipun tidak di negara Islam ini, akan indah dan rapi seperti rapinya alat-alat musik itu.

Kalau tidak, maka dapat dibayangin. Kalau gitar bas difungsikan sebagai gitar melodi, maka jangankan indah, tidak muntah saja pendengarnya sudah untung. Nah, begitu pula dengan hal-hal keIslaman dan kesosialan ini. Kalau agama yang mesti diterangkan ulama, diterangkan oleh pangku ulama (gadungan), maka jangankan indah, tidak muntah saja sudah untung. Kalau para malaikat di langit tidak pingsan saja, sudah untung. Bayangin, menerangkan Islam dan Syi’ah dengan apa-apa yang tidak diajarkan Tuhan, Nabi saww, imam Makshum as dan para ulama serta bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah DAN DIKATAKANNYA SENDIRI BAHWA YANG DIKATAKAN ITU MEMANG BEDA DAN BAHKAN MENGATAKAN BAHWA TOKOH-TOKOH AGAMA SELAMA INI GONTOK-GONTOKAN DAN TIDAK MENGKLARIFIKASI DENGAN PANDANGANNYA, YAITU DENGAN TIDAK MENGAJARKAN APA-APA YANG TELAH DIAJARKAN MEREKA DALAM SEPANJANG SEJARAH ISLAM DAN SYI’AH MERERKA. YAKNI MEREKA SALAH SEMUA DAN YANG BENAR ADALAH DIRINYA. YAKNI SEMUA AJARAN SYI’AH ITU SALAH, BAIK YANG DIAJARKAN NABI saww DI GHADIR KHUM DAN BERBAGAI TEMPAT, BAIK YANG DIPAHAMI PARA MAKSHUMIN as BAHWA GHADIR KHUM ITU MAKNANYA MELIPUTI VERTIKAL DAN HORISONTAL, BAIK YANG DIPAHAMI SEMUA ULAMA SYI’AH DALAM SEPANJANG SEJARAHNYA, SEMUA DAN SEMUA SALAH MEMAHAMI IMAMAH. KARENA IMAMAH, HANYA VERTIKAL DAN AGAMA, BUKAN HORISONTAL DANNEGARA.

JADI TUHAN YANG MENGAJARKAN IMAMAH VERTIKAL DAN HORISONTAL DI QUR AN; NABI saww YANG MENGAJARKAN IMAMAH DI BERBAGAI TEMPAT TERMASUK DI GHADIR KHUM DAN AKAN MENULISKANNYA DI HARI KAMIS TERAKHIR SUPAYA UMAT TIDAK SESAT DIMANA DICEGAH OLEH SEBAGIAN SHAHABAT DAN DIKATAKAN MENGIGAU; PARA IMAM YANG TIDAK BISA HIDUP ENAK KARENA TERUS MENERUS MENGAJARKAN WARNA MERAH YAKNI IMAMAH ITU MESTI VERTIKAL DAN HORISONTAL HINGGA SELALU DIPENJARA PARA KHALIFAH DAN PENGUASA DI JAMAN MEREKA as, SEMUA DAN SEMUAADALAH PENGGONTOK-GONTOK DAN TIDAK MENJELASKAN YANG SEBENARNYA, YAITU YANG ADA DI BUKU SMS.

Bait Ke Lima: Tahun ini Indonesia bermusibah. Ringkasnya, musibah kesalahan memahami Islam dan Syi’ah dan terbesarnya, fitnah yang telah ditaburkan sms. Semoga musibah ini, segera diangkat oleh Allah dengan doa-doa kita dan penerangan amar makruf semampunya yang disampaikan dengan gamlbang, jelas, indah, merah, wangi dan asli, amin. Wassalam.

Uswatun Azzahra: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad .

Anfal Alaydrus:.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas jempol dan komentarnya. Tolong baca lagi, karena ada penambahan sedikit, setidaknya yang bertuliskan balok afwan.

Hendy Laisa salam...istirahat ustad...

Bande Husein Kalisatti: Syukron..

Siti Rabia Aidia: Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad.

Dadan Gochir: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.

Subiono Ono: Syukron USTADZ.......semoga selalu diberi Kesehatan oleh ALLAH SWT agar tetap Mencerahkan UMAT.

Fahmi Alkaff: Kenapa dalam masyarakat Islam, saat mulai berkembang sering terjadi perbedaan yang menjurus ke perpecahan pada tokoh-tokohnya justru ketika persatuan disebarkan, didengungkan dan dibutuhkan.....??...bahkan bila kritik ini disampaikan.....oooh tidak ....tidak.....tidak ada perpecahan..... cuma perbedaan pendapat itu biasa.....ya...memang dari dulu umat islam suka berapologi kalau dikritik......persoalan pembahasan jadi pelik, seolah agama itu dibutuhkan pemahaman yang sangat detil untuk bisa benar dan masuk surga......padahal ketika pertama mengenal islam diajarkan, siapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat dijamin surga......siapa yang mencintai Nabi dan keluarga sucinya dijamin surga....siapa yang mengakui kewilayahan Ali dijamin surga....dan seterusnya.... sederhana dan tidak rumit....namun kenyataanya, bahkan orang yang sudah banyak baca buku bahkan mengarangbukupun masih terancam dikeluarkan dari surga..??...bukankah agama itu akhlaq, etika, dan moral bertindak..?...dan moral atau ahlaq itu mempunyai tahapan untuk pemahaman dan pelaksanaannya....ada tingkatan....ada proses pemahaman....seperti tahapan perkembangan manusia dari bayi, balita, dewasa...dan sampai tua.....begitu juga sistem moral.....Kadang terfikir......lebih enak agama kristen atau katholik....cukup mempercayai yesus itu juru selamat, kita sudah dijamin masuk surga dan kebutuhan dunia akan terbantu.....begitulah mereka dalam dakwahnya.......dan tetap konsisten sampai sekarang

Bintang Ali: Salam ustadz, lama tak menyapa.
Kalimat ini sungguh nusuk > Bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah.

Sinar Agama: Bintang, iya apa kabar, semoga selalu dalam lindunganNya, amin.

Sinar Agama: Fahmi A, kalau Islam seperti yang antum gambarkan yaitu hanya terdiri dari beberapa ayat dan hadits seperti tentang syahadatain dan iman pada imam Makshum as saja, maka selesai Islam ini dan tidak perlu ruwet-ruwet ada Syi’ah dan jihad. Akan tetapi Islam itu memiliki lebih dari enam ribu ayat dan puluhan ribu hadits. Karena itu, Islam itu mudah, tapi tidak sesederhana itu. Karena itu, belajarlah terus dan jangan mengandalkan keringkasan-keringkasan yang menipu.

Misalnya hadits Nabi saww mengatakan bahwa yang mencintai Ahlulbait as masuk surga. Nah, kalau kita hanya mencukupkan hadits ini, maka tinggal cinta dan sudah masuk surga. Akan tetapi karena Islam itu adalah ribuan ayat dan puluhan ribu hadits, maka tidak bisa hanya mencukupkan hal tersebut.

Karena itulah, kita harus melihat di ayat dan hadits-hadits lain, apa makna cinta itu dan seterusnya.

Nah, para ulama yang tekun puluhan tahun belajar ilmu keIslaman, membantu umat dengan merangkum berbagai hal tentang semua ajaran Islam, seperti tentang cinta, tentang makna Syi’ah..... dan seterusnya. Karena itulah ajaran Islam itu dikatakan ajaran terlengkap. Hal itu karena tidak menyisakan apapun tanpa penjelasan.

Antum mau hidup seperti apa, itu merupakan hak sepenuhnya antum. Saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa kita tidak boleh putus asa. Masuk kristen juga berat, karena harus mengakui dosa- dosanya ke pastur sebelum diyakini diampuni. Harus cerita pernah nyuri ayam misanlnya, zina misalnya ...dan seterusnya. Btw, tidak ada yang gratisan masuk surga dalam pandangan agama manapun.

Lagi pula, semua keterangan Islam itu, yang katakanlah jlimet itu, dibuat oleh Allah untuk meninggikan derajat manusia itu sendiri, bukan untuk menambah kesempurnaanNya, sebab Dia Maha Tidak Terbatas.

Didan Husein Chicharito: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.

Fahmi Alkaff: Syukron ustadz....hanya janganlah sesama ustadz saling berdebat masalah yang pada level tertentu dibolehkan ada perbedaan...karena bisa menambah kebingungan awam terhadap kebenaran yang harus dipegang atau keraguan akan arah kemana tujuan agama diarahkan..... berbicara sesuai dengan tingkatan iman dan pikir kaum awam lebih bermanfaat ketimbang berdebat sengit demi mempertahankan kebenaran karena takut salah....dalam tradisi berguru ada kaidah menarik murid ke tingkatan yang lebih tinggi tanpa menyeretnya dengan paksa itu hasilnya lebih baik....tapi bila hukum yang dipakai untuk mendidik maka ....hitam putih yang dikedepankan....dosa, murtad, haram, kafir....dan seterusnya walaupun di bumbui dengan keterserahan padaseseorang mau menerima atau tidak...itu hak anda....itulah ciri pendekatan hukum tidak mau berusaha menampilkan yang bisa membawa atau menuntun atau membimbing orang ke jalan yang dimaui.....tapi cenderung menghukumi.....apalagi bila terjadi sesama ustadz, bisa-bisa debat yang sengit terjadi......saya hanya ingin melihat islam yang merupakan jalan lurus yang bisa menjadi alternatif terbaik bagi semua jalan- jalan, ideologi yang ada bukan menolak yang laintapi menyodorkan alternatif dengan etika dan akhlaq yang mengunguli, bukan menghukumi....afwan ustadz, ana masykur...!



Artikel sebelumnya, ...
=====================