Sabtu, 15 Desember 2018

Antara Harta dan Nyawa Bagi Liberalisme Dunia



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, March 23, 2013 at 12:23 am



Sinar Agama

PENGUSAHA LIBERAL SERING MENJUAL NYAWA MANUSIA 


Di Amerika, puluhan ribu mati saling tembak sendiri atau ratusan kali terjadi penembakan brutal yang menelan korban anak-anak dan rakyatnya. Tapi semua itu, tidak mencegah para pengusaha senjata di sana untuk menghentikan usahanya menjual senjata walaupun sudah 270.000.000 senjata ada di tangan rakyatnya. Belakangan ini, karena terjadi penembakan lagi di sekolah- sekolah TK, maka pemerintah bukan malah menutup bebas jual senjata di sana, akan tetapi malah membuat undang-undang yang membolehkan para guru membawa senjata ke sekolah. Yah jadilah usaha pabrik senjata semakin makmur dengan semua itu. Karena itulah, maka negara syam itu sebenarnya memang berada di tangan para pengusaha. 

Di dunia juga begitu. Kapan ada bisnis seperti senjata atau minyak atau uranium (seperti di Afghanistan), nah, mulailah ulah-ulah dibuat. Terorislah, peledakan lah, perang dengan teroris al Qaidah lah...dan seterusnya. Semua itu, hanya untuk jualan senjata, minyak, uranium dan lain-lain-nya. Tak perduli negaranya bangkrut dan punya hutang lebih dari 16 triliun dollar, asal pengusahanya tetap jalan. 

Jadi, pabrik senjata buat senjata, dan para pemasarnya adalah para teroris yang dididik dan dibiayai mereka sendiri seperti Usamah bin Laden yang dididik khusus di CIA. Yang dibodohin, tentu saja para anak buahnya yang diberi titel pejuang yang segera akan dimasukin surga dengan meledakkan dirinya di tengah-tengah masyarakat umum karena masyarakat itu ahli bid’ah dan musyrik. 

Persis seperti intel Inggris yang membodohi segolongan umat Arab melalui pengusaha Yahudi Aalu Saud dengan menggunakan pandangannya Muhammad bin Abdulwahhab yang membid’ahkan, mensyirikkan semua muslimin hingga berhasil menjajah Jazirah Arab yang bernama Hijaz dan merubah negara itu menjadi Saudi Arabiah. Ribuan sunni digorokin di Makkah dan Madinah, sebelum menguasainya sampai sekarang ini. 

Dimana saja ada bisnis, di situ pula nyawa-nyawa dilayangkan. Perancis yang getol ikut membantu teroris (baca: membantu secara diplomatik, dan berbisnis secara persenjataan karena uangnya dari raja-raja Arab yang membuat bid’ah kerajaan sampai sekarang ini) di Suriah yang di dalamnya ada al Qaidah, tapi di Afrika, tepatnya di negara Mali, Perancis membantu pemerintah berperang melawan al Qaidah. 

Jadi, petinggi teroris dan para pengusaha itu, sama-sama mendapat harta dari semua itu, lalu anak buahnya, yang beragama Islam atau lainnya (militan muslim dan kristen) mendapatkan imingan surga dan pengantinan dengan bidadari dan yang berseragam resmi tentara (seperti tentara-tentara Amerika atau Nato), mendapatkan pangkat dan/atau tembakan ke udara dikala mati. 

Bagi para pengusaha itu, tidak penting nyawa negara lain yang melayang, atau nyawa rakyat sendiri, muslim atau bukan muslim. Yang penting bisa menjual senjata dan tidak karatan di gudangnya. Karena kalau tidak ada perang, maka tidak ada orang yang beli senjata dan, karenanya senjata-senjata yang di gudang bisa karatan dan akan terus mengeluarkan biaya perawatan yang sangat besar. 

Yang lebih parah dari itu, kaum muslimin sendiri tidak mau sadar. Yang satu cukup dengan imingan surga dan pengantinan dengan bidadari melalui ayat-ayat yang ditafsirkan secara sangat kering dan dangkal serta, yang lainnya dibuat liberal (dengan berbagai beasiswa belajar di Islam di tempat mereka/barat) hingga tidak dapat mengerti esensi Islam selain yang mereka definisikan. Akhirnya, para pengusaha itu tetap hidup sampai sekarang, karena masih banyak nyawa yang suka rela diserahkan demi kesinambungan hidup mereka. 

Semoga suatu saat yang tidak terlalu jauh, muslimin akan menyadari hal ini hingga tidak mau lagi diadu domba para pengusaha liberal yang anti agama itu, amin. 

Paidi Bergitar, Enday Bendy Irawan, Angga Corleone dan 55 lainnya menyukai ini. 

Mohas Chien: Yah gak apa-apa, daripada di Syria orang-orang syiah membantai habis kaum muslim di sana, yang bukan syiah di bantai habis. Itu baru kejam. 

Adi Nuwas: Ilahi aamiin. 

Syahrurizal: Mc otaknya tidak waras ya! 

Wirat Djoko: Umat yang paling mudah di diadu domba dan dibodohi mungkin umat islam, hanya karena beda madzhab saja sudah sukarela jadi pembunuh saudaranya. 

Agung Kusuma Wijaya · 17 teman yang sama: Hehe MC MC. Terserah sampean wes mas (Terserah Anda lah mas.) 

Sudi Harto: Buka mata dulu Mas MC, teus sinau (belajar dulu) baru komen. he he he. 

Yusuf Muhamad · Friends with Alam Syah and 3 lainnya: Aduh MC, ente dapat pasal itu dari mana? Ngawur saja. 

Syuber Marantika: MC ‘belum bangun’ yuk bangunin. 

Reza Assad · Friends with Karina Dracaena and 2 lainnya: Tanda-tanda hancurnya Amerika sudah dekat skali. MC, maa imamukaa? 

Mohas Chien: Buka hatimu, bukalah sedikit untukku. Wkwkwkwk 

Dharma N TP: Untuk meletigimasi perbuatan zionis (israhell, us, uk, etc) di Syria, bersama sekutu zionist negara-negara Arab (Saudi, Qatar, etc) mereka semua membuat berita bahwa Syiah lah penyebabnya, padahal ya zionis-zionis juga sumber kebiadaban tersebut agar dimata dunia internasional negara-negara zionis dan sekutu Arab ada legalitas menginvasi Syria dan membantai yang tidak pro pemberontak atau apalah alasan yang bisa zionis buat, dengan demikian geopolitik zionis menjadi solid di tanah Arab. Ada 2 informasi besar yang kontradiktive(kontradiktif), Mohas Chien termasuk yang informasinya didapat dari sumber zionist dan sekutunya, maklumlah, Wahabi. 

Mohas Chien: Aku hanya bisa tertawa hahahahahahahahahhahahaha 

Dharma N TP: Saya juga dong bisa hahahahaha ! Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Syahadah Imam Hasan as



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, March 23, 2013 at 12:16 am



Sinar Agama: Bismillaah: Ucapan Duka Atas Syahidnya Imam Hasan as 

Bertepatan dengan hari wafat Nabi saww, adalah hari berhamburannya jantung imam Hasan as karena racun Mu’awiyyah. Di hari kesyahidan beliau as ini, saya mengucapkan duka sedalam- dalamnya kepada kanjeng Nabi saww, putri kesayangan beliau saww hdh Faathimah as, imam Ali as dan seluruh imam-imam makshum as, terkhusus kepada imam Mahdi as. Begitu pula kepada seluruh ulama dan maraaji’, terkhusus sayyidu al Qaaid (Rahbar) hf, dan para syuhadaa’ serta para mukminin dan mukminat, terkhusus teman-teman fb. 

Semoga kita semua bukan termasuk yang mengingkari dua titipan besar Nabi saww yang berupa Qur'an Ahlulbait as (Shahih Muslim hadits ke: 4425 dan 6378; dan kitab-kitab hadits lainny(lainnya) di sunni) dimana untuk Ahlulbait as ini, sampai diulang tiga kali di hadits tersebut.: 


" ....Dan aku menitipkan kepada kalian dua hal yang berat. Pertama kitabullah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitabullah dan berpegang teguhlah dengannya serta ajaklah kepada kitabullah dan rangsanglah terhadapnya. Dan Ahlulbaitku (keluarga beliau saww yang makshum yang disebut di QS: 33: 33). Kuperingatkan kalian kepada Ahlulbaitku, kuperingatkan kalian kepada Ahlulbaitku, kuperingatkan kalian kepada Ahlulbaitku......” 

Tentu saja pengulangan tiga kali tersebut, bukan berarti Nabi saww ingin mendahulukan Ahlulbait as di atas Qur'an, akan tetapi Nabi saww tahu bahwa muslimin tidak akan menghacurkan al- Qur'an walau, sebatas lahiriahnya saja. Akan tetapi, kalau kepada Ahlulbait as yang makshum, maka Nabi saww tahu bahwa umat beliau saww bukan hanya akan meninggalkannya, akan tetapi bahkan akan meracuni dan merajang-rajangnya di setiap kesempatan. 

Sedikit Nukilan dari Salah Satu Sejarah Sunni (Muruuju al Dzahab, karya al Ma’uudii): 


Peracunan Hasan ra

(setelah bab peracunan ini bab berikutnya adalah penyebutan siapa peracunnya, penj). 

Menguak Peracunnya

Dan disebutkan bahwa istrinya yang bernama Ja’dah bintu al Asy’ats bin Qais al Kindii yang telah meracuninya. Dan sesungguhnya Mu’awiyyah yang telah menyuruh terhadap peracunan itu dengan janjinya: ‘Kalau kamu membunuh Hasan maka akan kuhadiahi kamu dengan 1000 Dirham (kepengan perak) dan kukawinkan kamu dengan Yazid.’ Dan karena itulah maka ia -Ja’dah- meracuninya -imam Hasan as-. Dan ketika ia -imam Hasan as- sudah meninggal, Mu’awiyyah memenuhi janjinya tentang uang itu akan tetapi menulisinya surat yang berisi: ‘Kami menyintai ketetaphidupannya Yazid. Kalau bukan karena itu maka sudah pasti kami penuhi juga janji kami untuk mengawinkanmu dengannya.’.” 

Salam padamu wahai imam Hasan al-Makshum (as), sudilah kiranya menerima salam dan ziarah kami ini, dan sudilah mensyafaati kami di dunia dan di akhirat nanti. 

Rosli Mamat, Arief Syofiandi, Yudi Sutiadi dan 144 lainnya menyukai ini. 


Aroel D’ Aroel:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Erfa Zahra: Aamiin Ya Rabbal’alamiin. Salam padamu Ya Rasulullah Saww. Salam padamu Ya Imam Hasan al Makshum (as). 

ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD WA ‘AJJIL FARAJAHUM. 

Penganten Mercon: Mungkin istilah Haram jadah itu diambil dari nama istri imam Hasan, mungkin. 

Bunda Alireza:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Penganten Mercon:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sinar Mentari · Friends with Ramlee Nooh and 31 lainnya: Allahumma Shali ala Muhammad wa aali Muhammad. 

Aries Wahyu Hidayat: Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad.. 

Uswatun Azzahra · Friends with Ramlee Nooh and 32 lainnya: Allahumma shali ala muhammad wa ali muhammad wa ajjil faraja ali muhammad . 

Satria Bergetar: Allohumma shali ala muhammad wa ali muhammad.. 

Husen Assegaf:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Ronny Hardianto: Bismillaahi Ta’alla. Allaahumma Sholli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Yaa ILahi 
Jadikan aku selalu bersama Muhammad dan keluarga Muhammad 
Pada setiap senang dan susah 
Pada setiap tempat dan keadaan 
Pada setiap tempat-tempat seluruhnya 
Dan jangan Kau pisahkan aku dari mereka 
Sesungguhnya Engkau berkuasa atas Segala Sesuatu Aaamiin Yaa Allaah 

Muhammad Wahid · Friends with Ramlee Nooh and 20 lainnya: Allahumma shalli’ala Muhammad wa ali Muhammad wa’ajjil farajahum,, meneteslah air mata ini karenanya. 

Hana Wulan Dari · Friends with Ramlee Nooh and 187 lainnya: Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa Ajjil Farajahum. 

Ammar Dalil Gisting: Ya Rabbi. Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad wa ‘ajjil farajahum wa ahlik a’da-ahum. 

Sattya Rizky Ramadhan:  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Zulhermansyah · Friends with Abu Musa and 3 lainnya: Allahumma shalli ‘alaa muhammad ali muhammad wa ajjil farajahum. 

Abu Uraina · Friends with Alia Yaman and 92 lainnya: Allahumma shalli ala muhammad wa ali muhammad wa ajjil faraja al qoim min ali muhammad. 

David Macho: Tapi kan kalian orang” Syi’i yang mendustai Al qur’an? 

Sinar Agama: David: Uwwah benar sekali pernyataan dan pertanyaan antum ini. Karena Syi’ah memang dengan keras menentang Qur'an yang tidak disusun Allah dalam satu kitab dan tidak disusun surat-suratnya kecuali oleh Utsman serta menentang keras pemberian Bismillaah pada setiap surat Qur'an itu oleh selain Tuhan seperti yang kamu yakini dan saudara sunni lainnya yakini. 

Karena itulah, maka Qur'an yang ada ini, bagi orang syi’ah, adalah Qur'an yang secara ratusan derajat di atas mutawatir dan ribuan mutawatir dalam setiap jamannya, telah diriwayatkan kepada kita. Artinya ia adalah Qur'an yang berupa kitab yang tersusun dalam satu rangkaian kitab dan tersusun seperti apa adanya sekarang ini dan, begitu pula semua Bismillaah yang ada itu, yakni 113 Bismillaah yang ada di setiap surat itu, adalah asli dari Tuhan dan merupakan ayat pertama. Beda dengan sunni dan kamu yang menyakini bahwa Bismillaah itu hanya di surat fatihah yang asli dan selainnya adalah tambahan Utsman. na’udzubillaah. Wassalam. 

MIftahul Ulum kalo: Kalau Siti ’Aisyah keluarga nabi engga yaa? 

Sinar Agama: M.U, jelas keluarga Nabi saww, tapi dengan bahasa arab biasa. Tapi keluarga yang disucikan yang terdapat dalam ayat dan diistilahkan juga dengan Ahlulbait (keluarga), jelas tidak masuk. Karena ia jelas-jelas bukan orang makshum dan telah dinyatakan bersalah dalam Qur'an oleh Allah. Lihat di surat Tahriim ayat 2 dan 3. 

MIftahul Ulum: Kalau menurut Anda bagaimana tentang Abu Bakar RA. 

Sang Pencinta: MU : 363. Seri Diskusi : Mengenali Siapa Abu Bakar, Umar, Usman dan Aisyah Oleh Ustad Sinar Agama = http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/295080980536705/

Khommar Rudin:   اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Puisi Tahun Baru 2013



Seri status Sinar Agama

by Sinar Agama (Notes) on Friday, March 22, 2013 at 10:34 pm



Sinar Agama

TAHUN BARU 


Bak menyambut pengantin 

Oh bukan, bagai pengantin 

Datangmu membahagiakan 

Tepikan duka dan, apapun tetesan 


Engkau, dibincangkan berbulan-bulan 

Engkau, disanjung bagai pahlawan 

Engkau, tak heran kalau dianggap tuhan 

Pembawa suka dan cinta 

Penghapus lara dan luka 

Pengganti air mata dengan, tawa 

Pengganti putus harapan dengan, asa 


Aku termenung di pojokan 

Bertanya-tanya penuh keheranan 

Apamu yang menggiurkan 

Apamu yang menggilakan 

Apamu yang memujakan 

Senyummu, parasmu, atau .... 

wajahmu yang rupawan 


Oh ... Tahun Baru 

Engkau yang tak mengerti apapun 

Keberadaanmu, sekalipun 

Oh bukan, ketiadaanmu bahkan 

Tetap dipuja sepanjang jaman 

Engkau yang tak lebih dari khayalan 

Yang hanya bertahta di ubun-ubun insan 

Disambut nyata dengan, petasan 

Disambut nyata dengan, sesajian 

Disambut nyata dengan, pelukan 

Disambut nyata dengan, tarian

Tak heran kalau Tuhan berfirman 

Kan adzab penyaji dan sesajian 

Kan adzab pemuja dan pepujaan (QS: 21: 98) 

Padahal, tiada apapun dilakukan sesajian 

Begitu pula dengan, berhala dan pepujaan 

Terlebih lagi dengan, Tahun Baru dan Jaman 


Memang ada yang nyata 

Dibalik dirimu yang maya 

Yaitu, terpuingnya daya 

Yaitu, termenuanya pemuda 

Yaitu, terbuangnya nyawa 

Yaitu, tersampahkannya fitra 

Yaitu, terlupakannya Baginda 

Yaitu, terselungkupnya takwa 

Yaitu, terjauhkannya cahaya 

Yaitu, terbantainya budaya 

Yaitu, terkoyak-koyaknya manusia 


Wahai para pendansa 

Jangan katakan kau menyambut Isa (as) 

Karena Isa (as), tak suka berdansa 

Karena Isa (as), tak suka buang masa 

Karena Isa (as), tak suka koyakkan fitra 

Karena Isa (as), tak suka lupakan Baginda 

Karena Isa (as), tak suka telungkupkan takwa 

Karena Isa (as), tak suka jauhkan cahaya 

Karena Isa (as), insan berbudaya 

Karena Isa (as), hakikat manusia 


Wassalam 1-1-2013



Dianna Hartantie, Erna Maruf, Trizuly Muftiarini dan 101 lainnya menyukai ini. 

Awaluddin Hasrin: Selamat milad ustadz. 

Sarah Uswanti · Friends with Ramlee Nooh and 60 lainnya: 

Maskulin Rijal: Masya Alloh. Saya rasa seperti bangun tidur orang yang membudayakan menu- hankan tahun baru dengan pesta pora, bila merenungi status antum. Syukron. Afwan ikut share ya? 

Silver’dj Bama: Milad mubarok ustadz. 

Ridho Cipta · Friends with Fatimah Zahra and 21 lainnya: Mashaallah ustadz, terharu dan miris hati ini membaca. 

Alweeya Mayya Bilfagih: Subhanallah, bagus sekali share-nya. Dunia kita ini telah digiring oleh kaum kapitalis, agar produk industri mereka dibeli..diadakanlah acara macam-macam. 

Lihat saja tahun baru Muharrom, justru kita awali tanpa harus keluar dana, bahkan dilakukan dengan doa dan tafakkur serta majlis Ilmu. Seandainya seluruh ummat Islam melakukan ini, maka orang kafir pasti bangkrut. 

Irawan As-sidhoqui: Di belahan lain ada yang merayakan keagungan Janus. Ada yang merayakan kemerdekaan. Ada juga yang ikut-ikutan, entah apa yang dirayakan. 

Dhiyaa She Chiiluphbwa · Friends with Arif Muhajir

Subhanallah, indah sekali, tetapi kenapa nabi hanya Isa yang utarakan padahal Baginda Rasulullah juga memiliki sesuatu yang indah dan istimewa? 

Uda Ismail · Friends with Ramlee Nooh and 55 lainnya: Akhi ijin share. Kiran Haniyah Hussaina · 90 teman yang sama: Salam, met milad Ustadz. Al Asghar: Izin copas ustadz, syukron. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih untuk semua jempol dan komentarnya. 

Sinar Agama: Semua tulisanku di facebook ini, asal untuk kebaikan, tidak diedit dan tidak dibisniskan, maka semuanya gratis, semoga bermanfaat. 

Sinar Agama: Dhiyaa: Terbawanya nabi Isa ass itu karena perayaan tahun baru ini pada asalnya juga dikarenakan dengan kedekatannya dengan kelahiran nabi Isa as. Karena itu, sebenarnya, kalau kita benar-benar memperingati beliau as, maka boleh-boleh saja dan akan dapat pahala. Karena peringatan tersebut akan merupakan tanda cinta, syi’ar kebenaran dan ketaatan kita kepada Allah sebagaimana perayaan-perayaan lain seperti maulid, asyura dan seterusnya. 

Karena tulisanku ini untuk para pendansa (bc: berdansa di pinggiran neraka karena membuang segalanya demi khayalannya), maka kukatakan “jangan berapologi dan beralasan bahwa kamu merayakan tahun baru itu demi nabi Isa as, karena beliau as tidak ini dan itu” sebagaimana yang kutulis dalam syair di atas itu. 

Kiran Haniyah Hussaina · 90 teman yang sama: Subhanallah, Ustadz Sinar agama. Syafaat, note-nya. Afwan tapi sayang Ustadz sudah tidak bisa confirm teman lagi. Dhiyaa She Chiiluphbwa · Friends with Arif Muhajir: 

Oh, ternyata seperti itu, terima kasih banyak atas informasinya. 

Eem Masaenah · Friends with Afrianto Afri and 4 lainnya: Indah, Saya izin share ya Ustadz. 

Sinar Agama: Kiran: Antum bisa like page-ku hingga bisa berkomunikasi lewat dindingnya. Bisa juga di sini lewat inboxku. Bisa juga jadi pelanggan hingga selalu dapat kirimanku. Semoga bermanfaat. 

Sinar Agama: Eem, semua tulisanku di fb ini gratis selama untuk kebaikan, tidak diedit dan tidak dibisniskan. Antum juga bisa lihat catatan-catatanku yang sudah ratusan atau dokumenku di group Berlangganan Catatan sinar Agama yang sudah lebih dari seribu dokumen. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alla muhammad wa alli muhammad. 

Fatimah Zahra: Keren Ustadz, ternyata antum punya bakat penyair. 

Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

‘Allaamah Hilli dan Sulthaan Muhammad Khudaabandeh



Seri menjawab Fitnahan Ilham Kadir
by Sinar Agama (Notes) on Monday, March 18, 2013 at 10:43 pm


Ilham Kadir: Sayang ya tak dimuat, kalau dimuat kan pasti saya tanggapi lagi, padahal saya ingin sekali menulis cerita di bawah ini: Mohammad Reza Pahlavi, Shah Iran yang lahir di Tehran, Iran, 26 Oktober 1919 – meninggal di Kairo, Mesir, 27 Juli 1980 pada umur 60 tahun adalah kaisar Iran dari 16 September 1941 hingga Revolusi Iran pada 11 Februari 1979. Beliau pernah berhasrat untuk mendamaikan Syiah dan Sunni, maka diundanglah para ulama kedua aliran yang tidak akan pernah akur itu. Sampai waktu dimulainya acara pertemuan, ulama Syiah sudah para datang, namun sayang dari pihak Sunni belum ada yang terlihat kecuali satu orang tua bungkuk menjepit sandal jepit diketiaknya. Ulama-ulama Syiah bertanya kepada ulama Sunni itu. Apa yang kamu jepit di ketiakmu? “Sandal” jawabnya. “Kenapa Kamu bawa-bawa sandal jepit kesini?” tanya ulama Syiah kembali. “Karena saya mendengar di zaman Rasulullah ada orang Syiah pernah mencuri sandal!”, jawab ulama Sunni itu. Mendengar pernyataan itu, para ulama syiah serentak menjawab, “Mana ada Syiah di zaman Rasulullah?”, ulama Sunni yang bijak itu berkata,”Cukuplah, selesai sudah pertemuan ini. Darimana kalian mengambil agama kalian?” 

Ismail Amin: Akhi ust. Ilham, antum peneliti ilmiah, dari mana sumbernya cerita antum di atas? Kita sudah terlalu banyak dicekoki berita-berita tanpa sumber, dan itu tanpa beban disebar sedemikian mudahnya apalagi jika itu berkaitan dengan Iran dan syiah. Syah Reza baru puluhan tahun lewatnya, belum ratusan tahun. 

Dimasanya sudah ada koran, tv dan media-media lainnya sehingga apapun kegiatan penting yang dia lakukan bisa dengan detail diketahui. Kapan pertemuan itu terjadi? Di mana? Siapa orang tua bungkuk yang mewakili sunni itu? Dan siapa juga nama ulama-ulama yang mewakili syiah? Di media mana berita tentang pertemuan itu dimuat dan seterusnya... Jangan berdalih dengan menggunakan ‘katanya’, sebagaimana kebanyakan ikhwan yang sering menyebar fitnah negatif tentang Iran, tapi tidak mampu membuktikan... Silahkan, ada baiknya kita diskusinya di sini saja, jika antum berkenan dan punya waktu.. 

Ilham Kadir: Saya pernah baca di salah satu majalah berbahasa Arab, saya sedang berusaha carikan nama majalahnya, karena barang itu ada di Sinjai, rumah salah seorang ustadz... saya sudah pesan 2 minggu yang lalu tapi belum ada kabar... insya Allah apa yang saya sampaikan itu bisa saya pertanggungjawabkan. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya. Saya sebenarnya, karena banyak pertanyaan di dinding dan inbox yang sampai puluhan pertanyaan tiap hari, tidak ingin ikut campur urusan diskusi antara akhi Ismail dengan akhinaa Ilham ini. Akan tetapi karena cerita karangan dari Ilham sepintas dipercaya oleh akhi Ismail, maka saya perlu membantu keduanya mendapatkan cerita yang sebenarnya. Saya katakan sepintas karena saya memang tidak membaca semua diskusinya. 

Bantuanku untuk mereka adalah

1- Cerita yang ditulis oleh Ilham itu jelas merupakan dikarang Ilham sendiri dan kalaulah ia menukil, maka menukil dari pengarang cerita yang jelas-jelas tanpa bukti. 

2- Kepalsuan cerita itu tampak dari isi ceritanya yang tampak dari jawaban ulama syi’ah terhadap dalil si bungkuk yang mengatakan bahwa ia membawa sandalnya karena di jaman Nabi saww ada orang syi’ah mencuri sandal. Lalu ulama syi’ah mengatakan bahwa di jaman Nabi saww tidak ada syi’ah. Ini jelas jawaban syi’ah ala khayalan si Ilham. Karena jangankan di hadits- hadits syi’ah, di hadits-hadits sunnipun dinyatakan bahwa kata-kata syi’ah itu, pertama kali dikatakan oleh Nabi saww Saya sering kali menukil hadits-hadits sunni ini, misalnya: 
  • 2-a- Rasul saww bersabda +/-: (a): “ Engkau (Ali) dan syi’ahmu (pengikutmu) mendatangiku di telaga (di akhirat)”, dan yang semacamnya (al-Majma’ dari Thabari: 9:131; Kunuzu al- Haqoiq 188; al-Isti’ab2:457; Mustadrak 3:136; Tarikh Baghdad 12:289; al-Shawaiqu al- Muhriqoh 66;). 
  • 2-b- Rasul saww bersabda: “ Engkau (Ali) dan syi’ahmu di surga.”, dan semacamnya (Hilyatu al-Auliya’ 4:329; e): Tarikh Baghdad, 12:289, 358; Majma’ 9:173 dari Abu Hurairah; al- Shawaiqu al-Muhriqoh 96; al-Ryadhu al-Nadhrah karya Thabari 2:209; Kanzu al-‘Ummal, 2:218; al-Muntukakhob min Shehhatu al-Sittah 257;). 
  • 2-c- Rasul saww bersabda: “Mereka adalah kamu -Ali- dan syi’ahmu.” ketika menjelaskan khairu al-bariyyah (paling bagusnya manusia QS: 98:7). (Lihat di: Syawahidu al-Tanzil 2:356-366 hadits ke: 1125 – 1149; al-Shawaiqu al-Muhriqoh 96; Tafsir al-Durru al-Mantsur 6:379; Tafsir Thabari, 30:146; dan lain-lain). 
Dan banyak lagi kata-kata syi’ah (pengikut) dimana sekitar 200 kata-kata “Syi’ah Ali as” (Pengikut Ali as) yang keluar dari lisan suci Rasul saww dan yang ada di riwayat-riwayat sunni yang mana Nabi saww mengabarkan tentang barbagai hal, seperti Paling afdhalnya manusia, masuk surga, diridhai, yang ...dan seterusnya. Yaitu di kitab-kitab sunni di bagian yang menerangkan sekitar tentang ayat atau kata yang berbunyi “Khairu al-Bariyyah”, “al- Faaizuun”, “Radhiallah ‘Anhum”, yakni dari yang terjangkau saya. Dan diantaranya seperti kitab-kitab: Tafsir al-Durru al-Mantsur; Tafsir al-Muharriru al-Wajiz; Tafsir al-Alusiy; Tafsir Thabari; Tafsir Haqqu; Tafsir Ruhu al-Ma’ani; Tafsir Fathhu al-Qodir; Bashairu al-Tamyiz; al-Shawaiqu al-Muhriqoh; al-Muntukaqa; Nazhmu Durari … dan seterusnya. 

3- Dengan semua penjelasan itu, maka jelas bahwa Pengasas dan pendiri syi’ah Ahlulbait yang makshum, adalah Allah melalui kenjeng Nabi saww. Karena itulah, maka keterlaluan sekali khayalan si Ilham yang mengatakan bahwa di jaman Nabi saww tidak ada syi’ah, sementara Nabi saww sendiri mengatakan bahwa syi’ah Ali as (Ahlubait as) adalah yang akan selamat dan akan mendatangi beliau di telaga yang berada di surga, atau syi’ah itu paling afdhalnya manusia, atau yang akan selamat ...dan seterusnya. seperti yang hadits-haditsnya sudah dinukilkan di atas. 

4- CERITA YANG SEBENARNYA

Sebenarnya, siapapun pengarang cerita di atas itu, mau meniru kejadian sejarah masuknya raja Iran yang masuk syi’ah yang tadinya sunni. Si pengarang itu sakit hati, hingga mengarang apa yang dinukilkan si Ilham itu. 

Suatu jaman Iran dipimpin oleh raja sunni yang bernama Sulthaan Muhammad Khudaabandeh. Ia merupakan raja ke 11 dari silsilah Ilkhaaniyaan yang masuk syi’ah di tangan ‘Allaamah al- Hilliy di tahun 709 H. 

Sejarah ini ada di setiap kitab sejarah dan kitab ulama yang menerangkan tentang Iran dan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di sana. Suatu hari sang raja, karena emosi, mencerai istrinya tiga kali sekaligus. Setelah, marahnya hilang, ia sedih. Karena ia tidak bisa kembali lagi ke istrinya tanpa dikawinkan dulu dengan orang lain dan orang lain itu mencerainya atau mati. Sebagaimana maklum ketika istri dicerai tiga kali, maka suaminya tidak boleh kembali lagi kecuali kalau istrinya itu kawin dengan orang lain dan menjadi janda setelah itu (baik dicerai atau ditinggal mati suami barunya itu). 

Akhirnya ia memanggil semua ulama 4 madzhab sunni yang merupakan mayoritas madzhab yang dianut di Iran kala itu. Semua ulama madzhab sunni, karna ikut Umar dalam tiga kali cerai dalam satu majils ini, maka mereka semua mengatakan bahwa memanglah harus dikawinkan dulu dengan orang lain dan baru setelah cerai maka bisa kembali lagi, karena cerainya itu sudah dikatakan cerai Baain sebagaimana ditentukan di fikih. 

Sebagaimana dimaklumi dalam sejarah cerai tiga kali sekaligus ini, adalah ciptaan Umar bin Khathab ketika jadi khalifah. Dengan tujuan supaya para suami tidak gampang-gampang mengucapkan cerai ketika marah. Padahal, di Qur'an, diwajibkan adanya 2 orang saksi adil kalau mau cerai (QS: 65: 2). Begitu pula, cerai tiga kali ini dimana suami tidak bisa lagi rujuk kecuali kalau istrinya sudah kawin lagi dengan orang lain dan menjadi janda setelah itu, dan dimana diistilahkan sebagai “Cerai Baain”, harus diselangi dengan rujuk sang suami yang menceraikannya dalam setiap kali cerai. Artinya, cerai pertama harus ada rujuk dulu dari suaminya sebelum iddahnya habis. SEtelah rujuk, kalau cerai lagi, maka bisa lagi rujuk sebelum iddahnya habis. Tapi cerai ke tiga, maka tidak boleh lagi rujuk dan harus menunggu istrinya kawin dengan orang lain dan menjadi janda, baru setelah itu ia bisa kawin lagi dengannya (bukan rujuk yang tidak pakai aqad nikah). 

Karena si Sulthaan ini pusing, maka tanya-tanya lagi ke penasehatnya apakah masih ada lagi golongan lain dari Islam yang bisa ditanyai pendapatnya. Akhirnya dipresentasikannyalah sang ‘Allaamah al-Hilliy ra yang merupakan orang alim syi’ah kala itu. 

Ketika beliau ra diundang untuk dipertemukan dengan para ulama sunni itu, maka terjadilah peristiwa membawa sandalnya di jepitan ketiaknya itu. 

Ketika ditanya mengapa beliau ra membawa sandal, ia berkata takut dicuri sunni, karena dulu sandal Nabi saww dicuri Abu Hanifah (imam madzhab sunni Hanafiah). Sang ulama Hanafiah yang sudah datang duluan itu marah-marah dengan mengatakan “Tidak mungkin Abu Hanifah mencuri sandal Nabi saww karena ia belum lahir kala itu.” ‘Allaamah Hilli ra mengatakan: “Oh saya salah, yang benar dicuri Ahmad Bin Hanbal (imam madzhab sunni Hanbaliah).” Karuan saja ulama yang dari madzhab sunni Hanbali marah-marah dan berucap seperti yang dikatakan ulama sunni Hanafiah itu. Begitu seterusnya ‘Alaamah Hilli menyebutkan satu persatu dua imam lainnya dari imam madzhab sunni, yakni imam Maalik dan Syaafi’ii yang sudah tentu diiringi dengan kemarahan mereka dan pengulangan dalil ulama pertama yang mewakili Hanafiah itu. 

Akhirnya ‘Allaamah Hilli mengatakan kepada Raja

“Nah, itulah raja, mereka telah mengatakannya sendiri bahwa mereka telah mengikuti imam yang tidak pernah melihat Nabi saww. Bid’ah apa ini hingga mereka mengatakan bahwa 4 orang imam itu yang harus diikuti hingga kalau ada orang lain yang lebih alimpun kalau berfatwa beda dengan mereka maka tidak diikutinya? Sementara kami orang-orang syi’ah, berimam kepada imam Ali as yang merupakan jiwa Nabi saww sendiri dan saudaranya serta washinya.” 

Setelah itu sang Sulthaan bertanya: “....apakah talaq tiga dalam satu majlis itu telah jatuh talaq tiga? 

‘Allaamah Hilli bertanya: “Apakah ada saksinya waktu itu? ” Sulthaan menajawab: “Tidak.” 

‘Allamah berkata: “Kalau begitu talaq Anda batal karena tidak memenuhi syarat.” dan seterusnya. 

Akhirnya Sulthaan menyuruh ‘Allamah Hili ra untuk berdiskusi dengan mereka berempat. 

Akhir sejarah, sang Sulthaan masuk syi’ah dan sejak saat itulah maka syi’ah di Iran menjadi tumbuh kembali dan akhirnya menjadi mayoritas di Iran. 

Saya mungkin tidak akan masuk lagi dalam diskusi ini, ‘Allaahu A’lam. Semoga saja catatan kecil ini bermamfaat bagi semuanya. 

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan

Irfan Boleh Dipahami Tapi Tidak Boleh Dirasakan (bagi yang bukan pesuluk)




Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama 
by Sinar Agama (Notes) on Monday, March 18, 2013 at 10:38 pm


Heri Widodo mengirim ke Sinar Agama: Rabu (12-12-2012), 

Assalam..wb.Ustad, afwan; Apakah seorang Irfan sangat Ikhlas terhadap apapun yang menimpa dirinya, & ruhaninya sangat ber- gantung total kepada Allah? Mohon penjelasan dan lain-lain. 


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Irfan itu tidak melakukan dosa sama sekali, baik besar atau kecil. Tidak melakukan makruh sama sekali. Tidak menyukai apapun selain Tuhan. 

Nah, kalau kita masih punya dosa, maka jangan sesekali ingin mengejawantahkan perilaku orang- orang irfan ke dalam diri kita. 

Ketika jauh-jauh sebelum jadi irfan sudah meninggalkan semua dosa sebagaimana sering dijelaskan, maka apapun yang menimpa dirinya sebelum jadi irfan itu akan dilihat mengapa hal buruk itu menimpa. Apakah karena kesalahannya hingga ia karenanya telah melakukan dosa. Jadi, kalau hal buruk menimpa, orang yang ingin lepas dari dosa (jauh-jauh sebelum menjadi murid pesuluk dan murid irfan), akan melihat siapa-siapa yang salah dalam hal tersebut, bukan menerimanya. Tapi melihat dengan teliti jangan sampai dirinya sendiri yang salah. Kalau ternyata salah, maka ia harus bertaubat dan memperbaikinya serta kalau berkenaan dengan orang lain, maka ia harus mengqadhaa’ hak orang tersebut, seperti kalau menabrak orang lantaran ngantuk tapi tetep menyetir, atau bisnis sembarangan hingga membuat pemodal yang bekerja dengan kita menjadi bangkrut..... dan seterusnya. 

Antum dan siapa saja, tidak akan pernah mengerti perasaan irfan kalau masih melakukan dosa, makruh dan menyukai dunia. Karena itu, tugas antum adalah menghafal fikih keseharian dan tidak melanggarnya. Kalau sudah mampu maka tinggalkan dengan meninggalkan makruh. Kalau sudah mampu, maka jangan menyukai yang mubah dan apa-apa selain Allah. 

Tapi kalau hanya ingin mengerti tentang orang-orang irfan, maka hal itu tidak sulit. Semua orang bisa mengertinya. Akan tetapi harus mengosongkan diri dari pengkhayalan penerapannya pada diri sendiri. 

Menurut saya yang banyak dosa dan hijab ini, dan dengan disertai permintaan maaf dan kehalalan antum, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan antum selama ini, sepertinya, antum ini ingin merasakan yang dirasakan orang arif/irfan. Hal ini yang membuat antum sulit memahami penjelasan-penjelasan alfakir. Karena itu, jangan memaksa diri untuk merasakan yang mereka rasakan. Kalau antum percaya kepada ana dan guru-guru ana, maka lakukan apa yang ana sarankan itu. Hafalkan fikih keseharian dan amalkan hingga antum bebas dari dosa. 

Orang mengira, bahwa fikih itu hanya menjaga najis, wudhu, mandi, shalat dan puasa. Hingga sering mengetatkan diri hanya dalam hal-hal seperti itu. Ini adalah permainan syaithan. Karena seringnya, orang seperti ini sangat-sangat melalaikan fikih yang lain, seperti fikih keluarga. 

Betapa kulihat sebagian orang, ketat dalam thaharah, shalat, puasa...dan seterusnya...hingga kalau perlu perang dengan semua orang yang beda pandangan dengan-nya tentang najis, buka puasa.....dan seterusnya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak bertanggung jawab kepada anak dan istrinya. Padahal kewajiban keluarganya itu adalah kewajiban fikih yang justru lebih berat dari fikih-fikih pribadi itu. Karena kalau dosa yang menyangkut orang lain tersebut (anak dan istri) tidak dimaafkan, maka sangat-sangat sulit untuk lepas dari dosa kecuali kalau diqadhaa’nya. Fikih mengatakan bahwa belanja pada keluarga (istri) itu wajib dan kalau tidak dipenuhi akan terhitung hutang yang wajib dibayar (diqadhaa’) kalau sudah mampu. 

Kadang ada lelaki kalau dituntun belanja oleh istrinya, mengatakan bahwa istrinya cinta dunia. Emangnya dunia itu hanya uang dan pakaian? Malah bekerja, fb-an dalam keadaan menelantarkan keluarga...dan seterusnya...adalah cinta dunia yang nyata yang bukan hanya irfan yang mengecamnya, tapi bahkan fikih mengecamnya. 

Kadang ada lelaki yang mengatakan bahwa kalau istrinya tidak melayaninya akan dilaknat malaikat, akan tetapi ia tidak merasa dilaknat seluruh alam ketika bisa tidur dengan nyaman tanpa memenuhi tanggung jawab keluarganya. 

Saya tahu semua itu benar, yakni thaharah, shalat, puasa....dan seterusnya..itu memang harus ketat. Begitu pula seorang istri yang menolak untuk melayani suami akan mendapat laknat dalam tidurnya itu sampai terbangun besok paginya. Akan tetapi, ini hanya separuh saja dari kewajiban- kewajiban fikih itu. Karena lelaki atau seorang muslim, juga masih memiliki kewajiban fikih yang seambrek yang semua itu harus dikerjakan dengan ketat. Mengapa mau mengucap takbir saja waswas tapi kalau membentak istrinya tidak waswas????!!! 

Karena itulah saya sering mengatakan bahwa bawalah kitab fikih itu kemana saja dan baca walau dalam kesempatan yang sedikit tiap kesempatan itu ada. Karena di dalam fikih itu, terdapat uraian terhadap semua kewajiban, baik pribadi, keluarga, sosial, budaya dan politik. Semua ada di fikih. 

Anjuran tertulusku pada antum mas Heri, hadapi dunia ini dengan pemahaman dan perasaan fikih itu. Nanti kalau sudah berhasil meninggalkan semua dosa, maka baru nanti berusaha merasakan peninggal-kan makruh. Kalau sudah, maka nanti akan ana arahkan untuk merasakan peninggal-kan mubah. 

Atau kalau antum mau mengaji ilmunya saja dan tidak mencampurkan rasa dan penerapan, artinya dalam mengkaji irfan antum bisa mengosongkan diri dari pentajallian rasa irfani pada diri antum (yang kukira ada itu, semoga salah), maka ana akan menjawab dengan rinci sesuai dengan keluasan fb ini. Tentu kalau belum saya terangkan di wahdatu al-wujud yang sudah ada. 

Jawaban soalan

Ikhlash secara fikih itu harus profesional. Karena itu, kalau keburukan menimpa kita, maka kita harus melihat secara profesional (sesuai dengan fikih) hingga kita tahu siapa yang salah. Kalau kita yang salah, maka harus taubat dengan cara membenahi dan kalau berhubungan dengan ibadah atau orang lain, maka harus diqadhaa’. Jadi, ikhlash di fikih, bukan menerima yang menimpa, tapi berusaha tidak menyalahi aturan Tuhan yang sudah tertuang di fikih. 

Ikhlash secara irfan, sudah tidak khalash dari dirinya. Khalash yakni sudah selesai dari dirinya sendiri, yakni sudah fanaa’. Jawaban ini tidak akan pernah bisa dipahami kalau tidak disertai penjelasan-penjelasan lain seperti yang sudah diterangkan di wahdatu al-wujud. Jadi, ikhlash di irfan adalah sudah tidak melihat wujud siapapun selain Allah karena selain Allah, hakikatnya tidak ada dan yang terlihat dan yang terjadi hanya berkisar pada esensi saja. Jadi, tidak ada yang terjadi padanya, karena ia tidak ada. Tidak ada yang ia perlu ikhlashkan, karena ia tidak ada. Tidak ada yang perlu ia rasakan, baik sabar atau emosi, karena ia tidak ada. Nah, perasaan-perasaan seperti ini, kalau dilakukan oleh kita-kita yang masih punya maksiat dan dosa, doyan makruh dan apalagi mubah dan karamat serta surga, maka akibatnya.......tidak bisa dibayangkan lagi... Selain kesesatan nyata dan total, tidak ada lagi yang akan bisa kita raih. Na’udzubillah. Wassalam. 

Vito Balataw: Syukron ustadz atas penjelasannya, walau sebenarnya ana malu baca penjelasan ustadz, karena apa yang antum tulis semua ada dalam diri ana, kalau boleh berkata kasar diri ini hanya memikir perut dan di bawah perut semata. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ