Rabu, 14 November 2018

Fikih Versus Wahdatulwujud ?



Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, November 6, 2012 at 9:12 pm

Heri Widodo: 12 Agustus, Assalamualaikum...wr wb. Ustadz Sinar Agama, ketika fokus ke perihal fiqih di setiap kondisi, apakah hal itu tidak akan jadi Tuhannya? Afwan.


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Ketika orang fokus pada fikih, hal itu kan ada sebabnya bukan? Apa sebabnya? Sudah pasti karena ingin menaati Tuhan. Nah, dengan demikian, fokus kita ke fikih itu, tidak akan menjadikan fikih tersebut sebagai tuhan, terlebih Tuhan. 

Lagi pula, bukankah fikih sendiri mengatakan bahwa Allah mewajibkan belajar fikih di mana kalau tidak belajar berarti akan didosa oleh Allah? Artinya, bukankah dengan demikian, berarti kefokusan kita kepada fikih itu berarti karena perintah Allah dan karena kita telah menTuhankanNya? Jadi, fokus kepada fikih itu, karena kita telah menTuhankan Tuhan/Allah. 

Lagi pula, bukankah fikih sendiri yang mengatakan bahwa kalau ingin dapat pahala dari ketaatan kita, seperti belajar fikih, mengamalkan fikih ... dan seterusnya.. harus diniatkan karena Allah? Terus dari mana kemungkinan datangnya penuhanan pada fikih, kalau kita fokus pada fikih? 

Lagi pula, fikih sendiri yang mengatakan bahwa pahala itu adalah bonus dari Tuhan, bukan bayaran kita dan hak kita. Artinya, bonus bagi yang diridhaiNya. Jadi, kalau ingin mendapat ridhaNya, maka melakukan ketaatan seperti belajar fikih, mengamalkan fikih ..dan seterusnya itu harus dikarenakan Allah. Kalau demikian halnya, lalu dari mana kekhawatiran penuhanan terhadap fikih yang ia sendiri menTuhankan Tuhan dan memerintahkan kita untuk mengkarenakan pada Tuhan dalam setiap tindakan dan perbuatan???!!! 

Anjuran: 

Berhentilah mendengar nyanyian-nyanyian orang-orang pluralisme, sok shufi dan sok wahdatu al-wujuud. Wassalam.

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Bande Husein Kalisatti: Pikiran dari mana tuh..kok bisa fokus pada fiqih, dikatakan fiqih jadi Tuhan. 

Heri Widodo: Efek dari tiap detik berpikir tentang fiqih hingga yang setiap saat ada dibenaknya tersebut lebih sering muncul dibanding Tuhan. 

Bande Husein Kalisatti: Heri Widodo : Allah memerintah manusia taat padaNYA melalui ketaatan pada Rosul dan Ahlul Baith as, Rosul dan Ahlul Baith mengajarkan bagaimana cara taat kepada Allah swt.. salah satu ilmu dari Rosul saww dengan belajar dan mengajarkan Fiqh... seperti dalam hadit-hadits yang banyak ditulis di buku bahwa ilmu yang wajib dipelajari dan akan membawa kebahagian dunia dan akherat adalah 1. ilmu prinsip-prinsip Islam (ushuludin) 2. Ilmu akhlak 3. Ilmu Fiqh... afwan cuma nambahin.. itu yang ane inget.

Sinar Agama: Heri: Kemunculan itu harus disempurnakan, yaitu karena mau mengikuti perintah Allah. Jadi, kelebihseringan munculnya fikih tersebut, adalah fikih yang karena dibuat Allah dan menuju ke Allah serta karena Allah. Mengapa antum seperti sedang memversuskan fikih dengan Tuhan???!!! 

Sang Pencinta: Mungkin kesalahan ada di cara berpikir mengapa mengkonfrontasikan fiqih dengan Tuhan, justru fiqih itu adalah representasi hukum Tuhan melalui ijtihad marja, afwan. 

Heri Widodo: Pengertian Dari Hakekat Eksistensi yang Selalu Ada hingga meniadakan yang selainNYA, termasuk fiqih. Berfiqih namun melupakanNYA. 

Sinar Agama: Heri, antum ini, kalau sudah fana’, mengapa tanya-tanya fikih? 

Lagi pula, siapa yang mengatakan fikih itu eksis? Emangnya kalau kita katakan hanya Tuhan yang ada, lalu yang lainnya itu tidak bisa dikatakan esensi dimana termasuk fikih? 

Kalau antum mencampur dua urusan itu, fikih dan irfan, dimana pembedaannya harus ada di hati dan akal kita, maka kalau antum campur, tidak akan pernah ke fikih dan tidak akan pernah juga ke irfan. Mengambang sampai tidak ada batasnya kecuali kematian. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti and 15 others like this. 

Nanang Agus Satriawan: Waduh kok judulnya Fikih VS wahdatul wujud? Emang di mana pertentangan antara Fikih dan wahdatulwujud Ustadz? 

Nanang Agus Satriawan: Berpegang pada Fikih tidak harus menutup akal dan hati, karena kalau sampai demikian maka itulah yang di sebut dengan menuhankan ajaran.. 

Khusnul Chotimah InAh: Fikih itu ilmu alat, sedangkan tujuannya adalah ubudiyyah (penghambaan). Untuk menuju ke tujuan yang diinginkan kita butuh alat. Gitu aja kok repot. 

Sinar Agama: Zaranggi, benar seperti itu. 

November 10, 2012 at 7:34 am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar