https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/makna-paragraf-puisi-keredupan-maulid- tahun-2015/790007941049114
Sinar Agama: Karena ada yang bertanya di inbox tentang makna beberpa puisi terakhir yang saya tulis, maka walaupun tidak bisa menjelaskan semuanyalantaran tidak adanya waktu, setidaknya, saya akan mencoba memberikan penjelasan pada paragraf pertama dari puisi paling akhir yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”. Seperti biasanya, karena takut penanya tidak rela dimuat di dinding/ status, maka saya akan menginisialkan namanya sebagaimana biasanya:
10/01/2015M: Ass wr wb, afwan ustadz, saya kurang banyak mengerti puisi dan sastra, sudikah ustadz menjelaskan puisi-puisi yang pernah antum tulis demi membantu pemahaman saya? Syukran.
11/01/2015 Sinar Agama
Salam, afwan banget saya tidak bisa melakukannya sekarang-sekarang ini karena lonjakan kesibukan di akhir-akhir ini. Semoga saya bisa menjelaskannya di lain kesempatan, amin. Akan tetapi sekedar untuk arahan saja, maka saya akan mencoba menerangkan satupraagraf secara ringkas dari puisi sederhana kemarin yang berjudul “Keredupan Maulid Tahun 2015”.
Wiladahmu yang mestinya cerah Tertaburi bunga-bunga merah Semerbak wewangian ‘audah Lantunan syair-syair burdah Tahun ini Indonesia bermusibah
Bait Pertama: Wiladah Nabi saww sudah semestinya diperingati dengan meriah dan cerah. Cerah dalam memperingati beliau saww itu, adalah berbahagia dan gembira serta syukur kepada Allah swt yang telah mengutus beliau saww kepada kita semua. Cerah juga bermakna jelas dan gamblang. Yakni dalam peringatan maulid) beliau saww, di sampiang keceriaan penuh kesyukuran itu, juga harus dibarengi dengan penjelasan tentang beliau secara gamblang (cerah), baik ajaran akidah, fikih atau akhlak karimah beliau saww yang telah dicontohkan kepada umat. Jadi, ajaran beliau saww harus diterangkan secara jelas dan gamblang.
Bait Ke Dua: Tertaburi bunga-bunga merah. Dalam bait ini, tidak dipakai kata “indah” untuk mensifati bunga. Mengapa? Karena maksudnya adalah jelas. Yakniwarna merah adalah tanda dan maksud dari kejelasan warna atau warna yang paling jelas. Lalu apa maksud bait itu seutuhnya, mengapa maulid yang cerah itu mesti tertaburi bunga-bunga merah?
Dalam makna cerah di atas, sudah diterangkan sebagai bahagia, ceria, penuh syuukur dan kecerahan atau kegamblangan ajaran yang meliputi akidah, fikih dan akhlak karimah beliau saww. Nah, dalam penyampaian ajaran secara cerah, jelas dan gamblang itulah maka harus dengan disertai penaburan bunga-bunga merah. Bunga artinya indah, lembut dan enak dilihat. Jadi, apapun ceramah, tulisan dan sapaan yang dalam rangka menjelaskan agama dengan gamblang itu, harus disampaikan dengan bahasa yang indah seperti bunga. Karena tabiat atau natural bunga itu adalah indah. Itulah mengapa di bait itu tidak dipakai kata “Bunga-bunga indah” tapi “bunga- bunga merah”, sekalipun sama-sama berakhiran kata “ah”. Jadi, di bait ini, pemakaian kata bunga, sudah dicukupkan untuk menerangkan keindahannya.
Bunga di bait itu, ditulis dalam bentuk jamak. Itu artinya, penyampaian tersebut, tidak bisa hanya melibatkan satu dua orang penceramah atau penulis, melainkan harus melibatkan semua umat. Jadi, umat harus beramai-ramai secara jamak, untuk melakukan penerangan agama dengan gamblang itu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, apakah sebagai penyampai langsung, atau penyampai dari apa-apa yang disampaikan penyampai yang, biasanyaulama.
Membungai maulid, juga tidak bisa cukup dengan kata-kata, akan tetapi harus pula dengan aplikasi. Jadi, kegamblangan ajaran Islam itu, di samping harusdisampaikan melalui kata dan tulisan, juga mesti disampaikan melalui perbuatan taqwa. Karena itu, kalaulah kita mengharumkan maulid dengan kata akantetapi bermaksiat, maka kita telah mengotorinya dengan perbuatan. Mana lebih kuat, keharuman kata atau kebusukan amalan? Sudah tentu bau tidak enaknya amalan yang lebih kuat. Karena itu, akan menjadi tertawaan orang, manakala kita menyampaikan ajaran Nabi saww tentang haramnya minuman keras, akan tetapi sambil meminumnya.
Sedang pensifatan keindahan penyampaian dan amal itu dengan warna merah, maksudnya adalah dengan warna ajaran yang jelas hingga bisa dibedakan darikafirin (kalau memang beda) dan dibedakan dari selain Syi’ah (dalam hal yang berbeda).
Maksudnya, dalam penyampaian dan amalan yang indah itu, tidak boleh hanya menitikbesarkan kepada keindahannya saja, akan tetapi harus tetap menjaga warna yang ada. Jangan karena ingin dikata indah, lalu ajaran Islamnya atau ajaran Syi’ahnya, dikebiri-kebiri hingga sama warna dengan yang mestinya beda. Keindahan seperti ini, tidak diinginkan akal sehat dan apalagi agama.
Karena itu, menerangkan dan mengamalkan yang beda, sama sekali tidak menyalahi prinsip bermasyarakat dan persatuan atau bernegara sekalipun bukan di negara Islam. Indah harus indah, akan tetapi tidak boleh mengorbankan warna yang beda (kalau memang beda). Karena itulah, maka keindahan itu penyampaian dan amalan itu, yang disifati dengan bunga yang bermakna indah itu, harus pula disifati dengan merah, yakni warna yang jelas, tidak boleh abu-abu atau berubab-berubah seperti bunglon.
Bait Ke Tiga: Semerbak wewangian ‘audah. Wangi sebagai pelengkap dari penyampaian dan amalan gamblang dari ajaran Islam yang sudah disifati denganindah dan tegas (merah) itu. Artinya, kalau kita melakukan hal tersebut, maka sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman dihuni dan ditempati. Jadi, bukan hanya dilihat, tapi enak dihuni dan ditinggali. Makna ini, juga yang dijanjikan Tuhan manakala
manusia mau mengamalkan perintahNya, yakni akan diturunkan ramhat dariNya, QS: 41:30-31:
َوأَبْ ِشُروا بِالْ َجنَِّة الَّتِي ُكْنتُ ْم
َوَال تَ ْحَزنُوا
َعلَْي ِه ُم الْ َمَالئِ َكةُ أََّال تَ َخافُوا
َربـُّنَا اللَّهُ ثُ َّم ا ْستـََقاُموا تـَتـَنـََّزُل
إِ َّن الَّ ِذي َن قَالُوا
ِ
تُو َع ُدونـَنَ ْح ُن أَْوليَاُؤُك ْم فِي الْ َحيَاِة ال ُّدنـْيَا َوفِي اْل ِخَرِة
“Sesungguhnya barang siapa berkata Tuhan (ikutan dalam segala aspek kehidupan) kami adalah Allah, lalu istiqamah (terus menerus dalam pernyataan dan aplikasinya itu) maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka -untuk memberikan berita- untuk tidak takut dan bersedih, dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami pemimpin/penguasa/penolong kamu di dunia dan di akhirat......”
Karena itu, ketika Allah sudah menjanjikan pertolongan dunia-akhirat bagi yang bertaqwa dan apalagi yang bersifat jamak itu, maka sudah tentu kehidupan sosial kita akan menjadi wangi dan nyaman. Itulah mengapa saya heran mengapa Islam jadi momok sosial di benak muslimin. Emangnya kalau sosial Islam lalu yang bukan Islam dibantai? Emangnya kalau sosial Syi’ah, lalu yang Sunni di bantai? Kalau demikian, mana kewangiannya? Emangnya hal seperti itu diajarkan Nabi saww? Itulah mengapa saya lebih heran manakala kebodohan ditutupi dengan kata “taqiah” atau keIndonesiaan. Emangnya Islam dan Syi’ah tidak bisa hidup mewangikan Indonesia sekalipun bukan negara Islam? Emangnya, muslimin di jaman Nabi saww yang hidup di negara lain, diwajibkan jihaddan perang demi memaksakan Islam pada mereka?
Itulah mengapa saya katakan mesti decerahkan dengan gamblang, diindahi seindah-indahnya tapi tetap dengan menjaga warnanya lalu diwangi-i dengansemerbak wewangian yang memang diajarkan di Islam yang gamblang itu. Sebab kalau Islam dan Syi’ah ini tidak digamblang, lalu diserahkan pada orang yangbukan spesialis belajar agama (awam agama) maka akan banyak pengaku Syi’ah yang akan menoreh Islam dan Syi’ah itu sendiri walau dengan niat membantuIslam dan Syi’ah serta pengikutnya. Misalnya dengan menghilangkan warnanya apalagi warna intinya lagi. Apa gunanya membela Islam kalau menerima trinitas? Apa gunanya Syi’ah kalau menerima khilafah bukan dari imam Makshum? Apa artinya Syi’ah kalau taqlid sudah tidak wajib, wali faqih sudahditendang?....dan seterusnya?
Islam yang hakiki dan Syi’ah yang hakiki dan berkwalitas, bisa hidup dimana saja. Karena prinsipnya, Islam dan Syi’ah itu anti terhadap paksaan walau, anti terhadap penghilangan warna. Prinsip Islam dan Syi’ah justru bukan hanya tidak memaksakan kehendak, akan tetapi saling tolong menolong sesama muslim dan bahkan sesama manusia. Saya sudah berulang kali menyampaikan kepada teman-teman bahwa ketika imam Ali as mengutus Malik Asytar untuk menjadi gubernur di Mesir, imam Ali as memerintahkan supaya lembut dan menyantuni sesama muslim atau kalau kafir juga sesama manusia. Itu Syi’ah yang sudah berkuasa lho. Apalagi yang tidak berkuasa. Bayangin, imam Ali as memerintahkan Malik Asytar untuk berbuat adil pada muslimin karena sama-sama muslim, dan tidak menzhalimi kafirin karena sama-sama manusia. Ajib kan ajaran Islam dan Syi’ah yang hakiki? Ini jelas tidak sama dengan Syi’ah yang hanya diaku-aku itu.
Itulah mengapa para ulama dengan meniru imam Makshum as, tetap menjelaskan Islam dan Syi’ah secara gamblang dimana bagi pensombong (sms) dikatakan sebagai gontok-gontokan dan tidak mengklarifikasi kesalahan. Heh....sungguh durhaka pada Nabi saww yang mengasaskan Syi’ah, dan durhaka pada Makshumin as yang meneruskan dan mengemban ajaran imamah yang meliputi agama dan sosial/pemerintahan, dan durhaka pada seluruh ulama Syi’ah yang tidak satupun berpendapat seperti sms itu. Sudah begitu, masih sanggup dengan pongah menamakan diri Syi’ah menurut Syi’ah. Menurut Syi’ah yang mana kalau tidak satu ulamapun dan bahkan tidak satu awampun yang berkata sepertiperkataannya? Bukankah ini kebohongan di siang bolong dan kecongkakan di muka bumi yang tidak pernah terjadi dalam sepanjang sejarah manusia?
‘Audah adalah minyak wangi yang masih asli. Yakni cairan wewangian yang dihasilkan dari penyulingan pertama sebelum dicampur dengan zat-zat lainnya. Misalnya, wewangian yang diambil dari bunga mawar, bunga sedap malam, apel, ....dan seterusnya. Ketika masih berupa cairan pertama dan belum diolah lagi menjadi minyak wangi yang beraneka merek itu, maka cairan wangi yang asli itu, dikatakan ‘audah.
Nah, wewangian kehidupan sosial manakal berpijak pada ajaran Islam dan Syi’ah yang semestinya, sekalipun bukan di negara Islam seperti jaman-jaman para Makshumin as sendiri, baik di kota Makshumin atau di jaman Nabi saww bagi yang hidup di negara lainnya itu, adalah wewangian yang asli dan murni dari Tuhan, bukan dari pengaku-aku membawa agama.
Ketika wanginya asli dari Tuhan, Nabi saww dan Ahlulbait as serta akal gamblang, maka sudah pasti semuanya hidup tentram sentosa, tidak ada keburukan, tidak ada penghapusan ajaran dan semacamnya. Inilah yang dimaksukan bahwa Nabi saww, Islam dan Syi’ah serta imam Makshum as itu, adalah rahmat bagi semua bangsa dan bahkan semua makhluk Tuhan, baik bagi yang mau mensyukurinya dan mengikutinya, atau bahkan tidak mensyukurinya. Inilah makna rahmatan li al- ’aalamin, bukan rahmat bagi pengikutnya saja.
KARENA SUDAH LELAH MAKA DUA BAIT TERKAHIR SAYA AKAN TERANGKAN DENGAN SANGAT RINGKAS SAJA
Bait Ke Empat: Lantunan syair-syair burdah. Burdah, in syaa Allah masih merupakan musik yang halal karena tidak bisa dibuat joget dan semacamnya. Yakni tidak muthrib. Maknanya, ajaran gamblang Nabi saww dan Syi’ah itu, tidak bertentangan dengan budaya manapun. Tentu setelah ada pembenahannya. Budaya yang membawa manusia kepada kesia-siaan hingga tidak bisa menggapai nilai kemanusiaan yang ditargetkan Tuhan dalam mencipta manusia, diharamkan Islam. Itupun tidak dipaksakan manakala manusia memang memilih maksiat.
Jadi, Islam dan Syi’ah tidak anti terhadap keindahan seperti sya’ir dan burdah. Apapun keindahan yang halal, dapat dijadikan instrumen bagi penjelasangamblang tentang Islam dan Syi’ah.
Dan juga memiliki makna bahwa kalau sosial kita sudah berkwalitas seperti yang diterangkan di atas itu, maka semua berposisi di posisinya masing-masingdengan indahnya seperti alat-alat musik burdah itu dimana masing-masingnya berposisi jelas dan memiliki tugas khusus. Yang alim menerangkan agama, yangsarjana bangunan membangun kota, yang tidak tahu jangan sok tahu, yang tida ktahu Syi’ah jangan sok tahu, ...dan seterusnya. Begitulah bahwa sosial yang Islami yang sekalipun tidak di negara Islam ini, akan indah dan rapi seperti rapinya alat-alat musik itu.
Kalau tidak, maka dapat dibayangin. Kalau gitar bas difungsikan sebagai gitar melodi, maka jangankan indah, tidak muntah saja pendengarnya sudah untung. Nah, begitu pula dengan hal-hal keIslaman dan kesosialan ini. Kalau agama yang mesti diterangkan ulama, diterangkan oleh pangku ulama (gadungan), maka jangankan indah, tidak muntah saja sudah untung. Kalau para malaikat di langit tidak pingsan saja, sudah untung. Bayangin, menerangkan Islam dan Syi’ah dengan apa-apa yang tidak diajarkan Tuhan, Nabi saww, imam Makshum as dan para ulama serta bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah DAN DIKATAKANNYA SENDIRI BAHWA YANG DIKATAKAN ITU MEMANG BEDA DAN BAHKAN MENGATAKAN BAHWA TOKOH-TOKOH AGAMA SELAMA INI GONTOK-GONTOKAN DAN TIDAK MENGKLARIFIKASI DENGAN PANDANGANNYA, YAITU DENGAN TIDAK MENGAJARKAN APA-APA YANG TELAH DIAJARKAN MEREKA DALAM SEPANJANG SEJARAH ISLAM DAN SYI’AH MERERKA. YAKNI MEREKA SALAH SEMUA DAN YANG BENAR ADALAH DIRINYA. YAKNI SEMUA AJARAN SYI’AH ITU SALAH, BAIK YANG DIAJARKAN NABI saww DI GHADIR KHUM DAN BERBAGAI TEMPAT, BAIK YANG DIPAHAMI PARA MAKSHUMIN as BAHWA GHADIR KHUM ITU MAKNANYA MELIPUTI VERTIKAL DAN HORISONTAL, BAIK YANG DIPAHAMI SEMUA ULAMA SYI’AH DALAM SEPANJANG SEJARAHNYA, SEMUA DAN SEMUA SALAH MEMAHAMI IMAMAH. KARENA IMAMAH, HANYA VERTIKAL DAN AGAMA, BUKAN HORISONTAL DANNEGARA.
JADI TUHAN YANG MENGAJARKAN IMAMAH VERTIKAL DAN HORISONTAL DI QUR AN; NABI saww YANG MENGAJARKAN IMAMAH DI BERBAGAI TEMPAT TERMASUK DI GHADIR KHUM DAN AKAN MENULISKANNYA DI HARI KAMIS TERAKHIR SUPAYA UMAT TIDAK SESAT DIMANA DICEGAH OLEH SEBAGIAN SHAHABAT DAN DIKATAKAN MENGIGAU; PARA IMAM YANG TIDAK BISA HIDUP ENAK KARENA TERUS MENERUS MENGAJARKAN WARNA MERAH YAKNI IMAMAH ITU MESTI VERTIKAL DAN HORISONTAL HINGGA SELALU DIPENJARA PARA KHALIFAH DAN PENGUASA DI JAMAN MEREKA as, SEMUA DAN SEMUAADALAH PENGGONTOK-GONTOK DAN TIDAK MENJELASKAN YANG SEBENARNYA, YAITU YANG ADA DI BUKU SMS.
Bait Ke Lima: Tahun ini Indonesia bermusibah. Ringkasnya, musibah kesalahan memahami Islam dan Syi’ah dan terbesarnya, fitnah yang telah ditaburkan sms. Semoga musibah ini, segera diangkat oleh Allah dengan doa-doa kita dan penerangan amar makruf semampunya yang disampaikan dengan gamlbang, jelas, indah, merah, wangi dan asli, amin. Wassalam.
Uswatun Azzahra: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad .
Anfal Alaydrus:.
Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas jempol dan komentarnya. Tolong baca lagi, karena ada penambahan sedikit, setidaknya yang bertuliskan balok afwan.
Hendy Laisa salam...istirahat ustad...
Bande Husein Kalisatti: Syukron..
Siti Rabia Aidia: Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad.
Dadan Gochir: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.
Subiono Ono: Syukron USTADZ.......semoga selalu diberi Kesehatan oleh ALLAH SWT agar tetap Mencerahkan UMAT.
Fahmi Alkaff: Kenapa dalam masyarakat Islam, saat mulai berkembang sering terjadi perbedaan yang menjurus ke perpecahan pada tokoh-tokohnya justru ketika persatuan disebarkan, didengungkan dan dibutuhkan.....??...bahkan bila kritik ini disampaikan.....oooh tidak ....tidak.....tidak ada perpecahan..... cuma perbedaan pendapat itu biasa.....ya...memang dari dulu umat islam suka berapologi kalau dikritik......persoalan pembahasan jadi pelik, seolah agama itu dibutuhkan pemahaman yang sangat detil untuk bisa benar dan masuk surga......padahal ketika pertama mengenal islam diajarkan, siapa yang mengucapkan dua kalimat syahadat dijamin surga......siapa yang mencintai Nabi dan keluarga sucinya dijamin surga....siapa yang mengakui kewilayahan Ali dijamin surga....dan seterusnya.... sederhana dan tidak rumit....namun kenyataanya, bahkan orang yang sudah banyak baca buku bahkan mengarangbukupun masih terancam dikeluarkan dari surga..??...bukankah agama itu akhlaq, etika, dan moral bertindak..?...dan moral atau ahlaq itu mempunyai tahapan untuk pemahaman dan pelaksanaannya....ada tingkatan....ada proses pemahaman....seperti tahapan perkembangan manusia dari bayi, balita, dewasa...dan sampai tua.....begitu juga sistem moral.....Kadang terfikir......lebih enak agama kristen atau katholik....cukup mempercayai yesus itu juru selamat, kita sudah dijamin masuk surga dan kebutuhan dunia akan terbantu.....begitulah mereka dalam dakwahnya.......dan tetap konsisten sampai sekarang
Bintang Ali: Salam ustadz, lama tak menyapa.
Kalimat ini sungguh nusuk > Bahkan tidak pernah dikatakan oleh paling awamnya seorang muslim dan Syi’ah.
Sinar Agama: Bintang, iya apa kabar, semoga selalu dalam lindunganNya, amin.
Sinar Agama: Fahmi A, kalau Islam seperti yang antum gambarkan yaitu hanya terdiri dari beberapa ayat dan hadits seperti tentang syahadatain dan iman pada imam Makshum as saja, maka selesai Islam ini dan tidak perlu ruwet-ruwet ada Syi’ah dan jihad. Akan tetapi Islam itu memiliki lebih dari enam ribu ayat dan puluhan ribu hadits. Karena itu, Islam itu mudah, tapi tidak sesederhana itu. Karena itu, belajarlah terus dan jangan mengandalkan keringkasan-keringkasan yang menipu.
Misalnya hadits Nabi saww mengatakan bahwa yang mencintai Ahlulbait as masuk surga. Nah, kalau kita hanya mencukupkan hadits ini, maka tinggal cinta dan sudah masuk surga. Akan tetapi karena Islam itu adalah ribuan ayat dan puluhan ribu hadits, maka tidak bisa hanya mencukupkan hal tersebut.
Karena itulah, kita harus melihat di ayat dan hadits-hadits lain, apa makna cinta itu dan seterusnya.
Nah, para ulama yang tekun puluhan tahun belajar ilmu keIslaman, membantu umat dengan merangkum berbagai hal tentang semua ajaran Islam, seperti tentang cinta, tentang makna Syi’ah..... dan seterusnya. Karena itulah ajaran Islam itu dikatakan ajaran terlengkap. Hal itu karena tidak menyisakan apapun tanpa penjelasan.
Antum mau hidup seperti apa, itu merupakan hak sepenuhnya antum. Saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa kita tidak boleh putus asa. Masuk kristen juga berat, karena harus mengakui dosa- dosanya ke pastur sebelum diyakini diampuni. Harus cerita pernah nyuri ayam misanlnya, zina misalnya ...dan seterusnya. Btw, tidak ada yang gratisan masuk surga dalam pandangan agama manapun.
Lagi pula, semua keterangan Islam itu, yang katakanlah jlimet itu, dibuat oleh Allah untuk meninggikan derajat manusia itu sendiri, bukan untuk menambah kesempurnaanNya, sebab Dia Maha Tidak Terbatas.
Didan Husein Chicharito: Allahumma shali ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil faraja Aali Muhammad.
Fahmi Alkaff: Syukron ustadz....hanya janganlah sesama ustadz saling berdebat masalah yang pada level tertentu dibolehkan ada perbedaan...karena bisa menambah kebingungan awam terhadap kebenaran yang harus dipegang atau keraguan akan arah kemana tujuan agama diarahkan..... berbicara sesuai dengan tingkatan iman dan pikir kaum awam lebih bermanfaat ketimbang berdebat sengit demi mempertahankan kebenaran karena takut salah....dalam tradisi berguru ada kaidah menarik murid ke tingkatan yang lebih tinggi tanpa menyeretnya dengan paksa itu hasilnya lebih baik....tapi bila hukum yang dipakai untuk mendidik maka ....hitam putih yang dikedepankan....dosa, murtad, haram, kafir....dan seterusnya walaupun di bumbui dengan keterserahan padaseseorang mau menerima atau tidak...itu hak anda....itulah ciri pendekatan hukum tidak mau berusaha menampilkan yang bisa membawa atau menuntun atau membimbing orang ke jalan yang dimaui.....tapi cenderung menghukumi.....apalagi bila terjadi sesama ustadz, bisa-bisa debat yang sengit terjadi......saya hanya ingin melihat islam yang merupakan jalan lurus yang bisa menjadi alternatif terbaik bagi semua jalan- jalan, ideologi yang ada bukan menolak yang laintapi menyodorkan alternatif dengan etika dan akhlaq yang mengunguli, bukan menghukumi....afwan ustadz, ana masykur...!
Artikel sebelumnya, ...
=====================