Selasa, 10 Desember 2019

Menjamu Tamu Muda dan Tugas Ibu Rumah Tangga


Seri tanya jawab Syuber Marantika dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:54 pm


Syuber Marantika mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam. Maaf kang mas jika sudah ditanyakan.

1. Pernahkah ditemukan alat yang dapat mendengar suara sayyidul wujud saw? (mungkin juga pas pengangkatan imam Ali di ghadir khum)

2. Jika tamu membawa anak, apakah anak kami juga yang menuangkan minuman ke gelas anak tersebut? (teringat sabda washi nabi berkaitan dengan tamu dan anak.) #lupa bunyinya kang#

3. (titipan dari seorang akhwat) sebagai ibu rumah tangga, apa aktivitas wanita mukmin zaman nabi ketika pekerjaan rumah mereka selesai? (berharap bisa diteladani agar tidak suka GOSIP, sinetronan) Bisa dicantumkan haditsnya?. Terima kasih kang mas.

Okki Deh, Maymuna Zahra dan 2 orang lainnya menyukai ini.

Hidayatul Ilahi: Salam,,,,nyimak.

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Kalau tidak salah, hal yang antum katakan itu, sudah saya dengar sejak ana masih duduk di bangku smp. Karena itu, tidak usah dipikirkan walau alasannya terlihat seperti masuk akal. Tapi hanya terlihat. Yaitu bahwa gelombang suara itu tidak semuanya hilang begitu saja, tapi terkumpul secara berlapis di udara. Nah, gelombang yang bertumpuk itu, sama seperti data yang ada di kaset, hard....dan seterusnya. Nah, mencari jaman yang sesuai dengan masa Nabi saww atau siapa saja, dan memasukkan gelombang itu dalam program suara, membuat kita dapat mendengarkan lagi suara-suara tertimbun itu.

By the way, kita tidak boleh larut dalam masalah-masalah yang belum jelas dan cukup dengan menunggu realisasinya. Sambil waspada terhadap segala argumentasinya yang terbuka agar kita juga tidak mudah dipermainkan oleh para zionist dan barat, hingga nanti mereka keluar dengan sejuta rekaman nabi-nabi as dan malaikat-malaikat as atau, mungkin Tuhan itu sendiri.

2- Saya pikir tidak ada kewajiban atau bahkan anjuran untuk itu. Kalau antum punya, maka bisa dishare ke kita supaya kita juga bisa mengambil manfaatnya.

3- Tidak ada yang lebih afdhal dari menambah pengetahuan agama terutama fikih. Jadi, baca fikih terus menerus dari awal sampai bab akhir dan diulang lagi sampai setengah hafal atau hafal setidaknya dalam keseharian yang menyangkut taqlid, thaharah, shalat, puasa, rumah tangga, tetangga, budaya, sosial, ekonomi dan politik. Percayalah, bahwa fikih itu adalah hakikat agama dan hiriz keselamatan dunia-akhirat. Karena akidah, rata-rata kita sudah ok. Tapi bagus juga di sela-sela fokus pada fikih tersebut, juga menambah makrifat akidahnya. Tapi tekanannya pada fikihnya. Karena akidah, di samping sudah ok dari sisi lahiriah dan dasar-dasarnya, juga, karena penambahan makrifatnya, tidak bisa dihentikan walau dengan umur kita. Artinya, sangat luas dan sangat luas.

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Reiki Dalam Tatapan Hakikat atau Filsafat dan Hukum Syariat


Seri tanya jawab Karim Kardi dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:50 pm


Karim Kardi mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam..ustadz mau nanya, bagaimana pandangan/ hukumnya belajar reiki tummo menurut AB? Termasuk di dalamnya adalah teknik membuka hati agar semakin merasakan keagungan kasih Tuhan dan teknik penyembuhan penyakit sendiri melalui energi reiki, ilmu ini bisa diikuti oleh semua agama. Apakah kenikmatan hati ketika meditasi itu salah atau bagaimana tadz? ? Mohon pencerahannya. Jazakumullah.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Secara global yang kita tahu tentang reiki ini adalah pengobatan yang memakai kekuatan ruhani yang diistilahkan juga dengan energi yang penyalurannya lewat tangan.

2- Penemu pengobatan ini adalah Mikao Usui, seorang pendeta Budha dari Jepang pada tahun 1922.

3- Ia menemukan hal tersebut setelah melakukan puasa tiga minggu di sebuah gunung.

4- Secara ilmiah, sampai sekarang belum terbukti adanya energi yang dipindahkan dari alam ke orang sakit melalu dokter atau tabib penyalur reiki ini.

5- Islam biasanya hanya menerima dari agama lain, apa-apa yang bersifat teknologi sekalipun dari orang kafir hingga karena itu Nabi saww bersabda :

“Tuntutlah ilmu walau ke negeri China”.

Tentu saja hadits ini akan dibrangkaskan wahabi karena jangankan teknologi tinggi, sepeda pancal/engkol saja dihukumi sebagai kendaraan syethan. Tapi tentu saja, selain senjata. Karena bagi mereka, senjata dari kafir itu wajib mereka miliki untuk melakukan pembunuhan dan teror bagi semua rakyat yang musyrik supaya mereka (wahabi) bisa kawin bersanding dengan bidadari di Surga.

6- Untuk ajaran yang berbau batin dan kejiwaan serta ruh, maka Islam sudah memiliki ajarannya sendiri yang mengajarkan sesuai dengan tujuanhidup manusia yang, sudah tentu membawa kepada keAgungan dan ketaatan pada Tuhan.

7- Islam terlalu tinggi ajaran ruhaniahnya. Hingga jabaran filsafat tentang apapun yang diajarkan Islam tentang hal-hal yang berhubungan dengan keruhaniahan manusia, sebegitu luasnya ditulis dan, yang belum diketahuinyapun masih jauh lebih banyak dari yang diketahuinya.

8- Saya sudah sering menjelaskan bahwa meningkatkan ruhaniah ruh atau jiwa manusia ini, bisa dengan berbagai cara. Bisa dengan cara taatpada Agama dan bisa dengan cara-cara lain yang membatasi aktifitas ruh kepada hal-hal badani dan materi. Karena itu, konsepnya: “Semakin kurang hubungan, kesukaan dan keterikatan ruhani pada badani dan materi, maka akan semakin kuat pula keruhaniahannya.”

9- Karena itu, saya sering membagi kekuatan batin ini menjadi dua: Kesaktian dan Karamah. Kesaktian adalah kekuatan batin yang didapat dengan dicari dan diusahakan, baik dengan cara yang Islami yang sudah benar seperti shalat dan puasa, atau dengan cara-cara seperti bertapa dan apapun juga yang intinya dapat mengurangi aktifitas ruh dengan badan.

Sedang Karamah adalah kekuatan batin yang didapat tanpa diupayakan, tanpa diminta dan juga tidak pernah dipakai kecuali memang ada benar-benar ilham dari Allah.

10- Kekuatan batin selain yang karamah itu, akan sirna setelah mati. Karena niatnya memang untuk mendapatkan kekuatan tersebut, baik dengan cara halal atau haram, yakni dengan cara Islami atau tidak Islami. Jadi, ketika semua ibadah Islaminya, atau semedi Budhisnya, dilakukan dengan niat untuk mendapatkan kekuatan itu di dunia ini, maka sudah tentu di kuburan dan akhirat, tidak akan kebagian. Karena setiap amalitu tergantung niatnya (innama al-a’maalu bi al-niyyah). Kalau dengan mati saja sudah sirna, maka tentu saja di kuburan dan akhirat, ia tidak akan pernah ada.

Beda dengan Karamah yang didapat karena semata-mata karunia Allah untuk memanjakan hambaNya dengan karuniaNya. Hamba ini, tidakakan pernah melirik karamahnya itu kecuali hanya kepada pemberinya. Seperti kalau kita dikasih bunga oleh kekasih, maka kita senang menerima bunganya itu tapi karena pengetahuan kita atas perhatian yang kita cinta itu. Jadi, bunga itu layu atau tidak, tidak menjadi perhatiannya sama sekali secara substansi.

Memang, bisa saja bunga itu dirawat, tapi semata-mata karena mengenang dan menghormati yang dicintainya itu. Begitu pula dengan karamah ini. Ia tidak akan pernah memakainya di depan masyarakat karena Allah tidak menganjurkannya dan, sudah tentu karamah itu hanya dijadikannya semacam sapu tangan kenangan dari Sang Yang Kuasa itu.

11- Dilihat dari filsafat dan hakikatnya, ruh dapat dikuatkan dengan cara apapun, baik Islami dan tidak Islami seperti reiki ini.

12- Dilihat dari boleh tidaknya, perlu kepada penelitian benar dan tidaknya dari kaca mata lahiriahnya. Dan karena reiki ini mengajarkan teori energi seperti Yoga yang ada pada manusia dan alam, maka apa yang dimaksudkannya. Kalau energi ini maksudnya daya panas, maka semua orang dan bahkan agama, dapat menerimanya. Tapi kalau lebih dari itu dimana hal tersebut dapat dirasakan dari pelajaran Yoga atau Reiki ini, maka hal itu jelas tidak bisa diterima. Yang dapat kita pahami dari dua ajaran energi ini, salah satunya, adalah pengambilan energi alam yang disalurkan melalui olah batin baik untuk kepentingan diri sendiri atau untuk menolong orang lain.

Hal seperti di atas ini, tidak bisa diterima akal karena memang tidak ada pembuktiannya sama sekali. Karena itu, syariat juga tidak akanpernah bisa meloloskannya sebagai ilmu dan yang benar dan, karenanya harus dihindari.

13- Mungkin ada yang bertanya:

“Kalau ia tidak benar, lalu mengapa bisa benar-benar mengeluarkan kekuatan diri atau penyembuhan?”

Jawabnya: Hal itu bukan dari energi yang diyakininya, baik energi diri atau alam. Akan tetapi ia merupakan kekuatan ruh itu sendiri.

Saya sudah sering menjelaskan dimana ulangannya di atas itu bahwa kapan saja ruh yang non materi itu dikurangi hubungannya dengan hal-hal badani dan materi seperti makan dan minum, maka ia akan lebih kuat dari sebelumnya. Persis seperti olah raga yang mengolah raga, maka olah batin juga mengolah dan menguatkan batin. Dan penguatan batin, adalah dengan mengurangi hubungannya dengan lahir/badani/materi.

14- Kalau kita menggunakan tenaga ruh tadi dan tidak memakai reiki atau yoga, tapi memakai cara-cara Islami, seperti puasa, shalat, dzikir, dan lain-lainnya, apakah boleh? Jawabannya adalah boleh. Tapi selama tidak masuk ke dalam sihir. Yaitu pemfokusan pada obyek manusia/seseorang untuk mempengaruhi jiwa/ruh atau badannya. Tapi ingat, ini yang saya sering sebut dengan karamat yang dicari yang,sudah tentu saja tidak akan bisa dibawa mati dan, apalagi ke akhirat.

15- Apakah Islam menentang ketenangan hati yang diajarkan dalam reiki atau semedi yoga itu? Jawabannya jelas Islam justru yang sangat menekankan ketenangan batin. Tapi ketenangan batin untuk mendapat kehidupan abadi, yaitu akhirat, bukan ketenangan sekedar untuk mendapatkan kekuatan batin dan kesehatan.

16- Atau apakah Islam menentang kesehatan? Jawabannya sudah tentu tidak menentang kesehatan. Tapi kesehatan yang tidak dijadikan tujuan dan niat dalam kehidupan. Kalau kesehatan tersebut dijadikan segala-galanya dan idola dalam perbuatannya, yakni diniatkannya, maka Islam sangat-sangat tidak menganjurkannya sama sekali walau, mungkin membolehkannya seperti orang yang olah raga hanya untuk sehat badani, bukan untuk taat padaNya.

17- Apakah ketenangan abadi itu tidak bisa dicapai dengan reiki dan yoga itu? Jawabannya tidak bisa karena niatnya untuk tenang dan sehat di dunia ini. Bukan seperti puasa, shalat ..dan seterusnya...yang untuk akhirat dan keridhaanNya sekalipun berefek sehat kepada badan di dunia ini.

Jadi, melakukan sesuatu untuk dunia tidak akan mendapatkan bagian akhirat, tapi melakukan kepentingan akhirat, sudah tentu akanmendapatkan kebaikan dunia juga. Tapi kalau hikmah dunianya ini yang dicarinya dan diniatkannya, maka di akhirat juga tidak akan mendapatkan hikmah atau barakahnya.

18- Lagi pula, kalau memang untuk kepentingan akhirat, lalu mengapa tidak memakai sistem dan ajaran yang diajarkan oleh pemilik dunia-akhirat itu sendiri?

Kesimpulan:

Dengan semua uraian di atas itu dapat dikatakan:

“Memakai cara manusia yang tidak ketahuan juntrungan batinnya itu, dan meninggalkan ajaran yang diajarkan kanjeng Nabi saww yang merupakan wakil Tuhan Pemilik Dunia-akhirat itu, maka jelas tidak bisa dikatakan sebagai pencari kebaikan, ketenangan dan kesehatan akhirat.”

Karim Kardi: Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad....lengkap dan jelas Tadz..... oya tadz.. bagaimana kalo dengan reiki ini membuat sholat dan do’a lebih: khusuk dan dzikir lebih nikmat? Apakah ini hanya tipuan syetan ? Afwan kembali tanya untuk lebih meyakinkan hati.

Mohon do’a antum agar kami yang awam ini tidak terpisah dari jalan Rosul dan Makshumin.Saaw.

Sinar Agama:

Tambahan:

Kemarin memang mau ditulis tentang ketenangan yang dicapai dengan cara-cara seperti mendengar musik, yoga, fokus pikiran alias tapa atau penenangan jiwa seperti reiki ini. Yaitu:

Penentu terhadap hakiki atau tidaknya sesuatu yang terjadi pada jiwa/ruh kita, adalah sesuai akal atau tidaknya. Yakni sesuai dengan kebenaran hakiki atau tidak alias sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak. Dan kebenaran hakiki itu, adalah kebenaran yang tersusun rapi dalam silsilah sebab akibat terutama “Sebab Tujuannya”. Seperti tujuan penciptaan alam ini untuk apa, tujuan penciptaan manusia itu untuk apa.

Sedang dari sisi akal-nya, yang dimaksudkan adalah akal-gamblang atau akal-argumentatif- gamblang.

Di lain pihak, akal-gamblang sendiri mengatakan bahwa banyak sekali kerincian-kerincian yang tidak dapat dijangkau untuk dimengerti dengan akal demi mencapai “ sebab tujuan” itu. Karena itu, akal-gamblang ini sendiri, dengan akal-gamblangnya mengatakan, bahwa manusia ini memerlukan agama yang membimbingnya pada kerincian-kerincian itu agar dapat mencapai “sebab -tujuan” tersebut.

Akan tetapi, tidak sedikit juga, terkhusus dalam garis-garis globalnya kehidupan dan semesta, akal-gamblang dapat mengerti dengan argumentasi gamblang, hakikat-hakikat kebenaran yang bisa dijadikan untuk mencapai “sebab-tujuan” itu. Seperti mengerti dengan argumentatif gamblang/mudah, bahwa alam ini ada penciptanya. Penciptanya semestinya tidak terbatas. Penciptanya pasti sumber segala kebaikan hingga sangat kontras kalau penciptaan ini tidak ada tujuannya. Tujuan hidup yang tidak abadi ini, sudah pasti kebaikan abadi. Kebaikan abadi itu harus ditempuh dalam program terpadu seindah paduan susunan alam semesta ini. Akan tidak dapat mencapai kerincian-kerincian terpadu itu hinggakarena itu akal sendiri mengatakan bahwa akal ini memerlukan agama yang membimbingnya mengerti yang rinci dan terpadu itu sebelum kemudian menjalaninya (seperti shalat dengan cara-caranya, puasa dan cara-caranya, haji dan cara-caranya, menolong orang dan cara-caranya, berbuat baik dengan cara-caranya, berakhlak mulia dengan cara-caranya yang disebut fikih,......dan seterusnya).

Dengan semua penambahan keterangan di atas ini, dapat disimpulkan bahwa:

  • a- Apapun yang bersifat tidak memiliki tujuan abadi (seperti akhirat), maka ia bagian dari dunia ini dan, karena itu, umurnya tidak akan melebihi hitungan hari saja. Dan yang bersifat dunia ini, sudah pasti bukan tujuan dari hidup akal dan manusia serta alam semesta ini sendiri.
  • b- Apapun yang tidak bersifat argumentatif gamblang, maka ia tidak akan pernah dapat dijadikan alat menguak hakikat alam ini yang, termasuk tujuannya atau sebab-tujuannya itu. Karena itu, yang tidak benar, tidak akan pernah mengantar mencapai hakikat tujuan penciptaan itu walau, mungkin memberikan efek secara cepat di dunia ini, seperti ketenangan, kesabaran dan kecerdasan. Efek-efek itu, tidak lebih dari kenyangnyaorang sehabis makan dan hilangnya dahaga orang yang habis meminum air. Artinya, sesuatu efek yang tidak mengantarkan seseorang kepada keabadian yang terangkum dalam “sebab-tujuan” itu.
  • c- Ketenangan, kesabaran dan kecerdasan duniawi itu, yakni yang tidak sesuai dengan akal- gamblang dan agama itu, dikatakan seperti efek-efek yang diberikan langsung oleh makan makanan dan meminum minuman alias sementara. Mengapa? Karena ia sebenarnya bukan ketenangan yang abadi yang dituntut akal dan agama itu. Karena ketenangnanya tidak ditopang oleh kebenaran yang hakiki dan juga tidak disusun dan dirangkum untuk mencapai ketenangan abadi atau ukhrawi itu. Karena itu, maka ia juga sebenarnya, tidak bisa dikatakan kesabaran dan kecerdasan. Karena kalau mau dikatakan ketenangan, kesabaran dan kecerdasan, semestinya, tenang dan sabar serta cerdas dalam mencari kebenaran hakiki yang terangkum juga dalam berbagai susunan cara dan metode untuk pencapaian tujuan hidup abadi itu. Jadi, yang menyimpang dari kebenaran argumentatif dalam menguak hakikat alam semesta dan manusia dan, tidak tersusun dalam metode pencapaian yang abadi itu, maka jelas ia bukankebenaran yang hakiki dan, kalaulah memberi efek, maka ia bersifat sementara dan duniawi semata.
  • d- Sebenarnya, dengan kalimat-kalimat yang disusun di poin-poin di atas itu, terutama poin c, saya bermaksud mengajak antum kepada bahasan yang bisa mencerahkan kebenaran sesuatu tanpa ditakuti dengan penakut-penakut dari agama atau akhirat. Jadi, sebenarnya, setelah memahami segala argumentatif di atas itu, yang diwakili hanya dengan akal itu, karena akal ini juga mengatakan bahwa ia perlu kepada agama, maka dapat dikatakan:

“Apapun yang tidak didukung akal-gamblang dan yang tidak didukung agama yang dipahami dengan akal- gamblang juga, maka ia pasti bersifat dunia dan tidak abadi hingga karenanya, harus diabaikan dan mengganti agenda hidup ini dengan mencari kebenaran-kebenaran hakiki yang dicapai akal gamblang dari alam semesta ini dan, terutama agama yang diturunkan Tuhan Sang Pemilik Hikmah dan Kebenaran itu.”

  • e- Kasarnya, apapun ketenangan dan kekhusyukan serta kecerdasan, yang dicapai tidak diatasdasarkan pada kebenaran akal-gamblang tentang alam dan agama, maka ia adalah fatamorgana yang kemampuannya hanya memberikan kebahagiaan sementara.
  • f- Lebih kasar lagi, ketika sesuatu itu tidak berpijak di atas akal-gamblang tentang hakikat alam yang tersusun rapi termasuk tujuan-tujuannya dan cara-cara pencapaiannya, dan tidak berpijak pada pemahaman akal-gamblang tentang agama yang bersumber dari Yang Maha PandaiTerhadap Hakikat Alam dan Manusia Serta Tujuan-Tujuan Penciptaan Keduanya, maka sudah pasti KHAYALAN BELAKA yang, kemampuannya hanya hiburan sejenak.
  • g- Konsekuensi dari semua itu, maka apapun ketenangan dan kesabaran serta kecerdasan yang dicapai dengan tidak di atas jalan benar dilihat dari susunan alam dan agama yang keduanya dipahami dengan akal-gamblang, berarti bukan ketenangan, bukan kesabaran dan bukan kecerdasan yang, sudah tentu harus diabaikan dan menggantinya dengan pencarian terhadap kebenaran argumentatif gamblang.
  • h- Karena itu, bagi yang sudah mencapai ketenangan, kekhusyukan, kesabaran dan kecerdasan- kecerdasan di atas, yakni yang tidak melalui kebenaran hakiki sesuai akal-gamblang yang dipahaminya dari susunan semesta (yang sudah tentu termasuk susunan alam semesta ini adalahadanya tujuan penciptaan dan adanya cara-cara yang tersusun rapi untuk mencapainya) dan agama, harus dihancurkan lagi karena hanya tipuanfatamorgana. Jadi, jadilah tidak tenang lagi, gelisah lagi, tersiksa lagi, tidak enak makan lagi, gusar lagi, tidak cerdas lagi, ............... dan seterusnya....supaya dapat bangun dari candu khayalannya itu dan dapat mencapai yang sebenarnya. Sebab kalau terlena dengan tenangnya itu, sabarnya itu, cerdasnya itu, khusyuknya itu.............maka pasti akan celaka. Karena begitu umur menjemput dan ruh sudah dapat menataphakikat-hakikat akal-gamblang yang hanya bisa dipahami sewaktu hidup (dimana ia menghindari pencariannya di waktu hidup dan menggantikannya dengan kebenaran tidak hakiki seperti reiki, yoga, musik...dan seterusnya..itu), dimana pemahaman ruh itu sekarang menjadi hakiki karena sudah tidak dihalangi materi badaniahnya, maka kala itu ia akan tahu bahwa tenang, cerdas, sabar dan khusyu’ yang dimilikinya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan akal-gamblang dalam memahami alam dan agama itu, sebenarnya, bukan kesabaran, bukan kecerdasan, bukan ketenangan dan bukan pula (kekhusyukan.
  • i- Tambahan penjelasannya:
    • - Ketika akal dan agama yang dipahami dengan akal gamblang mengatakan dan memerintahkan manusia untuk mencari kebenaran yang hakiki tentang alam yang tersusun rapi dimana termasuk sebab-tujuannya dan cara-cara pencapaiannya yang kalau diringkas menjadi ilmu yang benar tentang alam dan agama, tapi ia tidak menerimanya dan mengambil jalan-jalan pintas seperti reiki, yoga dan musik dan semacamnya, maka ini jelas bukan kesabaran, bukan kecerdasan, bukan ketenangan dan bukan kekhusyukan. Jadi, semuanya itu, sebenarnya hanyalah khayal yang beraneka ragam, kadang berupa kecerdasan, kadang berupa kekhusyukan, kadang berupa kesabaran dan ketenangan. Jadi, HANYA BERKHAYAL CERDAS, KHUSYUK, TENANG DAN SABAR.
    • - Karena itu, jadilah gusar dan tidak sabar serta tidak cerdas dan tidak khusyuk ala khayalannya itu. Semua ini supaya bisa bangkit dan merevolusi diri hingga mendapatkan kebenaran hakiki yang tersusun lengkap itu. Jadi, menjadi gelisah, tidak sabar, tidak khusyuk dan tidak tenang bagi orang-orang yang sudah menjalani khayal-khayal itu, merupakan keharusan. Karena ia sebenarnya kan tidak cerdas, tidak sabar, tidak tenang dan tidak khusyuk???!! Jadi, jadilah kebalikannya supaya ada revolusi diri dan mampu menepis segala tipuan yang menghalanginya mencari kebenaran hakiki yang tersusun rapi sampai pada pemahaman sebab-tujuan dan cara-cara pencapaiannya itu.

Kalau antum dan teman-teman memahami tulisan-tulisan di atas itu, maka ketahuilah bahwa ia dengan ijin Allah, sebenarnya banyak mengandungi jurus-jurus hidup yang menggeliat dengan daya penghancur dan membangunnya. Yakni penghacur terhadap khayalan-khayalan yang telah menelan jutaan atau milyaran korban dan, memberi daya pendorong secara profesional penuh kesadaran, untuk membangun apa-apa yang semestinya dibangun setelah penghancuran itu. Ringkasnya, semoga Tuhan mengampuniku dalam mengatakan nikmatNya ini (dan semoga bukan khayalan nikmat), ia termasuk hiriz-hiriz yang perlu dilestarikan dalam diri. Karena ia, salah satu intisari dari apa-apa yang telahdijabarkan akal-gamblang yang selalu diinayahkanNya kepada para ahli hikmat dan juga, yang telah dijabarkan oleh para nabi as dan washi as yang telah dipahami dengan akal-gamblang.

Ya Allah, syukur padaMu yang telah tidak bosan-bosannya memberikan kesempatan kepada kami semua untuk terus bangkit memperbaiki diri. Semoga pada akhirnya, kami semua dapat memeluki ampunan dan ridhaMu, dengan mensyukuri semua nikmat ilmu ini dengan aplikasi yang sangat tinggi, ketat, santun dan di atas pijakan profesionalisme dan keikhlasan tanpa batas, amin.

Karim Kardi: Allahu akbar walillahil hamdu....Bismillaah ma’as sholawat....semoga Allah memberi yang terbaik bagi ustadz Sinar Agama atas jawaban yang sangat dalam..menyentuh dan membangunkan akal dan membuyarkan tipuan....bi Haqqi Muhammad wa ali Muhammad .... astaghfirullah.

Mata Jiwa: Maaf pak ustadz, no 12 di atas : daya pasas....pasas itu apa ya pak ustad ? saya gak ngerti, mohon arti pasas-nya...

Mata Jiwa: Saya mohon koreksi pak ustadz, sebelum membaca-baca tulisan, agama serasa sangat mudah, tapi setelah banyak membaca, usai membaca menjadi serasa sulit.

Sang Pencinta: MJ : Setahu saya tentang reiki, maksud ustadz itu pasas>panas

Mata Jiwa: oooo...gituuuuu.....dari tadi bingung..kirain istilah apaaa gitu...makasih mas akhi bro...!

Sang Pencinta: Semoga manfaat,

http://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/kabah-langit-dan-bumi-dn-pandangan-thp-yoga- dan-energi/494118627304715

Ka’bah Langit dan Bumi dan Pandangan terhadap Yoga dan Energi 
Ka’bah Langit dan Bumi dan Pandangan terhadap Yoga dan Energi 

April 3, 2013 at 8:18am

Bismillaah

Sofyan Hossein:

Assalaamu alaikum wr wb ustadz.. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmatNya kepada ustadz.. amin.. Ingin bertanya : Apakah di Langit juga ada Ka’bah layaknya ka’bah kita di Makkah al Mukarramah??

Sempat membaca artikel bahwa Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat. Mohon Pencerahan.. Jazakumullah khairan katsiraan ustadz ^_^

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Di langit itu jelas ada pusat seperti Ka’bah. Karena perintah tawaf di Ka’bah itu justru meniru tawafnya malaikat di ‘Arsy tujuh kali hingga mereka bisa kembali ke maqam aslinya setelah “semacam” memprotes Tuhan dengan halus ketika mau menciptakan khalifah di bumi.

2- Tapi ‘Arsy atau semacamnya itu, sudah tentu bukan materi. Tapi bisa saja memiliki tajalli seperti keabadian Tuhan yang bertajalli dengan lingkaran yang tanpa ujung itu.

3- Hati-hati dengan mafia materialis yang ingin membawa urusan non materi yang diajarkan dalam agama, kepada materi. Salah satu kecurigaan saya terhadap Black Hole itu, juga untuk mematerikan akhiratnya kaum muslimin yang ada dalam Qur'an.

4- Kalau ada grafitasi Ka’bah yang memang merupakan dataran pertama setelah sebelumnya bumi ini berupa air, dimana karenanya menjadi pusat bumi, semua itu adalah materi dan, hanya merupakan tajalli dari alam non materi.

Sufyan Hossein: tentang Ka’bah yang memancarkan gelombang elektromagnetik yang berasal dari energi manusia yang beribadah di sekitar ka’bah. Karena tubuh manusia merupakan kumpulan bio elektron yang selalu berputar-putar di dalam orbitnya di setiap atom-atom penyusun tubuh manusia.. Dengan kumpulan elektron dari tubuh manusia yang thawaf dan beribadah di sekitar ka’bah, ditambah hajar aswad yang mempunyai memiliki daya hantaran elektromagnetik yang sangat tinggi dan berfungsi sebagai konduktor listrik yang baik, mengingat- kan kita pada suatu kaidah yang disebut Kaidah Tangan Kanan.

Kaidah Tangan Kanan mengatakan :

Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka di konduktor itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengara ke atas. Hal ini, dalam Kaidah Tangan Kanan, digambarkan dengan sebuah tangan yang menggenggam empat jari, dengan ibu jari yang tegak ke arah atas. Empat jari yang menggenggam itu digambarkan sebagai arah putaran arus listrik, sedangkan ibu jari itu digambarkan sebagai arah medan elektromagnetik.

Sehingga ketika ada jutaan orang berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan ketika seluruh mu’min shalat menghadap ka’bah, seperti ada sebuah arus listrikyang sangat besar berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari Ka’bah..

Di tengahnya, di Ka’bah khususnya lagi di Hajar Aswad makan terjadi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas, sesuai dengan kaidah fisika Tangan Kanan diatas.

Lalu apa fungsi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas tersebut, dan apakah medan elektromagnetik tersebut mengarah ke Ka’bah Langit atau Arsy’Nya Allah??

Sinar Agama: Sufyan: Bahasa energi itu berasal dari ajaran Yoga. Saking pandainya para Yogawan itu menerangkan kebenarannya sesuai dengan bahasa modern dan teknologi, maka tidak jarang orang-orang wahabipun banyak ikut tarikat-tarikat bela diri dan pengobatan energi, padahal sebelum kelompok paling nomer satu dalam mengkhurafatkan takhayyul-takhayyul itu (bagi pendapat mereka sebelumnya). Saya punya teman, tokoh Muhammadiah, tapi uwwah, karena kena kibulan energi ini, dia bukan hanya berubah dari prinsip khurafatnya, tapi malah jadi dukun yang bahkan ngobati orang dengan energi itu bahkan sekalipun orangnya jauh dari tempatnya.

Jadi, jangan terpancing kepada ajaran Hindu yang salah satunya ajaran energi yang ada di Yoga itu. Dan jangan terpengaruh pada kibulan para teknolog yang sering mencampur teknologi dan puisi hingga keluar dari teknologi itu sendiri dan keluar pula dari puisi dan agamanya.

Kita diajarkan Tuhan untuk melakukan ibadah hanya dan hanya untukNya. Kita tidak boleh perduli dengan apa-apa yang menyimpangkan kita kepada selainNya, apakah itu kesaktian, karamat atau -dengan bahasa yang mau mematerikan non materi- energi.

Ajaran energi ini sangat kejam mencabik-cabik Islam dari dalam seperti wahabi yang mencabik- cabik agama selama ini. Kalau wahabi dengan penentangannya, tapi kalau ajaran energi ini dengan dukungannya. Para petapa Hindhu pada ketawa terbahak-bahak, karena kaum muslimin hanya tinggal lahiriahnya saja dalam ibadahnya, yaitu menghadap Ka’bah, tapi keyakinannya sudah milik Hindu yang mengajarkan energi. Mereka tertawa, karena muslimin sudah tinggal kepompong saja.

Sinar Agama: Saya juga teringat pada teman china yang jadi muslim. Dengan meyakinkan dia katakan bahwa mustahil shalat jamak seperti yang ada di Syi’ah ini, dapat dibenarkan. Karena energi matahari itu memuncak di kala zhuhur dan mati di waktu ashr. Sayapun, senyum-senyum mendengarkannya tanpa bisa berbuat apa-apa, karena dia dengan keyakinan penuh yang menurut saya, tidak akan ada gunanya menasihatinya alias tidak mungkin bisa terpengaruh sedikitpun. Jadi, syarat amar makruf dan nahi mungkarnya sudah tidak ada lagi alias sudah tidak wajib lagi secara fikihnya.

Teringat juga seorang muslim yang china yang sekalipun sudah Syi’ah, masih saja mengajarkan ajaran energi “im” dan “yang” yang mau ditafsirkan kepada Jalal dan Jamal mirip seperti Tangan Kanan dan Kiri itu.

Walhasil, lama-lama mukjizat para nabi as dan karamat para aulia, berputar-putar di teknologinya barat, materialisnya wahabi dan energinya Hindu.

Boleh saja air dan alam terpengaruh dengan ruh orang shalih, secara materi yang tidak nampak mata yang, barangkali mau dikatakan energi-yoga atau aliran listrik-teknologi atau apa saja, tapi Islam tidak mengajarkan manusia untuk bercikutat di materi walau tidak dapat dilihat mata karena halus dan kecilnya.

Kalau shalat yang ada rukuk dan sujudnya itu menyehatkan badan, kalau puasa itu menyehatkan badan, kalau tawaf dan apa saja ibadah itu mengeluarkan energi atau listrik, kalau Qur'an dan do’a-do’a itu mempengaruhi susunan sel-sel alam, ..............dan seterusnya....semua itu hanya dan hanya materi. Itupun kalau penemuannya itu sudah benar. Artinya, merupakan hikmah-hikmah yang tidak diajarkan dalam agama untuk difokus dan dicitakan dan bahkan untuk dibayangkan sekalipun. Nggak ada ajaran Islam yang menyuruh kita berfikiran sehat manakala sedang rukuk dansujud. Tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan bahwa kita boleh berfikir sehat atau diet kala berpuasa. Ini yang sudah jelas benarnya dari sisi hikmat materi dari ibadah yang bertujuan non materi (baik Allah, iman atau surga). Apalagi yang tidak jelas seperti energi hingga didapat ajaran Islamnya yang mengajarkan bahwa kita sedang menumpuk energi manakala shalat di waktu- waktu tertentu dan menghadap ke kiblat atau hajaraswad............................dan seterusnya.

Kalau para nabi as dan aulia as/hf mengajarkan bahwa lebih afdhal untuk tidak mencari selain Allah dan jangan mencari surga, lah ....malah mau cari energi yang hanya dan hanya, bersifat materi dan dunia walau, tidak dapat dilihat mata karena kecilnya (disamping belum tentu benarnya).

Ajaran Yoga ini sudah sampai menjarah daerah tertinggi ajaran Islam yang diistilahkan dengan ilmu Irfan itu. Bayangin, Irfan yang mengajarkan kesyirikan kalau menyukai apapun selain Tuhan sekalipun surga, karamat dan mu’jizat karena semua itu adalah TajalliNya saja dan bukanlah sesuatu yang wujud nyata, lah .....si mas Yoga ini malah mengatakan bahwa Jamal dan Jalal itu adalah “Im” dan “Yang” atau “Yan”. Kalau wahabi hanya pandai mengobrak abrik kuburan, tapi mas Yoga ini sudah mengobrak-abrik makrifatullah dan paling tingginya ajaran Islam.

Kalau wahabi kacau dalam memahami hadits “Jangan jadikan kuburan itu sebagai masjid” dengan mengatakan “tidak boleh ibadah di kuburan”, tapi mas Yoga ini kacau dalam memahami inti dan hakikat seruan Islam yang setidaknya ke surga yang non materi dan apalagi ke yang lebih tinggi yaitu Allah itu sendiri, menjadi materi semuanya yang, disebutnya energi.

Wahabi sengaja tidak mau baca hadits-hadits lain yang mengartikan makna hadits pertama di atas itu, karena memang hobi dan karakternya menjadikan pandangannya itu sebagai agama hingga mengagamakan pandangannya dan tidak memandangkan diri dengan agama, maka mas Yogaini juga seperti itu, yaitu karena hobi dan karakternya kepada kekuatan materi tidak kasat mata yang berada di balik materi kasat mata ini hingga mengenergikan semua ajaran suci Islam yang mesti dibersihkan dari berbagai pamrih dan riya’, dan bahkan menggembar-gemborkan ajarannya yang mengajarkan bahwa ibadah-ibadah itu alat yang dapat menumpuk segala kekuatan energi dimana hal ini adalah keriya’-an dan pamrih yang nyata. Mereka sebegitu canggih dan gencarnya mengajarkan ajarannya itu hanya dengan modal yang sangat sederhana, yaitu mengganti kata- kata lama yang dikenal dengan katakanlah “tenaga dalam”, dengan kata yang lebih trendi dan untuk masa teknologi ini, yaitu “Energi”.

Sebagaimana kita tidak boleh shalat untuk sehat walau shalat itu menyehatkan badan secara pasti dan benar-benar terbukti, maka kalaulah energi ini benar, maka sangat-sangat tidak boleh seseorang memperhatikannya dalam segala ibadah dan dalam kehidupannya. Bahkan, sebagaimana mengajak dan mengajarkan kesehatan dengan melakukan shalat itu sebagai suatu ketabuan akal dan agama, maka begitu juga membahas energi di kehidupan kita ini. Beda kalau orang mau membahas hikmah-hikmah ibadah. Tapi itupun harus dengan yang sudah pasti terbukti benar dan, sudah tentu tidak membuat tarikan kepadanya hingga manusia kehilangan keikhlashannya kepada Allah dan agamaNya. Jadi teringat pada satubintang film wanita Indonesia yang dengan gamblang berkata di media, bahwa dia diet dengan cara berpuasa senin kamis.

Tambahan:

Kalau Nabi saww mengatakan: “Jangan jadikan kuburan itu sebagai masjid (atau mushalla di hadits yang lain)”, maksudnya masjid dan mushalla ini adalah arah sujud, bukan masjid/mushalla yang berarti tempat ibadah sekalipun juga memiliki makna tersebut. Karena itu, beribadah di kuburan tidak masalah sama sekali dan sudah dilakukan sejak di jaman Nabi saww dan setelahnya yaitu, pada jaman shahabat, tabi’iin dan...dan seterusnya sampai sekarang. Hal ini, sangat mudah dipahami karena banyak hadits yang menerangkan maksud hadits di atas itu, seperti sabda Nabi saww berikut ini:

لا تصلُّوا إِلَى الْقبوِر ولا تجلِسوا علَيـها


“Jangan shalat menghadap ke kuburan dan jangan duduk di atasnya.” (shahih Muslim hadits ke: 1614 dan 2295).

Jadi, maksud masjid dan mushalla itu adalah arah shalat sebagaimana para kafir jahiliyyah yang mengarah pada kuburan kalau beribadah, atau seperti yang beribadah mengarah ke salip atau patung Budha misalnya.

By the way Wassalam.

Sinar Agama: Mata: Benar yang dikatakan Pencinta, yakni energi yang diambil dari tenaga atau daya panas, seperti panasnya matahari dan semacamnya.

Sinar Agama: Pencinta, terima kasih bantuan selalunya, semoga diterimaNya, amin. Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Mengaku Lebih Tua dari Nabi Adam as dan Cara Menanggapinya


Seri tanya jawab Zaranggi Kafir dengan Sinar Agama
October 25, 2013 at 3:36 pm


Zaranggi Kafir mengirim ke Sinar Agama: (12-4-2013) Salam lagi ustadz, ini pertanyaan boleh ustadz tanggapi boleh juga kagak, agak berbau intermezzo aje ustadz: gimane ustadz melihat fenomena si eyang subur yang lagi marak diperbincangkan di Indonesia ini yang katanye dia sebenarnye lebih tua umurnye dari nabi adam as, terus katenye si eyang subur bisa mengerahkan jin piaraannye demi kepentingannye, apakah sisubur kagak takut syirik ustadz? Hehehehe afwan lagi nich ustadz :-)

HenDy Laisa, Zainab Naynawaa, Okki Deh dan 2 lainnya menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

1- Kalau maksud pertanyaannya adalah perihal yang ia rasakan, apakah ia takut syirik atau tidak, maka wallaah ana nggak tahu.

2- Tapi kalau kita sebagai orang Syi’ah yang bertanya, maka sudah semestinya tidak bertanya seperti itu. Karena pertanyaan antum itu, alaa wahabi he he....yang sembarang-sembarang syirik.

3- Mengaku lebih tua dari nabi Adam as dan mengaku bisa mengerahkan jin, tidak ada hubungannya dengan syirik, tapi keduanya itu berhubungandengan bohong atau jujur, sombong atau tidak, ngaco atau tidak, .........................dan seterusnya....yang kesemuanya itu, maksimalnya adalah dosa selain dosa syirik.

4- Memang, karena semua dosa itu syirik sekalipun hanya melihat yang bukan muhrim, maka dosa di atas itu bisa dimasukkan ke dalam syirik. Tapisyirik ini, bukan syirik yang mengeluarkan seseorang dari iman, tapi syirik halus. Yaitu syirik atau menyekutukan Tuhan dalam ketaatan. Karena yang semestinya tauhid dalam ketaatan itu hanya mesti menaati Allah, di sini malah menaati hawa nafsu atau syethan. By the way, bukan termasuk syirik yang umum dibahas dalam akidah dan, hanya merupakan syirik yang biasa dibahas dalam akhlak dan irfan atau kalaulah dalamakidah, tapi bukan di pembahasan DzatNya, tapi hanya di pembahasan Tauhid Dalam Ketaatan PadaNya yang biasa disebut dengan Tauhid Ketaatan.

5- Memang, kalau maksud perkataannya itu mau menghinakan Qur'an yang menyatakan bahwa nabi Adam as adalah ayah semua manusia, makadalam hal ini memang bisa masuk ke dalam syirik dalam Dzat. Karena berarti tidak mempercayai Kalamullah yang, dalam akidah bisanya sudah dikeluarkan dari agama Islam.

6- Tapi kalau maksudnya lebih tua di sini adalah lebih tua secara hakikat, yakni dia meyakini telah melampaui derajat nabi Adam as, dan tidak ada niatan untuk menghinakan dan mendustakan Qur'an, maka tidak masuk dalam syirik. Paling-paling, seperti tadi itu, yaitu masuk dalam masalah-masalah bohong atau tidak....dan seterusnya.

Penutup:

Imam Ali as yang makshum dan mendapatkan warisan seluruh ilmu Nabi saww yang merupakan paling afdhalnya manusia dimana merupakan Rahmat Bagi Semua Alam, dimana berarti telah melampaui semua derajat non materi ruhani semua makhluk-makhluk Tuhan, maka layak mengatakan:

“Aku sudah beriman sementara nabi Adam as masih berupa tanah.”

Kerinciannya, silahkan rujuk pada catatan yang berjudul: “Maqam-Maqam Fantastis Para Imam”... ana sudah lupa judulnya, tapi kata-kata “Maqam Fantastis...” ada dalam judul tersebut.

Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Imam Ali as dan 40 Penolong


Seri tanya jawab Titan Rubiansyah dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:29 pm


Titan Rubiansyah mengirim ke Sinar Agama: (11-4-2013) Salam ustadz

Apa selama masa kekhalifahan AUU 26 tahun imam Ali tidak punya pengikut 40 orang sehingga dapat mengambil haqnya sebagai khalifah?


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya:

Mungkin saja tidak ada. Dan mungkin saja justru semakin tidak ada. Masih mending di awal-awal jaman khalifah pertama karena sempat ada yang datang lebih dari jumlah 40 itu. Tapi imam Ali as menyuruh mereka pulang dan menyuruh kembali lagi besok hari dengan pedang dan kepala digundul (supaya tahu siapa lawan dan kawan). Tapi ternyata tidak datang kecuali beberapa orang saja yang tidak sampai sepuluh orang.

Nah, setelah itu, berbagai intimadasi terjadi di awal-awal itu. Dan bahkan peperangan terjadi ke atas yang menentang mereka seperti shahabat sukuBani Tamiim yang bahkan beberapa shahabat dari suku ini, dibakar hidup-hidup di depan umum oleh panglima Abu Bakar yang bernama Khalid Bin Walid.

Dengan semua itu, maka mungkin saja mereka malah semakin takut. Bayangin, bukan hanya rumah hdh Faathimah bintu Nabi saww yang dibakar dan didobrak, tapi kitab-kitab hadits yang ditulis langsung di depan Nabi saww -pun dibakarin oleh mereka dan diberangus. Jadi, situasi kala itu sangat mencekam dan menakutkan. Begitu seterusnya.

Jadi, 40 orang yang merupakan Syi’ah hakiki yang tahan segala-galanya, bisa saja sangat sulit. Akan tetapi, mungkin saja setelah awal-awal masa sulit itu, karena pemerintahan sudah bergulir beberapa tahun dan bahkan sudah berganti khalifah ini dan itu, maka bisa saja maslahatnya sudahmenjadi lain hingga walau ada 40 orang, sudah tidak darurat lagi dan bahkan mungkin bisa saja akan terjadi mudharat yang lebih parah.

Bayangin, ketika imam Ali as jadi khalifahpun, ribuan orang dipimpin ‘Aisyah, Thalhah dan Zubair, menyerang imam Ali as dalam perang terbuka yang sempat menelan korban paling sedikitnya yang diakui Sunni berjumlah 13.000 orang (shahabat dan tabi’iin). Lah, kalau sudah jadi khalifah saja seperti itu, maka apalagi hanya dengan 40 orang.

Lagi pula, mungkin saja ada faktor lain. Misalnya, 40 orang itu akan cukup di awal-awal pemerintahan mereka itu karena belum ada kesiapan ketentaraan yang kuat. Tapi setelah itu, apalagi setelah memilki pasukan besar yang dapat menggilas Bani Tamiim, maka bisa saja angka 40 itu sudah tidak berlaku lagi.

Tapi bisa saja ada hal lain yang tidak bisa kita raba dengan akal dan hati yang banyak batasan ini. 
Wassalam.


1 Share

22 people like this.



Riri Thea: Nyimak.

Ela Hoor: Ustadz. Sinar Agama, Bisa dilengkapi penjelasan ustadz di atas dengan Sejarah kepemimpinannya Amirul Mukminin Saydina Ali RA versi syiah dan Sunni.

Sinar Agama: Ela, secara global, ketika Utsman terbunuh, maka seperti serempak kaum muslimin mendatangi imam Ali as dan berbaiat. Tapi imam menolak dan berkata, mengapa kalian tidak mencari selainku seperti selama ini? Orang-orangpun menjawab bahwa mereka sudah kapok dan sadar. Karena itu mereka tetap memaksa baiat. Dan akhirnya imam Ali as pun menerimanya.

Dikatakan sejarah bahwa waktu baiat itu, saking berduyun-duyunnya umat, maka mereka menyentuhkan tangan mereka ke imam Ali as seperti bulu-bulu binatang yang menempel di badannya.

Sinari Beta: Salam Ustadz SA maaf bertanya di sini, karena ana gak bisa nulis di wall antum, semoga antum selalu dalam kesehatan dan lindunganNya, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan :

1. Kadang-kadang sebelum mengaji saya mengirim alfatihah dulu kepada Rasulullah saww dan ahlulbaitnya as, kemudian baca shalawat 3x(niatnya untuk tabarruk saja), gimana hukumnya?

2. Saat saya membaca shalawat 100 kali, kadang saya niatkan dan berdo’a kepada Allah agar berkah dan pahala shalawat saya disampaikankepada masing-masing berikut dengan niat : 14 shalawat untuk ayah saya, 14 untuk ibu saya, 14 untuk istri, 14 untuk anak, 14 untuk para pecinta Rasulullah saww dan Ahlul baitnya as, 14 untuk orang-orang yang telah berbuat baik pada diri dan keluarga saya serta para guru-guru saya, sisanya untuk kaum muslim dan muslimat baik masih hidup maupun sudah meninggal. Apakah hukumnya amalan ini ustadz? Boleh kah? Aapakah akan sampai pahala dan berkah tersebut kepada masing-masing yang saya niatkan?

3. Bolehkah berzikir gak pake tasbih? Karena saya sering dengan menggunakan jari untuk menghitungnya, jarang sekali dengan tasbih.

4. Turba untuk shalat bolehkah dipakai bolak balik (karena bagian atas yang ada ukiran dan kaligrafi, dan bagian bawah polos saja)?

5. Saya pernah membaca bahwa dilarang berziarah di malam hari, apakah betul ustadz? Bila iya dilarang, gimana hukumnya dengan berziarah kemakam Rasulullah saww dan ahlulbaitnya as (baik dari dekat maupun dari jauh)?

Sekian dulu ustadz nanti nyusul lagi, semoga Allah meringankan beban antum dan memberkahi antum, Wassalam.


Sinar Agama: Sinari,

1- Hukumnya boleh saja dan akan mendapatkan pahala sunnah muthlaq/mutlak in'syaa Allah. Tentu asal tidak diniati sebagai kesunnahan dan, apalagi kewajiban dari agama.

2- Sangat boleh dan pahalanya akan sampai dan akan kembali kepada antum dengan lebih meningkat lagi.

3- Jelas tidak masalah.

4- Penggunaannya adalah bagian yang polosnya. Akan tetapi kalau dipakai bagian yang ada tulisannya, juga sama sekali tidak ada masalah.

5- Kalaupun ada larangan (saya sudah cari di puluhan kitab akan tetapi tidak mendapatkannya), maksimalnya adalah makruh. Akan tetapi menziarahi para makshumin as jelas tidak sama. Apalagi ada perintah-perintah khusus atau amal-amal khusus yang sangat umum dalam kitab- kitab doa, untuk berziarah pada imam as di malam hari. Misalnya di amalan-amalan malam Qadr dimana ada perintah sunnah untuk ziarah kepada makshumin as.

November 1 at 2:31pm via mobile · Like · 1



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Senin, 09 Desember 2019

Hadits-hadits Kitab Yanaabii’u Al-Mawaddah Adalah Hadits-hadits Sunni, Wallaah!


Seri tanya jawab Fahmi Husein dengan Sinar Agama October 25, 2013 at 3:26pm


Fahmi Husein: (10-4-2013) Kitab Yanaabii’u al-Mawaddah apakah menukil dari literatur syiah?!

Fahmi Husein; Hadits di kitab yanabiul mawaddah alhanafi, apakah kitab sunny dalam hal ini madzab hanafi? Atau hanya nama saja?

Dan isi haditsnya khususnya 12 imam yang dirincikan itu menyadur dari literatur syiah bukan sunny ya?

Sinar Agama; Salam, jelas buku itu buku Sunni walaupun sangat mungkin dia Hanafi. Tapi sumber hadits-hadits Sunni sama saja dan tidak ditentukan dari madzhabnya. Kemudian hadits-hadits yang dinukilkannya itu jelas hadits-hadits melalui jalur Sunni yang, walaupun banyak jalur Sunni itu dengan jalur Syi’ah. Artinya, jalur-jalur yang ada di Sunni itu, banyak juga yang sama dengan jalur- jalur di Syi’ah. Dan jalur-jalur ini bukan hanya di kitab yang antum tanyakan itu, tapi juga di kitab-kitab lain. Karena Syi’ah yang tsiqah juga jalur yang diterima di Sunni. Lihat kitab dialognya Syarafuddin. Para wahabi, dengan melihat jalur seperti imam Ja’far dalam riwayat-riwayat kitab yanaabii’u itu, lantas menghukumi Sunni. Padahal banyak sekali perawian imam Ja’far as itu di Sunni.

Fahmi Husein; Maksud alfaqir, mengenai perincian nama 12 imam itu di sunny hanya dalam kitab tersebut (yanabiul mawaddah) yang mana itupun menyadur dari kitab syiah (literaturnya) ?

Sinar Agama; Sepertinya antum belum memahami jawaban ana di atas itu. Jalur perawi itu bukan saduran kitab. Lagi pula nama-nama seperti imam Ali dan imam Hasan dan imam Husain serta imam Mahdi, terlalu banyak di Sunni selain kitab yang antum tanyakan itu yang mana dia juga Sunni dan tidak mengutip kitab Syi’ah.

Fahmi Husein; Oh, dapat antum berikan contoh, dari jalur sunny selain kitab yanabiul mawaddah ustadz?

Sinar Agama; Untuk imam Ali as dan imam Husain as banyak di Sunni. Kemarin saya baru menjawab orang yang untuk imam Ali as.

Yanaabii’u al-mawaddah itu bukan ngarang sendiri, akan tetapi meriwayatkan dari kitab-kitab Sunni, seperti Faraaidu al-Simthain. Tentu saja sekali lagi, untuk nama-nama imam Ali as, imam Hasan as, imam Husain as dan imam Mahdi as, sangat banyak di kitab-kitab lainnya.

Fahmi Husein; Mohon masukannya mengenai Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husein, dan Imam Mahdi AS atau kalau ada tambahan Imam yang lain dalam literatur sunny, harapnya ada ‘catatan khusus’ dari antum, terima kasih.

Tapi, afwan, khusus yang merincikan nama 12 imam (dalam sunny) HANYA kitab yanabiul mawaddah yang itupun ‘meng-copy’ dari kitab syiah, betul atau tidak ustadz?

Sinar Agama; Ini pernyataan pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah tentang dari mana ia mengambil hadits yang ia kumpulkan itu dimana semuanya dari Sunni yang artinya mengambil dari kitab- kitab Sunni yang lain:

ولماكانت مودتهم علئ طريق التحقيق والبصيرة موقوفة علئ معرفة فضائلهم ومناقبهم، وهي مرقوفة على مطالعة
كتب التفاسير واالحاديث التي هي المعتمد بين أهل السنة والجماعة .وهي الكتب الصحاح الستة من:

---

/ 33. (*) االحزاب/ 23. (2) الشورى(1)

---

[ 26 ]

البخاري (1).ومسلم (2).والنسائي (3).والترمذي (4)وأبي داود - (5)باتفاق المحدثين المتأخرين -.

[ 27 ]

وأما السادس من الصحاح، فابن ماجة (1)، أو الدارقطني [أو الدارمي (2) ]، أو المرطأ - (3)فبا الختالف
-.فجمع مناقب أهل البيت كثير من المحدثين وألفوها كتبا مفردة :منهم :أحمد بن حنبل (4)، والنسائي، في وسمياه “المناقب “.ومنهم :أبو نعيمالحافظ االصفهاني (5)، وسماه ب “نزول القرآن في مناقب أهل البيت “.ومنهم :الشيخ محمد بن إبراهيم الجويني الحمويني الشافعي الخراساني(6)، وسماه “فرائد السمطين
فضائل المرتضى والزهراء والسبطي

ومنهم :علي بن عمر الدارقطني (1)؟ سماه “مسند فاطمة “.ومنهم :أبو المؤيد موفق بن أحمد أخطب خطباء خوارزم الحنفي (2)؟ سماه “فضائل أهلالبيت “.ومنهم :علي بن محمد الخطيب الفقيه الشافعي المعروف بابن المغازلي (3)؟ سماه “المناقب “.ومنهم :علي بن أحمد المالكي (4)؟ سماه“الفصول المهمة “رحمه اهلل .وهؤالء أخذوا االحاديث عن مشايخهم بالسياحة واالسفار، وبالجد والجهد في طلب الحديث من أهل

القرى واالمصار .فكتبوا في كتبهم إسناد الحديث الى الصحابي السامع الراوي بقولهم :حدثنا، أو أخبرنا فالن، مثل أصحاب الصحاح الستة .ومنهم:من جمع فضائل أهل البيت في كتاب مفرد، وسماه “المناقب “، ولكن
لم يظهر اسم المؤلف.

[ 29 ]

ومنهم :من جمعها وكتب فيها كتابا مفردا آخذا عن كتب المفسرين والمحدثين المتقدمين :كصاحب “جواهر العقدين “، وهو الشريف العالمةالسمهودي المصري - (1)رفع اهلل درجاته، وهب لنا بركاته -، وصاحب “ (2) ذخائر العقبى “، وصاحب “مردة القربى “، وهو جامعاالنساب الثالثة، مير سيد علي بن شهاب

الثقة الهمداني -قدس اله سره، وهب لنا بركاته وفتوحه -.ومنهم :من ذكر فضائلهم فيكتبهم من غير إفرادكتاب لها :كصاحب “الصواعق المحرقة “،وهو المحدث، الفقيه، الفاضل، الشيخ ابن حجر الهيثمي الشافعي،
والمعتمد بين علماء الشافعية (3).
وصاحبكتاب “االصابة “وهر الشيخ الحافظ ابن حجر العسقالني الشافعي - (4)رحهما اهلل -.

---

وصاحبكتاب “جمع الفوائد “الذي جمع فيه من الكتابين الكبيرين :أحدهما “ :جامع االصول “الذي جمع فيه ما في الصحاح الستة للشيخ [الحافظ(1) ]مجدالدين أبي السعادات المبارك بن محمد االثير الجزري الموصلي (2).وثانيهما :كتاب “مجمع الزوائد “للحافظ نور الدين أبي الحسن علي بنأبي بكر بن سليمان
الهيثمي (3)، جمع فيه ما في مسند االمام أحمد بن حنبل، وأي يعلى الموصلي (4)، وأبي بكر البزار (5)،
ومعاجم الطبراني (6)الثالثة.

وصاحب “كنوز الدقائق “، وهو الشيخ عبد الرؤوف المناوي المصري (1).وصاحب “الجامع الصغير “، وهو الشيخ جالل الدين السيوطي المصري(2).ومنهم :من جمع االحاديث الواردة في قيام القائم المهدي (عليه الصالة والسالم)،ك (علي القاري الخراساني الهروي (3) )وغيره .فالمؤلف الفقيرالى اهلل المنان، “سليمان بن إبراهيم “المعروف ب “خواجهكالن بن محمد معروف “المشتهر ب “بابا خواجه بن إبراهيم بن محمد معروف بنالشيخ السيد ترسون الباقي الحسيني البلخي القندوزي - “غفر اهلل لي ولهم وآلبائهم وأمهاتهم ولمن ولدوا

بلطفه ومنه -ألف هذا الكتاب اخذا من هؤالء الكتب المذكورين، ومنكتب علماء “الحروف.

----

arti dua baris terakhir:

“Ia (maksudnya dirinya sendiri) mengarang kitab ini (Yanaabii’u al-Mawaddah) dengan mengambil dari kitab yang telah disebut itu .....”

Pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah itu mengatakan bahwa seluruh hadits yang ada di kitabnya itu diambil dari kitab-kitab Sunni seperti Bukhari, Muslim...........dan seterusnya sampai akhir penukilanku di atas itu. Jadi, kitab ini, benar-benar sudah mewakili hadits-hadits Sunni dan sama sekali bukan hadits Syi’ah dan tidak diambil dari kitab Syi’ah.


Fahmi Husein; Jika kita mem-verifikasi kitab Yanabi’ul Mawaddah, diantaranya riwayat-riwayat berikut ini:

1 -

وعن ابن عباس )رضي اهلل عنهما ( قال :سمعت رسول اهلل )ص( يقول :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من
ولد الحسين مطهرون معصومون..

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fyasoob.com%2Fbooks%2Fhtm1%2Fm025%2 F29%2Fno2920.html&h=rAQG7_y-c&s=1 (lihat hal 291)

Riwayat pertama ini terdapat catatan kaki yang menunjukkan sumbernya, yaitu ‘Uyunul akhbar ar-Ridha. Sebagaimana diketahui kitab tersebut adalah karya Syaikh Shaduq (Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi).

2 -

وفيه :عن االصبغ بن نباتة، عن ابن عباس رفعه :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون
معصومون.

http://yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2920.html (lihat hal 384)

Riwayat kedua ini berdasarkan BAB-nya, adalah kumpulan riwayat tentang al-Mahdi yang terdapat dalam Ghayatul maraam (al-Bahraani). Kemudian dengan melihat riwayat yang tersebut di atasnya, terlihat bahwa riwayat tersebut diambil juga dari Fara’id as-Simthin (al-Juwaini). Ghayatul Maraam, sebagaimana diketahui bahwa itu adalah literatur Syi’ah, penulisnya adalah sayyid Hasyim al-Bahrani, pemilik al-Burhan fi tafsir al-Qur’an.

Jika melihat kitab Fara’id as-Simthin Juz 2. Dalam bab Fii Ishmah al-A’immah min Aal Muhammad Shallallahu ‘Alaihim Ajma’in, setelah menyebutkan beberapa nama ulama’ :

قالوا كلّهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن عل ّي بن بابويه الق ّمي (3)قال :أخبرنا علي بن محمد بن عبد اهلل
الوراق الرازي ، قال :أخبرنا سعد بن عبد اهلل

قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي عن الحسين بن علوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن
األصبغ بن نباتة :

عن عبد اهلل بن عباس ، قال :سمعت رسول اهلل (صلّى اهلل عليه وسلّم )يقول :أنا وعل ّي والحسن والحسين
وتسعة من ولد الحسين مط ّهرون معصومون

Kalau melihat riwayat dalam fara’id as-simthin di atas, justru jelas disebutkan bahwa sumber riwayat tersebut adalah Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau dikenal juga dengan Syaikh Shaduq.

Untuk klarifikasi, kita lihat kitab Kamaluddin-nya syaikh Shaduq :

كمال الدين و تمام النعمة ابي جعفر محمدبن علي بن الحسين بن بابويه القمي المعروف بالشيخ الصدوق
ه305 - 381

حدثنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :حدثنا سعد بن عبد اهلل قال :حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي الحسين ، عن الحسين بن علوان ، عنعمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن االصبغ بن نباته ، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله يقول :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد
مطهرون معصومون

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.rafed.net%2Fbooks%2Fhadith%2Fkam al%2F15.html&h=PAQFQzObg&s=1 (lihat hal 280, hadits no :28)

lihat juga Ghayatul Maraam :

قالوا كلهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر محمد بن علي بن بابويه القمي رضي اهلل عنه قال :أخبرنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :أنبأنا سعد بن عبد اهلل قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي، عن الحسن بن علوان، عن

عمر بن خالد، عن سعيد بن طريف عن األصبغ بن نباتة، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل (صلى اهلل عليه وآله )يقول “ :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.aqaed.com%2Fbook%2F327%2Fgh- mram1-13.html&h=iAQEWxhc-&s=1 (hal. 142)

Teks dari Ghayatul Maraam sama persis dengan yang ada di Fara’id as-Simthin. Tidak aneh, karena dari catatan kakinya memang disebutkan bahwa sumbernya adalah Fara’id as-Simthin.

Setelah mem-verifikasi sumber- sumber/rujukan yang digunakan dalam kitab Yanabi’ul mawad- dah, jelas bahwa literatur yang ada adalah milik Syi’ah.

Sedikit tambahan, jika kita lihat status riwayat Ibn ‘Abbas diatas, yaitu yang ada di Kamaluddin :

حدثنا علي بن عبد اهلل الوراق الرازي قال :حدثنا سعد بن عبد اهلل قال :حدثنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي الحسين ، عن الحسين بن علوان ، عنعمر ابن خالد ، عن سعد بن طريف ، عن االصبغ بن نباته ، عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله يقول :أناوعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد
مطهرون معصومون

Perhatikan sanadnya, siapakah ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq ar-Raaziy ? Di dalam kitab al-mufid min mu’jam ar-rijal al-hadiits karya Muhammad al-Jawaahiriy, ternyata ‘Ali bin ‘Abdullah al-Warraq adalah majhul.

الصحيح ما في الطبعة الحديثة وهو علي بن عبد اهلل الوراق الرازي “المجهول اآلتي “ 8292كما روى في
الفقيه بهذا العنوان عن سعد بن عبد اهلل

Kesimpulannya, riwayat dari Ibnu ‘Abbas tersebut jelas bersumber dari literatur Syi’ah, dan sanadnya sendiri ternyata cacat (menurut kitab al-mufid mu’jam ar-rijal al-hadiits, ringkasan dari mu’jam rijal al hadiits al-Khu’i).

Riwayat yang dimaksud adalah yang berikut ini:

عن عبد اهلل بن عباس قال :سمعت رسول اهلل )صلى اهلل عليه وآله( يقول :أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة
من ولد الحسين مطهرون معصومون

Apakah antum sudah verifikasi riwayat tersebut ada dalam literatur Sunni? Jika memang ada, silahkan antum sebutkan ada di kitab apa, bab apa, hadits nomor berapa dan disertai sanad perawinya.

Adapun hasil verifikasi berikut ini ana sampaikan halaman yang ana rujuk yaitu http://www. yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2918.html (silahkan antum merujuk langsung ke halaman itu yang merupakan salinan isi kitab yanabiul mawaddah),

Dapatnya diperhatikan riwayat, dan lihat footnotenya untuk riwayat tersebut di situ jelas tertulis

`Uyunul Akhbar Ar Ridha 2/262 hadits 43 ! Bukankah `Uyunul Akhbar adalah salah satu kitab literatur Syi’ah yaitu karangan Syaikh Shaduq?

Mengenai riwayat tersebut dalam kitab faraidus simthain, maka berikut ini sanad riwayat itu dalam kitab tersebut:

ـ 431ـ أنبأني اإلمام بدر الدين محمد بن أبي الكرم عبد الرزاق بن أبي بكر بن حيدر ، أخبرني القاضي فخر
محمد بن خالد الحنيفي األبهري كتابة ، قال :أنبأنا السيد اإلمام ضياء الدين فضل اهلل بن عل ّي أبو الرضا إجازة ، أخبرنا السيد أبو الصمصام ذو الفقار بن محمد بن معد الحسني ، أنبأنا الشيخ أبو جعفر الدين الراوندي

الطوسي ، أنبأنا أبو عبد اهلل محمد بن محمد بن النعمان ، وأبو عبد اهلل الحسين بن عبيد اهلل ، وأبو الحسين

جعفر بن الحسين ابن حسكة الق ّمي ، وأبو زكريا محمد بن سليمان الحّراني ، قالواكلّهم :أنبأنا الشيخ أبو جعفر بن عل ّي بن بابويه الق ّمي قال :أخبرنا علي بن [محمد بن ]عبد اهلل الوراق الرازي ، قال :أخبرنا سعد اهلل ، قال :أنبأنا الهيثم بن أبي مسروق النهدي عن الحسين بنعلوان ، عمرو بن خالد ، عن سعد بن محمد بن عبد

طريف ، عن األصبغ بن نباتة :عن عبد اهلل بن عباس ، قال :سمعت رسول اهلل (صلّى اهلل عليه وسلّم )يقول :
أنا وعل ّي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مط ّهرون معصومون

Perhatikan pada rangkaian sanad riwayat tersebut, disebutkan semuanya menerima riwayat

tersebut dari Syaikh Abu Ja`far bin Ali bin Babawaih Al Qummiy yaitu yang dikenal dengan julukan Syaikh Shaduq! Jadi berarti riwayat ini hanyabersumber/bermuara dari satu jalur yaitu jalur Syi’ah, yang bisa jadi rujukan kitab faraidus simtain sama dengan rujukan pada footnote kitab yanabiul muawaddah yang merujuk ke kitab Uyunul Akhbar yang merupakan karangan Syaikh Shaduq. Jadi bisa dibilang, riwayat pada kedua kitab tersebut (yanabiul mawaddah dan faraidus simthain) sumbernya itu-itu juga alias sama/satu sumber yaitu dari Syaikh Shaduq.

Lalu gimana antum bisa katakan bahwa riwayat tersebut hanya merujuk pada literatur Sunni dan benar-benar bukan nukilan dari Syi’ah?

Muhammad Iqbal dan Fery Heriawan menyukai ini.


Sinar Agama: Salam dan terima kasih tag-annya. Set umum/public dulu baru nanti dijawab in'syaa Allah.

Sinar Agama: Apakah Pencinta dan lain-lainnya melihat tag-an sayyid Fahmi ini? Tolong jawab ya, sebelum ana jawab tag-an beliau ini. Maksudnya supaya bermanfaat juga bagi yang lain.

Sang Pencinta: Iya, terlihat ustadz.

Sinar Agama: Mana sayyid Fahmi kok belum jawab apakah sudah dibuat untuk publik atau belum?

Sinar Agama: Salam dan terima kasih tag-annya:

1- Saya sudah menjawab di atas bahwa penyata dari riwayat-riwayat di kitab tersebut ada dari jalur Sunni, adalah Pengarangnya sendiri yang bermadzhab Hanafi itu.

2- Untuk memperjelas, maka paragraf pertama di atas itu ada nukil lagi di sini dan akan dilengkapi dengan terjemahannya:

ولما كانت مودتهم علئ طريق التحقيق والبصيرة موقوفة علئ معرفة فضائلهم ومناقبهم، وهي مرقوفة على مطالعةكتب التفاسير واالحاديثالتي هي المعتمد بين أهل السنة والجماعة .وهي الكتب الصحاح الستة من

“Dan ketika mencintai mereka (Ahulbait) itu memerlukan kepada penelitian dan makrifat terhadap fadhilah-fadhilah (keutamaan-keutamaan) dan sejarah mereka, dimana tergantung pada pembelajaran kitab-kitab tafsir dan hadits yang diterima di Ahlussunnah wa al-Jamaa’ah, yaitu kitab shahih yang enam.......(lalu ia menyebutkan kitab yang enam itu)......................(lalu diteruskan dengan kitab-kitab lain sampai ke paragraf akhir dimana semua adalah penyebutan nama kitab Sunni)....................

3- Catatan kaki yang ada di Yanaabii-’u al-Mawaddah itu adalah tahqiiq atau penelitian berikutnya, bukan dari awal kitab hingga pengarangnya dikira mengambil dari kitab-kitab Syi’ah yang disebutkan itu. Jadi, seperti yang sudah dikatakan bahwa kesamaan jalur.

4- Jangan dikira bahwa jalur perawi di Syi’ah itu, semua orang Syi’ah. Ini kesimpulan yang dikarang- karang. Jadi, jangan dikira kalau ada susunan perawidi kitab-kitab Syi’ah itu semuanya adalah Syi’ah. Karena di Syi’ah, perawi-perawi Sunni, asal baik dan taqwa, sangat diterima.

5- Itulah yang saya katakan bahwa kesamaan perawi di kitab-kitab Sunni dan Syi’ah, merupakan kesamaan jalur saja dan, hal ini sudah biasa di jamanperiwayatan hadits. Karena di jaman itu, yang menjadi tekanan ulama adalah ketaqwaannya, tidak perduli ia Syi’ah atau Sunni, yang Sunni tidak perduli saling mengafirkan antara mu’tazilah dan asy’ariyyah atau dengan ibnu taimiyyah yang digurui abdullah bin abdulwahhab (pemikirannya, bukan orangnya karena tidak sejaman). Jadi, walaupun mereka saling berantem dalam membela keyakinan masing- masing, tapi dalam periwayatan hadits, saling menerima kalau diyakini tsiqah atau dipercaya. Tak perduli pembela Abu Bakar atau Umar atau Utsman atau Mu’awiyyah atau ‘Aisyah atau Thalhah dan Zubair atau Ibnu Zubair atau Yazid (lihat peperangan Ibnu Zubair dan Yazid atau bani Umayyah).......dan dalam keyakinan tak perduli ikut jabariyyah atau qadariyyah, tak perduli dalam fikih ikut Hanafi, Hanbali, Maliki atau Syafi’i atau bahkan tidak ikutmereka sama sekali.......................

6- Hanya pada pengikut wahabi saja, yaitu ketika semua muslimin sudah dihukumi syirik dan kafir serta halal darahnya, maka saling menghormati seperti di atas itu sudah tidak ada lagi.

7- Dalam dialog Syi’ah-sunnah karya ayt Syarafuddin Musawi sudah disebutkan hal ini, yaitu bahwa sebegitu banyaknya perawi-perawi Syi’ah yang ditsiqahkan oleh ahli rijal (ahli tentang perawi) Sunni. Sampai-sampai beliau ra menyebutkan 100 perawi Syi’ah yang ditsiqahkan Sunni. Lihat dialog ke 16.

8- Jangankan kitab-kitab hadits biasa, kitab-kitab seperti Shahih Bukhari saja meriwayatkan hadits dari orang-orang Syi’ah yang tsiqah. Jangankanmeriwayatkan, tapi bahkan dijadikannya sebagai syaikhu al-hadits oleh Bukhari. Syaikhu al-Hadiits adalah sumber rujukan hadits-hadits yang biasa menjadi sumber pengambilan hadits yang berjumlah banyak sekali dan dijadikan tokoh dan gurunya. Seperti Ismaaiil bin Abaan al-Warraaq. Kalau antum lihat di kitab dialog tersebut, yaitu di dialog ke 16, maka benar-benar akan ditemui banyak sekali perawi Syi’ah yang dijadikan tokoh oleh para ahli hadits Sunni.

9- Sekali lagi, di Syi’ah juga banya perawi Sunni. Yakni banyak sekali. Hadits-hadits yang ada perawi Sunni-nya, asal tsiqah, diistilah sebagai hadits shahih juga. Tapi bagi sebagian ulama disebut sebagai hadits Muwatstsaq atau “Yang Dipercaya”.

10- Kesimpulan:

  • a- Penyata bahwa hadits-hadits di kitab Yanaabii’u al-Mawaddah itu dari kitab-kitab Sunni yang juga disertai dengan penyebutan kitab-kitabnya, adalah pengarangnya sendiri yang bermadzhab Sunni.
  • b- Kitab Yanaabii’u al-Mawaddah ini, jelas sangat diterima di Sunni kecuali wahabi yang ngaku-ngaku Sunni (tentu dengan makna lain, yaitu yang bermakna “Mengikuti Qur'an dan hadits”, bukan mengikuti Asy’ari atau Mu’tazilah dalam aqidah dan mengikuti 4 imam madzhab dalam fikih yaitu Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi’ii).
  • c- Catatan kaki yang diberikan di bawah kitab itu, ditulis setelah seratus tahun. Karena penulisnya meninggal th 1294 sementara catatan kakinya dibuat th 1416.
  • d- Karena itu ada yang memang sama jalurnya, yakni sama-sama ada di Sunni dan Syi’ah. Misalnya hadits yang meriwayatkan bahwa ketika imamHusain as sedang dalam pangkuan Nabi saww, beliau saww bersabda:
وفي مودة القربى :عن سليم بن قيس الماللي عن سلمان الفارسي قال :دخلت على النبي صلى اهلل عليه
وآله وسلم فإذا الحسين بن علي على فخذيه وهو يقبل خديه ويلثم فاه ويقول :أنت سيد، ابن سيد، أخو سيد، وأنت إمام، ابن إمام، أخو إمام، وأنت حجة ابن حجة أخو حجة، وأنت أبو حجج تسعة
تاسعهم قائمهم

“Engkau sayyid, anak sayyid dan saudara sayyid. Engkau imam, anak imam dan saudara imam. Engkau hujjah (Hujjatullah), anak hujjah dan saudara hujjah. Engkau adalah anak dari sembilan hujjah dimana yang ke sembilannya adalah Yang Bangkit dari mereka (maksudnya yang akan menguasai dunia, yaitu imam Mahdi as).”

Hadits ini, diambil oleh pengarang Yanaabii’u al-Mawaddah dari kitab-kitab seperti: Mawaddatu al-Qurbaa karya ulama Sunni yang bernama Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar bin Muhammad al-Thabari (619-694 H.) dan di hadits ada di kitab al-Ikhtishaash, 207.

Atau hadits yang mengatakan bahwa kalimat taammah itu adalah 12 imam dari imam Ali as, imam Hasan as dan imam Husain ini.

وفى المناقب :عن المفضل قال :سألت جعفر الصادق عليه السالم عن قوله )عزوجل( “ ):وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات( االية .قال :هيالكلمات التي تلقاها آدم من ربه فتاب عليه، وهو انه قال :يا رب أسألك بحق محمد وعلى وفاطمة والحسن والحسين إال تبت على، فتاباهلل عليه انه هو التواب الرحيم .فقلت له :يا ابن رسول اهلل فما يعنى بقوله )فأتمهن(؟ قال :يعنى أتمهن الى القائم المهدى إثنى
عشر إمام، تسعة من ولد الحسين عليهم السالم .

Riwayat ini, ada diambil oleh pengarang kitab Yanaabii’u al-Mawaddah dari kita al- Manaaqib, dimana dalam mukaddimah kitabnya kitab-kitabyang bernama al-Manaaqib ini dari orang-orang berikut ini: al-Nasaai, Ahmad bin Hanbal dan Ali bin Muhammad Khathiib seorang faqiih madzhab Syaafi’ii (483 H). Dan di catatan kaki ditulis bahwa hadits itu juga ada di kitab Ma’aani Akhbaar karya Syaikh Shaduuq.

  • e- Lagi pula, terlalu banyak hadits tentang nama-nama imam yang di riwayat Yanaabii’u itu yang tidak ada di jalur Syi’ah walau isi dan matannya sama. Jangan jauh-jauh, hadits pertama nukilan antum itu, yaitu yang berbunyi:

أنا وعلي والحسن والحسين وتسعة من ولد الحسين مطهرون معصومون

“Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan dari putra Husain adalah orang suci dan makshum.”

Hadits ini, ada di kitab Sunni seperti: Mawaddatu al-Qurbaa yang dikarang oleh pengarang Dzakhaairu al-’Uqbaa yang bernama Ahmad al-Thabari itu (619-694 H). Begitu juga ada di Faraaidu al-Simthain, 2/313, hadits ke: 563.

Kalau penyanggah itu mengatakan ada di kitab Syi’ah seperti ‘Uyuunu Akhaari al-Ridhaa, maka hal itu tidak ada masalah sedikitpun.

  • f- Wahabiyuun ini memang ra’syih. Kadang mereka mengatakan bahwa nama-nama imam Syi’ah tidak ada di hadits Syi’ah dan hanya mengambildari Sunni. Tapi kadang mengatakan bahwa bukti nama-nama imam Syi’ah yang ada di hadits-hadits Sunni telah diambil dari kitab-kitab Syi’ah. Wallahi lucu amat. Yang benar adalah, bahwa riwayat tentang nama- nama imam Syi’ah yang 12 orang makshum yang dikenal dengan Ahlulbait as itu, ada di kitab-kitab Sunni dan kitab-kitab Syi’ah.

Wassalam.


Firdaus Triple F: Mantab,..sholllu ala nabiy wa aalihi thaahiriin wal makshumiin.

Muhammad Iqbal: Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa’ala Aali Sayyidina Muhammad wa’ajjil farajahum wa ahlik ‘aduwwahum minal jinniwal insi minal awwalina wal akhirin. Alhamdu_ LILLAH.

Fahmi Husein: Sudah ustadz Sinar Agama, afwan gak menjawabi karena alfaqir kira antum dapat mengetahuinya (melihat ‘tanda’ publik).

Terimakasih atas jawabannya, yang ana incar kesimpulan ‘e’, yang “gigit” kesimpulan ‘f’, yang dahsyat seluruh jawabannya, wallah kama didulang nahna, selalu ngelagakno kalo tanya ma antum ustadz, jangan bosen yah, sukron katsir. Semoga... Allah sebaik-baik pemberi balasan, semoga selalu dalam lindungan-Nya,, bi berkati Fatimah wa Abiha wa Ba’aliha wa Baniha wa sirril mustauda’u fiha.. Taqabbal Ya Rabb.

Sinar Agama: Fahmi: kuntu abki bidu’aa-ik, syukran lak bidzikri Sayyidati Nisaa’ Ahliljannah as. Yarzukunaallaahu wa iyyaakum. aamin. Oh iya, lain kali kalau ana mohon sesuatu, maka tolong diberikan tanpa direnungkan lagi, karena ana kadang hanya punya kesempatan beberapa detik membaca satu pertanyaan atau komentar. Jadi, dari pada waktu dan pikiran kebuang hanya mencari-cari ini dan itu yang bersifat teknis, maka ahsan dibantu dimudahkan. Kemarin ana sudah cari-cari tentang publiknya itu tapi ngga terlihat. Mungkin karena bukan ana pengirimnya. By the way, masykuur. Wassalam.

2 Shares

12 people like this.

Pencari Kebenaran: Ya....Allah.....semoga engkau selalu curahkan rahmat mu kepada beliau ini

{USA} AAMIIN!

November 15 at 1:51pm · Like · 1



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sabtu, 07 Desember 2019

Ghibah dan Pertunangan


seri tanya jawab Zainab Naynawaa dengan Sinar Agama
July 17, 2013 at 6:43pm


Zainab Naynawaa mengirim ke Sinar Agama: (15-3-2013) Daerah Khusus Ibukota Jakarta .

Salam.. Semoga ustadz selalu dilimpahkan keberkahan umur panjang.  Afwan ustadz ghibah itu membocorkan keburukan orang lain.. jika kita komen sebuah status mencoleh atau mengundang seseorang dalam isi kalimat apakah itu termasuk ghibah?? 

Apakah ikatan perjanjian kedua pasangan itu bisa disebut telah bertunangan? Apa Definisi pertunangan menurut syariat ??? wsslm 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaaannya:

1- Ghibah itu menceritakan keburukan orang lain yang dilakukan secara tersembunyi atau diketahui satu-dua orang. 
 
2- Ikatakan perjanjian kawin atau bahkan tunangan, semuanya bisa dibatalkan. Jangankan itu, yang sudah kawin juga bisa cerai. Artinya, perjanjian itu bisa dibatalkan kalau terlihat hal-hal yang tidak positif secara obyektif, atau bahkan kalau ada hal-hal yang memberatkan atau meragukan dimana sebelumnya hal-hal seperti itu tidak ketahuan.

3-  Pertunangan itu bisa dikatakan sebenarnya tidak ada dalam Islam, tapi boleh diterima oleh Islam asal tidak melakukan hal-hal yang haram, seperti melezati pandangan, suara, tulisan dan apalagi sentuhan. 

Pertunangan yang dibolehkan itu adalah yang memiliki makna yang umum di Indonesia itu, bahwa mengikatkan diri dengan hadiah atau cincin atau janji yang semuanya diketahui orang tua dan seijin orang tua. 

Tapi kalau belum seijin orang tua dan belum diadakan pinangan, maka itu bukan tunangan dan hanya seperti pacaran.  

Jadi, tunangan adalah perjanjian kawin di masa datang yang perjanjian ini dilakukan dengan didahului pinangan orang tua lelaki kepada keluarga perempuan yang, biasanya disertai dengan tukar cincin. Hal ini, masih diterima Islam asal tidak melakukan maksiat di atas itu dan cincin untuk lelakinya tidak boleh dari emas. 

Irsavone Sabit: Afwan ustadz, saya belum paham pada bagian ini :1- Ghibah itu menceritakan keburukan orang lain yang dilakukan secara tersembunyi atau diketahui satu-dua orang.................

apakah maksudnya yang melakukan ghibah itu menceritakan aib seseorang hanya pada satu dua orang, atau hanya satu dua orang yang tahu yang kemudian pelaku gibah tersebut, menyebarkan pada banyak orang, dan apakah ukurannya hanya sampai 3 orang tersebut, berarti kalau 4 orang yang tahu atau lebih bukan lagi ghibah? 

Sinar Agama: Ukurannya umum atau tidak. Itu saja. Kalau umum, misalnya di internet, atau di jalanan, walau yang melihatnya hanya dua orang, atau satu orang, maka tidak ghibah kalau diceritakan ke orang lain.  

Tapi kalau hanya di depan 4 orang, maka jelas masih khusus dan hanya bisa dighibah kepada empat orang itu, yakni satu sama lainnya, bisa menghibahnya. Tapi kalau sudah diyakini bahwa yang mau diceritakan ulang itu, sudah lupa, maka sudah tidak boleh lagi mengenang dengan ceritanya tentang keburukan orang yang dilihat mereka berempat itu berbuat maksiat atau keburukan.  

Jadi, ukurannya umum dan khusus, bukan hanya jumlah. Kalaupun di depan sepuluh orang, tapi masih tidak publik, misalnya hanya dalam rumah atau rapat, maka tidak boleh diceritakan ke orang lain yang tidak hadir di sana. 

Zainab Naynawaa: Afwan ustadz jika pemberian hadiah tersebut sudah bisa dikatakan itu tunangan, apakah boleh jika hal tersebut kami ceritakan pada teman atau keluarga, hal ini kami lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya ada yang tanya-tanya tentang putri-putri kami atau menghindari wanita yang ingin mendekatkan dari pada putra kami masih banyak hal-hal menjadikan alasan.. 

Sinar Agama: Zainab: Sepertinya antum belum baca jawabanku? 

Zainab Naynawaa: Afwan ustadz baru faham.. 

Sinar Agama: Zainab: Ahsantum, tunangan itu biasanya setelah terjadi lamaran resmi dari keluarga lelaki. Dan semua itu, bukan tidak boleh dirubah. Semua orang mesti mengikuti perkembangan masing-masingnya.  

Zainab Naynawaa: Nah jika pertunangan semacam itu tidak bisa dilakukan karena alasan tidak mampu atau belum saatnya...hanya dilakukan antara calon suami dan calon mertua apakah itu sudah menjadikan tunangan resmi...??? 

Sinar Agama: Zainab: Ingat tunangan itu boleh dikata hanya ada di Indonesia atau Malaysia, yang juga diistilahkan dengan tukar cincin. Karena hal itu bisa ditambah dan bisa dikurang, yakni tidak saklek. Jadi, bisa saja terjadi tanpa orang tua. Tapi hal itu kamus sendiri saja. Sedangkan kamus resminya, maka sudah pasti harus dengan lamaran dulu dari orang tua lelaki. Kalau tidak, maka hal itu syah-syah saja sebagai ikatan sementara, tapi akan mengurangi harga diri pihak perempuan. Kok bisa anaknya dipertukarcincinkan dengan lelaki tanpa pinangan orang tuanya. 

Ingat, mau tunangan kek, mau tukar cincin kek, mau dengan lamaran orang tua lelakinya kek atau tidak kek, semua itu masih sangat-sangat bisa dibatalkan sesuai dengan sifat-sifat yang tidak baik yang akan terlihat di kemudian hari. Jadi, tunangan itu sama sekali bukan kawin. Kawin saja bisa cerai, apalagi tunangan.

Zainab Naynawaa: Sangat berguna penjelasannya...syukron ustadz.  Wassalam. 

Armeen Nurzam and 21 others like this. 

Armeen Nurzam: Afwan ustadz.. pertanyan ana blum dijawab di inbox,,,syukron. 

Reyhan Ayu Reyhanna: Salam Ijin share Ustadz . 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih semua jempol dan komentarnya. 

Sinar Agama: Ray: Semua tulisanku di fb ini adalah gratis untuk apa saja dan dalam bentuk apa saja asal untuk kebaikan dan tidak diedit, tidak dirubah nama dan tidak dibisniskan walau untuk harga yang sangat sedikit.

Khommar Rudin:     اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Andri Kusmayadi: Kalau pertunangan atau tukar cincin masih bisa diterima oleh islam, nah kalau pacaran bagaimana ustad? Tentunya pacaran yang menghindari melezati surat, pandangan, apalagi sentuhan? Bagaiman ustadz Sinar Agama?

Sinar Agama: Kalau maksud pacarannya hanya sebagai semacam ikatan mau saling menunggu untuk menikah dan tidak mau menikah dengan orang lain, lalu tidak diiringi dengan segala pelezatan, baik dari sisi pandangan, pendengaran, bahkan tulisan dan telpon serta foto, maka in'syaa Allah tidak ada masalah. 

July 19 at 9:56pm



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ