Kamis, 28 November 2019

Kemarjaan Konsultatif (1)

1. Kemarjaan Konsultatif (1)

https://m.facebook.com/notes/abil-ghifari/kemarjaan-yang-hanya-bersifat-konsultatif-1/750241311725945/?refid=21


Anggelia Sulqani Zahra: Salam ustadz Sinar Agama, terima kasih atas penjelasan pertanyaan sebelumnya... Ustadz sebagaimana telah ustadz singgung dalam pertanyaan sebelumnya tentang marja dalam buku tersebut “mohon penjelasan dan uraiannya tentang hal ini “Kemarjaan dalam Syi’ah di Indonesia yang mengikuti marja di luar negeri bersifat konsultatif, tidak mengikat dan tidak mesti diikuti. Sama halnya dengan kemantapan seseorang dengan seorang kiai dalam tradisi NU atau lebih jauh sebagaimana yang terjadi antara warga Indonesia pengikut para syaikh di Al-Azhar (Mesir), syaikh Yusuf Qardhawi (Qatar), Syaikh Al- Buthi (Suriah), Syaikh Utsaimin (Saudi), Al-Albani (Yordania) dan lainnya. Produknya disebut fatwa. Ia bersifat umum dan berkenaan dengan masalah-masalah fiqih/hukum saja. Seperti wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram atau sah dan batal, suci dan najisnya sesuatu dan sama sekali tidak berkaitan dengan persoalan aqidah. Semua persoalan yang difatwakan oleh seorang marja’ bersifat umum dan ijtihadiyyat, bukan persoalan yang qadh’iyyat, awwaliyyat, dan muhkamat dalam al-quran dan sunnah. Misalnya keharaman zina tidak memerlukan fatwa karena sudah jelas. Fatwa hanya berlaku bagi persoalan yang tidak diketahui oleh seorang muqallid. Hal.37 dan 337.

Sang Pencinta: Ikut berduka banget. Masalah taqlid sudah sangat terang benderang di setiap awal bab risalah amaliyah marja yang mulia. Mengapa jadi seperti ini?

Irsan Fadlullah Al Hajj:

Sinar Agama...
Sang Pecinta
Ust Hasan Tono
Ust Hasan Abu Ammar

Kalau mereka ini adalah 1 person....
Tunjukkan dirimu dengan terang benderang
Kalau pinter dan ber ilmu
Koq berada dalam tabir????
Para marja aza jelas wajahnya
.........

Enak tinggal di Iran
Hidup terjamin

Ingat .... di dalam darah antum mengalir amanah ummat... khususnya Syi’ah Indonesia lewat khumus....

Hendy Laisa: Irsan Fadlullah Al Hajj >sabar...pasti pulang kok, setelah selesai pelajarannya.

Sang Pencinta: Pak Irsan, kalau saya salah dalam berdalil, menulis dan katakanlah saya mengada-ada, antum bisa unjukkan salahnya dimana.

Syamhudi: Taqlid hanya diperuntukkan bagi orang awam..

Satria Pmlg: Pa Irsan,,,, bijaklah jadi orang,,, antum itu jangan berkata sekehendak hati njenengan,, hargai hormati privasi orang,,,, segala sesuatu pasti ada sebabnya,, dan segala tindakan pasti ada alasanya,,,, afwan hanya mngingatkan saja,,, akhiy.

Satria Pmlg: Orang Jawa bilang olih ngono mung ojo ngono,,, boleh begitu cuman jangan keterlaluan,,,, karena semuan sikon pasti punya sebab musabab dan punya alasan,,

Bande Husein Kalisatti: Terus kitab Risalah amliah yang dikelurkan para marja buat apa dong..??????

Bande Husein Kalisatti: Marja hanya berfungsi sebagai konsultan.....???

Sang Pencinta: Menetes air mataku membaca ‘marja itu sifatnya konsultatif saja’, sungguh, demi Tuhan. Mengapa oh mengapa. Ya Rahbar maafkan kami, maafkan kami. Maafkan..

Razai Razak: Salam.

Teguh Bin Suhedi: Saya kira ahsan tanya langsung di wallnya ustadz Muhsin Labib... kan ini bedah buku ala fb...

Sang Pencinta: Teguh, untuk potongan kalimat ini dapat dipahami (oleh siapa saja yang telah tuntas pemahaman akan urgensi fikih, taqlid dan marjaiyyah) di mana letak kesalahan fatalnya Nanti akan saya tukil fatwa terkait hal ini.

Meyo Yogurt: Salam.

Zahra Syuhada: Salam.. menyimak.

Azmy Alatas: Setahu saya jika anda sudah bermarja’ tidak bisa seenaknya hati mengambil hukum dari marja’ lain, kecuali dalam kasus tersebut secara hukum dibolehkan oleh marja’ yang bersangkutan.

Teks dalam buku di atas sama sekali tak terkait dengan masalah kemarjaan. Tapi dalam konteks pembahasan yang situasinya sangat Indonesia ini.

Bagaimana orang Syi’ah memandang marja? Berangkat dari pertanyaan itulah maka muncul teks dalam bukub tsb, itu dugaan saya.

Hendy Laisa: Dugaan ya..hhmm.

Azmy Alatas: Yang saya tangkap...boleh kan, katanya bedah buku?!

Azmy Alatas: Mungkin ada yang gagal paham atau memang gak pernah tahu lapangan karena cuma hidup di menara gading dan dunia maya dan seberang.

Begini pak, ini pandangan saya!

Anda pikir Syi’ah Irak, India, Pakistan, Qathif, dan Syi’ah Iran sama? Terlalu banyak bedanya. Apa yang beda? Karakteristik, tradisi dan beberapa pola pengetahuan yang berkembang.

Syi’ah di Indonesia dalam konsepsi keseluruhan sama, yakni dengan konsep Syi’ah 12 imam. Lantas apa bedanya?

1. Pilihan politik dan sikap politik kemungkinan beda.

2. Tradisi dan budaya bisa jadi beda.

3. Situasi kondisi sosial jelas berbeda.

Artinya, sepahaman saya di Indonesia menggunakan konsep yang sama bahwa bermarja adalah wajib dan ketaqlidannya mutlak. Begitu pula pandangan di dalam buku SMS, hanya saja ketika muncul tuduhan ekspor revolusi, dan Syi’ah masuk dalam radar pemusnahan karena informannya berasal dari musuh-musuh, maka fitnah yang berkembang adalah bahwa orang-orang Syi’ah taat mutlaq pada keseluruhan aspek termasuk aspek politik, budaya, ekonomi, sains dan sebagainya, yang artinya para penganut Syi’ah sama seperti agen-agen import lainnya yang dikirim untuk meruntuhkan NKRI.

Yang artinya Indonesia dengan segala aturannya tak akan lagi ditaati, dan sistem perundangan di Indonesia juga cuma jadi sampah di mata pengikut Syi’ah.

Anda itu gagal paham karena guru anda juga kelamaan di negeri seberang, buku SMS menjawab, “apakah yang dituduhkan para informan memang betul demikian?”

Dijawab, bahwa karakteristik Syi’ah di Indonesia ini masih sekedar menjadikan marja sebagai rujukan dan tempat konsultatif.

Makanya kalau membahas pake konteks, jangan cuma teks!

Hehehehe...afwan ya kalau ada bahasa yang agak kurang enak.... cuma biar rada anget aja...hehe..

Merindu Surga: Nyimak ah, sambil ngupi.

Zein Azzaki: Okeh-okeh nambah lagi nih tontonan..

Setelah sebelumnya disuguhi siaran Syi’ah takfiri, anti WF sekarang tambah tontonan baru, kermarjaan hanya bersifat konsultatif..

Sang Pencinta: Azmi, gampang saja, permintaanku sederhana saja, coba tukil 1. Fatwa itu tidak mengikat dan tidak mesti diikuti. 2. Fatwa itu tidak mencakup urusan sosbud dan lain-lain. Kalau sekiranya mampu, monggo ditukil.

Mufida Rahma Laila: wiewww

Abdul Malik: Stok buku Syi’ah Menurut Syi’ah hampir habis terjual. Menunggu cetakan selanjutnya. Info pemesanan: 0878-2311-4748 (sms/whatsApp)

Abdul Malik: Buku tersebut juga dapat dibeli di toko buku Gramedia.

Azmy Alatas: Sang Pencinta, 1 hal, tidak ada sama sekali perbedaan dalam memandang marjaiyah, yakni wajib bagi kita mengikuti marja. Mengikat dan wajib ditaati. Dan saya punya pemahaman tersebut juga dari ustadz-ustadz abi dan yayasan. Saya punya pandangan demikian. Clear? Sekarang kembali ke teks, dengan pahaman yang kita punya soal marja adalah sama, kenapa ketika membaca buku tersebut kita punya pendapat yang beda? Aneh...

Sang Pencinta: Azmy, kalau antum sepakat sama saya dan konsisten dengan ini, maka ini menunjukkan kandungan buku itu ada yang salah dan salahnya tidak bisa ditoleransi.

Azmy Alatas: Belum tentu, sebab anda hanya menukil sepotong kalimat-kalimat. Jika anda sudah baca keseluruhan isi buku, kok ga ada masalah ya. Dan kenapa saya dan anda punya masalah yang beda?

Abdul Malik: Sang Pencinta, anda akan terlihat bijak kalau menyampaikan itu semua ke penulis buku, bukan hanya posting sana-sini....

Azmy Alatas: Yang saya baca hal.34-41, bukan cm hal.37, itu yang menyebabkan pemahaman anda dan saya berbeda mba/mas Sang Pencinta.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sepertinya pembagian kepada Qath’iyyah dan Zhanniyyah itu, biasanya hanya dalam membagi dalil hukum atau jalan menuju hukum yang, biasa disebut dengan Thariiqu al-Hukmi, bukan pada hukum seperti yang diterangkan di buku itu.

Qath’ii adalah yang sanadnya meyakinkan seratus persen, yakni Qur an. Sedang Zhannii adalah yang sandarannya belum tentu benar seperti hadits. Qur an disebut dengan Qath’ii/pasti dari sisi periwayatannya, akan tetapi dari sisi maknanya, disebut dengan Zhannii.
Sedang riwayat, sekalipun dikatakan Zhanni, tapi maknanya disebut dengan Qath’ii.

Kalau tentang kepastian hukum seperti haramnya zina, seperti yang dicontohkan di buku itu, mungkin biasa dipakai dengan istilah Hukum-waaqi’ii (hukum yang nyata, bukan qath’ii) dan, biasa juga disebut dengan dharurat/badihi (mudah dipahami dan merupakan identitas Islam). Sedang yang tidak sejelas haramnya zina itu, atau wajibnya shalat dan semacamnya, disebut dengan Hukum-Zhaahiri, yakni hukum secara lahiriahnya (dan perkiraan yang kuat dan mendekati yakin).

2- Buku itu juga telah salah mencontohkan hukum Wadh’ii pada halaman 38-nya. Karena mencontohkan dengan cara-cara nikah. Padahal yang wadh’ii itu seperti hukum syah atau tidak syahnya nikahnya, bukan tata cara nikah yang merupakan hukum takliifii secara nyata dan jelas. Karena dalam cara-cara nikah, jelas diwajibkan begini dan betitu, diharamkan begini dan begitu...dan seterusnya.

3- Yang tidak perlu taklid/taqlid itu, sebagaimana di semua kata fatwa marja’ dijelaskan, hanyalah dalam hal-hal yang dharurat, yakni mudah diketahui muslimin dan merupakan identitas/ciri Islam yang gamblang, seperti wajibnya shalat, puasa, haji .... dan seterusnya.

Akan tetapi, dalam rincian-rincian shalat dan semacamnya dan dalam hukum-hukum lainnya yang tidak mudah diketahui, maka yang bukan mujtahid disebut sebagai awam (sekalipun seorang doktor atau profesor di bidang selain fikih dan ushulfikih) dan wajib taqlid.

4- Teman-teman kadang perlu mengerti bahwa yang dimaksudkan wajib taqlid bagi orang awam, adalah orang yang tidak sampai pada tingkatan ijtihad dan/atau ihtiyaath. Ijtihad adalah yang mampu menyimpulkan fikih dari sumbernya langsung, yaitu Qur an, Hadits, Akal dan Ijmaa’.
Sedang ihtiyaath adalah belum sampai kepada ijtihad akan tetapi, dapat mengetahui tempat-tempat ihtiyaath hingga ia bisa melakukan dan mengamalkan yang ihtiyaath (hati-hati) itu, tanpa mesti bertaqlid pada marja’. Jadi, yang bukan mujtahid dan muhtaath, wajib taqlid.

5- Saking wajibnya taqlid ini, hingga bagi siapa saja yang beramal tidak dengan berdasarkan fatwa marja’ yang syah, maka semua amalnya menjadi batal dan wajib diqadhaa’. Tentu masih ada rinciannya dan sudah diterangkan sebelumnya.

6- Saya dulu sering bertanya-tanya dalam hati, mengapa di jaman setelah wafatnya Nabi saww shahabat dan shahabat melakukan peperangan diantara mereka dan jatuh korban puluhan ribu. Apakah masalahnya kurang jelas? Tanyaku dalam hati.

Akan tetapi, dalam kehidupan kita saja, juga demikian. Banyak hal yang sudah jelas, dibuatnya kabur. Saya merabanya dalam beberapa sebab seperti, kecenderungan politik atau ada kecenderungan sok tahu dan merasa lebih tahu dari marja’nya. Dan yang ke dua ini, tidak sedikit orang termakan. Karena itu, selalu berdalil dengan keIndonesiaannya, lalu menampik marja’. Demi Allah swt, kecenderungan seperti ini, sudah tercium puluhan tahun yang lalu. Tapi karena belum punya sarana, maka tersembunyi dalam hati. Barulah setelah adanya sarana, maka tumpah ruahlah apa-apa yang ada di dalam hatinya tanpa merasa malu sedikitpun, apalagi takut di pengadilan akhirat.

7- Bayangin, pembahasan berdalil, diganti dengan dugaan. Buku di depan mata, eh...malah membuat rabaan. Bayangin, hanya dengan merasa lebih tahu Indonesia saja, dan apalagi hanya tahu bahwa budayanya berbeda saja, sudah menampik taqlid. Ini kan tajarri (berani) dalam menentang kebenaran agama. Dan merasa lebih pintar dari mujtahid dan marja’ hingga dikiranya, marja’ akan memfatwai politik yang beda, dengan hukum yang sama rata. 

8- Saya sudah cukup memberikan pandangan seperlunya, semoga saja saya sudah melakukan taklif yang semestinya, amin. Wassalam.

Abdul Malik: Anda akan lebih bijak jika mendiskusikan itu dengan penulisnya langsung ....

Bande Husein Kalisatti: Buku sudah tersebar...biar saja diskusi ini berlanjut,...Toh buku ini juga dijual lewat FB juga.

Bande Husein Kalisatti: Mudah-mudahan sukses jualan bukunya.

Hendy Laisa: Pengen jual buku lewat facebook tapi tidak boleh dikritisi di facebook juga.

Azmy Alatas: Jika awam mengkritik dan masih terdapat balutan emosional, personal dan mencela itu hal wajar. Namun jika mereka yang mengaku atau diakui sebagai sosok berilmu dengan gelar seabrek masih sulit menemukan metode yang pas untuk mengkritik, ini masalah besar. Apalagi dianggap sebagai rujukan agama yang meliputi segala sesuatu termasuk etika.

Berikut coba saya kutipkan tips dan trik agar kritikan kita tepat sasaran.

http://www.untukku.com/.../cara-tepat-memberikan-kritik...

Cara Tepat Memberikan Kritik | Semua Yang Terbaik Untukku

Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik...

untukku.com

Azmy Alatas: Yuk belajar dari tabloid NOVA bagaimana cara yang mengkritik yang baik dan benar: Tidaklah mudah melontarkan kritik. Salah-salah, kritik yang kita ucapkan bukannya berdampak membangun, tetapi malah permusuhan yang kita dapat gara-gara rekan yang kita beri kritikan tidak terima atas kritik membangun yang kita beri.

Berikut ini beberapa tips untuk memberikan kritik membangun agar kritikan Anda tidak percuma dan juga tidak melukai perasaan orang yang Anda kritik, serta membuat orang tersebut memberikan respon serta dengan senang hati mau memperbaiki kekurangannya.

Mengabaikan karakter.

Bila ingin kritikan Anda mencapai sasaran yang tepat, usahakan untuk tidak mengungkapkan kekurangan diri rekan yang Anda kritik di dalam kritikan Anda. Bila Anda mulai membicarakan kekurangan dirinya, dia akan menginterpretasikan komentar Anda sebagai sebuah serangan dan hal ini akan menggagalkan tujuan Anda semula. Memang tidak selalu mudah untuk memisahkan seseorang dari pekerjaannya, tetapi di dalam memberikan kritikan Anda harus dapat memilahnya.

Gunakan bahasa yang tepat.

Setiap kata yang Anda ucapkan dapat memberikan arti yang berbeda. Gunakan terminologi yang berhubungan dengan masalah yang ingin Anda sampaikan secara profesional.

Usahakan jangan mencela. Bahkan kritikan yang sangat tajam pun dapat Anda sampaikan dengan bahasa yang halus. Agar tidak tampak arogan ataupun kasar, Anda dapat memulai kritikan Anda dengan: “Menurut saya, kelihatannya kamu….” Atau “Mungkin saya salah, tetapi …”.

Berikan fakta yang sesuai.

Kemujaraban dari kritik yang membangun adalah dengan meyampaikannya sesuai dengan porsinya. Sebaliknya hal-hal kecil yang tidak perlu disampaikan dapat menggagalkan usaha Anda. Bila Anda melihat kritikan tidak mungkin diberikan, lebih baik Anda diam.

Kendalikan emosi.

Memberikan kritikan yang efektif menuntut Anda untuk dapat menetralisir emosi Anda agar tidak mengungkapkannya secara blak-blakan. Untuk situasi tertentu Anda harus memperhitungkan perasaannya dan tidak mempermalukannya. Pada saat yang sama, perasaan Anda pun harus diperhitungkan agar tidak memihak dan dapat membuat Anda menjadi tidak dapat dipercaya.

Fokus.

Pusatkan pada apa yang dapat dilakukan, dan bukan pada apa yang telah dilakukan. Untuk perbaikan, arahkan pada kesempatan yang spesifik dan hindari membeberkan kekurangannya. Jaga agar kritikan Anda merupakan kritikan yang positif serta bijaksana dan berguna. Seseorang tidak akan merasa diremehkan bila dia diberi kesempatan dan bukannya dikatakan bahwa pendapatnya tidak kompeten atau kurang baik.

Empati.

Salah satu langkah yang paling manjur yang dapat Anda lakukan sebelum memberikan kritikan adalah dengan menempatkan diri Anda pada posisi orang yang akan Anda kritik.

Tidak semua orang senang dikritik dan biasanya seseorang akan merasa diserang dan bila hal ini yang terjadi, sangat wajar bila orang yang dikritik menjadi bersikap membela diri.

Bersikap objektif.

Berikan alasan yang dapat diterima, bukan pandangan yang subyektif. Semua jenis kritikan dapat mengandung berbagai prasangka tetapi Anda dapat mengatasinya dengan menyadari bahwa komentar yang benar dan didasari dengan alasan yang kuat lebih dapat diterima.

Tidak mudah bagi seseorang untuk membela diri terhadap kritikan yang beralasan tetapi sangat mudah mencampur adukkan kritikan yang didasari atas perasaan suka ataupun tidak suka. Kemahiran

Anda hilang dalam sekejap bila Anda memberikan komentar yang tidak beralasan dan sembarangan.

Berikan kesempatan.

Beri kesempatan kepada bawahan atau rekan yang Anda beri kritik untuk merespon. Secara psikologis sangat penting adanya jeda antara saat Anda memberikan kritikan dan saat lawan bicara Anda memberikan penjelasan dari sisinya.

Sikap menawarkan penjelasan memberikan kepuasan intelektual dan membantu orang tersebut mempertahankan egonya. Lebih jauh lagi Anda memberikan kesan adil dan memiliki wawasan yang terbuka, meningkatkan kredibilitas Anda dan mengurangi kesempatan komentar Anda diabaikan atau dilupakan.

Sumber : Tabloid Nova

Abdul Malik: Kritik terhadap isi buku ya kepada penulis to bro Hendy Laisa bukan kepada pedagangnya...

Hendy Laisa: Abdul Malik, Saya ngeritik penjual bukunya ya? Hhmmm kayaknya gak deh.

Abdul Malik: Hendy Laisa, nggak nyambung bro.... Emangnya kapan saya pernah bilang sampean ngritik penjual.. Baca ulang berkali kali biar paham...

Ali Assegaf: Saya belum baca sms dan no command ... tetapi melihat institusinya .. saya ragu karena institusi ini anti kritik dan merasa makshum ...

Abdul Malik: Tergantung persepsi anda.

Ali Assegaf: Ngga persepsi lagi .. sudah punya bukti .. setidaknya jika itu dianggap bukan bukti ( baca persepsinya ) maka reaksinya menentang prinsip-prinsip pengikut ahlulbait ...

Sebuah kecelakaan ini institusi.

Ali Assegaf: Alasan untuk menemui sendiri pada yang bersangkutan ... kata manipulasi yang penuh kepura-puraan institusi ini.

Saya sudah berkali kali dan juga ngga sesuai dengan ucapan kok ..

Abdul Malik: Semua orang bisa berprasangka...

Abdul Malik: Berkali-kali apanya?

Abdul Malik: Nggak sesuai apanya?

Hendy Laisa: Buku ini isinya yang dikritik bukan institusi, kritik tidak kepada personal atau kritik bukan atas dasar politik...murni kritik ilmiah.

Ali Assegaf: Juga semua berprasangka .. taaruf jalannya ... Jika taaruf tidak bisa .. maka yang menutup diri yang harusnya diberi penilaian melawan sifat dasar silaturahmi ... itmam hujjah sudah ana lakukan.. sempurna sifat institusi ini jauh dari nama ahlulbait.

Hendy Laisa: Abdul Malik, sip..ana dah baca memang kritik untuk buku bukan penjual buku.

Ali Assegaf: Ya awal ana belum baca sms jadi no command ucapan. Sinar tetapi sebagai institusi .. yang anti kritik dan tidak terbuka dan menolak silaturahmi dan ucapan tak sesuai ... bagi ana maklum karena institusi ini jauh dari nama ahlulbait.

Orang benar sifatnya satria dan berani bersikap ... salah minta maaf atau memaafkan.
Jadi jelas ada pergeseran untuk mengatas namakan klaim ahlulbait yang tak layak blas.

Ali Assegaf: Biar publik tahu ... coba aja hub teras abi ... atur ketemu dengan saya sendiri ... ditunggu jawabnya.

Ahlan wa sahlan li masaalihil ummah.

Abdul Malik: Wah, curhat ternyata.

Abdul Malik:Dalam institusi itu banyak oknum. Anda memiliki masalah dengan siapa?

Ali Assegaf: Curhat sama siapa ? Untuk apa ? Buktikan cover publik hanya tahu jika yang menolak silaturahmi itu adalah abi ... Semoga segera berubah .. makin lama makin beban memikul sikap.

Abdul Malik: Udah ngalor ngidul nggak jelas...

Firdaus Said: Bib Ali Assegaf, terasa hingga ke daerah-daerah..

Ali Assegaf: Instutusi .. bukan oknum, kalau oknum ngga perlu begini .. Jadi tanyakan ketum dan sekjen dan ketua dewan syuronya.

Ali Assegaf: Gagal paham tuh Abdul Malik.

Abdul Malik: Tanyakan tentang apa? Dari tadi tuduh tuduh belum jelas.

Firdaus Said: Soalnya ... merasa paling Syi’ahnya Syi’ah di Indonesia... Makanya judul bukunya SMS..

Firdaus Said: Tapi kayaknya judul buku SMS itu, merasa paling Syi’ahnya Syi’ah sedunia...

Ali Assegaf: Nama saya sudah memahamkan kenapa tidak mau diajak pertemuan ... itu cukup untuk menilai ada apa dengan abi.

Firdaus Said: Makanya konsep imamah & marja ditabrak anpe amburadul..

Abdul Malik: Yang memiliki kepentingan ditemui siapa? Sehingga institusi harus menemui anda?

Abdul Malik: Anda menuduh institusi, lalu intitusi harus mengatur waktu ketemu dengan anda?

Ali Assegaf: Tidak lagi penting ...
Karena saya sudah meminta dengan ucapan baik dan mendorong dengan cara yang bertahap .. dan saya yang hub telp .. saya yang mau datang dan seterusnya ...

Karena ucapan ngga lagi cocok untuk ketemu aja ngga mau .. mengatakan bisa dan tidak jadi berulang-ulang ..

Statmen saya abi sebagai institusi jauh dari akhlak dan misi ahlilbait .. ini statmen apa yang sudah saya alami ..

Wong saya yang mencoba direct kok .. imperator abi full ego.

Ali Assegaf: Saya tak melihat ormas ini madzhab ahlulbait as .. jadi satunya sikap bukan wahdah.

Bahkan melihat prakteknya .. rubuhnya juga bukan ukuran rusaknya wahdah ..

Ya dianggap tak ada aja kecuali yang senang ditipu ... sangat banyak alasan sehingga sederhana dipahami .. pemutus silaturahmi yang mengklaim paling suci .. dan takfiri bagi yang tidak mau sama mereka ..

Jangan kira saya terus diam .. sebagaimana diamnya ormas ini atas ucapannya ini.

Abdul Malik: Yowis monggo terserah panjenengan mawon...


============

((Bersambung ke : Kemarjaan yang Hanya Bersifat Konsultatif (2).))

Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung

9. Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung


Anggelia Sulqani Zahra: Bagaimana bisa orang-mengatakan bahwa mengkritik buku SMS di fb ini tidak akhlaki, tidak ilmiah, penghinaan terhadap ustadz sebagai tim penulis, menfitnah lembaga ABI sementara buku itu berisi fitnahan dan pelecehan/penghinaan terhadap ulama-ulama Syi’ah maupun Sunni dengan mengatakan “ Para pemikir kedua kelompok ini harus mengubah energi gontok-gontokan menjadi energi saling mendukung dan membahu mencerdaskan akar rumput dan awamnya serta membuang isu elementer yang menjadi biang kebencian mutual. “ halaman 357— bersama Bande Husein Kalisatti, Firdaus Said, Hendy Laisa dan Sinar Agama.

Deddy Prihambudi: Itulah orang Syi’ah kota. Syi’ah Syi’ah “Jakarta”. Senangnya minta ampun untuk konflik dan polemik.

Mohammad Subhi Ibrahim: Salam. Sekedar usul: Akan lebih produktif bila: 1) bedah buku dengan mengundang tim penulis, pengkritik & akademisi yang concern persoalan ini. 2) bila tidak setuju dengan isi, tulis buku seperti dicontohkan Ibn Rusyd saat mengkritik tahafuth al-falasifah. Dengan begitu, publik tahu argumen utuh isi kritik.

Azmy Alatas: Ya fakta nya demikian kok... yang gontok-gontokan ya banyak, yang merintis kesepahaman ya banyak....

Sebagai orang yang berada di luar pertarungan Sunni-Syi’ah ya mau bilang apa lagi kalau bukan gontok-gontokan...

Hendy Laisa: Azmy Alatas, sebaiknya antum gak banyak cakap di lapak ini.. kalau mau komen silahkan komen yang argumen sesuai status!

Irsan Fadlullah Al Hajj: Ini bulan maulud yaaaa

Ki Fuat Damahcom: Lihat komentar selanjutnya seandainya orang awam diam, aman dunia.

Azmy Alatas: Status bicara soal gontok-gontokan..

Hal.357 konteks tafsir rekonsiliasi. Setelah pemaparan apa itu Syi’ah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

Penulis memposisikan di luar Sunni-Syi’ah, bagaimana kedua belah pihak merubah energi berbantah menjadi energi kesalingpahaman, dan kesaling mengalah. Hal ini dalam konteks Sunni-Syi’ah di lapangan dalam menjalankan aksi bersama dan memulai rekonsiliasi.

Yakni dengan meletakkan posisi masing-masing bahwa keduanya adalah islam, sedangkan keyakinan bahwa yang 1 lebih islam dari yang lain ditaruh dalam laci masing-masing. Hal ini dilakukan demi mencerdaskan kedewasaan akar rumput dan awam yang hari ini mudah terprovokasi dengan propaganda permusuhan. Yakni dengan cara: 1. Sunni: rela mengakui bahwa khalifah dan shahabat tidaklah sempurna dan yang tak mengakui kekhalifahan tidak menyebabkannya keluar dari islam.

Padahal dalam Sunni mengakui khulafaurrasyidin adalah pokok kemadzhaban mereka. 2.Syi’ah: bahwa kepatuhan dan kecintaan kepada imam yang sejatinya primer (ushuludin), harus diletakkan pada posisi tidak primer, karena kecintaan dan kepatuhan terhadap imam adalah konsekuensi dari kepatuhan dan kecintaan terhadap Nabi saaw, dan yang tidak memosisikan para imam yang tidak menjadikannya keluar dari islam.

Itu pun sekedar tafsir rekonsiliasi, bagaimana kedewasaan tersebut di akar rumput dan awamnya bisa melahirkan ruang-ruang dialogis..dan dalam ranah bermasyarakat dalam berbangsa,...

Rudi Suriyanto: Kalau ga mau di kritik, ga usah bikin buku.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, orang ana di tag..

Fahmi Husein: Azmy Alatas, ana sarankan, agar unfriend aja yang taq-taq.. Nge-taq, tapi gak boleh cakap..

Azmy Alatas: Yang menganggap tafsir rekonsiliasi sebagai penghinaan atas kedua madzhab.. otaknya perlu di upgrade...

Rudi Suriyanto: Maksud rekosiliasi itu apakah Syi’ah menerima Abu Bakar sebagai khalifah pertama atau Sunni menerima imam Ali sebagai khalifah pertama? Atau siapakah khalifah hasil dari rekosiliasi tersebut?

Anggelia Sulqani Zahra: Mungkin maksud penulis bahwa Umar bin Khatab dan imam Ali as gontok-gontokan masalah pemimpin setelah Nabi Saw... karena kalimat itu ditulis setelah penulis menjelaskan bahwa khalifah menyangkut horizontal dan imamah menyangkut vertikal..

Anggelia Sulqani Zahra: Dan penulis dalam rangka rekonsiliasi kemudian mengatakan bahwa pemikir kedua golongan ini harus merubah energi gontok-gontokan menjadi saling mendukung.

Andik Fn: Anggelia Sulqani Zahra, kenapa anda masih saja membaca buku sms, bukankah buku itu sudah di haramkan oleh SA untuk dibaca.

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, makanya dibaca pake mata, dipikir pake otak jangan pake mulut...baca noh...


Azmy Alatas: Yang dibutuhkan adalah kerelaan, bukan kengototan. Itu namanya rekonsiliasi. Yang ribut pada akhirnya muqollidnya, awamnya yang ada di akar rumput.

Azmy Alatas: Gambar foto-foto ga penting....

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, antum geng nya BMT tukang laknat al londoni kan?
Ana ada sebuah catatan menarik buat ente...bagaimana kelakuan para pengikut yang awam lah yang ngerusak dan bikin pertumpahan darah...

Rudi Suriyanto: Duh maaf,, ana sangat anti dengan pertumpahan darah.

Anggelia Sulqani Zahra: Rudi.. Mohon maaf saya harus menghapus postingan gambar cover buku yang antum posting.. Maaf banget.

Azmy Alatas: Anggelia Sulqani Zahra, untuk apa dihapus. Biarkan saja publik tahu bahwa ada yang maenan di air keruh. Setali tiga uang dengan keluguan geng sinar jaya.

Rudi Suriyanto: Siiip

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, sama ga sama Rudi Suriyanto?
Agen pecah belah...
Mungkin Hendy Laisa tau...?



Azmy Alatas: Bukannya yang anti kritik itu si tukang blokir yang gemar nyungsep di awan...???Berpotensi salah lebih banyak dari benarnya? Relatif ya?

Emang kerelatifan bisa benar dan baik ya? Coba tanya sama ustadmu, kenapa kerelatifan yang tak suci itu mutlak TERCELA, padahal Anggelia Sulqani Zahra mengatakan bahwa dirinya punya kerelatifan benar-salah, baik-buruk, tercela-terpuji.

Azmy Alatas: Rudi Suriyanto, ya ente and the gank itu...

Ali Shofi: Mengkritiknya pake akun asli dong...supaya tahu siapa yang mengkritik...jangan berlindung dibalik akun palsu...

Azmy Alatas: Panggil dong manusia makshum yang sedang bersemayam di balik awan....supir bus sinar jaya?

Hendy Laisa: Azmy, komen pake adab sedikit bung!, di tag supaya antum ngomongnya gak kayak kemaren-kemaren!

Azmy Alatas: Ga usah ngomongin adab lah... Basi! Makan noh ADAB! Gambar di bawah ini ane dapat dari @Rudi Suriyanto yang dikirim di page ini..lalu dihapus oleh anggelia...


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203676240283652&set=p.10203676240283652&type=1

Rudi Suriyanto: Tuhan aja suka ganti-ganti akun ketika bikin 4 kitab.

Hendy Laisa: Azmy, kalau gak mo pake adab silahkan ke lapak ana..ana layani ente bib sampe mampus.

Hendy Laisa: Kalau ente komen disini makin kelihatan bahlol nt bib..kasian banget.

Azmy Alatas: Ketika ane bilang “supir sinar jaya”, kagak usah dikait-kaitkan dengan salah seorang atau pemilik akun apapun dong.... Ini fiktif kok...bahkan bus sinar jaya jauh lebih faktual dari berbagai akun fiktif di sini...

Sama seperti kalian haramkan kami mengaitkan Sinar Agama dengan ustadz Hasan Abu Amar.

Ali Shofi: Loh mengkritik itu harus dilihat siapa yang mengkritik.. supaya kita tahu.. ini orang kredible atau tidak.. jadi kita bisa menilai apakah kritikan itu pantas untuk ditanggapi atau tidak... hehehe

Hendy Laisa: Azmy Alatas, silahkan naik bus itu.. kami tetap akan naik bus yang ente bilang fiktif... yang jelas nyamanlah naik bus fiktif, yang goblok bisa jadi pinter, yang pinter makin tambah pinter gak seperti ente malah makin gak karuan ngomong, menghina bla bla bla.

Azmy Alatas: Hendy Laisa, jadi ga usah tersinggung soal adab lah...
Ane udah masukin pendapat ane, sampe ta foto-foto tu buku... masih dibilang ga pake adab...
Rombongan sinar jaya beli cermin gih buat supirnya...biar sedikit dipake adab nya...haha.

Rudi Suwandi: Penulis harus siap mental kalau bukunya dibedah. Yang membedah juga jangan kayak gaya wahabi dengan cap haramnya.

Ali Shofi: Mas Rudi... pastinya siap mental.. tapi yang ngebedah siapa? Menampakan diri dari persembunyiannya aja ga mau...sok yahannu mo kritik...

Rudi Suwandi: Yang dikritik tahu kok...

Azmy Alatas: Bukan soal yang dikritik tahu, publik tahu ga siapa yang mengkritik?!

Rudi Suwandi: Publik tahu kok... yang gak tahu keterlaluan...

Azmy Alatas: Mustahil tahu lah..
Antum tanya sama tetangga saya yang baca postingn ini, apakah dia tahu siapa pemilik akun bodong dibalik sinar jaya?

Rudi Suwandi: Ya cari tahu dong... masa baca tanpa tahu sumbernya..

Azmy Alatas: Pengkritik pake akun bodong namanya sinar agama... Penulis jelas pake nama tim ABI...

Cari kemana?! Kok harus cari...

Ali Shofi: Tongolin muka...kenape malu yeh...xixixixi...kelucuan amat sih...xkxiix

Ali Shofi: Jangan-jangan Sinar Agama adalah takfiri yang nyamar....xixixixixi

Hendy Laisa: Jangan-jangan Ali Shofi adalah takfiri yang nyamar....xixixixixi

Ali Shofi: Ali Shofi, jelas bos.....akun asli...bukan aspal...dijamin...xixixi...pake akun palsu aje pake yahannu sok mau tampil jadi penyelamat akidah Syi’ah dengan berfatwa sesat..xixixixi....ngakak abis...

Hendy Laisa: Asli kek, aspal kek, EGP.. yang penting apa yang disampaikan masuk akal ana bos.

Azmy Alatas: Hahahaha... katanya ilmiah? Kok ga ada pertanggunganjawab ilmiahnya...

Ali Shofi: Penyesatan masuk akal yah..? Xixixiixi...udeh suruh nongol dong....biar jadi pahlawan beneran....jangan cuma jadi maxan kertas...xixixixi...

Ngakak abis bro..ngejungkel......xixixixi

Hendy Laisa: Ali Shofi, itu kan menurut perasaan antum saja, ana fine-fine aja tuh.

Ali Shofi: Udeh jangan banyak komentar...suruh keluar aje tuh makhluk di balik akun Sinar Agama... mau jadi pahlawan jangan nanggung...xixixixi.. mumpung di medsos nih enak... bisa dilihat semua orang....xixixixi.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya: Dikala ulama dikata gontok-gontokan karena mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal, berarti maknanya seperti ini:
  • 1- Hai para ulama Syi’ah sepanjang sejarah yang selalu mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal, kalian ini tidak tahu masalah. Karena itu, tidak ada gunanya kalian menulis kitab dan menjaga agama ini dalam sepanjang sejarahnya sampai sekarang. Bakar semua kitab-kitab kalian itu dan gantilah dengan kitabku ini. Kalian bukan Syi’ah, tapi aku yang Syi’ah. Wong kalian semua mengajarkan imamah yang salah dan sepakat sepanjang sejarah kalian. Ulama-ulama apa, marja’- marja’ apa kalau begitu.
  • 2- Hai para makshum. Kalian juga buat apa ngotot dan gontok-gontokan mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal sampai harus mendekam di penjara terus sampai harus mati terus. Buat apa? Kalian salah. Yang benar bahwa kalian itu hanya vertikal. Kepemimpinan horisontal itu tidak perlu makshum sekalipun bisa oleh makshum. Karena itu, sebaiknya kamu menerima semua khilafah-khilafah itu, dengan senang hati dan tidak mengajarkan yang meliputi vertikal dan horisontal.
Saya tahu kalian tidak membuat pertentangan kekuatan dengan para khalifah dan saya tahu kalian tidak dipenjara karena hal yang tidak kalian lakukan itu, akan tetapi, kalian dipenjara dan diracun semuanya sampai ke imam ke 11, disebabkan pengajaran kalian yang sekalipun tidak memaksa itu. Mestinya, kalian ini terima saja secara lahir dan batin, tanpa harus mengajarkan imamah meliputi vertikal dan horisontal supaya kalian tidak dipenjara terus dan diracun.

Kalian ini tidak tahu situasi. Tidak mengerti keadaan. Wong sudah jelas umat seperti itu, kok masih saja mempertahankan kesalahan? Mending kalau kalian benar dengan mengajarkan keimamahan yang meliputi vertikal dan horisontal yang kalian ajarkan dalam ratusan atau ribuan hadits-hadits kalian itu. Sudah salah memahami imamah, masih ngotot dan gontok-gontokan lagi. Sungguh terlalu.....
  • 3- Hai Mahdi, antum lagi-lagi mau buat apa ghaib. Keluar saja dan jangan ajarkan imamah yang salah itu. Nanti kan kamu aman serta tidak perlu ghaib-ghaiban segala. Lapi pula buat apa keluar memaksakan kevertikalan dan kehorisantalanmu. Wong itu salah, wong itu bukan Syi’ah. Nih, Syi’ah menurut aku/kami adalah imamah itu hanya vertikal, tidak meliputi atau tidak mesti meliputi horisontal. Kamu pemimpin agama, bukan negara. Ngapain susah-susah zhuhur/zhahir dan berperang sampai mengorbankan ribuan nyawa. Buat apa???!!!
Ini kira-kira makna tersbut kalau dijabarkan. Setidaknya bisa dimaknai seperti itu dengan jelas, secara uruf pemahaman bahasa walau, mungkin penulisnya tidak mamaksudkannya. Tapi apa urusan kita. Maksud yang jauh dari lahiriahnya, adalah urusan mereka. Kita hanya bisa berhujjah dengan lahiriahnya.

Mana ada babi itu dikatakan haram dan tulisan yang mengatakan babi itu halal. Yakni penulis mengatakan maksud aku menulis babi itu halal, adalah babi itu haram.

Ali Shofi: Ahlan bapak sinar agama....pa kabar..?? Masih betah pake akun palsu dan menyesatkan orang...hehehehe.

Tambahan: Supaya teman-teman tidak mengira bahwa saya mengarang sendiri tentang pengajaran akidah Syi’ah tentang imamah itu, maka saya ambil dari satu kitab yang menjadi pelajaran dasar di hauzah, yaitu Baab Haadi ‘Asyr, karya ‘Allaamah Hillii. Perhatikan ketika menerangkan imamah

{{Definisi Imaamah:Pertama (definisinya) adalah KEPEMIMPINAN UMUM DALAM URUSAN-URUSAN AGAMA DAN DUNIA (politik dan semacamnya) DARI SESEORANG SEBAGAI WAKIL DARI NABI saww.

DAN IMAMAH INI ADALAH WAJIB SECARA AKAL, KARENA IMAMAH ADALAH LUTHFUN (merangsang kebaikan dan mempersulit keburukan) KARENA KITA TAHU BAHWA KALAU UMAT INI MEMILIKI PEMIMPIN YANG MEMBAWA KE JALAN LURUS DAN DITAATI, DIMANA MEMBELA YANG TERTINDAS DARI PENINDAS, DAN MENEKAN PENINDAS DARI PENINDASANNYA, MAKA HAL SEPERTI ITU JELAS LEBIH MENDEKATKAN KEPADA KEBAIKAN DAN MENJAUHKAN DARI KEBURUKAN. SEMENTARA LUTHFUN ITU ADALAH WAJIB DAN MESTI SEBAGAIMANA SUDAH DIBAHAS SEBELUMNYA. }}

Perhatikan definisi imamah dan salah satu dalil akalnya dari salah satu bab ushuuluddin yang bernama imamah ini. Ajaran segamblang ini bukan hanya tidak dipahami dengan benar, akan tetapi malah dikatakan sebagai penggontok-gontokan. Wallaahi tajarri.

Denny Priyanto: syukran Ustadz Sinar Agama..... siapapun anda... anda telah rela meleleh (bagaikan lilin) demi menyinari laron-laron kecil seperti saya ini...... syukran katsiran....

Ali Shofi: xixixixi.... kalau jadi khatib mimbar bagus nih...sayang fiktif...dan fiktif itu sesat...xixxi

Hendy Laisa: Ali Shofi, ku tengok cakap kau makin tak bermutu, banyak ketawa pula seperti orang mabuk.

Ali Shofi: Loh emang ngeladenin akun fiktif harus bermutu yah....??? xxixixixi

Akuy Junior: Enak di bacanya kalau membaca komentar dari orang yang berpendidikan mah,,, lanjutkan terus ustadz.

Ali Shofi: Syi’ah takfiri....xixixixxiii...pahlawan kesiangan pemilik akun fiktif....aneh juga yah dengan gagahhnya dia menyesatkan buku SMS namun diminta menampakan jati dirinya ternyata ciut dan bernyali hello kitty...xixixixi. Pahlawan kesiangan...

Hendy Laisa: Ali Shofi, bener-bener ente yang jahil...ada hubungan apa kritik buku sama akun??wkwkwkwk

Ali Shofi: Bukan mengkritik tapi menyesatkan...catat itu dengan benar...

Ali Shofi: Ada hubungannya lah...karena dalam Syi’ah tidak ada Syi’ah menyesatkan Syi’ah..kecuali bapak Sinar Agama aja yang jumawa menyesatkan...sama kaya yasir habib...xixixi

Mohmmed Fajar: Emang orang Syi’ah suci apa, yang suci cuma 14 kagak lebih. Akui aja ada Syi’ah yang simpati ama auu demi ketenaran kekuasaan. Banyak kok sejarah begitu semua berhianat kepada Ali as karena kekuasaan.

Basu Dewa: Judul bukunya Syi’ah Menurut Syi’ah, diperkuat dipengantar point 5 buku SMS ini menjadi rujukan bagi Muslim Syi’ah dan siapa saja yang ingin memahami Syi’ah. (yang saya pahami dari judul dan kata pengantarnya (hal xi), buku ini adalah representasi Madzhab Syi’ah). Dihalaman 315 Tim penulis menulis .PERLU DIINGAT BAHWA PENDAPAT ULAMA DI DALAM MADZHAB AHLUL BAIT TIDAK SERTA MERTA MEWAKILI MADZHAB INI. OLEH SEBAB ITU DI DALAM MADZHAB AHLULBAIT TIDAK AKAN DITEMUKAN SEBUAH KITAB YANG DIGADANG GADANG DAN DITETAPKAN SEBAGAI KITAB “SAHIH” YANG SEMUA RIWAYAT DISETIAP LEMBARNYA ADALAH MUTLAK BENAR. Ini sekaligus memberikan pesan kepada kita bahwa semua riwayat yang dibawakannya terbuka untuk dinilai, ditimbang dan dipahami penuh tanggung jawab....(walaupun kalimat itu konteksnya dalam menanggapi buku manipulatif MUI, namun bagi saya itu juga berlaku umum).

Basu Dewa: Jadi Kalau buku SMS ini ada yang menilai, menimbang..bahkan dianggap “sesat” kalau sudah dianggap keluar dari ajaran Syi’ah yang benar, tentunya dengan dalil dalil .....ya..sah sah saja. Karena penerbit buku ini menulis, menjadi rujukan bagi muslim Syi’ah, yang tertera pada kata pengantarnya. Kecuali judul nya dibuat memang dibuat untuk kepentingan pasar.

Basu Dewa: Kalau buku SMS ini ada yang mengatakan ‘sesat” karena sudah keluar dari ajaran Syi’ah, ya. Jawab saja oleh ustad siapa saja, yang tentunya dengan argumentasi yang terang benderang, dengan dalil-dalil yang kuat point per point apa yang dianggap “sesat” itu , bahwa buku SMS ini sudah sesuai dengan ajaran Ahlul bait dan bisa dipertanggung jawabkan di hari akhir kelak. “SAYA YAKIN KALAU INI DILAKUKAN PASTI LAPAK LAPAK FB YANG “:MENYESATKAN “ BUKU INI DITINGGALAKAN..

Ali Shofi: Yang menghukumi sesat itu siapa? Tuyul, gondoruwo,sundel bolong, wahabi, syi’i..? Siapa dong yang jelas... jangan-jangan manusia jadi-jadian...? Xixixixixi...

Khommar Rudin:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Khommar Rudin: Ali Shofi: “Tidak ada yang instant di dunia, menara yang tinggi dibangun dari sebuah bata. Perjalanan seribu kilometer dimulai dari langkah pertama. .”APAPUN AGAMA YANG ANDA IMPIKAN, silahkan anda pergi ke tempat-tempat yang anda ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan terserah ..Anda , tapi ingat “”anda hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal tersebut. “Setiap orang seharusnya menghargai apa yang ada ditangan, walau dengan milik orang lain, mendambakan apa apa kita miliki dengan cara berlebihan. Bagaimana dapat dikatakan anda mensyukuri berkah hidup ini. Bukankah “Orang baik menganggap hidup ini terdiri dari rangkaian kesempatan baik. Pepatah kuno: Seperti melempar telur terhadap batu besar, telur di dunia akan .. habis tanpa ada kerusakan pada batu...artinya Nilai kebenaran tak kan Sirna dan Kebenaran akan tetap terjaga..Salam Ukhuwah...

Sinar Agama: @Basu, sebenarnya masih ada rahasia-rahasia yang belum waktunya kami keluarkan karena memang perlu penggodokan lagi dari sisi sejarah dan semacamnya perihal sms itu. Karena itu, harapan untuk majunya mereka-mereka itu, kalaulah tidak bisa dikatakan mustahil, akan tetapi sangat sulit diharapkan. Karena itu, sepertinya hanya tersisa dua jalan saja, terus menerbitkannya dan kami terus memprotesnya, atau menariknya dan kamipun menghentikan protes.

Kalau sejarah itu benar dan nyata, maka orang yang minta kepada kita-kita untuk mendatangi penulis-penulisnya, maka sungguh akan pingsan karena malu. Para penyokong itu kan mengira bahwa belum ada yang mengingati mereka secara langsung toh? Padahal, ...., kita tunggu saja ijin Allahnya walau secara lahiriahnya.

Ali Shofi: Wah cocoknya dikasih mimbar, terus kita suruh khotbah jumat deh ahsan...hahahaha....

Azmy Alatas: Wes mandek po? Segini tok komennya...

Azmy Alatas: Ga kebaca komen dari Sinar Agama nya...maklum diblokir...

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=864521530265484&set=a.427089434008698.120077.100001229357851&type=1&comment_id=867817996602504&offset=0&total_comments=87



Bahasan Artikel lainnya:
====================

Apakah Nabi Saw Mewariskan Sistem atau Format Tertentu tentang Kepemimpinan?

8. Apakah Nabi Saw Mewariskan Sistem atau Format Tertentu tentang Kepemimpinan?

Anggelia Sulqani Zahra: TERNYATA AGAMA YANG DI BAWA OLEH NABI MUHAMMAD SAW TIDAK LENGKAP KARENA TIDAK MENJELASKAN SISTEM ATAU FORMAT SISTEM KEPEMIMPINAN SOSIAL KENEGARAAN

Setidaknya begitu yang termuat dalam buku Syi’ah Menurut Syi’ah oleh Tim Penulis Ahlulbayt Indonesia

Halaman 353 :

Apakah Nabi Saw mewariskan sistem atau format tertentu tentang kepemimpinan? Ada dua jawaban, ya dan tidak. Ya bila yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan keagamaan. Tidak, bila yang dimaksud adalah sistem kepemimpinan sosial kenegaraan... — bersama Bande Husein Kalisatti, Sinar Agama, Hendy Laisa dan Firdaus Said.

Makku Waru Datoe: Justru saya memahami, disitu letak kesempurnaan dan lengkapnya... karena TUHAN dan NABI-NYA memberikan sebuah kemerdekaan pada hamba dan umatnya sebagai tugas khalifatullah di muka

Azmy Alatas: Sistem bernegaranya bernama apa?

Deddy Prihambudi: Iya ya... apa ya ?

Mohammad Tito: Wah..

Irsan Fadlullah Al Hajj: Tauhid dan syirik beda-beda tipis. Orang suci dan orang gila ... beda-beda tipis.

Syi’ah dan khawarij...... ?

Makku Waru Datoe: Susah memahami sebuah keyakinan yang absolud ketika hati dan pikirannya terlebih dahulu menolaknya untuk dipahami.

Amrillah Rizki: Mending baca buku teknik ada manfaatnya.

A-aharto Sowetenan: Yang memahami Islam itu belom sempurna waktu ditinggal Nabi saw, berarti dia telah menolak ayat “ Din”...Surat Al-Maidah ayat 3...manalah mungkin Nabi saw meninggalkan umat tanpa kesempurnaan... kalau ada permasalahan politik....yaaa itu biasa....setiap pergerakan pasti ada jalur berbelok... walaupun hanya setitik...

A-aharto Sowetenan: Memang... kalau di daras, sepeninggal Rasul saw tidak jelas arah politik umat, karena ada yang setuju ala demokratis ada juga yang memakai sistem ketetapan, jadi pada cara kepolitikan, sepeninggal Rasul saw tidak memiliki jalur yang pasti yang bisa dipertanggung jawabkan.... karena hal inilah sehingga tidak bisa dipastikan bentuk kepolitikannya...

Neo Hiriz: Angelia, kamu kenapa mesti mengumbar yang beginian di fb? Tidak puaskah anda dengan keributan dan caci makian di antara AB?

Anhy Al Adzra: Saran, sebaiknya mbak Anggelia buat bedah buku saja berkenaan dengan buku ini. Mengundang penulis untuk berdialog apa maksud dari setiap tulisannya. Saya rasa itu lebih ilmiah dibandingkan mengkritisi dengan kalimat-kalimat yang hanya menimbulkan “pertikaian”. Bisa saja tafsiran pembaca berbeda dengan tafsiran penulis.

Azmy Alatas: Mungkin sistem bernegaranya bernama: theo fasisme, theo liberalism, atau..theo anarkisme.. Kalau di Iran sekarang ya theo konstitusi,..theo democratik. Kalau menurut nabi itu sistemnya opo yo?

Idea Abdul Majid: Pembahasannya tinggi eui..

Rudi Suwandi: Tanya yuuk ke yang mengkritik dan yang dikritik. Marja keduanya siapa???????? Kalau marjanya sama, ya ikutin apa kata marja...

Azmy Alatas: Wilayatul faqih yang sedang berjalan di Iran ini pun bagian dari fase proses menuju wilayatul faqih mutlak..

Lagian Islam kagak kenal sistem negara, yang membagi-bagi kekuasaan dengan landasan material... Islam menyusun dengan landasan keadilan dan kesamarataan...maka pasti bentuknya bukan negara.

Rudi Suwandi: No comment kalau intinya...maklum bukan pakarnya...aku masih kelas mukalid...

Idea Abdul Majid: Padahal simple bingits, ibarat sayur bening tanpa garam jadinya.. HeHeHeHe

Daris Asgar: Allohuma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum

Satria Pmlg: ULIL AMRI pemimpin agama apa negara,,? Vertikal apa horisontal,,? Sama halnya syariat Islam,, itu untuk yang bernegara apa yang beragama,,? Hehehe mumeti.

Pejuang Cinta: Halo adik anggel.... semoga bahagia selalu.

Pejuang Cinta: Topik pembahasan kepemimpinan Islam itu menarik,,, menurut prespektif Anggel kepemimpinan sosial yang ideal itu seperti apa ?

Kiki Overloadpro: Yang buat status udah keliatan tendesius, penggunaan capslok di awal dan metode kritik yang tekstual ga bisa masuk pembahasan buku itu yang menggunakan basis epistemologi rational filosofis, kali kritik nya dikembalikan ke dalil teks maka apakah teks yang diterima pemahaman nya sudah mutlak, dimana fungsi kerja akal kalau gitu, nabi menyempurnakan agama pada level iman, sedangkan wilayah amal kita yang identifikasi sendiri sesuai dengan kapan dan dimana, alquran tidak menafikan bangsa-bangsa, imam zaman justru lah sebagai konfirmasi kesempurnaan, sebelum imam yang mutlak ada, pada level relatif sitiap manusia memaksimalkan potensi akalnya dalam membangun peradaban.

Pejuang Cinta: Wow... penjelasan yang panjang dengan gaya bahasa yang rada intelektual, membuat kening sedikit berkerut,, mencoba memahami kata demi kata,,, sepertinya penting untuk menyederhanakan penjelasanya bro kiki.

Pejuang Cinta: Pertama: Nabi bukan hanya menyempurnakan agama pada level iman, tapi menjangkau seluruh dimensi kehidupan seperti akhlak dan cinta.

Pejuang Cinta: Kedua: Wilayah amal itu adalah konteks pribadi yang setiap orang bebas memilih jalannya... dalam hal ini tidak terkait dengan topik kepemimpinan sosial.

Pejuang Cinta: Ketiga: Perlu diperjelas makna kata imam zaman sebagai “konfirmasi” Kesempurnaan.

Pejuang Cinta: Yang ke empat: Pada level “relatif” setiap manusia memaksimalkan potensi akalnya dalam membangun peradaban,,, mungkin yang dimaksud relatif disini adalah subyektif kali yah.

Kiki Overloadpro: Pejuang, nabi menyempurnakan agama pada 2 dimensi, pada dimensi iman dan ajaran semua sudah sempurna tapi ternyata tidak berhenti pada nabi semua manusia juga sempurna, perlu proses manusia untuk bisa meyempurna, maknya setiap zaman ada imam sebagai perpanjangan kesucian nabi, tapi manusia yang tidak berinteraksi langsung dengan nabi dan imam, tentu manusia harus bisa menggunakan akalnya untuk memahami sumber keimanan, pada proses pemahaman ini setiap orang bisa berbeda, bisa salah, dan saat manusia terikat dengan kesepakatan sosial seperti berbangsa dan bernegara tentu tidak bisa memaksakan kehendaknya, karna tiap-tiap tempat akan menjalankan kehendak Orang di daerah itu yang disepakati baik, kita yang memaksakan diri dengan pendapat kita di lingkungan majemuk akan merusak tatanan sosial, jadi secara bijak dan rasional adalah kita tetap pada level iman wajib sama dengan apa yang diajarkan nabi, baik spiritual maupun ahlak, tapi pada saat kita berada dimana kita harus bisa menempatkan diri pada kesepakatan-kesepakatan sosial dimana kita berada, konsep negara adalah kesepakatan sosial demi kebaikan orang didalamnya yang telah dibangun juga atas kehendak orang-orang didalamnya dengan beragam cara pandang yang dianggap baik, saat kita berada didalamnya pun kita otomatis terikat dengan aturan-aturan itu, dan disitulah wilayah amal kita selama tidak bertentangan dengan iman, wilayah amal kita boleh berbeda.

Pejuang Cinta: Yang diatur oleh negara apakah wilayah sosial atau wilayah privasi ? Bagaimana negara mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dan kelompok yang majemuk....

Pejuang Cinta: Kalau benar konsep negara adalah kesepakatan sosial, apakah negara mampu mengantarkan setiap individu menuju nilai kemanusiaan ?

Pejuang Cinta: Terlalu banyak kepentingan.

Azmy Alatas: Kagak ada sistem bernegara dalam Islam! Coba noh sinar jaya supaya buktikan..

Pejuang Cinta: Dan sekarang kita sedang membicarakan kepemimpinan yang ideal.

Pejuang Cinta: Azmy: jadi kita ganti aja negara republik Indonesia, menjadi republik Islam Indonesia.

Azmy Alatas: Pejuang Cinta, kok baru dibicarakan, tapi sudah menyalahkan isi buku? Anggelia Sulqani Zahra panggil noh supir bis. sinaar jaya.. Ayo taruhan kalau rasul menetap kan sistem bernegara yang pakem!?

Sistem WF aja mengalami perkembangan, kagak pakem.

Azmy Alatas: Pejuang Cinta, amit-amit dah!

Azmy Alatas: Kalau menurut geng sinar jaya lah mungkin harus jadi republik Islam Indonesia... Amit-amit dah...

Kiki Overloadpro: Yang diatur oleh negara apakah wilayah sosial atau wilayah privasi? Bagaimana negara mampu mengakomodir setiap kepentingan individu dan kelompok yang majemuk....

Negara mengatur rakyat yang ada didalamnya dalam urusan hukum positif dan negara dibangun atas kontrak sosial yang sudah disepakati oleh generasi awal yang membangun negara, negara tidak itu urusan dengan kelompok atau personal dan tidak urusan dengan aspek batin atau iman, coba belajar lagi deh konsep negara.

Kiki Overloadpro: Kalau benar konsep negara adalah kesepakatan sosial, apakah negara mampu mengantarkan setiap individu menuju nilai kemanusiaan?

Pertanyaan “kalau benar negara....” ini berarti ente belum memahami apa itu negara, dan ente makin parah penalarannya bahwa negara akan menghantarkan manusia menuju kemanusiaan, negara hanya menetapkan hukum-hukum positif yang disepakati akan membawa rakyatnya menuju kebaikan, apakah menjadi mutlak akan baik itu masalah individu masing-masing, negara ga urusan dengan kehendak dan keputusan jiwa setiap orang, negara hanya menyatakan kalau ga setuju dengan hukum keluar dari negara ini, tapi kalau mau membenahi negara ini dengan hukum yang lebih baik ada referendum, dan ini wilayah horizontal ga hubungan dengan keimanan.

Pejuang Cinta: Sepertinya ada yang mau mengusir dari negara ini hanya karena tidak paham tentang konsep negara....

Kiki Overloadpro: Dan sekarang kita sedang membicarakan kepemimpinan yang ideal. Ane mau tekankan bahwa kepemimpinan ideal adalah subjektif dan kepemimpinan faktual tidak niscaya adil, karena ada kepemimpinan yang dipilih manusia dalam konsep negara dan ada kepemimpinan yang di pilih Tuhan dalam konsep agama, memaksakan agama dalam negara adalah irational juga sebaliknya.

Kiki Overloadpro: Tidak setuju dengan negara dan dasar negara ini tidak pantas menjadi rakyatnya.

Pejuang Cinta: Begini bro kiki, anda kan paham tentang negara,,, diantara yang ada di sini, jadi kasih pemahaman biar kami juga bisa menjadi warga negara yang baik.

Kiki Overloadpro: Dasar negara adalah kontrak sosial yang dibangun dari berbagai agama ras dan kebudayaan, karena kesepakatan itulah negara ini terbentuk, setiap orang yang menjadi bagian dari negara ini setuju atau tidak akan terikat dengan dasar-dasar negara.

Pejuang Cinta: Apa tujuan dari terbentuknya negara ?

Kiki Overloadpro: Apa tujuan dari terbentuknya negara ? Pertanyaannya sudah di luar konteks jadi ini terakhir ane jawab, terlalu banyak pr ente untuk belajar persoalan yang akan dibahas karna tidak punya epistemologi filosofis, tujuan negara adalah mensejahterakan rakyatnya dan membangun bersama dari beragam perbedaan menjadi sebuah persatuan yang kuat untuk orang-orang yang berada didalamnya

Kiki Overloadpro:Ente harusnya menyelesaikan permasalahan mayor, bukan bertanya hal minor yang tidak menyelesaikan persoalan, ane udah jawab semua yang ente perlu tanya.

Pejuang Cinta: Bro kiki anda itu punya ilmu tapi rasa sombong dan bangga diri itu telah menutup cahaya ilmu itu dari dirimu,,, merasa lebih baik dari orang lain itu akan membuatmu terhina di mata Tuhan.

Pejuang Cinta: Saya memang awam dan tidak mengerti dengan bahasa filsafat,,, tapi pengetahuan yang anda miliki itu jauh lebih buruk bagi anda karena telah menjadikanmu berbangga diri dan melihat orang lain itu “bodoh” dan tak punya pengetahuan seperti anda.

Pejuang Cinta: Kalau saya mungkin tidak layak menjadi warga negara yang baik karena minim pengetahuan, maka anda mungkin tidak layak menjadi manusia yang bijak karena pengetahuan yang membuat dirimu sombong.

Kiki Overloadpro: Bukannya ente yang dari awal merasa lebih tau, dan standar pengetahuan ente tetapkan dengan apa yang di konsep ente, kok jadi dibalik, yang ane bahas objek permasalahan bukan subjek yang bermasalah, apakah akhlak menyelesaikan persoalan keilmuan dengan menghakimi pribadi subjek, ane rasa ga elegan dan kurang etis.

Pejuang Cinta: Bedakan antara mengkritik dan memberikan predikat atau menilai seseorang,,,, silahkan baca komen saya dari awal.... saya tidak pernah menyebut orang tidak punya epistemologi filosofis,,, tidak paham dan makin parah penalaran anda.

Pejuang Cinta: Sedikit saja anda bijak maka anda akan melihat cahaya ilmu itu menerangi hati anda.

Kiki Overloadpro: Justru ini dalam ranah pengetahuan, ane kritik ente tidak niscaya berarti ane dalam kesombongan, ini pembahasan sistematika ilmu, tolong ente juga bijak, ga ada korelasinya dengan kesombongan, makanya ente buka diri, dan jiwa besar, boleh kritik asal mau di kritik, so simple bro.

Achmad Khisnurrobbie: Gak suka SMS-an bisa BBM atau WA khan ? Wew.

Baginda Raja Gorga II: Namanya sistem Teokrasi transdental politis akademisi praktis menganulir sinyalemen birokrasi faktual terafiliasi materi energi ruang waktu yang berdampak sumir mengkerucut dari analisa logika akal yang menimbulkan asumsi bermetamorfosis ganda yang melahirkan teori konspirasi hati....! Dah faham kan semua maksudnya..?

Hehehe,,,ginilah simplenya: dari sekitar 4000 murid Imam Ja’far Shadiq as, mayoritas mereka pengen jadi rujukkan atau di anggap alim seperti Imam Ja’far as. Contoh nya murid yang bernama Nu’man yang paling pengen, permasalahannya ilmu belum sampek (cukup), makanya jadi acakkudut alias kacau balau. Tapi untuk diskusi sama tetangga sebelah dah paten kali kita nih. Jadi kita jangan pesimis karena “ketemu gede “ sama kebenaran ini, beda sama yang di Qum dan Najaf yang dari dalam perut udah di kader sama orrang tuanya dari masalah makanan, bahasa, tingkah laku, dan sebagainya.

Jadi kesimpulan sementara kita cobalah berjiwa besar & open minded.

Jangan gara-gara pengen jadi rujukkan dan dianggap alim nanti berkembang pulak menjadi.....Syi’ah Hanafi-Syi’ah Maliki-Syi’ah Syafi’i dan Syi’ah Hambali..hehe peace...! Afuuaann yaa...samlekom....?

Sinar Agama: Salam dan terimaksih tag-annya:

Salam dan terimaksih tag-annya. Tanpa membaca komentar-komentar di atas:

  • 1- Dari awal dada ini mau pecah kalau membaca buku tersebut. Wallaahi di tempat seperti yang antum kutip itu, sama sekali jauh dari penulisan seorang yang mengaku muslim sekalipun, apalagi Syi’ah.
  • 2- Tidak heran kalau saya katakan bahwa semua muslimin bersepakat bahwa agama Islam itu adalah agama yang sempurna dan tidak meluputkan sesuatu apapun. Muslimin Sunni atau, apalagi Syi’ah.
  • 3- Kalau di Syi’ah analogi hukum diharamkan, alasannya hanya satu. Yaitu, kalau menganalogikan atau meminjam hukum untuk sesuatu yang diyakini belum dihukumi oleh Islam (Allah), maka berarti telah mengingkari kesempurnaan dan kelengkapan agama.
  • 4- Mengingkari kesempurnaan agama, sungguh kesombongan yang tiada tara. Karena Allah dengan ayat muhkamaatNya di QS: 5:3 berfirman:
  1. الْيـَْوَمأَْكَمْل ُتلَُكْمدينَُكْم َوأَتَْمْم ُت َعلَْيُكْمنْعَمتي َوَرضي ُتلَُكُماْلإْسَلاَمدينًا
“Sekarang TELAH KUSEMPURNAKAN AGAMA kalian dan TELAH KULENGKAPI NIKMAT-NIKMATKU dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.”

  • 5- Saya tidak mau berkata pengingkarnya sudah keluar dari Islam. Akan tetapi, bisa dikata meyakinkan, adalah sombong dan tajarri pada Tuhan. Setidaknya, dalam tulisannya.
  • 6- Pemisahan politik dari Islam adalah pekerjaan para khalifah yang tidak ditunjuk Tuhan dan tidak ikut ajaran Tuhan. Karena itu, menjadikannya urusan ijtihadiah.
  • 7- Dalam Syi’ah, wajib hukumnya mengimani bahwa agama ini sudah mengajarkan semuanya termasuk kenegaraan dalam sejuta corak ragam budaya dan waktu serta kondisi yang dihadapinya. Misalnya:
    • a- Semua wajib mengikuti ajaran Tuhan dalam menata kehidupan pribadi, keluarga atau bernegara dan berinteraksi dengan agama dan negara lainnya.
    • b- Pucuk pimpinannya, wajib seorang makshum, baik dekat atau jauh, baik hadir atau ghaib.
    • c- Alasan makshumnya jelas di samping harus dijamin benar dalam ilmu dan amalnya, hingga benar-benar diyakini jujur dan benar dalam segala keputusannya seperti pada masa Nabi saww, juga dikarenakan yang tidak Makshum as, tidak akan memahami Qur an secara penuh hingga dapat mengatur segalanya sesuai dengan hukum Tuhan, terutama terhadap benda-benda atau hal-hal yang baru yang muncul di masyarakat sampai hari kiamat.
    • d- Ketika imam jauh atau ghaib, maka gantinya adalah marja’ yang paling a’lam sebagaimana diperintahkan mereka para Makshumin as sendiri. Itulah mengapa Rahbar hf menfatwakan bahwa yang tidak percaya pada wali faqih mutlak, asal dia mujtahid yang pendapatnya tidak mewajibkan dan/atau dia taqlid pada mujtahid yang beda ini, maka tidak menyebabkannya menjadi murtad dari agama. Itu tandanya, minimal, sangat mungkin bagi yang tidak mempercayainya yang tidak mujtahid dan berpandangan beda atau bagi yang tidak taqlid pada mujtahid yang beda pandangan itu, menjadi murtad dari islam. Ingat, saya katakan sangat mungkin. Tidak memastikan. Anda bisa mengiranya sendiri.
    • e- Alasan kemungkinan murtadnya (kalau tidak boleh dikata kemurtadannya) bagi yang Syi’ah dan menolak wali faqih mutlak ini, karena merupakan bagian terang dan gamblang dari agama. Yakni kepemimpinan dan wilayah Tuhan, yang disalurkan kepada Nabi saww, lalu kepada imam Makshum as, lalu kepada wakil-wakil mereka, untuk melindungi umat dari kesesatan, kerusakan, ketidakadilan dan kezhaliman. Karena itulah, mengingkari wali faqih, sama dengan mengingkari yang diwakili dan yang menunjuknya sebagai wakil, yaitu imam. Dan mengingkari imam Makshum (bagi yang sudah mendengar penjelasan benarnya dan mengakuinya dalam hati) adalah sama dengan mengingkari Nabi saww. Begitu seterusnya sampai kepada Allah. Kalau mengingkari satu hukum wajib shalat saja sudah dihukumi kafir dan najis (sesuai fatwa para marja’), apalagi pemimpin umat yang urusannya, jauh lebih besar dari shalat yang berdimensikan pribadi. Pemimpin, adalah penentu Islam tidaknya masyarakat, adil tidaknya masyarakat, mati hidupnya masyarakat, zhalim tidaknya masyarakat, shalat tidaknya masyarakat, jilbab tidaknya masyarakat, haji tidaknya masyarakat, Islam tidaknya hukum negara....dan seterusnya.
    • f- Jangan dikira, kalau menerima wali faqih lalu boleh memaksakan negara Islam di setiap tempat. Karena para nabi as dan imam Makshum as saja, tidak pernah memaksakannya. Semua itu, tergantung umat, apakah mau menerima hukum Tuhan atau tidak dalam segala aspek kehidupannya.
    • g- Tapi ingat, ketidakpemaksaan para nabi as dan imam as serta para marja’, terhadap suatu negara agama Tuhan, bukan berarti Tuhan tidak mengajarkan sistemnya dan tidak mewajibkan pengimanan dan pengamalan terhadapnya. Jadi, semua sudah tersedia dan hanya manusialah yang mesti menentukan pilihannya sendiri.
    • h- Kalau masyarakat tidak memilih Islam, seperti negara Islam atau pemimpin dari nabi atau imam Makshum as atau wali faqih, maka Tuhan, para nabi as, para imam Makshum as dan para marja’ wali faqih, tidak akan pernah memaksanya.
    • i- Nah, ketika masyarakat tidak dipaksa, maka Islam yang kaya, memiliki ajaran lain dan hukum lain, menghadapinya. Persis seperti ketika memberi hukum halalnya babi bagi orang yang tidak memiliki apapun yang bisa dimakan untuk mempertahankan kehidupannya. Artinya, Islam itu berlapis. Artinya, Islam itu bukan hanya memiliki sistem kenegaraan dan pengaturan yang lengkap dan sempurna, melainkan bahkan memiliki gradasi-gradasinya. Jadi, para nabi as, pada imam Makshum as, para marja’ wali faqih dan muslimin yang taqwa, ketika melihat umat tidak menerima negara Tuhan, maka mereka akan memilih sistem politik lapisan ke dua. Kalau yang ke dua ini juga tidak diterima umat, maka yang ke tiga. Begitu seterusnya. Hal-hal yang bersifat gradasi ini, yakni dari tatanan dan sistem Negara Islam, dari sejak paling wajibnya, sampai pada yang daruratnya, tidak akan dipahami kecuali oleh para nabi as, imam Makshum as dan para marja’. Itulah mengapa merupakan suatu kesombongan, manakala ada orang yang tidak menyentuh jemari kaki ijtihad saja, sudah berteriak-teriak bak nabi utusan Tuhan. Terlalu naif ketika tatanan negara Tuhan itu bahkan bergradasi dan kaya, dari yang sesuai dengan penerimaan atau kedaruratan walau berlapis sejuta keadaan, dikatakan tidak memiliki sistem yang jelas mengenainya. Wallaahi, kita semua akan menjadi saksi pernyataan ini kelak di akhirat, kalau tidak ditaubati.
    • j- Kalau saya mengatakan bahwa Rahbar hf itu adalah rahmat bagi semua muslimin di semua negara, karena semua bisa merujuk kepada beliau hf dalam segala gradasi kenegaraIslaman yang ada dalam fikih dan hukum Tuhan.
    • k- Supaya tidak salah paham, yang saya maksudkan dengan gradasi dalam kenegaraIslaman, adalah penyikapan bernegara yang diatur Islam walau dalam sistem anti Islam sekalipun (kalau menjadi pilihan umat). Dimana asasnya adalah tidak memaksa umat dan mempertahankan mereka dari kehancuran yang lebih fatal dari gradasi berikut dan berikutnya.
    • l- Misalnya Pancasila. Walaupun ia bukan sistem Islam, akan tetapi bisa saja umat muslim dan Syi’ah wajib menerimanya. Misalnya kalau terjadi kondisi apabila tidak menerimanya, bisa menyebabkan mudharat yang lebih besar seperti hilangnya agama atau terbantainya semua muslimin. Apalagi sekali lagi, dari awal Islam memang tidak mau dan mengharamkan pemaksakan kehendaknya pada siapapun. Ini hukum dunianya. Dan di akhirat, Allah memiliki hukumNya sendiri.
    • m- Saya teramat heran pada orang yang mau saja dibodoh-bodohi dengan diperntentangkannya Syi’ah dengan Pancasila dan NKRI atau subversif. Dari mana itu semua? Emangnya tidak melihat bagaimana Nabi saww berdamai dan menerima secara politis Islam yang berkeadaan darurat, seperti pemerintahan kerajaan Habasyah, kondisi sosial-politik Makkah dan Madinah. Di Madinah itu, bahkan perdamaiannya adalah berteman dengan temannya teman dan perang dengan lawannya teman. Teman yang dimaksukan di sini adalah kafirin seperti Yahudi. Nabi saww tidak pernah memerangi siapapun, kecuali diperangi. Atau maksimal, kalau dihalangi dakwahnya. Tapi kalau tidak dihalangi, maka tidak ada aturan dalam Islam untuk memerangi suatu negara hanya karena kekafirannya atau apalagi muslim yang tidak bersistem Islam.
    • n- Karena itu, ikutlah Tuhan melalui NabiNya saww, imam MakshumNya as dan para marja’ wali faqihNya, baik dalam negara Islam yang utama, atau dalam sosial yang berkedaruratan. Jangan mengarang sendiri konsep persatuan, kalau tidak pernah menjamah kaki ijtihad sekalipun. Takutlah kepada Allah dan khawatirlah pada akhirat yang tiap saat dapat mendatangi kita.
    • o- Saya menulis ini dalam keadaan lelah, semoga tidak merusak alur bahasannya dan semoga benar di hadapan dan diterimaNya, amin.

Firdaus Said: Ya Allah ... Menulis dalam keadaan lelah, tetapi sarat dengan dalil-dalil akal, dipenuhi dengan semangat negara Islam, dan penuh kebijaksanaan dalam melihat keadaan ummat’ sedikit tergambar mengapa imam Mahdi as harus ghaib.. Karena menunggu kesiapan ummat untuk mengikuti sistem pemerintahan Islam yang akan beliau terapkan, maka tugas para ulama berjuang membangun kesadaran umat agar dapat menerima/menyambut kepemimpinan beliau as dalam sebuah sistem pemerintahan Islam...

Semoga Allah memudahkan langkah para ulama, memberikan kesehatan dan kemuliaan disisinya sebagai pembantu-pembantu para Makshumah.. Teruntuk ustadz Sinar Agama, terimakasih dan semoga Ustadz dalam keadaan sehat dan dipanjangkan umur dan menjadi bagian dalam perjuangan menyambut kehadiran imam Mahdi as..

Kiki Overloadpro: @Sinar agama, agama memang sudah sempurna, tapi apakah tatanan kehidupan sudah disempurnakan atau proses menyempurna? Kalau menurut antum bahwa wajib bermekanisme Islam dalam bernegara dengan sistem islam yang hak, yang kalau tidak dengan itu berarti tidak mengikuti jalan yang benar, terlalu banyak contoh-contoh yang kontradiksi dengan yang ada pada pemahaman antum, bagaimana imam Ali saat khalifah bukan pada dirinya, berarti imam Ali keluar dari prinsip-prinsip kesempurnaan islam kalau merujuk yang antum konsepsikan, bagaimana para ulama baik saudara suni dan Syi’ah saat pemimpin negaranya non muslim atau bukan negara islam, bahkan seluruh umat muslim pada saat dibawah naungan khilafah dinasti umayah, abasiyah, ustmaniyah, apa itu bisa disebut sudah sempurna? Please deh, ana juga paham kalau apa yang terjadi tidak seperti apa yang semestinya, islam sudah sempurna pada semestinya, tapi islam yang terjadi belum layak dibilang sempurna, coba antum sebutkan sistem islam dimana yang sudah sempurna?

Di zaman nabi masih ada penghianatan, padahal sudah sempurna, sampe hari ini mungkin Iran yang kita anggap mendekati sempurna pun masih ada saja kekurangan pastinya, jadi ana rasa terlalu naif mengatakan apa yang terjadi sudah sempurna, meskipun ana dan siapapun yang muslim juga pasti sepakat bahwa islam yang semestinya sudah sempurna

Anggelia Sulqani Zahra: Alhamdulillah terima kasih banyak ustadz atas komentar dan penjelasannya...

Ricky Zen Pulungan: Ketidaksempurnaan dalam implementasi bukan berarti sistem yang tidak sempurna atau tidak memiliki sistem yang sempurna.

Singgih Djoko Pitono: Islam sudah sempurna...Kesempurnaan Islam itu diterjemahkan oleh Imam Ali as disetiap tindakan beliau seterusnya oleh imam-imam yang telah dikehendaki Allah... Masih sangsi? Apa bedanya dengan penoreh sejarah kekhilafahan yang berkelindan dan berakhir dengan dinasti ustmany itu... kalau masih sangsi...

Sinar Agama: @Kiki, sepertinya antum sama sekali tidak membaca tulisanku he he...

Demi Allah, kalau tidak semalam habis menulis (menjelang tidur) atau tadi pagi yang bangun dengan hanya tidur sekitar dua setengah jam, teringat satu masalah yang baik untuk jadi pelengkap dalil. Yaitu:

“Bahwa para imam Makshum hidup dalam berbagai tirani (dilihat dari kacamata imamah). Karena itu, masih kurang kayakah Islam ini memberi jalan keluar politik dalam kehidupan manusia. Apalagi kalau ditambah dengan sirah atau contoh hidup para ulama yang hidup dalam kurun waktu seribu empat ratusan tahun lebih.

Emangnya Islam ala Ahlulbait as itu sudah ada dari awal keIslaman sepeninggal Nabi saww, kecuali pada sedikit masa imam Ali as dan imam Hasan as. Emangnya negara Islam itu sudah ada sebelum negara Islam Iran? Lalu apakah mereka semua itu, yakni para ulama dan imam Makshum as, tidak hidup dalam tatanan politik Islam hingga dikatakan bahwa Islam tidak mengatur tatanan politik.”

Sekarang setelah saya pulang tugas dan duduk di depan komputer, terkejut dengan tulisan antum itu. Lah, kok bisa yang justru dalil ana itu, dikembalikan ke ana sendiri? Padahal dalil di atas yang baru ana tulis itu, hanya pelengkapnya saja. Lah, kok bisa tulisan sejelas itu tidak antum pahami? Karena itu, baiknya antum baca dengan baik, tapi kosongkan dulu diri antum dari pikiran antum. Sebab sepertinya dari kemarin, antum menulisnya itu-itu saja. Tentu saya tidak menyempatkan membaca semua tulisan antum yang diskusi dengan teman-teman.

Kosongkan dulu pikiran antum dan baca sekali lagi atau dua kali lagi. Berusahalah memahami tulisanku itu, ala aku. Nah, setelah paham apa yang ana maksudkan, baru antum protes kalau antum tidak setuju.

Yang antum tulis itu, jauh dari ana. Karena justru bukti sejarah itulah yang ana jadikan dalil untuk menggradasikan amaliah politik Islam yang dalam keadaan darurat dan yang terlalu banyak gradasinya itu. Silahkan muthaala’ah lagi.

Sinar Agama: Kita bicara ajaran, orang lain bicara orang. Kan nggak klob blassshhh.

Kiki Overloadpro: @Sinar, ana rasa bukan hanya ana yang harus mengosongkan pikiran, tapi antum juga sama harus mengosongkan pikiran untuk menerima realita, karna standar konsep yang ada di kepala kita baik bersumber dari wahyu atau ajaran agama adalah belum tentu mutlak alias relatif, relatif disini dalam arti memerlukan relasi-relasi untuk menuju kemutlakan, realitas eksternal adalah kenyataan yang di alami setiap orang menuntut di bangunnya suatu kesepakatan sosial tanpa primodial agama dan idealisme yang dibawa masing-masing individu, makanya dibangunnya kontrak kebersamaan yang kita bilang negara tidak ada hubungannya dengan keyakinan dan idealisme kita pribadi, kalau kita cocok dengan kesepakatan sosial yang mana point utamanya sesuai dengan idealisme kita, maka kita bisa andil didalamnya, atau hanya beberapa point dan beberapa point belum tentu, apa kita tetap andil atau tidak itu pilihan kita masing-masing, contoh sederhana saat nabi membuat piagam Madinah, tidak sepenuhnya keinginan umat islam, tapi itu dibangun dari kontrak sosial bersama sehingga disepakati menjadi sistem pemerintahan di Madinah, yang didalamnya ada agama lain dan kebudayaan lain, kalau secara filosofis bisa dibagi kepemimpinan transenden atau imamah dan kepemimpinan imanen atau khalifah, yang pertama adalah yang semestinya tidak bisa dipilih manusia, karna ini penujukan Tuhan langsung, yang kedua adalah yang terjadi tidak dipilih

Tuhan langsung melainkan pemilihan umum manusia, yang kedua bisa baik bisa buruk karna tidak ada jaminan ketuhanan, standar memilihnya adalah rasional logis, yang pertama standar memilihnya adalah keimanan dan kebersihan hati (akal ontologis), misalnya di Libanon saat pemimpin negaranya bukan yang standar pemimpin dalam arti ideal, tapi secara rasional mau membangun negara dan bekerja sama dengan umat islam membangun negara, ini lah bangsa bangsa yang disebut dalam alquran, tidak mesti pemimpin itu islam atau mutlak benar, karna kehendak pilihannya di orang banyak, sedangkan pemimpin dalam arti ideal standarnya beda lagi islam saja bahkan tidak cukup, harus makshum, kalau secara ajaran kita berharap yang ideal adalah yang juga terjadi, permasalahannya kalau yang terjadi tidak seperti semestinya apa kita dengan ektrem mengubahnya, atau secara gradual membenahinya?

Sinar Agama: Kurasa tambahan pada jawaban di soalan sebelum ini, bagus juga dimuat di sini. Ini ana nukilkan:

Tambahan: Supaya teman-teman tidak mengira bahwa saya mengarang sendiri tentang pengajaran akidah Syi’ah tentang imamah itu, maka saya ambil dari satu kitab yang menjadi pelajaran dasar di hauzah, yaitu Baab Haadi ‘Asyr, karya ‘Allaamah Hillii. Perhatikan ketika menerangkan imamah:

{{ Definisi Imaamah: Pertama (definisinya) adalah KEPEMIMPINAN UMUM DALAM URUSAN-URUSAN AGAMA DAN DUNIA (politik dan semacamnya) DARI SESEORANG SEBAGAI WAKIL DARI NABI saww.

DAN IMAMAH INI ADALAH WAJIB SECARA AKAL, KARENA IMAMAH ADALAH LUTHFUN (merangsang kebaikan dan mempersulit keburukan) KARENA KITA TAHU BAHWA KALAU UMAT INI MEMILIKI PEMIMPIN YANG MEMBAWA KE JALAN LURUS DAN DITAATI, DIMANA MEMBELA YANG TERTINDAS DARI PENINDAS, DAN MENEKAN PENINDAS DARI PENINDASANNYA, MAKA HAL SEPERTI ITU JELAS LEBIH MENDEKATKAN KEPADA KEBAIKAN DAN MENJAUHKAN DARI KEBURUKAN. SEMENTARA LUTHFUN ITU ADALAH WAJIB DAN MESTI SEBAGAIMANA SUDAH DIBAHAS SEBELUMNYA. }}

Perhatikan definisi imamah dan salah satu dalil akalnya dari salah satu bab ushuuluddin yang bernama imamah ini.

Ajaran segamblang ini bukan hanya tidak dipahami dengan benar, akan tetapi malah dikatakan sebagai penggontok-gontokan. Wallaahi tajarri.

Sisi Lain:

Terlalu banyak rujukkan sehingga orang Syi’ah-pun malas membacanya dan hanya bisa mencari-cari kekurangan yang padahal islam itu agama yang lengkap, dan membuat hujah ini untuk menurunkan derajat rasulullah sehingga nantinya dia bisa menggunakannya untuk menjatuhkan kenabian rasulullah dan meninggikan derajat Ali ra sebagai Tuhan meraka dan Husein dan Hasan rodhiallohu ‘anhuma sebagai anak Tuhan, masyaAllah nau’dzubillahimin zalik, semoga Allah memberi hidayah kepada mereka semua dan menjadikan hidup meraka barokah tidak seperti para pedahulu mereka yang mati megenaskan dibakar oleh Ali ra. yang telah menganggap Ali ra sebagai tuhan, dan mati karna di perangi oleh solehudeen, karna harus menegakan kemerdekaan di Palestin, dia harus menghabiskan Syi’ah dulu karna mereka menyadari Syi’ah adalah musuh dalam selimut, yakni orang-orang munafik perusak agama islam dan penebar kepalsuan belaka.

Kiki Overloadpro: @Sinar agama, kalau imamah adalah kepemimpinan dalam arti ilahiah dan politik atau sosial juga itu adalah definisi yang idealnya secara ajaran agama Islam madzhab Syi’ah, bagaimana dengan konsep khilafah yang faktanya proses pengangkatannya dengan berbagai cara ada yang pemilihan umun, kudeta, pebunjukan khalifah sebelumnya, yang dalam sudut pandang Syi’ah bukan khalifah tapi imam Ali menerimanya secara sejarah, meskipun secara idealismenya tentu imam menolak, tapi sikap imam adalah sikap yang harus kita ikuti sebelum pemimpin yang makshum ada membangun pemerintahan politik, bagi kita di masyarakat yang majemuk dan plural seperti Indonesia atau Libanon mustahil menerapkan apa yang ideal menurut kita tanpa menghiraukan orang-orang yang berbeda dengan kita, disitu adalah wilayah amal yang terikat dengan kapan dan dimana kita berada, kalau kita memaksakan kehendak maka kita tidak beda dengan ekstremis islam lainnya, makanya perlu ada pembagian ideal dan faktual, transenden dan imanen sebagai konsekuansi logis penerapan wilayah amal dari apa yang kita imani, yang pasti dalam wilatah iman atau ideal setiap muslim khususnya Syi’ah sama dalam point utamanya.

Satria Langit: Taukan kalian ...comen dan balasan dalam masalah ini di catat rapi oleh wahaby tuk di bukukan.

Elok ZA: Nyimak aja.

Baginda Raja Gorga II: Tuu..khan..masuk tetangga yang jauh panggang dari api (ga nyambung bingitz comentnya). Udahan ya teman-teman,,,ga cian ma tetangga...?

Ga pa pa,,, malah sangat berterima kasih mereka mau mencatat dan membukukan,,,problemnya mereka ngerti apa enggak..??? Udah ya,,, entar ada waktu ketemuan aja di tempat yang di sepakati sambil ngopi-ngopi & makan gorengan.

Menyangkut masalah Theologi, Epistimology, Filsafat, Irfani, Science, dan sebagainya, bikin grup aja khusus alumni Qum & Najaf. Yang mayoritas pengikut AB aja masih flanga flongo termasuk saya,,,,,apalagi tetangga sebelah,,,,kacian khan,,,,!Please. deh. aah...???

Mailyuda Brata: Hari gini masih debat agama, lihat tuh di Libanon, pasukan Sunni bergabung dengan Hizbullah untuk menghadapi Israel.

Khommar Rudin:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Sinar Agama: @Kiki, antum ini nulis apa mas....mas.....???!!!! Mendingan kalau baca lalu komentar sekalipun nggak nyambung. Tapi ini, bukan hanya tidak nyambung, tapi betul-betul terlihat tidak membaca.

Sinar Agama: @Satrian, kita bersyukur kalau mereka juga ikut menyebarkan. Wong kitab Syi’ah ratusan ribu buku kok di depan kita dan para wahabi-wahabi itu. Syukur kalau wajabi juga mengingkatkan orang Syi’ah untuk tidak baca buku sms yang mengaku Syi’ah.

Sinar Agama: @Brat, emangnya di sana sudah ditutup kajian agama? Lah terus untuk apa perang atas nama agama mas???? Lagi pula, antum sedang ngapain sekarang???

Kiki Overloadpro: @Sinar Agama, ana baca sebelum ana koment, dimana letak predikasi ana yang invalid dalam menanggapi? Dimana kesalahan premis ana? Buku sms ini pun sudah ana baca dan ana kaji dari penulis langsung sebelum diterbitkan, antum kok tidak merespon dengan logika yang baik, tapi malah menghakimi, mana basis metodologinya?

Azmy Alatas: Nama sistem bernegaranya apa tooo??? Wilayatul faqih? Ato apa?

Azmy Alatas: Wes mandek po? Segini tok komennya...

Satria Pmlg: Fahami, konsepnya,,apa bila ada yang tidak cocok dengan konsep,,,,maka jangan salahkan konsepnya tapi salah kan pelakunya,,,,,Islam itu benar,,,jika yang beragama Islam melakukan kesalahan maka jangan mnyalahkan ajaran Islamnya tapi salahkan orang yang melakukan kesalahan,,,,

Azmy Alatas:Satria Pmlg, Enda usah diajari bab ngono kuwi...wes khatam dari zaman jebot....

Satria Pmlg: Ingat kawan ,,KESALAHAN ADALAH KEGAGALAN MEMAHAMI HUKUM ALLAH DAN MEMPRAKTEKKANYA,,,,,,ULIL AMRI adalah konsep ,,, yang harus kita fahami dan harus kita taati,,,jika kita gagal faham dan taat,,maka jangan salahkn ULIL AMRINYA,, tapi salahkan diri kita sendiri ,,,,mungkin ini maksud dari keterngan Ustadz SA,,

Satria Pmlg: Azmiy alatas, saya anggap kamu gagal memhami konsep,,,, jadi kurang legowo,,hehehe.

Azmy Alatas: Anggap saja demikian, saya gagal paham agar anda legowo...Satria Pmlg.

Azmy Alatas: Coba tolong copaskam komentar sinar jaya, saya tak bisa baca karena diblokir....

Azmy Alatas: Sistem bernegara ala Islam yang sempurna itu namanya sistem apa ya Mr. Satria Pmlg????

Azmy Alatas: @sinar agama: coba kalau berani buka blokirnya? Saya justru semakin ragu antum puluhan tahun di Iran di sana antum cari nyaman bukan belajar.

Azmy Alatas: Nek masalah sistem ideale ada yakni ada di dalam pikiran Imam Ali as yang harus ditafsir ulang dulu oleh para ulama.. yo ga perlu diajari... semuanya ya ngono kuwi..

Azmy Alatas: Sistem bernegara Islam yang diterapkan di Iran saat ini sudah mutlak, atau masih akan berubah menyempurna?

Satria Pmlg: Azmiy,,melasi temen diblokir,,,,hehehe,,,ikhlas dalam tolabul ilim akhiy,,,, jadi lebih adem,,,

Azmy Alatas: Biasa bae...

Satria Pmlg: Ya wes sing sabar,,,ya,,,,

Azmy Alatas: Lanjutkaaaannn.....

Hikmah Munirah: Diskusinya oke ilmiah sayang komentar Sinar Agama ke saudara kiki...ada yang kasar tuch ....udah mencela..kok sekaliber beliau..bisa kepancing komentar kasar ..menghujat ..kayak ogut aja nee..sabar men. .relax dulu...tarik nafas pelan-pelan otak boleh panas tapi hati tetap dingin.. btw diskusinya oke punya..saya menyimak dengan sangat..berbobot dan berisi banget.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Sorry bro.

Comment SA koq gak terbaca?

Hikmah Munirah: Ho..ho..ho.. jangan-jangan antum di blokir tuch pak Irsan Fadlullah Al Hajj.. .. kok jadi kayak jonru ya...anda bertanya jonru memblokir.

Irsan Fadlullah Al Hajj: Banggaaa nyaaa

Di blokir oleh seorang Marja

Hihihiiiiii

Mufida Rahma Laila: Buku SMS itu KIKI ada sumbangsihnya tho....

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=864580103592960&set=a.427089434008698.120077.100001229357851&type=1&comment_id=868691889848448&offset=0&total_comments=101




Artikel selanjutnya:
================

Selasa, 26 November 2019

Kontradiksi-Kontradiksi Isi Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

7. Kontradiksi-Kontradiksi Isi Buku Syi’ah Menurut Syi’ah

https://www.facebook.com/notes/teguh-ibnu-suhedi/kontradiksi2-isi-buku-syiah-menurut-syiah/10152635709793937


Anggelia Sulqani Zahra: Penolakan Hadis Ghadir Khum

Halaman 301 Tanggapan :

Begitu pula setelah pengankatan Abu Bakar yang berlangsung di Saqifah, Ali menolak memberikan baiat selama kurun waktu enam bulan dari pembaiatan Abu Bakar tersebut. Enam bulan adalah sebuah waktu yang cukup panjang. Dalam kurun waktu itu, Ali tak henti-hentinya membuktikan hak kewaliannya atas umat islam. Peristiwa ini dimuat di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah. (kemudian penulis mencantumkan beberapa kitab hadis tentang hak kekhalifaan imam Ali as ; ASZ)

halaman 302 :

Muhammad Abduh dalam kitab Nahjul Balaghah, Khutbah Nomor tiga, Dr. Subhi Shalih menahkik Kitab Nahj Al-Balaghah tentang surat imam Ali kepada Penduduk Mesir dan kepada Malik Al-Asytar.

Ibnu Qutaibah dalam Al-Imamah wa Al-Siyasah h. 20

Dengan demikian hujjah dan argumentasi Ali dengan hadits Al-Ghadir’ terhadap khalayak dalam menetapkan kekhalifaan dan kepemimpinan atas ummat, adalah adil dan kuat, bahwa maksud kata ‘maula’ dalam hadits Rasulullah Saw adalah keutamaan dalam bertindak dan berbuat dalam masalah-masalah umat dan kepemimpinan..

Sangat bertolak belakang dengan penjelasan dalam buku yang sama (“Syi’ah Menurut Syi’ah” Penulis Tim Ahlulbayt )

Pada Topik Epilog “Tafsir Rekonsiliatif tentang Kepemimpinan Setelah Nabi Halaman 345”
Dalam konteks Nabi sebagai pemimpin, terdapat dua fungsi, yaitu: kepemimpinan vertikal dan kepemimpinan hirisontal. Karena itu, person yang diyakini sebagai pengganti Nabi, mesti diperjelas apakah ia merupakan pengganti Nabi dalam konteks Vertikal ataukah horizontal. Dan Perbedaan Khalifah dan Imamah Point 6. Mekanisme Hal. 348 :’Ali Bin Abi Thalib diyakini sebagai imam dengan proses deklarasi pengangkatan oleh Nabi Saw saat di Ghadir Khum sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt dalam Alquran. Sementara Ali bin Abi Thalib memberikan baiatnya kepada Abu Bakar sebagai pemimpin masyarakat (Khalifah), karena tidak menganggapnya sebagai pemimpin umat. Baiat merupakan kontrak sosial politik. Karena itu pula, Syi’ah tidak mensyaratkan baiat untuk menjadi pengikut Ali (sebagai pemimpin umat). Dalam Syi’ah, baiat memang bukan syarat.

Sekian wassalam..

Khoirul Huda: Praktis agama dengan ritual sakit hati penuh cacian dan laknat dan yang keblinger mencaci maki orang yang sudah mati bisa masuk surga ‘surga-e mbahmu!

Azmy Alatas: Yaelah...kayak gitu aja kagak paham... Tafsir rekonsiliatif itu seolah mau bilang, “ ayo kita tatap keduanya (Syi’ah-Sunni), setelah membaca penjelasan tentang apa itu Syi’ah di depan”.

Makanya baca dari depan sampe belakang, karena buku tersebut berupa narasi, bukan bantah berbantah. Saling terkait dan punya alur.

Pahami tafsir rekonsiliatif sebagai pandangan kesalingpahaman Sunni-Syi’ah, bukan dakwaan kebenaran Syi’ah atas Sunni ataupun Sunni atas Syi’ah.

Neo Hiriz: Sebaiknya buku ini didiskusikan di kalangan terbatas....

Satria Langit: Ini di pestain oleh wahaby takfiri tau.

Azmy Alatas: @neo: biarin aja kita turuti mau nya genk sinar jaya...hehe..

Fahmi Husein: Kesalahannya dimana? Kalau cuman harus membawakan alur cerita secara detail (6 bulan yang lama bla bla bla) itu hak penulis mau detail atau tidak, kecuali ada bukti (riwayat) sebaliknya. Buktinya, Abu Bakar digantikan Umar lalu Usman ya Imam Ali as manut aja.

Fahmi Husein: Nampak sekali kan, kalian tukang pleset, menolak hadits ghadir, emang ada yang mengaku pengikut Ahlulbait as menolak hadits ghadir?? ABI selalu merayakan Idul Ghadir kok!!

Firdaus Said: Iya... Jelas sekali kontradiksinya...

Azmy Alatas: Menurut upin ipin ya kontradiktif...

Fahmi Husein: Iya... Jelas sekali kontradiksinya...

Firdaus Said: Hehehe.... Setidaknya saya faham kontradiksinya ....hehehe.

Fahmi Husein: Kalau saya faham upin ipin-nya, betul betul betul.

Sinar Agama: Salam dan terimakasih tag-annya.

Itu bukan kontradiksi, melainkan yang satu menafsirkan yang lainnya. Karena yang di halaman-halaman sebelumnya itu adalah mukaddimah bagi halaman-halaman berikutnya. Penjelasan normal, umum dan logisnya seperti ini:
  • a- Di halaman yang menerangkan bahwa imam Ali as membuktikan kebenaran hak beliau as, adalah membuktikan pengakuan imam Ali as. Bukan iman penulis.
  • b- Iman penulis yang saya maksud di sini, BUKAN IMAN DI DADA PENULIS, TAPI DI YANG TERTERA DI BUKU PENULIS.
  • c- Dan penulis, mau membuktikan bahwa dakwa imam Ali as itu ada dan dimuat di hadits-hadits Sunni.
  • d- Apalagi didukung oleh pernyataan penulis tentang Muhammad Abduh dan lain-lain-nya itu yang membenarkan bahwa hadits Ghadir Khum itu adalah benar dan menunjukkan pada makna maula yang berarti: “.....keutamaan dalam bertindak dan berbuat dalam masalah-masalah umat dan kepemimpinan..”.
  • e- Artinya, wahai saudara-saudara Sunni, akuilah bahwa imam Ali as itu lebih utama dari Abu Bakar.
  • f- Paling ekstrimnya, penyimpulan logis dari tulisan-tulisan itu adalah bahwa imam Ali as, adalah Pemimpin.
  • g- Nah, dari sejak atau sekitar halaman 345 itulah, maka kesesatan buku ini mulai unjuk gigi. iNGAT, saya tidak mau menilai orangnya yang barangkali beriman dan wali Allah. Itu urusan mereka. Saya hanya mau membahas tulisan bukunya yang dapat dipahami secara umum, logis dan tidak mengada-ada.
  • h- SAYA ULANGI BAHWA DARI PENULISAN SEBELUM HALAMAN 345 ITU ATAU SEKITARANNYA ITU, MAKSUD PENULIS YANG DAPAT DIPAHAMI SECARA UMUM HANYALAH BAHWA IMAM ALI as ITU ADALAH PEMIMPIN. TIDAK LEBIH TIDAK BUKAN. ARTINYA, BUKAN BERARTI ABU BAKAR TIDAK SYAH DENGAN PERNYATAAN IMAM ALI as ADALAH PEMIMPIN ITU.
  • i- Nah, ketika sampai pada penjelasan PEMIMPIN, penulis menjelaskan bahwa PEMIMPIN ITU ADA DUA FUNGSI, Vertikal dan Horisontal.
  • j- Dalam perjalanan penjelasannya itu, ia masih kadang menukil pandangan Syi’ah. Sudah tentu, dengan banyak hal yang kacau dalam tulisannya. Lihat komentar sebelumnya atau sebelum buku itu resmi terbit atau marak dibahas. Yaitu ketika ustadz ML menulisnya di fb pada 10 September. Dan saya baru menjawabnya pada tgl 25 Oktober lantaran diberitahu bahwa ada tulisan nyeleneh itu.
  • k- Kekacauan tulisannya, sudah saya bahas satu-satu di sana. Yang ingin tahu, silahkan merujuknya. Semakin terus menulis, penulis semakin menunjukkan kesesatannya. Ingat, kesesatan dalam tulisan. Saya tidak membahas orangnya, tapi tulisannya.
  • l- Bagi yang jeli, sudah tahu mau kemana. Sampai akhirnya, betul juga, kecongkakannya tidak ditutupinya lagi, yaitu dengan mencela para tokoh ulama Syi’ah dan Sunni, yang tidak memahami imamah dan khilafah ini. Karena imamah tidak mesti khalifah dan sebaliknya walau bisa saja bersamaan, yakni imam yang juga khalifah. Artinya, imam hanya vertikal dan khalifah adalah horisontal.
  • m- Artinya, apapun yang dinukil benar sebelumnya tentang Syi’ah itu (karena diantara nukilan-nukilan rancunya itu ada benarnya dan ada salahnya) bukan suatu yang benar bagi penulis. Karena itulah, di akhir tulisannya tersebut, yakni yang menyangkut imamah dan khilafah itu, semua ulama dihajarnya habis-habis dengan diolok sebagai GONTOK-GONTOKAN yang tentu karena mengajarkan bahwa imamah itu meliputi keduanya, vertikal dan horisontal. Karena bagi penulis, imamah itu hanya vertikal dan khilafah itu horisontal. Jadi, mengapa gontok-gontokan? Itu logika penulisnya. 
ITULAH MENGAPA SAYA SERING MENGATAKAN BAHWA PENULIS BUKAN HANYA MENCELA ULAMA SYI’AH DAN SUNNI (dalam tulisannya, bukan dalam hatinya yang saya jelas tidak mengetahuinya dan hal itu tidak kita bahas ketika membahas sebuah tulisan), MELAINKAN PARA IMAM MAKSHUM as ITU SENDIRI, YANG TELAH BERJUANG MEMBELA KEHORISONTALAN MEREKA as ITU SAMPAI MENGARBALA. DAN JUGA MENCELA NABI saww YANG TELAH MENGAJARKAN IMAMAH DAN TUHAN YANG MENGAJARKAN KEULILAMRIAN ITU. YAKNI MENCELA DENGAN GONTOK-GONTOKAN.
  • n- Saya tidak akan memperpanjangnya lagi di sini, dan hanya ingin mememberikan garis bawah pada Anggelia, bahwa tulisan-tulisan itu, bukan kontradiksi, tapi saling menafsirkan. YANG PERTAMA ADALAH PENUKILAN SYI’AH DIMANA HAL INI MASIH BERCAMPUR ANTARA BENAR DAN SALAHNYA DAN YANG BERIKUTNYA, MAKNA YANG SEBENARNYA YANG DIINGINKAN OLEH PENULIS. SEMENTARA YANG DIMAKSUKAN JUDUL BUKUNYA KAN SYI’AH MENURUT SYI’AH. INI YANG KITA KATAKAN MENYESATKAN. KARENA PENDAPAT SYI’AH JUSTRU DIHABISI SETELAH PENUKILAN ITU DAN BAHKAN DIOLOK SEBAGAI PENGGONTOK-GONTOKAN LANTARAN MENGAJARKAN TIDAK SEPERTI YANG DIPAHAMI PENULIS TENTANG KEVERTIKALAN IMAMAH DAN KEKHORISONTALAN KHALIFAH.
  • o- Penutup:Teman-teman yang ingin mendiskuikan buku sms itu secara tertutup, maka suruh tarik dulu buku itu dari peredaran. Tapi kalau masih belum ditarik dari umumnya masyarakat, dan itu hak mereka, maka merupakan hak setiap orang untuk membahasnya di medsos. Tidak usah bersembunyi di ketiak wahabi dan perpecahan umat. Karena yang tidak setuju kepada pembahasannya itulah dan apalagi dengan kata-kata penuh penilaian tanpa adu argumentasi itulah, yang sebenarnya perpecahan. Wassalam.
  • p- Tambahan: Teman-teman mesti tahu bahwa penamaan buku itu dengan SMS, bukan dinukilannya yang kadang disampaikan dengan benar dan kadang salah itu, akan tetapi di pendapat penulisnya. Karena maksud dari Syi’ah di buku itu, adalah penulisnya. Karena itulah, maka apapun hujatan kita kepada buku itu, bukan pada nukilannya yang kadang benar itu, akan tetapi pada pendapat penulisnya.
Dan ingat, bahwa kita membahas tulisannya sesuai dengan pemahaman uruf, logis dan tidak diada-ada. Bukan membahas apa dan siapa serta apa keyakinan penulis. Itu urusan batin mereka yang kelak akan dikeluarkan di akhirat sebagaimana dada kita semua.

Fahmi Husein: Wah Firdaus Said jenius berarti, langsung dapat melihat kontradiksinya yang Sinar Agama-pun menyatakan bukan kontradiksi.

Firdaus Said: Nggak sulit kok menerima kritikan.. Kenapa harus bertahan dengan pandangan yang tidak berdalil... Fahmi Husein mestinya antum kalau tidak melihat itu sebagai kontradiksi juga memberikan argumentasi sebagaimana yang dilakukan ustadz... Kan diskusinya tetap berada pada zona ilmiah...

Fahmi Husein: Kalau saya gak sejenius anda,, belum bisa mengatakan kontradiksi-atau tidak, di komen saya diatas malah menanyakan kesalahannya.

Sinar Agama: Fahmi, sayyid. Mengapa antum beberapa hari ini, seperti ini. Emangnya antum ini tidak gelisah seperti ana. Gelisah takut tidak diterima Allah?

Kalau tidak gelisah, yah... silahkan gunakan umur antum untuk hal-hal tak penting. Tapi kalau gelisah seperti saya, maka ayo diskusi yang benar. Pakai dalil dan sambil menangis kepada Allah meminta ampunan dan petunjuk.

Tapi ingat sayyid, harus baca dulu yang sebelumnya kalau mau diskusi, he he... hingga tidak dikhozak khoyal he he...afwan.

Firdaus Said: Alhamdulillah kalau antum jenius... Tidak usah kuatir.. Saya ini pengagum orang-orang jenius.. Kalau antum jenius maka saya juga pengagum antum ...

Fahmi Husein: Dapat kita lihat semua, yang ditanyakan halaman 301 & 302, dari keterangan Sinar Agama, tidak ada masalah (kesalahan ataupun kontradiksi), herannya beliau meloncat ke pembahasan halaman 345 yang isinya tidak ada diatas.. itu bukan “belepotan” namanya??? Jelas yang mau ngikuti pusing duluan..

Sinar Agama: @Firdaus, ahsantum. Semoga antum menulisnya dengan sesuai hati, hingga semangat itulah yang akan mengantar antum padaNya. Karena itu, antum bisa iringi dengan Demi Allah, supaya tambah mantep. Kalau tidak juga tidak masalah.

Sinar Agama: @Fahmi, marilah jangan main keras-kerasan bib. Kalau antum disuruh baca tulisan sebelumnya tidak mau karena tidak ada waktu, mengapa diskusi yang putus-putus seperti ini banyak waktu antum?

Firdaus Said: Iye ustadz insyaAllah.. Demi Allah tidak ada niatan sejak awal untuk melakukan ini hanya untuk gontok-gontok dan musuh-musuhan... InsyaAllah sejak dahulu dan insyaAllah ke depan kita di itrah institut.. Senantiasa menjaga silaturahmi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan IJABI dan ABI di Sulawesi Tengah...

Fahmi Husein: @Sinar, astaqfirullah al-adzim, afwan, tidakkah antum tahu dengan alfaqir yang selalu mengikuti bahkan seringkali bertanya kepada antum?? Antum alfaqir jadikan rujukan pertanyaan di fb ini. Tapi melihat hari-hari ini IIP yang provokasi dan antum ikut di dalamnya yang juga alfaqir udah ulang-ulang ketidaksetujuan alfaqir antum membahas person (ustadz) atau lembaga.. Mari, ana sangat berterima kasih atas diskusinya dan ajarannya, tapi jangan gunakan cara yang gak betul dong!!! Diskusi hanya isi buku ahlan wasahlan, bukan tau-tau gelambyar ke ustadz-ustadz, yang tau-tau di captur oleh Anggelia Sulqani Zahra, dengan olokannya!!! Jangan mengolok dan membiarkan pengolok di wall-wall kalian agar kalian juga tidak diolok-olok!!!

Sinar Agama: @Fahmi, itulah yang saya katakan antum ini khoyal bib. Sudah saya katakan bahwa diskusi ini sudah ada sejak oktober lalu. Dan tidak ada yang bahas orangnya. Kalau sebagian teman menyebut ustadz ML, karena dia yang memuatnya di fb ini. Itulah bib, baca yang sudah saya anjurkan itu.

Ya Allah.....jamaa’aahhhh la-at softoh, waktu ana tidak banyak. Sementara ana harus menerangkan apa-apa yang tidak dipahami atau yang tidak disetujui. Nah, kalau ngulang terus, muter terus, lalu apakah antum sudah membantu sesama, terutama alfakir ini yang banyak tugas menumpuk di pundak? Post ana bukan hanya di fb ini bib. Tapi masih banyak yang lainnya. Di fb ini saja, antum bisa lihat berapa puluh pertanyaan di dinding, baik status atau di kolom komentarnya. Apalagi kalau dicampur dengan inbox nya. Ini baru fb nya. Belum lagi yang lainnya. La-at pakai emosi.

Tidak ada gunanya. Hdh Faathimah as melihat kita semua. Dimana ana pernah bahas orang bib? Ana ini bahas isi buku dan tulisan. Ana ini sedang kepanggang bib. Kalau mau ikut diskusi, baca tulisan sebelumnya itu. Nanti antum nilai kita ini sudah keluar dari syariat atau tidak, kejam atau tidak, mengerikan atau tidak....dan seterusnya?

Fahmi Husein: Kita lihat diroom ini aja, bagaimana Firdaus Said, dengan entengnya bilang ‘jelas sekali kontradiksinya’, sebelum antum menjawabi, eh setelah antum menjawabi bukan ada kontradiksi, yang ana katakan jenius malah dibalik kepada ana, dan ujung-ujungnya.. dapat pujian dari antum. Hebatnya Akun Sinar Agama dengan ketua yayasan IIP.. ana acungi jempol, dengan terbalik.

Sinar Agama: @Fahmi, kalau Firdaus salah dalam memahami, dan aku yang benar, seandainya begitu di hadapan Allah, maka sms itu tambah parah bib. Lebih bagus Firdaus yang benar ketika mengatakan kontradiksi. Sebab bisa saja orang itu melakukan kontrasiksi tapi tanpa ada niatan apapun dan/atau kesalahan penulisan.

Lah, kalau ana yang benar, maka sungguh siapapun penulisnya, tulisannya itu, ingat tulisannya itu, sudah sejengkal dari kekufuran bib. Kalau ditambah pengingkaran pada wali fakih, maka tambah bahaya bib.

Fahmi Husein: Wallahi ana lihat dan baca dengan jelas bagaimana tanggapan antum terhadap ustadz ML. Ana tahu antum sibuk, jangan menyiksa diri. Tolong, sekali lagi tolong, jangan ikut dan terbawa ke pembahasan person atau lembaga. Ingatkan juga penanya bila udah keluar jalur, dan upayakan tidak perlu foto buku itu diulang-ulang upload dengan taq-taq, cukup dengan menanyakan halaman/isi yang perlu dibahas. Harap.. mohon.. dengan sangat, untuk kali ini aja alfaqir mau didengar sarannya.. demi ukhuwah, demi Ahlulbait as, khususnya demi Syd Fatimah as.. Ini kita sudah main api Allah. Doakan Firdaus yang benar, bukan ana.

Sinar Agama: @Fahmi, antum memohon kebalikan dari yang kita inginkan. Saya menganjurkan kepada teman-teman untuk selalu membahas buku itu, tapi dengan ilmiah. Supaya buku itu, pada akhirnya ditarik dari peredaran karena merugikan orang Syi’ah dan madzhab Syi’ah.

Jadi, ampunkan hamba. Karena saya sementara ini sudah sampai pada tingkat keyakinan, bahwa buku itu menyesatkan dan mesti ditarik dari peredaran karena akan membawa korban kesesatan yang terlalu banyak. Ana sudah nulis semuanya sebelum ini dimana antum tidak mau membacanya itu.

Ana hanya bisa dan selalu dari awal seperti itu, menganjurkan untuk tetap dengan bahasa ilmiah yang baik. Tanpa ejek mengejek. Itu saja bib. Kalau antum marja’ ana, sudah pasti ana akan ikuti anjuran antum. Tapi ana tahu dengan relatif bahwa marja’ tidak menginginkan seperti itu.

Tentu saja, marja’ tidak ingin melihat umat ini terpecah. Akan tetapi jalannya, bukan menutup pembahasan kita, tapi menarik buku yang menyesatkan Syi’ah yang atas nama Syi’ah itu. Ini yang ana pahami dari fatwa-fatwa marja’ dan aplikasi penggalangan persatuannya. Karena itu, sekalipun teman-teman atau kita- kita sendiri sudah benar sekalipun, akan tetapi kalau tidak dengan bahasa yang santun dan mengejek, maka bisa masuk dalam kategori perpecahan.

Jadi, menjaga persatuan itu bukan menarik protes terhadap yang diprotes, tapi bisa dengan menarik yang diprotes kalau yang diprotesnya salah secara gamblang. Jadi, yang membuat perpecahan itu bukan kami yang dirugikan ini, akan tetapi yang telah menyebarkan ketidakbenaran dan merugikan kita semua itu. Karena itu antum baca baik-baik diskusi sebelumnya. Kalau benar, maka ramai-ramai memohon, INGAT, MEMOHON kepada penerbit untuk menarik buku tersebut, bukan menyuruh diam kami dan semua orang.

Fahmi Husein: @Sinar, ana rasa antum dapat memahami kalimat ana dengan baik, tapi, apa karena antum ikut-ikut IIP atau IIP yang ikut antum dengan memplesetkan apa yang ana mohon dan harapkan. TIDAK ADA SEDIKITPUN SATU KATA/KALIMAT ANA UNTUK MENUTUP DISKUSI ATAU PEMBAHASAN ISI BUKU, ATAU MEMPROTESNYA!! Tapi antum bilang kebalikan...La haula wala quwwata illa billah.. silahkan dah lanjutkan..

Nampak sekali kok bagaimana rapuhnya hujjah antum untuk sikap, (SIKAP, BUKAN DISKUSI ILMIAH YAH, NTAR DIBELOKKAN LAGI), Ini adalah sikap pembenaran dan berandai-andai antum (hoyal teriak hoyal) ---->Fahmi, kalau Firdaus salah dalam memahami, dan aku yang benar, seandainya begitu di hadapan Allah, maka sms itu tambah parah bib.

Lebih bagus Firdaus yang benar ketika mengatakan kontradiksi. Sebab bisa saja orang itu melakukan kontrasiksi tapi tanpa ada niatan apapun dan/atau kesalahan penulisan.

Lah, kalau ana yang benar, maka sungguh siapapun penulisnya, tulisannya itu, ingat tulisannya itu, sudah sejengkal dari kekufuran bib. Kalau ditambah pengingkaran pada wali fakih, maka tambah bahaya bib.

Basu Dewa: Wah..rame juga disini... saya baru dapat kiriman dari kawan buku ini,.. jadi penasaran juga.. : judulnya sangat mengejutkan “SYI’AH MENURUT SYI’AH”...penulis TIM AHLUL BAIT INDONESIA. Artinya Buku ini ditulis oleh orang syi’h (Ahlul bait Indonesia) dan tentunya pasti mewakili SYI”AH kalau dilihat dari judul dan ditegaskan juga pada pengantarnya di point 5, buku SMS ini menjadi rujukan bagi Muslim Syi’ah dan siapa saja yang ingin memahami madzhab Syi’ah.

“APA IYA..??”...

Sinar Agama: @Fahmi, kalau ana salah dalam memahami antum atau menulis tentang antum bahwa antum meminta diskusi ini dihentikan di medsos, maka maafkan hamba. Yang lain-lainnya, saya rasa sudah jelas. Afwan.

Keongracun: Syi’ah menurut Syi’ah itu yang sekehendak hatinya dan se sesat-sesatnya hahaaaa.......

Gaģak Rimanģ: Basu Dewa, muslim Syi’ah ?? Sejak kapan Syi’ah jadi muslim ???

Meyo Yogurt: Saya belum baca bukunya tapi mungkin maksudnya begini, khalifah atau pengganti Nabi saw. , meliputi vertikal dan horizontal. Sedangkan kalau menurut Sunni, hanya horizontal saja. Buktinya AUU kalau menghadapi kasus fikih atau tafsir Al Qur’an sering membutuhkan bantuan shahabatnya, karena mereka tidak menguasai dari sisi kepemimpinan agama atau vertikal. Imam Ali as. membaiat mereka sekedar untuk kepemimpinan horizontal itu, itupun terpaksa, bukan kepemimpinan vertikal. Begitupun Syi’ah Imam Ali as. Tetap jadi Syi’ah meskipun mereka terpaksa juga membai’at orang lain. Sekedar opini saya.

Meyo Yogurt: Tulisan di atas tidak menafikan kekhalifahan Imam Ali as. meliputi baik vertikal maupun horizontal.

Sang Pencinta: @Meyo, antum jangan mengkalau-kalau dulu, silahkan baca dulu dengan teliti baru mengkomentari,

https://www.facebook.com/notes/sang-pencinta/bedah-buku-sms/773797299336845

Meyo Yogurt: Saya coba tanggapi link pertama. Disini pak ustadz Muhsin Labib menjelaskan tentang imamah dan khalifah. Untuk imamah beliau menggunakan definisi Syi’ah, untuk khalifah beliau menggunakan definisi Sunni. Makanya beliau mengatakan khalifah butuh pengakuan bai’at, ada keterbatasan teritorial dan lain lain. Padahal kalau khalifah itu berarti pengganti Nabi dalam menjalankan fungsinya, khalifah dan imam itu sama saja.

Meyo Yogurt: Iya saya sudah membaca 5 link pertama. Sepanjang yang saya baca kata pengantar pak Muhsin Labib itu tidak salah kalau mengingat pembacanya adalah Sunni yang mengidentikkan makna khalifah dengan AUU. Kalau hanya diambil kalimatnya sepotong sepotong, dan dimaknai dengan paradigma Syi’ah memang salah. Sekedar opini saya.

Khommar Rudin: Allohuma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad Wa ‘Ajjil Farojahum



Artikel selanjutnya:
====================