Sabtu, 17 November 2018

Sengketa Hilal Yang Tak Kunjung Padam



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 13, 2012 at 10:45 pm


Sinar Agama: 18 Agustus, Bismillaah: 

1 Syawal belum tentu besok: 


Salam bagi semua ikhwan dan akhwat. Alfakir dulu termauk orang yang mengandalkan ru’yat NU karena ketradisionalannya (sunnah Rasul saww). Tapi baru sekarang tahu kalau ru’yat bagi mereka itu sudah tidak seperti dulu lagi yang menggunakan mata. Jadi, perukyatan sekarang ini, sebenarnya dari rumusan NU itu sendiri yang memakai konsep imkaanurru’yah. Menurut info TV tadi petang, Bapak Din Syamsudin malah mengisykal NU mengapa dulu NU menetapkan imkaanurru’yah (kebisaan dilihat) itu 6 derajat, lalu menjadi 4 derajat dan sekarang menjadi 2 derajat. Yang dapat dipahami dari isykalan itu, maksudnya adalah (setidaknya dapat dipahami seperti ini: 

“Kalau NU punya rumus, maka rumusnya apa, lalu mengapa menyalahkan hisab?” 

Kalau dalam pandangan Ahlulbait as, ru’yat itu harus dengan mata, hingga kalau kecil amat dimana tidak bisa terlihat mata dan hanya bisa dilihat dengan teleskop, maka hal itu tidak mencukupi. 

Menurut info, tadi di bahasan TV Metro diumumkan daerah-daerah mana yang bisa melihat dengan mata telanjang dengan tanpa mendung di mana mencakupi Afrika Selatan dan Amerika Latin. Lalu daerah-daerah yang bisa melihat dengan mata telanjang dan teleskop seperti Maroko, lalu daerah-daerah yang hanya bisa melihat bulan dengan teleskop seperti Indonesia dengan seluruh bagiannya dari Sabang sampai Merauke. 

Dengan demikian, maka besok belum tentu 1 syawal. Dan kalau ragu, maka tetap dihukumi 1 Syawal dan puasa, atau musafir sebelum zhuhur lalu membatalkan puasanya di batas musafirnya dan kemudian diqodho di kemudian hari. 

Di Iran sudah diumumkan di tv bahwa melihat bulan di hari ini, hampir mustahil. Tapi mereka masih menunggu sampai tengah malam nanti, barangkali ada yang melihat dengan bukti dan dalil gamblang. Saya juga akan terus mencoba menelusuri para saksi peru’yat di Indonesia itu, apakah ada yang meru’yat tanpa melalui teleskop. 


Muhammad Nurahim Okki, Khommar Rudin dan 60 orang lainnya menyukai ini. 

Husein Jon: Syukran ustadz 

Sigit Gustiawan: Dengan demikian ustadz, apabila besok belum tentu 1 syawal, maka tetap menjalankan puasa?? Syukran ustadz.. 

Ali Alhabsy: Jadi yang selama 3 malam laitul qadr begadang juga belum tentu bener ya.. Kasihan.. deh.. Makanya tuan-tuan dan Sayyid-sayyid bersatulah kalian yang berpendidikan. 

MukElho Jauh : Jadi keputusannya bagaimana ustadz... 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih atas jempol dan komentar-komentarnya. 

Sinar Agama: Sigit: Benar, kalau sampai menjelang shubuh kita tidak mendapat informasi yang valid secara fikih, maka kita wajib puasa atau, lari ke batas musafir sebelum zhuhur sambil bawa ketupat, he he ... 

Sinar Agama: Ali: Apa hubungannya puasa 29 atau 30 dengan malam qadr? 

Sinar Agama: M J: Kalau tidak ada info yang dapat dipercaya seperti NU yang mengatakan melihat dengan mata, maka kita besok tetap wajib puasa. 

Sigit Gustiawan: Alhamdulillah..terimakasih ustadz. Mohon petunjuk berikutnya ustadz.. 

MukElho Jauh · 101 teman yang sama: Ustadz keputusan itu sudah bulat atau kita menunggu keputusan lain ... Mohon penjelasan yang gamblang. 

Haykel: Ok Ustadz, ana ikuti fatwa tim Mishbahul Huda, Malang, apakah bisa dijadikan pegangan? 

Sinar Agama: Haykel: Kalau mereka adil (tidak melakukan dosa besar dan kecil) dan menyatakan melihat dengan mata, maka sudah pasti bisa dipakai. 

Sang Pencinta: Wah ide cemerlang: lari ke batas musafir sebelum zhuhur sambil bawa ketupat, patut direnungkan hingga akhir malam... 

Zakiya Baseem: Ustadz...syukran atas penjelasannya yang gamblang dan jelas. Jika nanti sampai tengah malam ada kabar lain mohon di share ya...Ustadz. Afwaan... 

Emen Ashmade: Sinar Agama@bagaimana bisa belum tentu besok sedangkan takbir sudah berkumandang di mana-mana..?? 

Deddy Prihambudi: 1 Syawal insya Allah jatuh pada hari Ahad, 19 Agustus 2012. meskipun BUKAN menjadi pegangan, namun kami mengikuti putusan Sidang Itsbat Husayniyah Misbah Al Huda, Kota Malang, yang menyebutkan demikian. Salam. 

Alia Yaman: Kalau yang berada di pulau kecil yang luasnya tidak mencapai batas musafir bagaimana hukum bagi mereka Ustadz? 

Mhuoes Hugos · Berteman dengan Syakir Muhammadong: 
Assalamualaikum,,,,tapi ada yang pernah saya dengar pendapat yang mengatakan bahwa puasa itu harus cukup 30, saya minta pendapat ustadz? 

Tapi, keputusan menteri agama kan udah bulat, bahwa 1 syawal jatuh pada hari minggu,,,,,,,,,jadi gimana dengan itu? 

Sinar Agama: Dedy: Kalau mereka adil (tidak melakukan dosa besar dan kecil) dan menyatakan melihat dengan mata, maka sudah pasti bisa dipakai. 

Ali Alhabsy: Ana mulai berpuasa hari jumat berdasarkan hisab, lalu jika besok masih puasa berarti puasa yang ke 31. Sudah pasti besok hari tasrik..yang berpuasa hari sabtu berisiko tinggi bila besok masih berpuasa.. 

Sinar Agama: Alia, kalau pulau kecil, maka akhir darat itu adalah batas wathannya, jadi bisa naik perahu sejauh jarak musafir lalu makan lontong di sana dan setelah itu pulang dan nanti diqodho. 

Sinar Agama: MH: Kalau keputusan itu dibarengi dengan penyaksian mata, maka jelas bisa dipakai karena ada NU yang kita percayai selama ini. Tapi sepertinya tadi tidak datang di sidang itsbat itu (menurut yang melihat tv). Lagi pula, seperti-nya ukuran di NU sudah bukan ru’yat, tapi imkaanurrukyat. 

Saya memang belum pasti akan hal ini, tapi akan terus dicoba cari tahu apakah imkanurrukyah itu sudah tidak perlu rukyat lagi kalau sudah mungkin untuk diru’yat, atau masih perlu juga diru’yat. Kalau imkanurru’yah di NU ini masih diwajibkan meru’yat dengan mata dan bukan dengan pembesar (teleskop), maka kesaksian NU masih bisa dipakai orang-orang Syi’ah, karena walau kita tahu keadilannya, akan tetapi sudah menjadi syiyaa’ (keumuman di NU atau masyarakat), karena kehati-hatiannya dan ketelitiannya dan banyaknya titik peru’yatan yang disebar diseluruh Indonesia selama puluhan tahun yang berakar dari pekerjaan ratusan tahun ulama-ulama syafi’ii di Indonesia. 

Uda Desti: Jadi gimana ni pak Ustadz..aku jadi bingueeeng. 

Sinar Agama: Ali: Kalau antum Syi’ah, maka memulai puasa dengan hisab itu jelas batal. Begitu pula di Syafi’ii. Karena itu, bukan puasa besok yang beresiko, tapi puasa di hari Jum’at itu yang salah. 

Sinar Agama: Uda: Mengapa bingung? TANYAKAN SAJA PADA YANG MENGATAKAN BESOK ITU HARI LEBARAN APAKAH MEREKA MELIHAT DENGAN MATA, TERUTAMA YANG NGAKU SYI’AH. KALAU TIDAK ADA, MAKA BESOK TETAP PUASA. JADI, MELENGKAPI 30 HARI ITU ADALAH KEWAJIBAN, TERUTAMA KETIKA BINGUNG TERSEBUT. 

Ali Alhabsy: Ana syiah, antum bukan marjik... Pembodohan.. Bagaimana negara kita yang mengalami dua musim penghujan dan kemarau, bagaimana jika musim penghujan? Apakah dipastikan dapat melihat hilal. dan bagaimana daerah yang tidak dilalui peredaran matahari dan bulan.? 

Dúl Wáháb Sálápí: Sinar Agama keterangan Ustadz ini sangat ruwet, padahal do’a Nabi Muham- mad saw saat hari lebaran sangat jelas yang artinya “Ya Allah jadikan hari ini hari Raya bagi Muslimien” artinya hari Raya Muslimin itu harus bareng di hari yang sama, tidak ada cerita di sana lihat bulan dan tidak lihat bulan. Dan soal melihat dengan alat, di Iran itu malah di jalan-jalan. Kasian orang awam kalau harus dibuat bingung oleh para Ustadz-ustadznya. 

Sukaenah Azzahro · 97 teman yang sama: Saya nunggu kabar selanjutnya. 

Sinar Agama: Ali: Karena ana bukan marja’ maka ana ini menukilkan hukum semua marja’ yang mentidakbolehkan memulai bulan hijriah itu dengan hisab. Kalau mau ikut marja’, maka kalau mendung dan hujan, wajib dilengkapi 30 hari (bulan sebelumnya). 

Ali Alhabsy: Wah-wah jadi pada bulan sya’ban kalau ga melihat hilal juga dilengkapi jadi 30 hari dan pada Ramadhan kalau musim hujan juga harus di lengkapi 30 hari? Makanya sampai mati Islam ya kacau terus, mana ada di dunia ini 1 syawal ada dua hari dan 1 Ramadhan juga ada dua hari emang mau sampe kapan kita bisa menyamakan persepsi kalau setiap orang yang bukan bidangnya mengomentari yang bukan bidangnya.. Mau sampai kapan kalau begini. 

Mhuoes Hugos : Tapi,,,kan di Indonesia semua melihat hilal dengan bantuan alat,,,,,bukan dengan mata telanjang,,,,,.. Jadi kalau begitu, sama aja tidak dibolehkan dong. Mohon kejelasannya? 

La Ode: Buat semuanya!: 
Kita yang berbicara besok 1 syawal atau bukan kapasitas kita hanya manusia biasa, jadi tidak perlu permasalahkan itu,! ikuti saja kata hati, karena hati itu yang paling mendasari keyakinan kita! Tidak usah terprovokasi oleh orang-orang yang belum tentu juga benar! 

Qila Sayla : Ustadz, di Hongkong bulan kelihatan kecil dan cuman bisa dilihat pake teleskop...dan ustadz di sini bilang besok udah lebaran gimana nich...? 

Bande Husein Kalisatti: Salam : dalam buku DARAS FIQH hal :249, di catatan poin 2. Jika hakim memutuskan (mengeluarkan hukum) bahwa esok adalah hari raya dan hukum ini berlaku untuk seluruh penjuru negeri, maka hukum ini secara syar’i berlaku untuk seluruh kota dalam satu negara (ajwibah al-istifta’at No.844). 

Bande Husein Kalisatti: poin 3. Dalam mengikuti pengumuman rukyat hilal melalui suatu pemerintahan, tidak disyaratkan keIslamannya pemerintah tersebut, melainkan tolok ukurnya adalah dalam kasus ini adalah dihasilkannya kemantapan dan keyakinan yang cukup terhadap rukyat di wilayah tempat tinggal mukalaf (ajwibah al istftaat no.849) 

Bande Husein Kalisatti: Daras fiqh hal.250. 1.6 . Hari ketika seorang ragu (apakah hari itu) merupakan hari terakhir bulan romadhon ataukah awal syawal, maka wajib dia untuk berpuasa. Tetapi bila pada pertengahan hari diketahui ternyata hari tersebut adalah awal bulan Syawal, maka dia harus melakukan ifthar (berbuka) meskipun telah mendekati magrib. (Ajwibah al istifta’at) 

Sinar Agama: Ali: Tadi minta marja’, lah .. dikasih marja’ malah tidak mau. Nah, kalau marja’nya seperti antum, maka sudah pasti kacau. 

Sinar Agama: MH: Memang itu yang kita katakan, yakni tidak boleh dipakai. Karena itu dikatakan di Iran hari ini hampir mustahil melihat hilal. 

Sinar Agama: La Ode: Kita bicara hukum kok dikatakan provokasi? Karena itu, sambil menunggu kabar orang yang melihat dengan mata, maka kita bicarakan hukumnya. Semua pembicaraan ini, adalah kapasitas peran muqallidiin/yang-taklid. Karena bukan membahas pemfatwaannya, tapi penerapan fatwanya. 

Sinar Agama: Qila: Hal itu tidak bisa dipakai. Kalau teleskopnya itu tidak bertentangan dengan peru’yatan mata, hingga bisa dikatakan ru’yat, maka hal itu boleh-boleh saja. Tapi kalau dengan mata tidak bisa dilihat karena kecilnya, lalu dengan teleskop bisa dilihat karena dibesarkan, maka tidak boleh. 

Bande Husein Kalisatti: Sinar Agama: Poin 3. Kalau kita ada keyakinan dan kemantapan mengikuti pengumuman pemerintah, yang ana pahami dari kalimat tersebut cukup menjadi pegangan. “apa ada penafsiran lain ustadz..? Afwan.. 

Zahra Herawati Kadarman: terima kasih infonya 

Minan Ali: Allahu Akbar ... besok puasa dan jalan-jalan .... 

Sinar Agama: Bande: Kemantapan yang dimaksud itu adalah kemantapan ala Syi’ah atau yang sesuai dengan Syi’ah. Tapi kemantapan pengumuman pemerintah tadi (menurut info), adalah karena bertemunya dua teori NU dan Muhammadiyah di mana NU pakai ru’yat dan Muhammadiyah pakai hisab. 

Lah, masalahnya sekarang adalah, pertemuan ru’yat dan hisab itu, bukan benar-benar ru’yat yang diharapkan Syi’ah, setidaknya tidak pasti sama dengan yang dimaksud Syi’ah. Karena NU memakai pedoman imkaanurru’yah di mana dulu 6 derajat, lalu setelah itu turun menjadi 4 derajat dan sekarang 2 derajat. Jadi, yang dimaksud terpadunya ru’yat dan hisab adalah karena menurut NU sudah bisa dilihat karena mereka menetapkan 2 derajat sementara sekarang mencapai 5 atau bahkan lebih derajat. Jadi, MENURUT PEMERINTAH SUDAH ITMI’NAAN (MEYAKINKAN) KARENA BERTEMUNYA RU’YAT (IMKANUURU’YAH) ITU DENGAN HISAB. 

Lagi pula, keithminaanan pemerintah itu tidak bisa dengan tanpa ukuran-ukuran sama dengan Syi’ah seperti memakai teleskop. Nah, ahli falak menyatakan bahwa Indonesia tidak bisa melihat hilal kecuali dengan teleskop. Karena itu, peru’yatan NU-pun masih perlu dilihat lagi, apalagi keithmi’naanan pemerintah yang mengambil hasil ru’yatnya. 

JADI, BISA DISIMPULKAN BAHWA KEITHMI’NAANAN PEMERINTAH TIDAK BISA MEMBUAT KITA ITHMI’NAAN. 

Sinar Agama: Karena itu, ithmi’naan yang dimaksud di fikih itu, adalah kita yakin bahwa yang melihatnya itu benar dan tidak menipu, yakni pemerintah dan, sudah tentu dengan mata dan bukan dengan pembesaran teleskop. Tapi kalau kita tahu dari awal sudah beda kriteria peru’yatan, maka hal itu tidak bisa dijadikan ithmi’naan/ keyakinan. 

Bande Husein Kalisatti: Dalam kitab daras fiqh ditulis metode-metode untuk menentukan awal bulan : 

1. Rukyat (melihat bulan) dari mukallaf itu sendiri 
2. Kesaksian dari dua orang adil 
3. Kemasyhuran yang menimbulkan keyakinan dan pengetahuan 
4. Berlalunya 30 hari 
5. Hukum dari Hakim. ( ajwibah al istiftaat no.848) 

Pertanyaannya adalah : apabila ada lembaga ruk’yat di mazhab AB Indonesia, dan mengumumkan bahwa 1 syawal telah tiba : “apakah lembaga tersebut harus mengumumkan juga orang yang menjadi saksi dalam perukyatan..? Sehingga memenuhi syarat metode ke .2 ( kesaksian dari dua orang adil)..afwan. 

Zahra Herawati Kadarman: Pak Bande kalau saya berpegang kepada 2 orang Ustadz Fiqih yang saya percaya dan dipercayakan oleh Marja’ - meskipun saya tidak melihat dengan mata telanjang, apakah diperkenankan?? Karena saya tidak punya kapasitas, jadi menanyakan sudah barang tentu ke yang berhak (menurut saya) di Jakarta ini adalah di ICC yang mengambil sumber dari mata mata yang melihat......... mohon infonya..........karena kalau tidak saya harus ke Bogor besok pagi...... 

Zahra Herawati Kadarman: Pak Bande kalau mau yang ikut Pemerintah adalah seperti yang pernah diutarakan oleh seorang Ustadz AB juga - ikut Ulil Amri, saya tidak tahu benar atau tidak karena yang saya tahu adalah “mata telanjang”, karena saya tidak punya kapasitas itu jadi saya bergantung pada yang saya percaya penuh yaitu yang diberi wewenang oleh Marja’ - ICC - Marja’ saya Seyyed Ali Khamenei meskipun di Iran sampai terakhir tadi belum bisa melihat bulan, namun kita berada di Indonesia bukan di Iran................. kembali ke sumbernya yaitu saksi saksi kuat yang memang melihat dengan mata telanjang, dan insya Allah besok 19 sudah masuk 1 Syawwal katanya, selamat malam. 

Bande Husein Kalisatti: ‎@ibu Zahra : di kitab fiqh : metodenya hanya 5 tersebut..kalau ibu mau safar ke Bogor saya safar ke Jakarta..(karena saya tinggal di Bogor..Mudah-mudahan kita ketemu di batas kota..dan setelah melewati batas tarakhus kita makan opor ayam bareng-bareng..he..he 

Zahra Herawati Kadarman: hehehehehehe 

Bande Husein Kalisatti: Ibu Zahro HK..txs infonya. 

Hidayatul Ilahi: Salam ustadz,,,tadi saya dapat info,,,Dewan Itsbat Div. Ru’yah Hilal Misbah al- Huda malang meru’yat dengan mata telanjang,,,afwan. 

Alia Yaman: Puji Tuhan... Lega banget jadinya. 

Jack Marshal: Tadi saya baca di runing text Metro tv, hilal terlihat di atas 6°. 

Sinar Agama: Bande: Semestinya seperti itu, yakni dua hal yang harus diumumkan: Pertama, melihat bulan. Ke dua, melihat dengan mata. 

Nah, setelah orang-orang yang melihat itu menyatakan peru’yatannya, maka nanti yang mendapat kabar dari mereka yang sudah bersusah payah itu, masih harus melihat keadilannya, atau hal ini bisa dikatrol kalau jumlah penyaksinya sangat banyak dan apalagi di berbagai titik hingga mungkin bisa masuk ke dalam metode penetapan yang lainnya yaitu yang syiyaa’/umum. 

Metro tv (sesuai info yang lihat siarannya petang tadi) menyiarkan bahwa Indonesia mustahil bisa melihat bulan dengan mata telanjang dan, hal ini juga yang dikatakan salah satu kantor astronomi Timteng: 



Di negara-negara seperti ....Malaysia, Indonesia, Singapore ...., dalam kondisi apapun, tidak bisa melihat bulan dengan mata telanjang ...... 

Sinar Agama: HI: Kalau memang ada yang meru’yat dengan mata, tolong infokan, karena penting buat kita semua. 

Mohamed Hatem Hore: Di Iran Pakai Teleskop. https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151199671842228.506260.45245172227&type=1 the attempt for seeing the new moon of Eyd/Moon sighting in Holy Qom & tehran Oleh: Ayatullah Sayyid Ali Khamenei(ra) 

Hidayatul Ilahi: http://www.facebook.com/yandasadra/posts/4383642706897

Muhsin Labib: Berdasarkan hasil sidang Dewan Itsbat Div. Ru’yah Hilal Misbah al-Huda ditetapkan, tanggal 1 Syawal 1433H jatuh pada hari Ahad, 19 Agustus 2012. 

Mohamed Hatem
http://ahlulbaitindonesia.org/index.php/berita/nasional/1169-dpp-abi-1-syawal-jatuh-pada- ahad-1982012-.html

DPP ABI: 1 Syawal Jatuh pada Ahad, 19/8/2012 

ahlulbaitindonesia.org 

Ahlulbait Indonesia - portal resmi syarat berita dengan semangat keadilan, kemanusiaan & persaudaraan. 

محمد باعقيل : 

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,.” (QS. Al Baqarah: (187 

Berdasarkan Nash Quran ini, selayaknya setiap muslim menyediakan benang putih dan hitam di rumah mereka dan mengamati benang itu setiap hendak buka puasa pada ramadan,, ini bukan berdasarkan marja’ atau ustadz cap Lebanon/ Iran/ Qum/ Riyadh/ kairo, tapi berdasarkan al Qur'an. 

محمد باعقيل :

di antara muslimin baik syiah atau sunnah saya kira ada kelompok yang memandang perbedaan sebagai sesuatu yang wajar dan saling menghormati, namun ada di antara mereka adalah MANIAK dengan perbedaan, memblow-up semua ikhtilaf dalam tubuh ummat Islam, menikmati pertentangan itu dan menunjuk ke dada mereka sebagai “KAMI YANG BENAR, DAN KALIAN TIDAK BERDASAR”. 

Mohamed Hatem: Mungkinkah ini syahwat marjaiyyah bib 

 محمد باعقيل : :))

محمد باعقيل : 

tidak, tidak ada hubungan dengan maraji’ ini adalah PENYAKIT KEJIWAAN para maniak perbedaan. 

Mohamed Hatem: Maksud ana, maniak pengen jadi marja’ :)) 

باعقيل محمد : saya kira walau ulama Syiah sendiri, yang sudah bergelar ayatullah pun memiliki jenis penyakit jiwa akut semacam ini, saya pernah mengupload mahluk sejenis ayatullah Mujtaba Shirazi yang menghina sayyed Khamenei dan sayyed Fadlullah. Ini penyakit akut milik para pem- beda. 

Mohamed Hatem: Mumpung belum jadi Ayatullah, mesti disadarkan bib... karena repot kalau udah jadi ayatullah... negeri ini bisa berdarah-darah ala Pakistan,,, 

باعقيل محمد : saya tidak pernah butuh dengan ayatullah, ayatullah hanya label dan label sudah terbukti tidak mewakili apapun kecuali gelar pendidikan. Ummat hanya butuh ulama ARIF dan BIJAK yang mampu mencermati KAPAN DIA HARUS BERBICARA, DI MANA DIA HARUS BERBICARA 

DAN DENGAN SIAPA DIA HARUS BERBICARA, terlebih di saat kondisi ummat dalam kondisi genting seperti saat ini. Hanya orang Sinting dari kalangan ulama yang berkutat dengan masalah bujur dan derajat bulan ditengah darah dan airmata ummat terkuras menghadapi berbagai serangan musuh. Disaat setiap ketikan dan gerakan mouse dibutuhkan untuk menghancurkan propaganda musuh di saat itu para MANIAK pembeda mengarahkannya ke hati dan pikiran kaum awam yang tidak tahu menahu tentang hukum dan menghukumi dalam syariat, membingungkan dan mengecoh ummat yang berusaha menyatukan barisan. Saya tidak pernah memberikan toleransi dengan para maniak pembeda jenis ini. 

Mohamed Hatem: aha satuju banget bib... 

Zarranggie Syubeir: Yang komentarpun hanya bisa begini begitu.. Kalau ayatullah saja tidak luput dari itu bagaimana dengan kita para pekomen yang sedikit ilmu ngaku banyak? Hemm. 

Sinar Agama: Mohammed: Antum tahu nggak, di Iran itu kalau meru’yat bukan hanya pakai teleskop, tapi pakai pesawat terbang juga. Karena semua itu adalah alat untuk memudahkan menangkap bulan yang sering nongol hanya sedikit/kecil dan hanya beberapa menit. Tapi bukan ukuran ru’yat. Jadi, semua itu dijadikan prasarana untuk cepat menemukan bulan di posisi mana sebelum kemudian meru’yatnya. Karena itulah imam Khumaini ra, tidak membolehkan pakai teleskop. Dan Rahbar hf, membolehkan kalau dalam pandangan umum bisa dikatakan meru’yat. Artinya, setidaknya dapat dipahami demikian, bahwa teleskopnya itu tidak menembus awan dan tidak membesarkan yang tidak terlihat mata karena kecilnya. 

Kalau kesaksian orang-orang Indonesia itu, karena tidak menyebutkan siapa-siapa yang meru’yat dengan mata, maka tetap saja tidak bisa dijadikan dalil atau hujjah syar’i. Emangnya marja’ kok mau dijadikan sandaran sementara antum sendiri memungkinkan pembahasan-pembahasan ini adalah syahwat marjaiyyah? 

Anjuranku, belajar fatwa-fatwa marja’ antum secara lebih telliti atau kalau belum belajar, maka dipelajari dengan baik, adalah jalan yang paling baik untuk antum dari pada salah hingga men- jadikan kesaksian yang tidak bisa dijadikan hujjah syar’ii menjadi hujjah syar’i dan yang bisa dijadi- kan, malah tidak dijadikannya. 

Lagi pula, kalau antum suka diskusi, maka sudah layak memperhatikan akhlak mu’aasyarah atau bergaul. Karena itu sudah merupakan keseyogyaan bagi para pengikut Islam dan, apalagi AB. Jadi, tidak mempermalukan ajaran sendiri dengan akhlak buruk kita sendiri, merupakan kewajiban bersama. Kalau antum punya masalah, apa masalahnya dan tulis dengan baik, lalu kita bahas. Tapi kalau tidak suka membahas dengan lapang dada dan dengan telinga dingin, maka duduk manis saja dan menonton saja diskusi-diskusi kita, dari pada berbuat dosa dan manajamkan lidah yang dipertontonkan kepada sejuta umat. 

Bulan Bintang Merah: Saya pikir Sinar Agama berlebihan. Biasa-biasa sajalah dalam hidup. Datang saja ke Malang, diskusikan dengan baik. Atau, jika mampu, bikin saja yang lebih canggih. 

Zarranggie Syubeir: BBM,,,@ agar kita tahu siapa sebenarnya berlebihan, Kalau memang ada yang perlu didiskusikan saya rasa gak perlu ke Malang, diskusikanlah disini dengan santun dengan penuh rasa persaudaraan agar kami juga bisa menyimak diskusi antum dengan ustadz Sinar Agama tentang hal tersebut.. Afwan wa syukran. 

Mohamed Hatem: Menurut pemahaman fikih saya yang masih cetek ini, dalam masalah fikih untuk menerjemahkan Marja’, tugas ulama yang memiliki perbedaan dengan ulama lainnya adalah mendiskusikannya dengan ulama lainnya secara santun dan besar hati atas apapun permasalahan di lapangan (tentang istihlal) dengan niat tulus qurbatan ila-Allah mencari titik persamaan dan keadilan... bukan dengan mengobral perbedaannya dan kemampuannya di bidang fikih di lahan terbuka FB yang pastinya akan menimbulkan polemik pada masyarakat awam dan ini akan rawan pengkotak-kotakan dan perpecahan di kalangan awam... saran saya agar lebih bijaklah dalam bertindak demi persatuan... dan penyimpulan awam saya, tuan Sinar Agama sejauh ini belum konsisten dengan pernyataannya tentang dua orang saksi adil... Salam dan Selamat beridul Fitri.. :) 

Sang Pencinta: Mas Hatem, persatuan itu bukan satu pendapat tapi berbeda pendapat tapi tetap bersatu jua. Ustadz Sinar ini mengumumkan hal ini bukan pamer-pamer ilmu, bukan pamer- pamer hauzah, tapi beramar ma’ruf, memberikan pemahaman yang benar pada awam, dan itu sebuah kewajiban yang amat besar, lalu kenapa antum mengklaim bahwa ustadz Sinar pemecah belah. Kan ajib banget antum ini? Mungkin antum bisa bertanya pada diri antum pernah ga dan berapa lama antum belajar di Hauzah dengan guru-guru besar Ayatullah? Di mana-mana kalau seseorang berdiskusi secara ilmiah, harus selevel ilmunya, supaya tidak main salah-salahan tanpa dalil ilmu, masak ada profesor diskusi ilmiah dengan anak SMA, impossible. Antum yang katanya sering menyerukan suara kebenaran (mengutuk Israel dan kawan-kawan) dengan hak kebebasan bersuara, lalu kenapa antum menyalahkan dan ingin menstop ustadz dalam memberikan pandangan dalam fiqih sesuai tuntunan marja? Kan logika antum yang tidak konsisten. Justru sadar atau tidak, antum yang mengobral perpecahan dengan melecehkan ustadz Sinar dengan statmen/pernyataan sedari awal.. Kalau antum tidak suka dengan ustadz Sinar, apa salahnya unfriend dengan ustadz, supaya tidak merepotkan diri antum sendiri. 

Sang Pencinta: @BBM: apakah dalam fiqih tercantum ‘biasa-biasa ajalah dalam hidup’, bukankah kita diperintahkan untuk mengetatkan diri dari satu titik dosa dan menurut antum memudah- mudahkan fiqih tanpa dasar dan petunjuk marja’ bagaimana? 

Sinar Agama: Kadang kalau kita sebagai Syi’ah atau orang-orang terjajah, mengatakan yang sebenarnya, lalu dikatakan sebagai pemecah belah, pasti tidak mau dan mengatakan bahwa mereka telah semena-mena. Tapi kalau kita sendiri yang dibedai orang-orang lain, karena sudah merasa yakin keAhlulbaitannya, maka ingin melakukan seperti mereka yang mengatakan bahwa yang beda dengan kita itu adalah pemecah belah. Kan lucu amat. Sepintas kan sudah sudah maju dengan keAhlulbaitannya, lah kok bisa mundur lagi?? 

Siapa saja yang berani memberi pernyataan umum, entah orang Jakarta, Malang, Surabaya, Sinar Agama.................dan seterusnya.....harus berani menanggung resikonya. Jangan mengharap hanya mau didukung dan kalau tidak didukung lalu mencap yang lain memecah persatuan. Kan jadi lucu, emangnya nabi Tuhan apa? Begitu pula dengan para pengikutnya. Emangnya yang diikuti itu nabi Tuhan apa hingga setiap yang berbeda menjadi obyek celaan dan kecamannya dan menyuruhnya untuk merujuk ke pusat ikutannya. Kan juga lucu. Kalau mengutarakan perbedaan fikih dan penerapannya saja tidak boleh, lalu apakah menyuruh ke kota ini dan itu, menyuruh mendatangi orang atau kelompok tertentu, adalah fikih yang harus diikuti???? Kan tidak ilmiah sama sekali. 

Dalam Syi’ah, orang yang tidak taklid kepada marja’ (ayatullah), semua amalannya adalah batal, terlebih yang ikut yang di bawah itu. Karena itu, orang yang mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan mujtahid, sudah dapat diyakini di mana posisinya dalam pandangan Syi’ah. 

Kalau Tuhan, Nabi saww dan para imam makshumin as, mewajibkan kita ikut ulama/mujtahid yang adil (tidak melakukan dosa besar-kecil) di mana hal itu merupakan keprofesionalan dalam taat, karena ulama adalah lambang keilmiahan dan adil lambang kejujuran, terus kalau ada orang yang mengaku Syi’ah, tapi kasar dan tidak berakhlak pada ulama/marja’, dapat disimpulkan ia keluar dari keilmuan dan keilmiahan dan, sudah tentu keluar dari kejujuran. 

Karena kalau ilmiah, maka sudah pasti akan bisa membedakan mana ejekan dan mana bahasan, dan kalau jujur, maka ia tidak akan mengecam selain dirinya sendiri yang tulisannya penuh nafsu perpecahan sambil menuding orang lain yang anteng-anteng sebagai pemecah umat. Menuduh orang lain tidak bijak dan tidak tepat bicara, sementara dirinya bagai orang kesurupan. Semoga ia bisa membuktikan kebenarannya nanti di persidangan Makhsyar, karna kalau tidak...... Kita akan menunggu hari itu sama-sama, karena semua yang tersembunyi, akan terungkap di sana dan, sudah tentu setiap kalimat, kata dan bahkan huruf yang kita tulis, akan ditanyakan di sana. 

Kalau bisa kuanjurkan: Bertaubatlah dan sadarlah, bahwa kita-kita ini bukanlah para nabi-nabi utusan Tuhan. Karena itu, jangan menganggap yang diyakininya itu sudah kebenaran mutlak dan, jangan sesekali mengurangi rasa hormat dan cinta kepada sesama muslim yang berbeda pendapat dan keyakinan. Kalau bisa, jangan gampang menuduh orang, karena taubat dari dosa ini (kalau tuduhannya salah dan menjadi fitnah), tidak akan diterima Tuhan kecuali kalau meminta maaf pada yang difitnah dan iapun meridhainya. 


Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Jumat, 16 November 2018

Besar Pasak Dari Pada Tiang



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, December 13, 2012 at 10:18 pm


Sinar Agama: 18 Agustus, Bismillaah: 

Saya pikir bagus sekali kalau kita memperhatikan kaidah “Besar pasak dari pada tiang” ini dalam hal-hal yang tidak hanya berurusan dengan keluar masuknya pendapatan uang. Tapi juga dalam hal keluar masuknya ilmu, keluar masuknya nasihat-nasihat, keluar masuknya bantuan, keluar masuknya penghormatan, keluar masuknya ketertindasan, keluar masuknya protes, keluar masuknya keluhan, keluar masuknya emosi, keluar masuknya aktifitas ...dan seterusnya. 

Apakah itu yang dimaksud Nabi saww dengan sabda beliau saww dalam riwayat yang pernah kita dengar/jumpai yang berbunyi (kurang lebih): 

“Sebagaimana kamu berbuat, seperti itu pula kamu akan mendapat balasan.” 


Yakni, mungkin, salah satu maknanya adalah, ukurlah yang kamu keluarkan itu dengan pendapatanmu, karena semua yang kamu keluarkan itu akan menjadi ukuran balasannya. 

Nah, kalau kita memperhatikan kata-kata nasihat di atas itu dalam kehidupan kita, maka kita sendiri akan lebih selamat di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena terus terang, mencuatnya suatu masalah dalam kehidupan kita, bisa membuat kita lupa akan berimbangnya pemasukan itu dengan interaksi yang akan kita berikan. 

Karena itulah, maka saya sering menganjurkan diri dan teman-teman, untuk berlindung di bawah hidayah akal, karena ia adalah alat dan berkah serta hidayah paling dekat yang diberikan Tuhan di mana saking dekatnya, untuk memahami agamapun (Qur'an-Hadits) harus memakainya. 

Semoga kita semua tidak menjadi orang yang memboroskan hal-hal yang tidak perlu yang, apalagi kalau melebihi pemasukan yang kita lakukan. Amin ya Rabba al-’Aalamiin. 

Gembel Elit, Iksankamal Kamal dan 65 orang lainnya menyukai ini. 


Muhammad Dudi Hari Saputra: I Love this Status.. :) Syukron ya Ustadz..mencerahkan... 

Sang Pencinta: Status ini ‘menyindir” hidup saya banget ustadz.. terima kasih berat atas kasih sayang dan nasehat ustadz .. 

Kartini Zahra: Syukron ustadz sangat bermanfaat. 

Komariah Zahra: Jazakallahu kheir ustadz. 

Caesar Anton : Moga-moga ana bisa terapin nasihat itu dalam hidup. 

Zarranggie Syubeir: amin yaa Rabbal ‘alamin.. 

Sirol Mufham: amin... 

Illa Meilasari : Astaghfirullaah....!!! Syukron ustadz, tersadarkan alhamdulillaah...konsep mubadzir bisa masuk dalam segala lini...Allaahu Akbar!!! 

Asep Asgar: Amin yaa robbal ‘alamin.. 

Resti Ningtias: Amin yaa rabbal alamin 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih atas segala jempol dan komentar-komentarnya. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Doa Yang Tidak Akan Pernah Diterima Allah




Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, November 10, 2012 at 11:30 pm


Sinar Agama: 14 Agustus, Bismillaah: 

Salah satu doa yang pasti tidak akan pernah diterima Allah, adalah doa yang meminta tidak disampaikannya dan tidak menyebarnya kebenaran di tengah-tengah masyarakat. 


Dharma Narendra T P, Arif Muhajir dan 74 orang lainnya menyukai ini. 

HenDy Laisa: Contohnya ustadz..afwan. 

Zainab Naynawaa: Afwan jika kebenaran tersebut disampaikan oleh ustadz mungkin ga ada masalah jika kita yang menyampaikan mungkin akan dijauhi dan pasti tidak dihiraukan... 

Baskoro Juragan Tahu : Di mana keadilan Allah jika demikian??? Bukankah iblis pun meminta waktu untuk menyesatkan manusia pun dikabulkan? Afwan ^_^ 

Orlando Banderas: Baskoro. Allah adil tapi juga Maha Bijak. Allah hanya akan mengabulkan doa kalau di situ ada hikmah (maslahat) di dalamnya. Salam. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Maya Zahra: Sabar ustadz... 

Heri Widodo: Allah Humma Sholi Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Hidayatul Ilahi: Nyimak aja ah. 

Rosan Da Vinchi : kalau do’a yang isinya melaknat manusia ciptaan Allah gimana yaaaaaa ?? 

Sang Pencinta: Rosan mulai eksis lagi, tampak mulai terguncang karena kebenaran Ahlul Bait. 

Sinar Agama: Hendy: Contohnya masih anget di face book, he he he ... 

Sinar Agama: Zainab: Sampaikan kebenaran yang argumentatif dan itu yang bisa kita lakukan, lain-lainnya tetap santun pada siapapun. 

Sinar Agama: Baskoro: Syetan itu tidak meminta dihentikannya kebenaran, tapi meminta ijin untuk memerangi kebenaran. Jadi, beda doa syethan dengan doanya. 

Sinar Agama: Rosan: Mengapa kamu tidak tanya kepada Allah saja? Ia dalam QS: 3: 87, berfirman: 


“Bagaimana Allah akan memberi hidayah pada suatu kaum yang kafir setelah beriman sementara mereka menyaksikan bahwa rasul itu benar dan mendatangi mereka penjelasan-penjelasan, sungguh Allah tidak menghidayahi orang-orang yang aniaya/ zhalim (86) Balasan bagi mereka adalah laknat Allah, para malaikat dan semua manusia.” 

Orlando Banderas: Sang Pecinta dan Ustadz. Sepertinya komentar Rossan dihapus. Mungkin karena kata-katanya yang tidak senonoh. Mungkin gak untuk ke depannya kalau ada jawaban komentar tapi komentar sebelumnya di hapus agar menampilkan komentar sebelumnya tapi diedit untuk menghilangkan kata-kata tidak senonoh. Ini tujuannya agar pembaca lain juga tahu kronologisnya. Terima kasih. Salam. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Aku cuma mengingatkan kaumku yang berseberangan.......... mengapa sampai ini hari belum juga menggunakan akal sehat. 

Sinar Agama: Rosan: Apakah kamu sekarang teringatkan dengan ayat yang kubawa itu? Atau masih mau ngeyel? 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 

Simpulkanlah sendiri dari ayat di atas, dan konfrontir dengan fenomena yang terjadi di kalangan ulama-ulama Syi’ah, apa yang terjadi itu hanyalah sebagian kecil dari azab Allah yang menimpa ulama-ulama Syi’ah, mereka khan mati hampir mayoritas memalukan... semoga ini jadi pembelajaran bagi syiah-syiah ke depannya............... Amien. 

Sinar Agama: Leiya: Selama masih berstatus istri, maka kupikir angkat saja dan apapun kata-katanya, jangan dimasukkan ke hati dan tidak usah dipikir. 

Sinar Agama: Rosan, dari dulu kamu memang suka muter-muter tidak karuan. Tanya tentang laknatnya manusia kepada manusia. Lah .. sudah dikasih ayatnya, malah muter ke komek-komek. 

Kamu mau ikut Qur'an atau komek? Dan anehnya, justru kamu sendiri yang menulis komek komek itu yang dicuatkan dari hatimu yang tidak suka argumentasi dan bukti. Ulama celaka kek, mati memalukan kek, semua dan semua, dikarang olehmu sendiri. Syukur pada Tuhan yang menjadikan pencela pada madzhab Ahlulbait as bisanya hanya mencela dan mengarang. Ketanpabuktian perkataan orang-orang semacam kalian jelas menunjukkan kebatilan kalian dan kebenaran kami. 

Leiya Melika: Sinar Agama@jJadi intinya perempuan itu harus selalu sabar. Begitu Kah ?...Terima kasih.. 

Sinar Agama: Leiya, tidak harus begitu, jadi bisa sabar atau minta cerai. Tapi keputusan ada di tangan suaminya, apakah mau menceraikannya atau tidak. Tapi kalau sabar, maka pahalanya sangat besar sampai dikatakan di riwayat-riwayat yang kita dengar dan baca di kitab-kitab, bahwa yang sabar terhadap kelakuan buruk suaminya, akan diberi pahalanya siti Asiah ra istri Fir’aun. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: Ustadz koq ndak mampu memberikan solusi yang baik, malah membuka peluang membubarkan rumah tangga orang... hei kalau ndak mampu kasih nasehat jangan main asal ngomong doank akibatnya yang dipikirkan tauuu. Ini masalah masa depan anak-anak orang lain koq kamu malah jadi provokator, waaah kebangetan kaleee kamu, tunggulah azab Allah atas perbuatan lidah kamu itu. 

Sinar Agama: Rosan: Solusi yang tepat itu harus mendengar dulu dari kedua belah pihak hingga dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya. 

Reza Fauzan: Al Hamid @ROSAN DV. ROS, ENTE NI SARAP ATAU APE SEEH????!!! KELIATAN BANGAT NYARI PERMUSUHAN!!! NGOMONG AJA UDAH GA JELAS, TAPI SOK AGAMIS, LO!!!! :p 

Bulan Bintang Merah: Kasihanilah Rosan. Tuna ilmu dia. 

Bande Husein Kalisatti: @Rosan : kacian deh lo..!@ 

Edewan Abdul Majid: Coba ditenangkan dulu, soalnya panas banget dech. 

Hikmat Al Isyraq : Percaya atau tidak, kenyataannya apa yang anda tolak akan eksis (bertahan). Dan makin anda benci akan makin menguat dan berkembang. 

Rosan Da Vinchi : Cobalah memaknai suatu masalah dengan mengedepankan pola pikir sebijaksana mungkin hingga akan memudahkan turunnya rahmat jikalau rahmat Allah yang menaungi hati kita maka tak akan ada peluang hawa nafsu berbicara..... anda mengatakan harus ada sharring dari kedua belah pihak untuk menentukan solusi apa yang patut diberikan aku setuju itu, itulah yang kumaksud dengan memaknai suatu masalah, namun yang terjadi adalah antum memberikan alternatif pada suatu masalah itu sendiri, ana mengajak antum berfikir kembali......... !!! 

Dharma Narendra T P: @rosan : bijaksana sekali anda, saya sampai terharu karena kritikan-kritikan membabibutakan mata anda sendiri, muntahkan semua kritikan anda lebih banyak lagi biar saya tambah terharu ustadz Rosan .... hik hik hik. 

Wassalam 

Haidar Dzulfiqar and 15 others like this. 

Sarboz Osemon: Ayat “berdoalah pasti aku kabulkan” dikatakan secara mutlak.. qoidnya dapat darimana? 

Sinar Agama: Sarboz: Apa antum kalau minta kepada Tuhan, supaya Ia jadi makhluk akan dikabulkan? Meminta kepadaNya supaya nabi Muhammad saww dicabut jadi nabi akan diterimaNya? Meminta kepadaNya supaya Ia membatalkan pangkat keimamahan 12 imam akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya antum jadi nabi atau imam, apa akan dikabulkanNya? 

Kalau meminta sekarang dikiamatkan akan dikabulkanNya? Kalau meminta supaya kebenaran itu jangan disebarkan dan jangan dibelaNya, akan dikabulkanNya? 

Ayat yang antum bawa itu mutlak, tapi ayat itu bukan satu-satunya ajaran agama kita. Ribuan ayat lainnya dan puluhan ribu hadits penjelasnya, adalah pengkondisi, penjabar dan mengqoyyid dari satu ayat tersebut. Jadi qoidnya adalah dari seluruh Qur'an dan riwayat. Kan qoid itu tidak mesti muttashil/ menyambung. Bukankah qoid itu bisa munfashil, yakni dalam kalimat-kalimat terpisah???!!! 

November 11, 2012 at 1:07am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Kamis, 15 November 2018

Kepentingan Dapat Mengikis Segalanya



Seri status Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Saturday, November 10, 2012 at 11:17 pm


Sinar Agama: 14 Agustus, Bismillaah: 

Kepentingan dan kecenderungan, dapat menggilas semua hal mulai dari harga diri, intelektual, akhlaakulkariimah, kesantunan, kepintaran, ketenangan, kesejukan dada, ilmu pengetahuan, ilmu agama, kesarjanaan, kepemimpinan, ketokohan ..... 


Saya sampai berfikir, mungkin inilah yang dimaksud para urafa yang mengatakan: “Dirimu sendiri, adalah berhala yang paling besar.” 

Siti Handayatini, Nure Beheshti dan 73 orang lainnya menyukai ini. 

Husein Jon: Istilah Ali Syariati “Berhala Psikologis”... 

Pranata Hirr Ad-Dausi: Hmmm aja deh... 

Anwar Mashadi: Katanya: orang musti mengenal dirinya, untuk kenal/tahu Tuhan[nya]. kalau dia sudah tahu bahwa dirinya adalah berhala terbesarnya, lalu, apakah dia sendiri yang harus menghancurkannya, atau meminta bantuan pada “dua tangan Ibrahim (as)” sang penghancur berhala.. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Berhala hidup juga masih ada di Teheran yang menamakan dirinya Ali Khamenei Alhusaini. 

Ky Na: Di hatimu Rosan.. Berhala nya. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Eehhhh Ky Na.. masih juga terbelenggu dengan kesesatan. Itu karena kamu tidak sungguh- sungguh mencari kebenaran yang hakiki. 

Ky Na: Justru kebenaran hakiki milik Syiah. Karena Syiah sudah ada sejak jaman nabi. Emangnye aqidah ente kaga jelas sumbernye ? 

Emen Ashmade: Masalah aqidah itu masalah hati dan hanya Allah yang tahu mana yang benar dan yang jelas..!!! 

Juni Anto: Darimana lagi kamu mendapat contekan,,,heheheh. 

Yosep Kurnia Pratama: Rosan Da Vinchi@ hujahnya apa, dasarnya apa, Ali Khamenei berhala hidup.. anda jangan asal komentar aja dan fitnah.. tanpa memahami dan mengenal lebih dalam.. 

Juni Anto: Ngomong apa sih loe,,,sok pinter.. 

Emen Ashmade: Iya dong banyak yang sok pinter tu.. ga usah membahas masalah aqidah terlalu berlebihan seolah-olah yang paling benar. Intinya jalankan aja perintah Allah dan jauhi laranganNya.. kalau yang pinter ngomong banyak.. tapi yang pintar menjalankan sedikit..!! 

Juni Anto: Okeeeeeeee...... 

Emen Ashmade: Ky na@intropeksi diri kamu tahu apa kamu tentang Syiah.. 

Rosan Da Vinchi · 14 teman yang sama: 
Tanpa disadari fatwa-fatwa si Ali mengarahkan pengikutnya kepada jalan kesesatan itu berjalan secara slow but sure, lihat bagaimana doktrin-doktrin si Ali terhadap ulama-ulama Syi’ah yang mengeluarkan fatwa-fatwa sesat, apa ini terlepas dari si Ali secara pribadi, intervensi atas lahirnya fatwa membumihanguskan para eksodus muslim Suriah dengan menghalalkan ditumpahkannya darah dan harta kaum muslim Sunni.. anehnya pemimpin sekaliber Ahmadinejad pun tak mampu menetralisir pola keberagamaan di negeri tiran tersebut. 

Emen Ashmade: Rosan@itu benar apa yang kamu katakan..!! 

Reza Assad · 2 teman yang sama: 
Bener ustadz..kepentingan dan kecenderungan sering membutakan dan membelokkan tujuan kita) Beginilah cobaan para tashayu... makanya ingat-ingat pesan nabi saw... untuk tetap teguh memegang “Al-Qur’an dan Itrah Ahlul Bait Nabi saw..” sampai mati. :) 

Quthril ‘ilim
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1729324587625&set=a.1183031690644.2029395.10 73764695&type=3

Foto Dinding 

Bismillaah Al-Mushowir 

“hawa nafsunya sebagai tuhannya” Allohumma Sholli ‘ala S.... 

Oleh: Quthril ‘ilim 

Syarifah Anies · 43 teman yang sama: Rosan Da Vinchi @ yang pasti ini Indonesia kenapa anda berpikir terlalu jauh ke negerinya orang....? Apa anda kepingin dibilang pinter dan intelektual seperti yang di katakan penulis posting ini ...? Terus adakah di posting ini membawa-bawa masalah mazhab ....? Hati-hati bung tulisan dan komentar anda adalah 

“HARGA DIRI” ANDA SENDIRI ! 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih atas semua komentar-komentarnya. 

Sinar Agama: Yang cukup mengherankan adalah orang-orang yang selalu mengulang kata-kata yang sama tentang keterhidayahannya dan kesesatan orang lain, akan tetapi sama sekali tidak membawa dalil. Jadinya ya ... main dakwa saja. Saya khawatir, orang-orang seperti ini, nantinya hanya akan masuk surga dakwaan/imajinasinya saja dan jauh dari surga yang hakiki. 

Perkataan taat pada Allah sangat mudah diucapkan, tapi Allah yang dipahami seperti apa dan memerintahkan apa, ini yang swaaangat sulit ditentukan. Dan, tukang dakwa, sama sekali tidak memiliki saham apapun di daerah ini. 

Muhammad Alwi: Ana copas ustadz... 

Muhammad Alwi

1). Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum membuat kalian berlaku tidak adil. 

2). Cukup dikatakan pembohong bila yang masuk pada kita, kita terima semuanya (baik sunnah atau-pun Syiah). 

3). Konflik Suriah, hati-hati menuruti kata hati. Yang Syiah membela karena rejim saat ini adalah Syiah (Walaupun Syiah Alawi). Yang Sunni mencaci habis, karena sentimen madzab, karena rakyat Suriah adalah Sunni. Bagaimana dengan di Iraq, bagaimana dengan di Bahrain, bagaimana di Afghanistan..dan seterusnya. 

Kalau kita baca...info-info dari berita X mereka punya tujuan akan menggulingkan Rejim (Infonya jelek, sangat jelek), Tapi kalau kita baca Info dari berita-berita lain Y, maka sebenarnya oposisi sudah tidak didukung rakyat, tapi didukung yang lain (Taliban, Nato, Saudi). 

Apakah dengan seperti ini kita ikut-ikutan, mencaci-maki dengan sentimen mazhab kita masing-masing. 

4). Lebih baik diam.... bila tidak jelas mengetahui masalahnya. 

5). Bukankah aneh...siapapun Sunnah-Syiah : Saat kita sedang “NORMAL”, kita mengatakan media barat, itu menghancurkan Islam, punya agenda terselubung dan lain-lain. Tapi saat konflik antar mazhab (Sunnah-Syiah, Kasus Suriah), kita mempercayai semua media barat. 

Lihat Kasus: Pembantaian Houla…itu gambar-gambar bohong yang dibuat oleh barat. 

http://www.crescent-online.net/2012/08/the-anglo-wahhabi-zionist-war-on-syria-goes-into-high- gear-tahir-mustafa-3191-articles.html

Dan lain-lainl. Di bawah…. 

Ya Allah berikanlah kami kebijakan dalam berfikir dan bertindak, dalam era dimana sentimen , rekayasa, kebohongan, ketiadaan harga diri dan lain-lain sangat merajalela. 

The Anglo-Wahhabi-zionist war on Syria goes into high gear, Tahir Mustafa, Crescent Magazine 

www.crescent-online.net, The Anglo-Wahhabi-zionist mafia is determined to prevent a peaceful resolution t...Lihat Selengkapnya 

Arya Wisesa: Astaghfirullahaladziim.. 

Daris Asgar: Na’udzubillahi min dzalik... 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Doni Handoyo: Yahudi itu bahaya, tapi lebih bahaya lagi Wahabi...dan sungguh bodoh orang yang mau mengikutinya 

Eri Medan: Allahumma shalli alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil farajahum .. Wassalam.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 14 November 2018

Fikih Versus Wahdatulwujud ?



Seri tanya jawab Heri Widodo dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, November 6, 2012 at 9:12 pm

Heri Widodo: 12 Agustus, Assalamualaikum...wr wb. Ustadz Sinar Agama, ketika fokus ke perihal fiqih di setiap kondisi, apakah hal itu tidak akan jadi Tuhannya? Afwan.


Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

Ketika orang fokus pada fikih, hal itu kan ada sebabnya bukan? Apa sebabnya? Sudah pasti karena ingin menaati Tuhan. Nah, dengan demikian, fokus kita ke fikih itu, tidak akan menjadikan fikih tersebut sebagai tuhan, terlebih Tuhan. 

Lagi pula, bukankah fikih sendiri mengatakan bahwa Allah mewajibkan belajar fikih di mana kalau tidak belajar berarti akan didosa oleh Allah? Artinya, bukankah dengan demikian, berarti kefokusan kita kepada fikih itu berarti karena perintah Allah dan karena kita telah menTuhankanNya? Jadi, fokus kepada fikih itu, karena kita telah menTuhankan Tuhan/Allah. 

Lagi pula, bukankah fikih sendiri yang mengatakan bahwa kalau ingin dapat pahala dari ketaatan kita, seperti belajar fikih, mengamalkan fikih ... dan seterusnya.. harus diniatkan karena Allah? Terus dari mana kemungkinan datangnya penuhanan pada fikih, kalau kita fokus pada fikih? 

Lagi pula, fikih sendiri yang mengatakan bahwa pahala itu adalah bonus dari Tuhan, bukan bayaran kita dan hak kita. Artinya, bonus bagi yang diridhaiNya. Jadi, kalau ingin mendapat ridhaNya, maka melakukan ketaatan seperti belajar fikih, mengamalkan fikih ..dan seterusnya itu harus dikarenakan Allah. Kalau demikian halnya, lalu dari mana kekhawatiran penuhanan terhadap fikih yang ia sendiri menTuhankan Tuhan dan memerintahkan kita untuk mengkarenakan pada Tuhan dalam setiap tindakan dan perbuatan???!!! 

Anjuran: 

Berhentilah mendengar nyanyian-nyanyian orang-orang pluralisme, sok shufi dan sok wahdatu al-wujuud. Wassalam.

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Bande Husein Kalisatti: Pikiran dari mana tuh..kok bisa fokus pada fiqih, dikatakan fiqih jadi Tuhan. 

Heri Widodo: Efek dari tiap detik berpikir tentang fiqih hingga yang setiap saat ada dibenaknya tersebut lebih sering muncul dibanding Tuhan. 

Bande Husein Kalisatti: Heri Widodo : Allah memerintah manusia taat padaNYA melalui ketaatan pada Rosul dan Ahlul Baith as, Rosul dan Ahlul Baith mengajarkan bagaimana cara taat kepada Allah swt.. salah satu ilmu dari Rosul saww dengan belajar dan mengajarkan Fiqh... seperti dalam hadit-hadits yang banyak ditulis di buku bahwa ilmu yang wajib dipelajari dan akan membawa kebahagian dunia dan akherat adalah 1. ilmu prinsip-prinsip Islam (ushuludin) 2. Ilmu akhlak 3. Ilmu Fiqh... afwan cuma nambahin.. itu yang ane inget.

Sinar Agama: Heri: Kemunculan itu harus disempurnakan, yaitu karena mau mengikuti perintah Allah. Jadi, kelebihseringan munculnya fikih tersebut, adalah fikih yang karena dibuat Allah dan menuju ke Allah serta karena Allah. Mengapa antum seperti sedang memversuskan fikih dengan Tuhan???!!! 

Sang Pencinta: Mungkin kesalahan ada di cara berpikir mengapa mengkonfrontasikan fiqih dengan Tuhan, justru fiqih itu adalah representasi hukum Tuhan melalui ijtihad marja, afwan. 

Heri Widodo: Pengertian Dari Hakekat Eksistensi yang Selalu Ada hingga meniadakan yang selainNYA, termasuk fiqih. Berfiqih namun melupakanNYA. 

Sinar Agama: Heri, antum ini, kalau sudah fana’, mengapa tanya-tanya fikih? 

Lagi pula, siapa yang mengatakan fikih itu eksis? Emangnya kalau kita katakan hanya Tuhan yang ada, lalu yang lainnya itu tidak bisa dikatakan esensi dimana termasuk fikih? 

Kalau antum mencampur dua urusan itu, fikih dan irfan, dimana pembedaannya harus ada di hati dan akal kita, maka kalau antum campur, tidak akan pernah ke fikih dan tidak akan pernah juga ke irfan. Mengambang sampai tidak ada batasnya kecuali kematian. 

Wassalam. 

Bande Husein Kalisatti and 15 others like this. 

Nanang Agus Satriawan: Waduh kok judulnya Fikih VS wahdatul wujud? Emang di mana pertentangan antara Fikih dan wahdatulwujud Ustadz? 

Nanang Agus Satriawan: Berpegang pada Fikih tidak harus menutup akal dan hati, karena kalau sampai demikian maka itulah yang di sebut dengan menuhankan ajaran.. 

Khusnul Chotimah InAh: Fikih itu ilmu alat, sedangkan tujuannya adalah ubudiyyah (penghambaan). Untuk menuju ke tujuan yang diinginkan kita butuh alat. Gitu aja kok repot. 

Sinar Agama: Zaranggi, benar seperti itu. 

November 10, 2012 at 7:34 am


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Mengapa Selalu Nabi saww Yang Disalahkan ?



Seri tanya jawab Fadly Ilyas Dg Liwang dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Tuesday, November 6, 2012 at 9:02 pm



Fadly Ilyas Dg Liwang: 10 Agustus sekitar Daerah Khusus Ibukota Jakarta 


Salam Ustadz. Semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah, ilahi aamiin. Mohon dijelaskan asbab an-nuzul Q.S. Al-Anfal ayat 68. syukran :) 


Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 

1. Ayat yang antum maksud adalah sebagai berikut:


لَّوْلاَ كِتَبٌ مِّنَ اللهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَآ أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ


"Seandainya bukan karena ketentuan Allah yang telah ditetapkan sebelumnya, maka kalian akan mendapat adzab dari apa-apa yang telah kalian ambil.” 

2. Sebab turun ayat tersebut adalah berhubungan dengan apa-apa yang dilakukan para shahabat dalam perang. Yaitu yang berperang karena ingin mendapatkan tawanan dan tebusannya. 


Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa tidak boleh Nabi saww dan mukiminin untuk mengambil tawanan sebelum kemenangan total (seingat saya, saya sudah menjelaskan ayat sebelumnya di fb ini, karena dikira bahwa Nabi saww telah melakukan kesalahan dengan mengambil tawanan tersebut). Atau ada juga yang menerangkan dalam riwayat bahwa sebelum membunuh siapa- siapa penyebab fitnah peperangan di perang Uhud itu. 

3. Ketentuan dalam ayat di atas itu, bukan ketentuan nasib manusia, akan tetapi ketentuan hukum. Maksudnya dalam ayat tersebut adalah: Seandainya kalian para shahabat yang berebutan tawanan sebelum kemenangan mutlak hingga kadang menyebabkan kekalahan seperti di perang Uhud, tidak tercakup ketentuan hukum Tuhan yang dituliskan bahwa siapapun yang bersalah tidak akan diadzab sebelum datang penjelasan, maka kalian, dengan perbuatan kalian itu, sudah pasti akan terkena adzab Tuhan. 

4. Sebagian riwayat-riwayat Sunni tega-teganya dibuat untuk memojokkan kanjeng Nabi saww dengan mengatakan bahwa Nabi saww telah mengambil tawanan dan ditegur Umar atau Sa’ad bin Mu’aadz hingga turun ayat tersebut. 

Kepalsuan riwayat seperti ini, sangat nampak jelas, karena Tuhan sedang menerangkan adanya orang-orang yang berperang karena ingin mendapat tawanan dan tebusannya. Sementara Nabi saww dan para mukminin yang shalih, berperang hanya dan hanya karena Allah. 

5. Kepalsuan hadits itu semakin meningkat manakala Nabi saww setelah ditegur Umar atau Sa’ad bin Mu’aadz itu, dan dituruni ayat sebelum ayat yang antum tanyakan itu, beliau saww bersabda: 

“Seandainya turun adzab/bala kepada kita semua, maka tidak akan ada yang selamat kecuali Umar/ Sa’ad bin Mu’aadz.” 

Bayangin Nabinya saww sendiri kena adzab tapi Umar atau Sa’ad tidak akan terkena adzab tersebut. 

6. Kelengkapan dalil-dalil ketidakbersalahan Nabi saww di perang Badr tersebut, yakni bantahan pada orang-orang yang menfitnah Nabi saww sembari melebih tinggikan Umar/Sa’ad dari Kanjeng Nabi saww, bisa dilihat di catatan sebelumnya. 

Wassalam. 


Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhammad wa alli Muhammad. 

Fadly Ilyas Dg Liwang: Syukran ustadz. Karena berkaitan dengan hal tersebutlah (khusus poin 4, 5) yang membuat saya miris mendengar salah satu kajian di satu majelis. Semoga Allah tidak mengadzab saya karena kelemahan ilmu untuk membela Rasulullah. Afwan ustadz, judul tema ayat sebelumnya di wall ustadz apaan yah? 

Sang Pencinta: Silahkan mas Fadly http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/403116739733128/

Fadly Ilyas Dg Liwang: Alhamdulillah...syukran SP. Semoga kemuliaan lailatul qadr menaungi anda dan keluarga, Ilahi aamiin. 

Sang Pencinta: Amin, semoga antum dan keluarga begitu juga hendaknya. Wassalam.



اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 07 November 2018

Metode Mengambil Informasi Fikih Yang Berbeda-beda dari Satu Marja’



Seri tanya jawab Muhammad Dudi Hari Saputra dengan Sinar Agama
by Sinar Agama (Notes) on Thursday, October 18, 2012 at 1:19am


Muhammad Dudi Hari Saputra: 10 Agustus, Salam ustadz,,, 

Saya sedikit resah dalam hal penerapan fiqih, terutama di kalangan muqalaf yang mengalami kebingungan Ustadz tentang aturan fiqih yang mana harus diikuti dan dijalankan,, 


Saya sangat senang kita memiliki Rahbar sekaligus marja’ sekaliber Ayatullah al-Uzhma Ali Khamenei, dan mayoritas di Indonesia menjadikan beliau sebagai marja’. Namun di kalangan umat masih saja terjadi perbedaan ustadz bahkan antara (dari sini saya tambahkan sendiri kalimatnya karena terputus dan saya sadari ketika edit akhir yang rada sulit mencari ke sumber asalnya sebab kekurangnnya sudah dari sejak saya membuat catatannya, sa) sesama yang taklid kepada Rahbar sendiri dan para pengajarnya (ustadznya).

Irsavone Sabit: Nyimak. 

Bande Husein Kalisatti: Hal ini pernah ditanyakan oleh seseorang kepada salah satu ulama yang datang dari Iran tentang perbedaan penafsiran fiqh di kalangan ustadz-ustadz..jawab beliau (ulama). “kalau terjadi perbedaan, tanyakan pada guru mereka”. 

Zakky Adam LovestHawa: NyiMak” 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 
Metode memahami fikih itu jelas baku, tapi tidak semua yang tahu kebakuan tersebut, karena harus banyak tahu hukum fikih dan berbagai ilmu hingga tahu maksud sebenarnya fikih tersebut. 
Untuk menjawab pertanyaan ke dua antum, saya nukilkan dialog di bawah ini: 

Sang Pencinta mengirim ke Sinar Agama 

Salam ustadz, sedikit uneg-uneg ya ustadz, yang saya tahu ustadz-ustadz AB yang terjun ke masyarakat banyak yang belajar dari hauzah Qom, apakah ketika beliau-beliau itu sebelum terjun ke lapangan tidak melalui tes penyaringan atau katakanlah dibaiat sehingga apa yang disampaikannya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh marjanya, sehingga keorisinilan ajaran AB tidak sampai pada kita-kita yang awam/ tidak ke hauzah? Terima kasih wa afwan. 

Neo Quisling, Khommar Rudin dan 5 orang lainnya menyukai ini. 

Irsavone Sabit: nyimak 

Sinar Agama: Salam dan terima kasih pertanyaannya: 
Pendidikan di sana itu bertingkat dimana semakin lama belajar maka akan semakin paham pelajaran yang telah lalunya sekalipun. 

Kan sudah dibilang bahwa 4 tahun - 5 tahun pertama itu adalah mukaddimah. Tahun-tahun ke 6 sampai ke 12 atau ke 14, adalah tingkatan tengah dan dari tahun ke 14 itu masuk ke pelajaran tinggi yang dikenal dengan Bahtsu al-Khoorij. 

Sekarang ini, dengan tetap memperhatikan dasar-dasar pendidikan hauzah, sudah dibuat sistem penjurusan bagi yang tidak ingin mencapai ijtihad dalam fikih dan ushulfikih. Karena itu ada s1, s2 dan s3. Dan jurusannya banyak sekali, seperti filsafat, madzhab-madzhab, fikih, ushulfikih, sejarah, bahasa arab, tafsir, keperempuanan, ...... dan seterusnya. 

5 tahun pertama bisa menyelesaikan s1, kira-kira 4 tahun atau 5 tahun kemudian bisa menyelesaikan s2, dan 5 tahun kemudian bisa menyelesaikan s3. 

Di sana, juga ada ujian-ujian dalam setiap pelajaranya di mana kalau tidak lulus dalam satu pelajaran, maka harus mengulang atau mengulang ujiannya setidaknya di akhir semester depan. 

Saking ketatnya ujian, maka untuk masuk ke peringkat yang lebih tinggi (misalnya dari s1 ke s2, dari s2 ke s3), juga diuji dengan berat di mana kalau tidak lulus dua kali, akan disuruh pulang dan banyak juga yang gagal di sini. Saya bicara untuk semua murid-murid dunia, bukan hanya Indonesia. Dan bahkan sudah ada yang kabur duluan sebelum disuruh pulang setelah menyelesaikan satu peringkatnya, seperti s1 atau s2-nya. 
Bahasa dipulangkan atau DO, yang dipakai di sana adalah “disuruh tabligh”. 

Sedang untuk yang jurusan ijtihad, maka cara di poin dua itu yang dipakai dan di Bahtsu al-Khoorij itu dibagi dua untuk pelajar luar negeri yang mau ikut programnya, yaitu menjadi 5 tahun. Kalau lulus di 5 tahun pertama, ia dikatakan Mujtahid Mutajazzi’ (mujtahid belum lengkap) dan kalau lulus di 5 tahun ke dua, di mana sampai sekarang belum ada lulusannya dan bahkan muridnya sampai sekarang baru 12 orang, maka ia akan disebut Mujtahid Penuh (ayatullah). 

Tentu saja, yang jurusan fikih atau ushulfikih, atau bahkan jurusan lainnya, dari yang lulus s2, kalau ingin merubah jurusannya dan ingin menjadi mujtahid, maka bisa masuk ke program ijtihad ini.
 
Ujian yang dihadapi murid-murid tingkat empat, yaitu yang di 5 tahun pertama Bahtsu al-Khoorij itu, adalah, tiap bulan menghadapi satu mujtahid dan di akhir tahun harus menghadapi dua mujtahid yang mengeroyoknya. Begitu seterusnya sampai 5 tahun. 

Yang lulus di peringkat empat itu, selain disebut Mujtahid Mutajazzi’ juga disebut Doktor atau sejajar dengan Doktor. 

Ada juga orang yang belajarnya bebas seperti sistem lama ketika belum revolusi, yaitu belajar sendiri sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada di nomor dua di atas itu, lalu ujian sendiri pada guru-gurunya setelah belajar kitabnya itu atau ujian ke sekolahnya. Dan kalau sudah sampai di Bahtsu al-Khoorij itu, terserah dia untuk mengujikan dirinya. Apakah per tahap atau keseluruhan. Kalau nanti sudah dinyatakan lulus oleh mujtahid, maka ia akan dinyatakan sebagai mujtahid, baik penuh atau sebagian/mutajzzi’ itu. 

Tapi cara ini, tidak dipakaikan untuk orang-orang luar negeri. Karena itu, ujian-ujian mereka harus tetap ke sekolah yang mengurusnya dan baru dikatakan bisa bebas, kalau sudah selesai dari tingkat empat atau sudah menjadi Mujtahid Mutajazzi’. 

Ada satu dua orang, yang karena alasan-alasan tertentu, dia dibolehkan tetap tinggal di Iran, walaupun tidak ikut dalam pelajaran-pelajaran dan ujian-ujian formal tersebut. Misalnya sebagai penulis, peneliti dan semacamnya. Tapi orang-orang, kalau pelajar asing di sana, benar-benar hanya satu dua orang saja. 

Untuk pelajaran-pelajaran ilmu Kalam dan Filsafat, maka jenjangnya sudah saya terangkan di catatan yang menulis tentang Kurikulum Hauzah di mana untuk selesai sampai Irfan, diperlukan 35 tahun secara normalnya. Tapi kalau belajarnya berjam-jam sehari dan kuat hingga misalnya belajar dua kali lipat kecepatannya atau lebih, maka ukuran waktu tersebut bisa diperpendek menjadi separuhnya atau lebih cepat. 

Islam dan Ahlulbait as itu, tidak bisa dibahas dalam satu dimensi dan, apalagi dibatasi pembahasannya. Karena itu, semakin lama orang belajar, maka sudah tentu akan semakin tahu dengan ijinNya. Karena di sana, selalu dipantau dengan ujian-ujian sebagaimana sudah dijelaskan. 

Karena itu, para ulama mengatakan bahwa taklid kepada yang lebih pandai itu adalah wajib. Nah, dilihat dari sisi ini, maka mereka juga menasihati bahwa belajar agama juga demikian, terutama manakala terjadi perbedaan penjelasan. Yakni belajar kepada yang lebih pandai dan lebih banyak tempuhan pembelajarannya. Karena akal dan agama yang menyuruh demikian, terlebih ketika yang lebih pandai itu dapat menjelaskan dengan gamblang teori- teori yang disampaikannya dan terlebih lagi, tidak bisa dibantah oleh yang di bawahnya atau yang tidak lebih pandai darinya atau tidak lebih tinggi darinya dalam jenjang tempuhan pendidikannya itu. 

Tambahan: 


Karena agama, terutama dalam masalah akidah dan pemikiran, tidak ada taklid menaklid, maka di sini, siapa saja bisa mengajukan pendapat yang disertai dalil-dalilnya. Karena itu, medannya lebih terbuka dari bidang-bidang agama yang lebih spesifik seperti tafsir, fikih, ushulfikih, hadits, ..dan seterusnya. Karena itu, dalam hal akidah bisa dengan pengajuan dalil dan tidak memperhatikan jenjang capaian pelajaran itu, tapi dalam bidang-bidang lainnya, sudah seyogyanya memperhatikan dengan bijak, paparan yang lebih alim tersebut. 

Ayatullah Jawodi Omuli hf dalam menafsirkan kata-kata Imam Ali as yang mengatakan (sesuai yang dinukil ke kita dan dengan terjemahan yang menyebutkan inti-intinya): 

“Kalau kalian ingin tahu mutu seseorang, maka lihatlah makanannya.” 


Beliau hf menjelaskan bahwa makanan itu ada dua macam, makanan badan dan makanan ruh. Makanan badan adalah makanan sehari-hari itu. Dalam hal ini, kalau ingin melihat mutu seseorang, maka lihatlah hartanya itu, apakah ia adalah harta halal atau tidak, dibayarkan khumusnya atau tidak, korupsi atau tidak ...dan seterusnya. Kalau halal dan tidak ada tercampur apapun keharaman seperti khumus/zakat yang tidak diberikan, maka ia orang baik dan kalau tidak, maka sebaliknya. 

Beliau hf meneruskan: Kalau makanan ruh itu adalah ilmu. Karena itu, lihatlah apa ilmu, dari mana ia mendapatkannya, siapa gurunya, seberapa banyak ia mengambilnya (dengan bahasa sekarangan, kitab apa saja yang ia khatamkan dari gurunya itu).......dan seterusnya. 

Anjuran Gamblang

Kalaulah tidak mau memperhatikan semua yang dijelaskan di atas itu, setidaknya, dalam belajar, jangan mencampur dengan kecenderungan dan kesamaan karakter dengan pengajarnya, apalagi masalah kelompok dan keturunan. Jadi, carilah semua ilmu dalam kehingaran informasi itu, dengan melihat dalilnya yang lebih gamblang, bukan yang lebih cocok dengan rasa, perasaan dan kecenderungannya. 

Kalaulah dengan hal itu, belum juga terobati karena berbagai hal seperti tidak bisa memahami dengan baik dalil-dalil yang terungkap, maka setidaknya, pilihlah yang lebih hati-hati dan lebih berat. Karena memilih yang lebih berat, walau ada kesalahannya, maka ruginya hanya sedikit berat di dunia saja, tapi di akhirat sudah pasti lolos. Tapi kalau nekad memilih yang lebih ringan lalu salah, jangankan di akhirat, di dunia ini sudah pasti akan menghadapi banyak masalah seperti qodho, kaffarah dan semacamnya. 

Rabaan yang Sangat Mungkin

Sebenarnya, tingkatan-tingkatan itu tidak terlalu mencampuri urusan kehingar-bingaran informasi di Indonesia ini. Yang sangat mungkin, adalah bahwa dalam masalah Ahlulbait as di Indonesia ini, sama dengan masalah-masalah yang dihadapi saudara-saudara Sunni. Yaitu, tidak adanya spesifikasi dalam bidang para penyampainya dan, yang tidak lebih kalah parahnya, adalah tidak adanya spesifikasi dalam jenjang pelajarannya itu. Karena itu, semua orang atau penyampai, bisa menjelaskan semua masalah sekalipun tidak pernah ia pelajari di masa ia menempuh pendidikan, baik karena bukan bidangnya atau bukan tingkatannya. 

Memang tidak ada dan bahkan tidak boleh menindak siapapun yang memahami fikih dan mengajarkannya. Jadi, kita hanya bisa adu argumentasi dalam memahami fikh tersebut dan, semua mukallaf dibebaskan memilih yang terkuat dan, kalau hal itupun masih salah juga, maka dalam berbagai hal, tetap saja diwajibkan mengulang perbuatannya atau mengqodho’nya atau bahkan membayar kaffarah. 

Pilih yang terkuat dan terberat. Misalnya ada perbedaan antara haram dan halal, maka pilih yang haram. Antara najis dan suci, maka pilih yang najis. Antara sudah masuk bulan puasa atau belum, maka pilih yang belum. Antara sudah imsak atau belum, maka pilih yang sudah imsak. 

Perintah ini, memang dianjurkan di fikih supaya tidak merepotkan diri sendiri di kemudian hari. Wassalam. 

Muhammad Dudi Hari Saputra: Syukron atas penjelasannya ustadz.. 

Ustad menjelaskan bahwa jika tetap terjadi kesalahan maka kita wajib mengqodho’ bahkan membayar kaffarah, bisa dijelaskan lebih rinci ustadz apa yang dimaksud dengan qodho dan kaffarah itu? Dan dalam kondisi apa saja kita harus melaksanakannya?? 

Kemudian di atas jika kekeliruan yang dialami oleh mukallaf,, namun bagaimana dengan tanggung jawab seorang ustadz yang salah/ keliru menyampaikan aturan fiqihnya ustadz? Dan kemudian muqallaf mengikuti beliau karena ketidaktahuan muqallaf itu sendiri tentang aturan fiqih yang benar ,, syukron. 

Sang Pencinta: 940. Macam-macam Kaffarah Dan Waktu Pelaksanaannya, oleh Ustadz Sinar Agama = 

http://www.facebook.com/groups/210570692321068/doc/438351299543005/

Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama 

Muhammad Dudi Hari Saputra: Syukron mas pencinta,, 

Oh iya mas pencinta ada menyimpan data tentang macam-macam kontradiksi/ fallacy menurut ustadz Sinar Agama? Syukron. 

Khommar Rudin: Allahumma shalli alaa Muhamamd wa aali Muhammad. 

Sang Pencinta: @Dudi, mungkin antum bisa dapatkan di file dengan judul ‘logika’. Saya sendiri belum mencek secara detail. Afwan.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ