Kamis, 04 Oktober 2018

Hakikat Manusia



Seri Tanya Jawab CintakasihNya Kasih dan Ustad Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 13:49


CintakasihNya Kasih: Salam. Ustadz saya mau tanya: 

1. Apakh hakikat dari manusia itu? 
2. Menjadi manusia itu “capek”, karena harus melaksanakan segala aturan-aturan, dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini berbeda dengan malaikat yang tampaknya di posisi yang aman. Mohon pencerahannya ustad? 


Semoga ustad selalu dalam selimut kasihNya. Makasih. 

Sinar Agama: Salam dan terimakasih pertanyaannya: 

(1). Manusia itu adalah makhluk materi yang mengandungi non materi yang dikatakan ruh atau jiwa. 

(2). Ruh manusia memiliki tiga tingkatan secara global. Yaitu Badani, barzakhi dan Akli. 

(3). Karena manusia memiliki materi yang mana hanya materi yang memiliki potensi dan non materi tidak, maka manusia dengan dimensi akalnya itu bisa menaikkan derajatnya sampai ke tingkat surga, akal-akhir, sampai ke Fana dan Fana’nya Fana’ serta ke maqam Asmaa-u al- Husna. 

(4). Ketika manusia mencapai derajat Fana ke atas itulah ia bisa menjadi khalifah Tuhan (wakil Tuhan) untuk mengatur semua alam. 

(5). Ketika manusia itu menjadi khalifah Tuhan dalam mengatur semua makhluk, maka ia juga jadi pengatur bagi malaikat. Karena setiap malaikat hanya jadi wakil Tuhan dalam bidang- bidang terntentu.
 
(6). Ketika insan adalah calon khalifatullah, dan lebih tinggi dari semua malaikat, maka sudah tentu tidak gratisan. Karena itu perlu perjuangan. 

(7). Ketika manusia sudah jadi khalifah dimana sekarang adalah imam Mahdi as. maka layaklah di malam Qadr (perestuan terhadap yang akan terjadi satu tahun ke depan), maka layaklah para malaikat itu turun ke bumi mengunjunginya untuk mendapatkan perestuan dari apa- apa yang akan terjadi dari semua kejadian alam semesta ini. 

Wassalam. 

CintakasihNya Kasih: Setelah membaca penjelasan “hakikat manusia” di atas, rasanya indah, namun ada rasa takut dan sedih. Karena dalam pelaksanaannya berat+butuh perjuangan untuk menjadi “hakikat manusia”. Bahkan tampaknya belum terlintas menjadi khalifahNYa, karena mendapat maafNya saja, entahlah.. Sedih jiwa ini, karena masih sering ngeluh, gak sabar, belum ikhlas menerima apa yang diberikanNya.. Mohon doanya ya ustad dan terima kasih atas penjelasannya.. Salam. 

Sinar Agama: Kasih: Jangan dikira para pencapai makam itu tidak bergetir-getir dan kelelahan seperti halnya kita- kita. Akan tetapi adalah kewajiban untuk menujuNya dengan jalan benar argumentatif dan aplikatif. 

Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Allahumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad. 

Eman Sulaeman: Ustadz Mohon bertanya.. 

1.- Apakah potensi yang dimiliki Manusia itu berbeda - beda?
 
2.- Apakah Potensi yang dimiliki manusia itu ada dari lahir atau sebelum Lahir? (misal : Gen orang tuanya Baik/buruk,hasil zinah... dan seterusnya) 

3.- Potensi Manusia “ Suci Jelas Memang Sangat Memiliki Potensi dari segala Pandang Sudut walau Sangat Berat Perjuanganya. Pertanyaanya bagaimana Manusia’’ selain Manusia Suci mungkin Perjuanganya Sangat Sulit?.. 

Mohon Pencerahanya Ustadz.. Wassalam. 

Sinar Agama: Muke: 
1.- Potensi manusia itu jelas memiliki perbedaan. Akan tetapi perbedaan-perbedaan ini adalah kesempurnaan dari manusia itu secara majemuk dan, yang paling penting adalah tidak menjadikan pemiliknya terditerminis oleh potensinya tersebut. Misalnya, orang buta, tidak dideterminis oleh keadaannya itu hingga, misalnya, boleh membunuh, boleh berzina, boleh tidak belajr, boleh tidak takwa ... dan seterusnya. Jadi, apapun potensi yang dimiliki manusia, baik genetiknya, sel-sel keturunannya yang sering menularkan sifat orang tuanya ke anaknya, kaya miskinnya, normal tidak-nya, ... dan seterusnya ... semua ini, tidak menjadi pendeterminis atau pemajbur atau pemaksa bagi kehidupan manusia hingga ikhtiarnya menjadi tidak berfungsi. Tidak demikian. 

Yang akan membedakan mereka dari perbedaan potensi itu, bukan di tugasnya masing- masing yang sama-sama wajib menjadi insan kamil atau takwa, tapi hanya di bentuk ujian yang dihadapinya dan, sudah tentu di pahalanya. 

Misalnya, orang buta yang belajar Qur'an dan menghafal satu surat, akan lebih besar pahalanya dari orang yang melihat yang belajar Qur'an dan hafal satu surat. Anak yang bergenetik agak bodoh yang belajar ulet dan dapat memahami makna bismillah -misalnya- akan lebih besar pahalanya dari orang yang bergenitik cerdas dan belajar hingga paham makna bismillah. 

Semua penjalasan ini, sebenarnya merupakan ulangan dari berbagai tulisan-tulisan sebelum- nya. 


2.- Manusia suci itupun sama dilihat dari potensi ini. Yakni tidak keluar dari sunnatullah yang ada pada al-kaun atau ciptaanNya ini. Beda mereka dengan kita adalah, kalau mereka 

mengaplikasikan semua yang mereka ketahui hingga mereka mencapai derajat maksum, sedang kita dari kecil sudah terbiasa melanggar yang kita tahu hingga ya ... beginilah jadinya, ruwet dan semrawut dilihat dari sisi kejiawaan, kepribadian dan bahkan sosial. Semoga Tuhan sudi memaafkan kita semua. 

Eman Sulaeman: Amin Ya Robbii... Sukron Ustadzuna... 

Semoga antum diperkaya khazanah Ilmiah dan selalu memperbaharui Keilmuan Islamiyah... Amiin.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Feminisme



Oleh Ustad Sinar Agama

Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 14:21



Sinar Agama: 15 Rajab adalah hari wafatnya hdh Zainab as. Semoga beliau dapat diteladani umat muslim dunia, khususnya Indonesia, hingga mereka tidak mengislamikan feminisme, karena Islam punya jalan sendiri seperti yang dicontohkan beliau. Assalamualiki ya sayyidah Zainab, isyfa’ lanaa fi al-jannati. 

Black Neo: mengislamikan feminisme.. gimana maksudnya, ustadz? 


Sinar Agama: Blck: Hari ini ana seperti kelehan. Ok, ana coba isyarati secara garis besarnya saja. Feminisme ini adalah madzhab pemikiran tentang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Masalah ini, telah menghasilkan berbagai gelombang dalam dunia Islam. Artinya, kalaulah tidak mayoritas, banyak sekali muslimin yang menerimanya. Tapi dalam pada itu, berbagai pengkebirian terhadap feminisme ini. Ada yang mengatakan bahwa semua haknya harus sama, selain seperti waris. Yakni semua hak sosianya, harus sama kecuali yang bersifat ibadah dan hukum syar’i. Ada lagi yang mengatakan semua harus sama kecuali jadi pemimpin tertinggi. Ada yang mengatakan semuanya harus sama walau jadi Presiden sekalipun (pemimpin tertinggi). Dan seambrek lagi pandangan para tokoh Islam dalam menghadapi kesamaan hak yang diterimanya secara global dan dari madzhab feminisme itu. 

Akhirnya, karena kesamaan itu memang perincian yang menggairahkan nafsu dan akal-tak-dalam, maka feminisme itu telah resmi menjadi pemikiran yang benar. Akan tetapi karena berbagai pandangan di dalamnya di atas itu, maka muncullah apa yang dikatakan dengan Feminisme Islam. 

Padahal, Islam punya ajarannya sendiri. Tapi karena umumnya tentang ajarana sosial politik Islam itu telah dibuat menakutkan sejak jaman Belanda, maka ia tidak pernah mampir lagi di kepala kaum muslimin khususnya di Indonesia, terlebih setelah cendikiawannya belajar spesiali-spesialis Islam dari barat yang kafir. Karena itulah, maka makanan haram ini, telah menjadi halal dengan sedikit perubahan nama menjadi Feminisme Islam. Kalau saya boleh bergurau, kalau pahaman salah ini saya ibaratkan zina yang diharamakaan dalam Islam, maka ia sama dengan kalau kita mengatakan Zina Islam. 

Para kaula muda kita, termasuk yang pengikut Ahlulbait, karena belum mengahlulbaitkan semua pemikirannya, karena dalam masa transisi, maka iapun menjadi mangsa Feminisme Islami ini. Karena itulah mereka merubah dalil-dalil sebelumnya dengan yang Ahlulbaiti. Kalau dulu berdlil dengan ‘Aisyah yang memimpin perang dengan imam Ali as, tapi sekarang mengambil contoh dengan sejarahnya hdh Faathimah as yang mengetuki pintu-pintu Madinah untuk membantu imam Ali as. 

Padahal, yang diinginkan kaula muda itu, adalah kesamaan hak sosial itu. Terutama dalam aktifitas sosial dan politik. Akhirnya, karena pemikiran yang salah ini, maka mereka menjadi seperti itu. Artinya, mereka sudah ahlulbait, tapi membaurnya (antara laki-laki dan perempuan) seperti dulu dan, bahkan lebih parah dengan adanya mut’ah yang kacau balau dan salah-salah itu. 

Karena itulah saya berdosa, semoga hdh Zainab as ini dapat dijadikan teladan. Maksud saya supaya dapat memalingkan mereka ke ajaran Islam dan melepaskan diri dari Femisnime Islami itu. 

Ringkasnya, saya ingin bahwa teman-teman AB setidaknya, benar-benar belajar dan belajar dari bawah, dan meliburkan dulu semua info sebelumnya tentang Islam. Artinya untuk memeluk apa-apa yang dikatakan para ulama. Karena mereka lebih tahu tentang Islam, hdh Faathimah as dan hdh Zainab as. Karena itu belajarlah Islam dari teropong Islam saja, jangan dari teropong- teropong lainnya. Wassalam. 


D-Gooh Teguh: menurut hemat saya, persoalan sebenarnya bukanlahkesamaan tetapi kesetaraan. Dan dalam Islam konsepnya kait-mengkait. Seperti daim maka karena wajibnya nafkah maka istri wajib taat jika diminta tetap di dalam rumahnya. Tetapi bisa dilakukan persetujuan manasuka dalam mut’ah. Dan karena kewajiban memberi nafkah maka bagian waris laki-laki adalah satu banding dua. (tentunya ini analisis permukaan saja karena menduga kedalamannya sungguhlah pelik). Oleh karena itu daim dan mutah adalah mana yang lebih sesuai dengan situasi, kondisi dan mana-mana yang diinginkan. CMIIW. 

Karena konsep dasar adalah pemisahan harta maka poligami menjadi tidak merumitkan persoa- lan hukumnya. Prinsip monogami dalam hukum sekuler umumnya menuntut adanya konsep percampuran harta guna semakin mengukuhkannya. Dan seterusnya. 

Karena kewajiban memberi nafkah maka diberikan hak laki-laki untuk poligami karena semuanya akan menjadi beban tanggungannya. Kecuali jika dipersyaratkan dalam mut’ah maka itu pun menjadi resikonya pula untuk tidak poligami. Demikian seterusnya. Kalau salah ya monggo saya diluruskan... Kesetaraan dalam aktivitas sosial politik kemasyarakatan maka karena hijab boleh beraktivitas bersama dalam batas tertentu dan aturan tertentu guna mencegah dampak negatif berhubungan sosial laki-laki dan perempuan. Semata-mata urusan keprofesionalan dan tugas bersama. Tentang carut marutnya mut’ah maka sesungguhnya itu diakibatkan oleh adanya asimetrik informasi. Masing-masing pihak tidak mengetahui secara berimbang tentang hak dan kewajiban. Juga tentu saja tidak adanya otoritas yang bisa memaksa untuk menegakkannya. Itulah akar masalahnya. 

Sinar Agama: Teguh: Terimakasih atas usahanya menjabarkan feminism dengan penyetaraan. Ana tidak bisa komen, karena belum tahu makna yang dikandung di dalamnya. Artinya tafsiran itu ana masih baru mendengarnya dari antum. Jadi, kalau dikomen nanti bisa nyasar-nyasar. Walhasil Islam punya ajarannya sendiri dan kaya, hingga tidak perlu diwajahkan dengan feminisme, demokrasi, humanism ..... dan seterusnya. Islam sudah kaya dan demokrasinya jauh beda demokrasi yang ada dan justru ia lebih demokarasi dari demokrasi ala PBB dan dunia internasional. Begitu pula Islam mampu menjaga hak-hak wanita melebihi Femisnisme. Itu saja misi yang ingin ana sampaikan. Yakni jangan mengaji pada konsep lain, baik sama kek, setara kek 

... ada apa? Orang agama Islam itu dari Tuhan dan paling lengkap. Ghitu.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Apakah Tuhan Dapat Dikenali



Seri Tanya Jawab Poeput Maniez dan Ustadz Sinar Agama 
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 13:44


Poeput Maniez: Salam ustadz, ana mau bertanya, dikatakan bahwa Tuhan itu tidak bisa dikenali, jika ia dikenali maka Tuhan itu terbatas, dan berarti itu bukan Tuhan. Hal ini bertolak belakang dengan hadis Imam Ali, kenalilah dirimu maka engkau akan mengenal Tuhanmu. Apakah ini berarti pengenalan kita pada diri sendiri merupakan lawan dari pengenalan terhadap Tuhan? Lalu dikatakan pula, bahwa Tuhan tidak memiliki sifat, jika ia memiliki sifat maka tidak bedanya kita mengobjekan Tuhan (brarti Tuhan terbatas), lalu bagaimana dengan sifat-sifat / asmaul husna ? Apakah sifat-sifat tersebut sifat Tuhan atau bagaimana penjelasannya? 


Sinar Agama: salam dan terimakasih atas pertanyaannya: 

(1). Kalau ingin tahu rincian jawaban pertanyaanmu ini, maka rujuklah catatanku yang berjudul “Pokok-Pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah” bagian pertama. 

(2). Ringkasnya: Tuhan itu wajib dikenali. Karena akal sendiri yang mewajibkannya. Begitu pula agama Islam. Akal mengatakan, kalau kamu tidak tahu Tuhanmu, bagaimana kamu bisa mensyukuri pemberianNya, mengabdiNya dan/atau memilih agamaNya di antara banyak agama, dan bahkan bagaimana kamu bisa memilih Tuhanmu dari berbagai penawaran tentang Tuhan sepanjang sejarah manusia ini. 

Kalau kamu tidak menggunakan akalmu, dan tidak wajib mengenal Tuhanmu, lalu mengapa kamu nekat memilih Tuhan yang satu? Mengapa tidak memilih yang dua tuhan atau lebih? 

Dan kalau kamu tidak wajib mengenal Tuhanmu, mengapa ketika kamu memilih agama Islam (dari keturunan) di Qur'an Tuhan banyak sekali mengatakan “Ketahuilah bahwa Tuhanmu itu Maha ini dan itu”. Bukankah bahwa perintahNya itu wajib dilakukan? Dan bukankah melakukan perintah Tuhan di ayat ini adalah mengetahuiNya? 

Nah, kalau Tuhan itu tidak bisa dikenali, maka sudah pasti akal kita dan Qur'an kita (bagi yang beriman) harus pula ditinggalkan. Yakni tidak boleh memilih Tuhan manapun. Karena kita tidak kenal Tuhan manapun. Jadi memilih salah satu diantaranya adalah kekonyolan yang nyata. 

Dan bagi yang beragama Islam maka Tuhan telah sia-sia memerintahkan kita semua untuk mengetahui dan mengenaliNya. 

(3). Dengan demikian maka Tuhan wajib dikenali, baik dengan dalil akal atau apa saja yang bisa disaring dengan akal. Apakah Qur'an atau Injil. 

(4). Apapun yang akan dipakai untuk mengenali Tuhan, baik Qur'an atau Injil atau Weda ...dan seterusnya, semuanya harus berakhir pada akal. Karena akal lah yang akan menerima salah satunya dan menolak yang lainnya. Karena dalam membandingkan kitab-kitab itu, tidak mungkin dengan mengikuti kitab-kitab itu. Karena kalau harus mengikuti kitab-kitab itu, berarti semua salah, karena saling menyalahkan, atau satu benar dan yang lainnya salah. Kalau yang pertama berarti kekacauan yang nyata. Dan kalau yang ke dua, maka kerancuan yang gamblang. Karena setiap orang bisa tunjuk satu kitab lalu baca dan ikuti lalu mengatakan kitab itu benar dan yang lainnya salah. 

(5). Dengan semua penjelasan di atas, maka baik mau memilih Tuhan, atau memilih agama dan kitab-kitab suci atau tidak suci, tetap berpulang kepada akal. Karena itulah akal mendahului agama dan kitab manapun, karena dalam memilihnya saja harus ikut akal dulu sebelum ikut Tuhan, agama atau kitab yang akan dipilhnya. 
Mungkin ada orang bertanya: “Kalau Tuhan itu tidak terbatas dan akal terbatas, maka bagaimana bisa mengenaliNya”. 

Jawabnya: “Lah ... kok antum tahu bahwa Tuhan itu tidak terbatas? Bagaimanakah antum memahmi kata-kata antum tentang tidak terbatas itu?” 

Kalau dia menjawab: “Tidak terbatas itu adalah yang tidak memiliki batasan, baik ujung atau pangkal, baik volume atau waktu ...dan seterusnya “ 

Maka jawaban kami: “Nah.. dengan itu berarti terbuktilah kebenaran kami, bahwa tidak terbatas itu bisa dikenali”. 

Untuk selanjutnya, yakni untuk menjawab detail-detail hal ini dan sifat-sifatNya, maka rujuklah catatan saya itu. Kalau tidak bisa di akun yang sinar ini, maka ambillah di akun ke duaku yang bernama Mekar Sari Dua Belas, wassalam. 

Syaiful Bachri: Ustadz bisa tolong add ana di Mekar Sari Dua Belas, ana sudah add tapi belum diconfirm, terimakasih. 

Sinar Agama: Syaiful: Ana sengaja tidak terima pertemanan, seperti tidak masuk tulisan-tulisan lainnya disitu hingga mengotorinya dan menyulitkan orang mendapatkan catatanku. Tapi semua tulisannya untuk semua orang, jadi diapain aj bisa in syaa Allah, artinya tidak harus berteman untuk mengambil catatan dan berkomen, walau kuanjurkan untuk komen di sini saja, jangan di sana, afwan dan terimakasih. 


Khommar Rudin: Allah humma shalli alaa Muhammad wa aali Muhammad wa ajjilfarajahum. 

Alia Yaman: Maaf... Ada celah di Notes ini buat orang lain untuk meng-edit isi notes sesuka hati... Bisa diumpetin gak “ Edit Doc” di atas? 

Hendy Laisa: Alia Yaman>gimana caranya mas supaya gak sembarang orang bisa mengedit dokumen di grup ini? Mohon pencerahannya. 

Hendy Laisa: Atau akhi Alia Yaman bisa langsung info caranya ke sang kreator notes-notes ini si Anggelia Sulqani Zahra ? 

Alia Yaman: Ana sama sekali gak tahu... Afwan. 

Alia Yaman: Sepertinya Privacy Settings atau sejenisnya. Yang bisa Setting cuma Admin... 

Hendy Laisa: Sepertinya gak ada settingannya akhi Alia Yaman... sebab saya juga lagi utak atik salah satu grup yang saya jadi adminnya gak ketemu settingannya. 

Sang Pencinta: Mas-mas, memang grup ini ga bisa dihilangkan edit note-nya. Tenang aja, Angelia selalu menimpa file-file yang terekam sudah diedit oleh orang lain. 

Hendy Laisa: Semoga web yang diasuh akhi Sang Pencinta bisa menyimpan file-file asli notes grup ini.. karena kalau sudah di web gak akan mungkin orang lain bisa mengedit..bukan begitu akhi..? Afwan.


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Rabu, 03 Oktober 2018

Tanggapan Atas Status FITNAH : Abdul Malik Karim




Oleh Ustad Sinar Agama
Oleh Anggelia Sulqani Zahra pada 2 Juli 2011 pukul 14:51



Abdul Malik Karim: Muhammad Ali bin Ahmad Al Qarajah Daghi At Tibrizi Al Anshari. -seorang ulama syiah-mengatakan: 

Payudara Fatimah sangat panjang, dia meletakkan payudaranya di bahu, dan menjulur ke belakang punggungnya, dia menyusui anaknya dari belakang. 


Al Lum’ah Al Baidha’ hal 234, karya apa ini yang disebut cinta ahlul bait? Astaghfirullah apakah dia pernah mengintip fatimah waktu menyusui anaknya? 

Abdul Malik Karim: lihat text lengkap di link ini : http://www.yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2921.html 
tekan ctrl+f lalu masukkan keyword ini: 

طويلني 

dan tekan enter. 

Bulan Bintang Merah : Oh gitu ya ? Jangan bikin fitnah. Jadilah ksatria. Silakan demo ke depan kedubes Iran. Katakan apa yang anda ketahui. Bila perlu panggil semua wartawan, agar DUNIA SADAR bahwa Syi’ah banyak bohongnya....... gimana ? Aku mendukungmu..... 

Ucu Anggriati: Maaf aku juga pernah dengar cerita ibu katanya waktu masih ada sewaktu itu sholat di masjid Madinah, kaget karena payudara orang Arab panjang dan besar seperti pepaya sholat sambil menyusui anaknya di punggungnya,,, 

Bulan Bintang Merah: Wow...... 

Sinar Agama: Abdul malik: Aku benar-benar kasihan sama kamu, bener deh. Coba kamu perhatikan tiga baris saja dari kalimat itu, dan kamu bersihkan pikiranmu dari ketidaksopanan, maka kamu akan dapatkan maunya penulis. Coba perhatikan bab ini: 


تتميم [ في خصائصها وبعض معجزاتها ] وكان لها خصائص ومعجزات مفصلة في مواضعها، وقد أشرنا إلى 

بعضها فيما مر، وذلك مثل كونها بعد ولادتها تنشأ في اليوم كالجمعة، وفي الجمعة كالشهر، وفي الشهر كالسنة، 

ومثل تنور جمالها، وظهور نور وجهها كل يوم لعلي (عليه†السلام) ثلاث مرات، على ما مر تفصيله في وجه 

تسميتها (عليها السلام) بالزهراء  وانها كانت أبدا بتولا عذراء، وكان ثدياها طويلين بحيث كانت تلقيهما من أعلى كتفيها على عقبها، وترضع أولادها من†وراء ظهرها، على ما ذكر بعضهم ذلك مسندا إلى الرواية (2 


Penulis, setelah menulis tentang sejarah siti Faathimah as dari lahir sampai hijrah dan kawinnya itu, beliau menulis : Pelengkap: “Kekhususan dan Mu’jizatnya”. 

Jadi, maksud penulis adalah beliau as itu dalam keadaan normal, akan tetapi ketika harus menyusui anaknya yang harus digendong sementara beliau as harus bekerja seperti menggiling gandum di rumahnya, beliau itu bisa menyusui dari belakang. Artinya dengan karamatnya beliau kalau terpaksa bisa menyusui seperti itu. 

Kalau kamu baca sebaris saja ke atasnya dari sub judul Pelengkap Tentang Mu’jizat/ karamat itu maka kamu akan dapatkan kata-kata Ummu Salamah ra istri Nabi saww sebagai berikut: 

قالت ام سلمة: تزوجني رسول اهلل (صلى اهلل عليه وآله) وفوض إلي أمر ابنته فاطمة (عليها السالم)، فكنت 

اءدبها، وكانت واهلل آدب مني وأعرف باألشياء كلها .(1

Dimana intinya, Ummu Salamah ra berkata: ketika aku dikawin Rasulullah saww beliau menyerahkan Faathimah kepadaku untuk kudidik, akan tetapi dia lebih tahu dari aku tentang adab/akhlak dan apapun juga. 

Artinya, penyusuan yang terjadi itu bukan di depan orang. Akan tetapi di dalam rumah. Apalagi pernah Rasulullah saww didatangi orang buta sementara hdh Faathimah di samping beliau. Hdh Faathimmah membenahi hijabnya yang dari awal memang sudah bagus. Artinya beliau memeriksanya lagi. Nabi saww dengan penuh senyum kasih sayang, ingin mengajarkan kepada orang lain tentang akhlak Ahlulbait as, maka beliau bertanya: “Ya Faathimah dia ini seorang yang tdk bisa melihat” Artinya, dia tidak bisa melihat tapi mengapa kamu merapikan dan memeriksa lagi hijabmu? Hdh Faathimah as menjawab: “Benar wahai ayah, akan tetapi aku menutupi diriku dari penciumannya”. 

Nah, inilah akhlak Ahlulbait as. Dengan demikian, maka menyusui sampai ke belakang itu terjadi di rumah yang terjadinya karena karamatnya. Karena siti Faathimah, walaupun kaya dengan kebun kurma Fadak yang diberi Rasulullah saww yang berasal dri hadiahnya orang Yahudi, akan tetapi siti Faathimah as tidak pernah mengenyamnya. Semua hasil kebunnya dimasukkan ke baitul maal untuk kepentingan perjuangan ayah handanya. Karena itu beliau sering jatuh kelaparan. Dan beliau juga menggiling gandum sendiri sambil megurus anak-anaknya. Nah, ketika harus menyusui anaknya yang harus diemong untuk tidur misalnya sementara itu beliau harus menggiling gandum atau bekerja lainnya, maka dikeluarkanlah karamat itu. Ini maksud dari kalimat kitab di atas. 

Kalau kamu melihat catatan kakinya, walau aku tidak terlalu setuju dengan ulama ini (sayyid Hasyim Miilaanii), ia menulis: 

(2) أقول: هذا كالم غريب ال يقبله العقل السليم. 

(2). Komentarku (Miilaanii): “Kalimat ini adalah kalimat aneh yang tidak bisa diterima oleh akal yang sehat.” 

Jadi kalau benar dari catatan kaki ini, maka penulis kitab itu sekedar menceritakan hadits tentang mu’jizat atau karamat siti Faathimah as, dan penilaiannya diserahkan kepada yang bsia menilainya dimana menurut ulama ini (sy Miilaanii) ini, hadits itu adalah gharib/aneh. Artinya tidak bisa dijadikan sandaran sesuai dengan ilmu hadits, baik di sunni atau di syi’ah yang bersepakat bahwa hadits ghariib itu tidak bisa dipakai. 

Akan tetapi penjelasanku terhadap tulisan di atas itu, mungkin bisa dijadikan pertimbangan dan menurutku memang lebih kuat. Tentu saja harus menggabung dengan akhlak Ahlulbait yang maksum, dan pensub judulannya di atas itu, yaitu yang sebagai mukjizatnya atau karamatnya.

Kesimpulannya, hal yang diceritakan tentang penyusuan dan lain-lainnya itu, adalah di rumah tanpa ada yang melihatnya, dan terjadi karena mukjizat atau karamatnya. Mirip seperti ketika tulunjuk Nabi saww mengeluarkan susu dan diminum ratusan atau ribuan orang tanpa habis- habisnya itu. Karena itu pahamilah setiap perkataan suatu kaum itu dengan maksud kaum tersebut, 
Sayyid Miilaanii mengatakan di catatan kaki itu sebagai kalimat yang gharib dan tidak masuk akal. Jadi bisa ambil keterangan ini karena hadits gharib/aneh itu tidak bisa dipakai dalil dan sandaran. Tapi bisa juga pakai keteranganku dengan dalil-dalil di atas itu sebagai dimensi masuk akalnya.


Bulan Bintang Merah: @SA: Tak perlu diladeni aliran sesat Salafi Wahabi terlalu terhormat bila Anda layani permintaannya. Sebaiknya kita infaq uang bagi Abdul Malik Karim, agar mampu beli kitab. Salam. 

Pencari Kebenaran: Sinar Agama & Bulan Bintang Merah : percuma ngomong sama orang idiot kayak si Abdul Malik Karim, kagak masuk-masuk ke otaknye ape hal yang benar maklum IQ nye jongkok . 

Abdul Malik Karim : wah definisi baru hadits gharib dari Sinar Agama. Apa hanya karena klaim dari Milani yang hidup di zaman ini, lalu kita bisa menolaknya? 

Lagian hal yang aneh-aneh banyak ditemukan dalam hadits syiah, apakah itu ditolak semua hanya karena satu orang bertaqiyah dan ngomong kali ini gharib? 

Omongan panjang anda tidak ada hubungannya dengan topik, yang jelas apakah payudara yang panjang merupakan mukjizat ? 

Apa tidak ada mukjizat lain nampak sekali anda kebingungan. 

Malikul Amin Teuboh Anabuki: sekali karomah, sekali gak setuju plin-plan neeh Sinar mas, doktoral kok bodoh kabeh.... 

Sinar Agama: malik ...malik: Kok kami dibilang kebingungan? Wong sudah diberi dalil kok kami dibilang bingung. Yang bingung itu kamu karena tidak tahu arti peristilahan ilmu hadits. Hadits gharib itu yang aneh dan diriwayatkan oleh satu orang. Nah hadits gharib ini jauh dari keshahihan. Mu’jizate kanjeng Nabi saw iku aneh opo ora? Lah ... nek ora aneh, opone seng mukjizat yo opone seng karomat? 

Herman Salman Kabir : Astagfirullah al-Azim,.... Sayang ini Bulan Rajab,....bulan ampunan Allah,... Hem,.... kalau tidak bisa kejadian nampar orang nich. Jahanam nt’ barang sampah kayak gini nt’ sharing,....biadab,.... logika akal tidak masuk... 

Tolol..... menangis ana tulis.. Kamu ini bener ra’syih. Nggak tahu istilah agama tapi sok pinter dan berdebat masalah-masalah agama. 

Amin: mukjizat itu biasanya terjadi sekali. Lah ...kenapa ora oleh kabeh? Opo kuwe ora percoyo bek. ini.... dasar,.....Demi Allah ana remove nt’ 

Malikul Amin Teuboh Anabuki: Sinar mas, pernah denganr hasan Gharib gak??, nah pan nt sendiri bilang itu Mujizat??, sekali nt tolak sekali nt bilang Mujizat, kalo palsu yach tolak pasal mukjizat ne..piye toh, ojo plin plan, wong plin plan burit ne dedel. 

Sinar Agama: Amin: Beginilah kalau cara berfikirmu itu cara bolduser seperti wahhabi yang biasa dengan satu hadits keluar fatwa hatta hadits lemah dan/atau gharib. 

Perhatikanlah dengan pikiran antum dengan bijak dan tanpa nafsu. Bahwa dalam menafsir hadits atau ayat, bisa menggunakan beberapa ihtimaalaat atau kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa. 

Kalau antum pahami dari cara argumentku di atas itu dengan baik, maka akan dapat dari pendalilan. Artinya, tidak bisa dijadikan dalil karena hadits gharib adalah yang jauh dari keshahihan. Ini yang pertama. Disimpulkan seperti ini: 

(1). Hadits itu adalah hadits Gharib hingga jatuh dan tidak bisa dijadikan hujjah (ini pendapat semua ahli hadits Sunni dan Syi’ah serta akal sehat). 

(2). Ketika hadits itu terhitung hadits Gharib, maka dia sudah keluar dari gelanggang percakapan dalam diskusi. 

Malikul Amin Teuboh Anabuki : jadi itu riwayat mungkar or Mujizaat??, itu aje yg ane tanya. 

Malikul Amin Teuboh Anabuki : ooh kaedah hadist syiah begitu?? Oke dah saya terima, gorib ntu apa yach maknanya?? Ooh buat kaedah ke-2 berati di keluar dari area percakapan?? So ini hadist sah alias. 

Sinar Agama

(3). Kalau antum perhatikan si Malik di statusnya itu, dia bukan menerima isi dari hadits itu. Artinya bisa dikatakan bahwa pendapatnya sama denganku dan dengan Miilaani yang telah mengatakan dengan jelas bahasa hadits itu adalah gharib dan tidak bisa dipakai (memang Malik karena tidak tahu agama ia tidak mempermasalahkan gharibnya itu). Akan tetapi Malik mengolok-ngolok orang Syi’ah dalam mencintai dan menyanjung Ahlulbait as. 

Nah, dengan demikian maka jawabanku tentang mukjizat itu adalah jawaban bagi serangan si Malik ini yang menyerang dan mengejek cara orang Syi’ah mencintai Ahlulbait as. 

Yaitu, bahwa maksud dari penulis buku itu dan maksud perawi haditsnya yang dinukil secara makna oleh penulis buku itu, adalah menyanjung siti Faathimah as itu dengan menyebutkan sedikit mukjizat atau karamatnya itu. 

Nah, dimensi inilah yang tidak dipahami oleh si Malik hingga ia menyerang dan kemudian kujawab itu. 

(4). Itu maksud penjelasanku tentang mukjizat itu. 

(5). Hadits gharib, memang tidak bisa dibuat dalil dan hujjah serta landasan berpendapat. Akan tetapi bukan berarti ia pasti salah. Sebagaimana hadits shahih yang boleh dijakan dalil, ia juga belum tentu benar. 

(6). Dalam Syi’ah, hadits shahih itu hanya bisa dijadikan dalil dan landasan berpijak, tapi belum tentu ia benar bahwa telah diucapkan oleh makshumin as. Karena maksud dari hadits shahih itu adalah semua perawinya tsiqah atau jujur. Tapi apakah orang jujur itu tidak bisa salah memahami dan tidak mungkin salah salam mengucapkan? Tidak bisa begitu bukan? Jadi hadits shahih dalam Syi’ah hanya bisa dibuat pijakan, tapi belum tentu ia benar secara 100 persen. 

(7). Ketika hadits shahih bisa dijadikan dalil, artinya, kalau nanti ternyata hadits itu salah di hadapan Tuhan di hari persidangan akhirat, tetap saja si ulama ini akan mendapat ampunan. Karena ia tidak main-main dalam mengomentari hadits dan dalam berpendapat dan berpijak kepada hadits. Tapi sudah mengikuti hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang boleh dan harus dipercaya. 

(8). Jadi, arti hadits shahih adalah hadits yang bisa dijadikan dalil oleh agama dan dalam mema- hami agama dimana kalau ternyata salah, karena perawinya tidak paham atau salah paham atau salah menukilkan hadits, maka pendalil dengan hadits shahih ini akan dimaafkan Tuhan. Itulah mengapa kalau seorang marja’ atau mujtahid keliru dalam berfatwa maka ia tetap mendapat satu pahala. Yaitu pahala usaha dan kejujurannya serta kebenaran jalannya yang mengambil hadits shahih itu. Tapi kalau benar maka dua pahala karena usaha dan benarnya.

(9). Hadits gharib atau tidak shahih juga seperti itu. Dia tidak boleh dijadikan dalil dan yang menjadikannya dalil, walau benar, tidak akan mendapat pahala karena bukan profesional tapi nekat dan kebetulan saja. Nah, nekatnya itu yang akan melahirkan dosa. Karena nekat dalam agama adalah haram hukumnya. Yang diistilah dengan tajarri. Jadi, menggunakan dalil dhaif terlebih gharib, merupakan dosa sekalipun ternyata benar (karena nekat/tajarrinya itu), apalagi kalau memang salah. 

(10). Akan tetapi, bukan berarti hadits dhaif itu atau gharib itu pasti salah. Karena arti hadits dhaif atau gharib itu adalah diriwayatkan oleh orang yang tidak jujur dan/atau satu orang. Akan tetapi apakah pembohong itu pasti bohong dalam semua kata-katanya? Tidak bukan? 

(11). Jadi, hadits dhaif atau lemah atau tidak shahih belum tentu salah secara hakiki. 
Jadi maksud sebenarnya hadits dhaif itu adalah hadits yang tidak bisa dibuat dalil dan kalau dibuatnya, maka ia nekat dan berdosa kalaulah benar. 

(12). Nah, jawabanku itu, yakni yang menjelaskan tentang kemukjizatannya itu, adalah mencoba memeberi penjelasan dari kemungkinan benarnya itu. Artinya hadits itu kalaulah benar, maka tidak terlalu mustahil. Karena memiliki dimensi yang masuk akal. Memang tidak semua yang masuk akal itu pasti benar. Misalnya sangat masuk akal kalau antuk sekarang sedang minum teh, artinya tidak mustahil. Tapi secara nyata, mungkin antum sekarang dalam keadaan tidur dan atau malah tidak pernah minum teh karena tidak suka atau alergi. 

Jadi, penjelasan saya tentang mukjizat itu adalah dimensi kemungkinannya, dan bukan jaminan demikiannya. Artinya, sangat mungkin hal itu tidak pernah terjadi, walau bisa saja hal itu terjadi. Wassalam. 

Malikul Amin Teuboh Anabuki: jadi hadist batil apa Mukjizaat???..dua aja jawabannya, kalo munkar yach wess..tak terima, kalo mujizat juga ora opo-opo hehehe.. gitu aja kok repotz ?? 

Abdul Malik Karim : mukjizat berguna untuk menetapkan sebuah kebenaran, seperti mukjizat para Nabi. 

Pertanyaannya, kebenaran apa yang dibuktikan dengan payudara Fatimah yang segitu panjang? 

@herman salman kabir, 

Itu saya hanya menukil dari ulama syiah, bukan dari kantong saya sendiri. Saya sekedar share saja, marahlah pada ulama anda sendiri :P 

Sinar Agama: Amin: Baca lagi kamu akan memahaminya, tapi kosongkan dulu pikiranmu itu supaya bisa memahami kata-kata orang sesuai dengan maksud orang itu, bukan dengan apa-apa yang ada diakalmu. Tulisanku sudah jelas. 

Sinar Agama: Malik: Sudah cukup penjelasanku di atas, kalau kamu mau memahminya. Mukjizat itu adalah kekuatan luar biasa yang dibarengi dengan pengakuan sebagai nabi. Ini makna hakikinya. Tapi makna majazinya (yang tidak hakiki) adalah semua kekuatan yang melampaui kekuatan wajar pada umumnya yang keluar dari para aulia Allah. Jadi, makna majazi mukjizat adalah karamat. Dan satu lagi di sini, bahwa terlalu banyak karamat Ahlulbait as dan, sudah tentu demi membuktikan kebenaran mereka as. 

Untuk menyusui yang seperti itu adalah sangat mudah mencarinya dalam kondisi-kondisi yang terpaksa, misalnya anaknya sedang menangis, dan Rasulullah akan makan berbuka di rumah beliau as, dimana masaknya sudah menjelang buka yang tidak bisa ditunda ...dan seterusnya. Tengok lagi itu penjelasan di atas. Kalau akalmu itu tidak kamu isi dengan hawa nafsu, maka akan memahami dimensi kemukjizatan ini dari sisi yang tepat. 

Hal ini tidak beda dengan kondisi dharurat dimana Hdh Faathimah sudah tidak makan beberapa hari hingga keadaannya sangat lemah, lalu ketika imam Ali as bertemu Rasulullah saww beliau saww berkata kepada imam Ali as, bahwa beliau saww ingin makan di rumahnya. 

Imam Ali as walau sudah tidak makan beberapa hari, tapi tidak sanggup menolak keinginan Rasulullah saww. 

Ketika sudah waktunya makan Rasulullah saww melihat siti Faathimah sedang shalat dengan wajah yang pucat dan lemah. Rasulullah tahu keadaan sebenarnya dan menengadah ke langit sambil bermunjat: Ya Allah inilah keluarga Muhammad (maksudnya sabar menanggung segala cobaan). 

Dalam pada itu, Rasulullah saww pun melihat di samping Faathimah as makanan yang lengkap dan imam Ali as pun sejak masuk sudah terkejut tentang adanya makanan itu. Setelah shalat Rasulullah saww bertanya (tentu beliau sudah tahu) : “Dari mana makanan ini wahai putriku?” Siti Faathimah as menjawab: “Ia adalah dari sisi Tuhan”, persis dengan jawaban yang diberikan hfh Maryam as kepada nabi Zakariyya as. 

Nah, mukjizat atau karamat ini, sungguh ketika dalam keadaan terpaksa, apakah untuk membuktikan kebenaran seorang wali, atau karena pertolongan Tuhan yang diberikan kepada para walinya yang sudah sangat kepepet karena berbagai hal. Nah, kalaulah hadits penyusuan di atas itu mau dibenarkan juga setelah ia gharib dari sisi sanad dan lafazh, kalau dilihat dari sisi ini, yakni keterpaksaan, maka jelas tidak memiliki kemusykilan dan keanehan sedikitpun. Seperti pernah seorang ayah di padang sahara yang harus menyelamatkan anaknya yang masih bayi yang ibunya sudah tidak ada. Anaknya menangis hampir mati. Lalu sang ayah berdoa dan bertawassul 

kepada imam Ridha as yang dikubur di kota Masyhad, lalu seketika susu sang ayah tadi gatal luar biasa. Susunya digaruk-garuk dan ternyata keluar air susu. Nah, dengan air susu ayahnya itu anak bayi tadi diselamatkan oleh Tuhannya. 

Bagi umat Islam hal itu tidak mesti menjadi keanehan. Bepata banyaknya contoh-contoh di Qur'an, seperti ketika kaki nabi Ismail as yang masih bayi dapat mengeluarkan air dari dalam tanah dengan gerakan kakinya dimana hal itu karena keterpaksaan juga. Atau kakinya nabi Isa as selagi kecil karena ibunya kehausan di padang sahara yang dengan gerakan kakinya yang bergerak otomatis sewaktu bayi itu, dapat mengeluarkan air dari dalam tanah. 

Pertolongan-pertolongan seperti ini dapat dilihat dalam sepanjang sejarah manusia, tanpa harus adanya keanehan sedikitpun. Tentang siapa yang ditolong dan rahasianya apa hingga ia mendapat pertolongn seperti itu, dan mengapa hanya wali atau orang-orang mukmin sejati, maka hanya Allah yang tahu. 

Bahkan pernah terjadi juga pada orang kafir (tapi yang tidak mendapat penjelasan Islam). Seperti di Portugis. Di sana ada kota yang namanya Fatima. Kota itu diganti nama dengan nama siti Faathimah, karena ada tiga bersaudara yang sakit yang tidak bisa sembuh yang kemudian sembuh karena didatangi cahaya putih yang dalam dialognya cahaya itu mengatakan “saya adalah Faathimah”. Ketika ketiga anak itu sembuh, maka rumahnya dijadikan tempat ibadah orang Kristen dan sampai sekarang tiap tahun diperingati. Tiap tahun ribuan orang Masehi datang ke tempat itu ingin mendapat berkah. Sampai-sampai banyak yang saya lihat mereka berjalan dengan lututnya di daerah suci itu demi menghormati siti Faathimah as itu.. 

Abdul Malik Karim : Dalam text hanya disebutkan payudara Fatimah panjang, tidak ada keterangan itu adalah mukjizat atau apa. Jadi memang payudaranya panjang setiap waktu. 

Astaghfirullah, jangan-jangan ulama-ulama ini penyusup yang pura-pura mencintai ahlulbait tapi mereka hakekatnya membenci ahlulbait, syiah-syiah sekarang ini hanya korban, korban penipuan atau korban yang memilih untuk menjadi korban, hanya karena beberapa puluh lembar uang ratusan dolar. 

Di sini Sinar Agama percaya bahwa payudara Fatimah sangat panjang. 

Semua orang bisa bikin makna majazi semaunya, bahkan payudara panjang pun kalo mau bisa juga dibikin makna majazi. 

Keadaan apa yang memaksa Fatimah untuk perlu payudara panjang? 

Malikul Amin Teuboh Anabuki : Pikiran ane udah kosong neeh jadi neeh hadist Mungkar apa bisa diterima ??? (9). Hadits gharib atau tidak shahih juga seperti itu. Dia tidak boleh dijadikan dalil dan yang menjadikannya dalil, walau benar, tidak akan mendapat pahala karena bukan profesional tapi nekat dan keberulan saja. Nah, nekatnya itu yang akan melahirkan dosa. Karena nekat dalam agama adalah haram hukumnya. Yang diistilah dengan tajarri. Jadi, menggunakan dalil dhaif terlebih gharib, merupakan dosa sekalipun ternyata benar (karena nekat/tajarrinya itu), apalagi kalau memang salah. opan disitu di tulis “walau benar”-----> jadi disni saudara Doktor bilang hadist ini batil, dlaif, dkk, oke tak terima di satu sini Doktor Sinar mas (kayak margarin tulis 10). Akan tetapi, bukan berarti hadits dhaif itu atau gharib itu pasti salah. Karena arti hadits dhaif atau gharib itu adalah diriwayatkan oleh orang yang tidak jujur dan/atau satu orang. Akan tetapi apakah pembohong itu pasti bohong dalam semua kata-katanya? Tidak bukan? 

Jadi, hadits dhaif atau lemah atau tidak shahih blm tentu salah secara hakiki.----tuh pan dikate belum tentu salah, plin plan juga nt yech wkwkwkkwkw.....so mumet tanpa essensi neeh, jadi neeh hadist Mungkar apa bener ???? 

Sinar Agama: Malik: Ternyata kamu dari dulu memang tidak cerdas, karena itu tidak bisa memahmi kata-kata yang sangat jelas. Aku hanya berusaha menerangkannya, dan apapun itu kembali pada dirimu. Dan ingat kalau kamu bermaksud tidak baik dalam status itu, hanya kepada Allah aku berpasrah diri dan menyerahkan urusan antum ini. 

@Amin: baca tulisanku itu dengan baik, maka kamu akan dapatkan jawabannya. 

Anjuranku pada kalian berdua: Jangan banyak bicara kalau tidak bisa memahami penjelasan agama yang sudah jelas dan diulang-ulang. Karena bisa membuat antum sendiri malu. Ntar dibilang lambat memahami. Jadi, bagusnya, renungkan beberapa kali. 

Malikul Amin Teuboh Anabuki: jadi neeh hadits Mungkar apa Mujizat ????..kekekek.. 

Abdul Malik Karim: wong si ulama bilang payudara Fatimah panjang, tanpa keterangan mukjizat dan sebagainya, tapi DR NURDIN bilang ini mukjizat. 

Abdul Malik Karim: Anda yang tidak cerdas pak doktor, kalo anda cerdas tidak mungkin anda membuat statemen yang kontradiktif. 

Cara anda menolak hadits ini juga nampak sekali tidak cerdas. Anda cuma copas dari alur berpikir guru-guru anda. 

Sinar Agama: Malik malik...kamu ini seperti maling teriak maling. Orang berargument kok bilang copas. Sementara kamu sendiri yang copas dan tidak mengerti argumen, tapi bilang cerdas dan tidak copas???!!! he he he he kasihan. Kamu dimana saja tdk akan bisa merusak Syi’ah. Semuanya akan kembali kepada dirimu sendiri. Dan dunia melihat dengan jelas hal itu. Tentu dunia yang cerdas dan mau berfikir. 

Malik ... malik ... masih juga kamu tidak mengerti tulisanku yang seperti matahari terangnya itu? Kasihan banget kamu ini. Kayak Malik aja he he he kasihang (logat Sulawesi). 

Malikul Amin Teuboh Anabuki: jadi neeh hadist mungkar apa bentuk Mujizat???..nyang teges dunks kalo Punye gelar Doktoral??..ckckckckck... 

Ibnu Zaki: He he, tanpa substansi yak, omongan Sinar Agama di atas itu. 

Neh riwayat dikatanye kaga usah dijadikan landasan berpijak, tapi juga maknanya belum tentu salah. jika, diliat dari kategori mu’jizat. itu pun masih perlu lagi dikeluarkan dari konteks asalnye. 

Hahha. Ngelesnye udeh berlipet lipet neh. Kalau di ruangan diskusi udeh d bata empat kali ame audiens. 

Abdul Malik Karim: anda cuma copas dari alur berpikir guru-guru anda. Pak doktor, maksudnya adalah copas pemikirannya, bukan copas textnya. 

Kasihan banget kamu ini pak doktor, rupanya kuliah jauh-jauh cuma begini hasilnya, buang-buang duit tuh Iran nyekolahin kamu. 

Pak doktor, apakah anda cerdas dan mau berpikir? Jika anda cerdas, bukan begini jawaban anda. 

Jika anda cerdas, anda tidak akan percaya pada klaim bahwa Fatimah Azzahra pernah nampak di Portugis. 

Itu semua karena anda tidak lagi bisa berpikir jernih, dolar Iran telah menutup jaringan otak anda. 

Sinar Agama: Oww Zaki...Zaki, ikutan juga nih.. he he ... kirain sudah pandai, rupanya tetap seperti dulu ... baca lagi tuh berulang-ulang supaya bisa paham. 

@Malik: Tulisanku itu bahasa Indonesia, tapi memang agak ilmiah, jadi sulit dipahami orang yang kurang terbiasa berfikir ilmiah. Bacalah lagi, dan berenung. Saya tidak mungkin berbahasa dengan bahasamu yang wahabis dan awam. 

Untuk hadh Fathimah itu muncul di puluhan ribu orang, jadi lebih mutawatir dari mutawatir yang ada. Ana tahu kamu tidak akan percaya karena agama Islammu yang wahabi itu ala materialis yang hanya percaya sama benda-benda kasat mata. Sungguh kalau kamu ada di jaman Nabi saww sangat mungkin tidak akan percaya kalau jemari beliau mengeluarkan susu yang diminum ribuan orang. Pasti kamu bilang khurafat. Allah yahfazh... 

Em Syaikhul Islam : Jadi ntuh gorip yeh? 

Ibnu Zaki: “Tulisanku itu bahasa Indonesia tapi memang agak ilmiah.” 

Xixiixix.. kegeeran gitu die, udeh jelas tulisannye nyablak kemane mane. tanpa kesimpulan yang jelas pula. Agak nyadar dikit dok. Hehheh. 

Ibnu Zaki: Doktor lepel Persia kek gini semuanye neh, bagel. Bagusan Saleh Lapadi dari pade lo din. hahha! 

Akan meningkat, kata kata menyingkat. Lah elu? Panjang-panjang nulis tapi isinye nonsen. 

Mukjizat bagi Rasulullah biasa, wajar dan penting. Lah bagi Fatimeh? Memanjangnya susunye [die] buat membuktikan apaan doktor nurdin? 

Abdul Malik Karim : maksudnya hadits payudara Fatimah yang panjang adalah hadits mutawatir? 

Sinar Agama : Zaki: he he he ...kumat lagi yah ...memang sulit merubah karakter orang kalau tidak dikehendakinya sendiri. 

@Malik, maksudnya tentang mukjizat kehadiran Hdh Faathimah as di Portugis itu yang mutawatir. Kamu ini kok semakin mengasihani saja? Wong dari awal hadits tentang payu dara itu sudah dikatakan Gharib kok mau dimutawatirkan. Gharib itu aneh dan dalam istilah ilmu Hadits, tidak bisa dipakai karena tidak shahih. Malah nanya lagi “mutawatir”. Wallahi tidak biasa berbahasa dan membahas agama, sok gumenter mbahas dan ngotot mbantah lagi (logat Jawa).


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ